Pengujian beton dengan membuat benda uji (bentuk silinder maupun kubus) yang dilakukan
selama pekerjaan pembetonan bukan merupakan cara langsung pemeriksaan mutu beton,
melainkan hanya pengontrolan kualitas adukan beton. Data yang lebih tepat dan teliti adalah
dengan pemeriksaan atau pengambilan contoh dari bagian beton yang sudah keras di
tempat penuangan beton setelah pekerjaan selesai, biasanya dengan core drill atau
pengambilan inti beton, namun uji ini akan merusak struktur beton. Selain itu harus
menunggu hingga umur beton sudah mencapai minimal 14 hari agar tidak rusak selama
pengeboran, terutama lekatan antara mortar dan batuan dalam silinder contohnya.
Bagaimanapun, pembuatan benda uji (silinder dan kubus) tetap merupakan cara terbaik
untuk mengendalikan dan mendeteksi perubahan mutu beton sejak dini sehingga bila
ternyata mutu beton pada suatu struktur tidak memenuhi syarat berdasarkan uji kuat tekan
beton dengan benda uji silinder atau kubus, struktur dapat segera diuji dengan uji non
destruktif (misal: hammer test), dan jika tetap tidak memenuhi syarat maka dapat dipastikan
sekali lagi dengan uji destruktif (misal : core drill). Jika hasil uji destruktif menyatakan bahwa
mutu beton tetap tidak memenuhi syarat atau dengan kata lain kekuatan struktur kurang dari
yang disyaratkan, maka salah satu dari dua langkah berikut harus dilakukan :
1. Me-review desain
2. Menurunkan kelas fungsi struktur
Dalam buku ”Perencanaan Campuran dan Pengendalian Mutu Beton” yang dipresentasikan
dalam Lokakarya Penyebarluasan Standar dan Teknologi Bidang ke-PU-an (1994),
disebutkan tentang kriteria pengambilan contoh uji sebagai berikut :
1. Untuk satu mutu beton paling sedikit diambil 1 contoh per hari. Setiap satu contoh dibuat
dua benda uji beton (silinder atau kubus), kemudian dari kedua benda uji itu, kuat
tekannya diambil rata-ratanya menjadi satu data hasil uji kuat tekan beton dari satu kali
pengambilan
2. Untuk pekerjaan besar, pengambilan contoh untuk pembuatan benda uji harus dilakukan
pada frekuensi tertentu yang dianggap representatif
Untuk proyek-proyek dengan volume pengecoran yang sangat besar di WIKA, pedoman
umum ini dapat dipakai, yaitu 1 set benda uji tiap 50 m3 beton yang di cor. Satu set benda uji
terdiri dari 18 silinder beton yaitu 6 silinder untuk masing-masing umur beton (7, 14, 28 hari).
Berdasarkan peraturan diatas, maka akan didapatkan 3 data hasil uji kuat tekan untuk
masing-masing umur tersebut diatas.
C. Metode Pembuatan Benda Uji Beton di Laboratorium Menurut SK SNI M-62-1990-03
1. Peralatan
Cetakan
9 Cetakan yang berhubungan langsung dengan beton harus terbuat dari baja, besi
atau bahan lain yang tidak menyerap air dan tidak bersifat reakif terhadap beton
atau semen
9 Bidang-bidang cetakan adalah rata, kuat, kedap air, dan setiap pertemuan dari
masing-masing bagian cetakan dapat diberi bahan yang lunak seperti vaseline,
stempet, lemak atau bahan lain yang sejenis
9 Permukaan cetakan bagian dalam harus dioles dengan minyak pelumas seperti
oli, solar atau bahan sejenisnya sebelum digunakan agar dalam pelepasan benda
uji dari cetakan tidak mengalami kesulitan
Batang Penusuk
9 Batang penusuk besar, diameter 16 mm dan panjang 610 mm
9 Batang penusuk kecil, diameter 10 mm da panjang 305 mm
Palu/Pemukul
9 Terbuat dari bahan karet, plastik atau bahan lain yang lunak
9 Berat antara 0.34 – 0.8 kg
Penggetar
9 Penggetar Internal
- Dapat berbentuk tangkai yang fleksibel dengan ujung yang kaku, digerakkan
dengan tenaga motor listrik
- Frekuensi pnggetaran saat digunakan 7000 getaran per menit atau lebih
- Diameter penggetar antara 19-38 mm
- Panajang keseluruhan lemen penggetar melampaui kedalaman bagian yang
digetar sedikitnya 76 mm
- Diameter tangkai atau ukuran luar dari penggetar internal tidak boleh lebih
besar dari 1/3 lebar cetakan. Dalam hal ini adalah balok atau kubus
- Untuk cetakan silinder, perbandingan diameter silinder dengan diameter
elemen penggetar harus empat atau lebih tinggi
- Pada saat pemadatan, penggetar tidak boleh dibiarkan bersandar atau
menyentuh dasar atau sisi cetakan atau memukul sekeliling cetakan
- Pada saat menjelang selesai penggetaran, penggetar dikeluarkan dengan hati-
hati agar gelembung udara tidak tertinggal
9 Penggetar Eksternal
- Harus dilakukan dengan hatui-hati dan harus yakin bahwa cetakan cukup
stabil melekat dengan kokoh pada alas penggetar dan tidak mudah bergeser
- Alat ini dapat berbentuk meja getar atau papan getar dengan frekuensi getaran
tidak kurang dari 3600 per menit dan dilengkapi dengan alat penjepit untuk
menahan cetakan
Ayakan
Bila diperlukan pengayakan basah, perlatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan dalam Metode Pengambilan Contoh Beton Segar menurut SK SNI-M-26-
1990-F (telah diuraikan pada Modul beton 2 Subbab B pada paragraf terakhir)
Timbangan
Timbangan harus mempunyai ketelitian 0.3% dari berat yang ditimbang atau 0.1%
dari kapasitas maksimum timbangan
Pengaduk Beton
Pengaduk beton berupa drum pengaduk dengan tenaga penggerak, wadah adukan
yang dapat berjungkit atau wadah yang berputar dengan baik atau wadah dengan
pendayung yang berputar. Alat ini harus dapat mengaduk secara langsung sesuai
dengan banyaknya adukan dengan slump yang diperlukan
2. Benda Uji
Benda Ui Silinder
Digunakan untuk pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah dan lain-
lain. Bila diperlukan hubungan atau perbandingan dengan silinder yang digunakan di
lapangan, ukuran silinder harus berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Lihat Tabel
2 untuk ukuran silinder lainnya.
Menurut Kardiyono (1989), apabila terpaksa, misalnya karena tebal beton terlalu tipis,
diperbolehkan panjang silinder sama dengan diameternya. Untuk silinder beton
dengan panjang kurang dari 2 kali diameter, hasil uji kuat tekannya harus dilakukan
koreksi sesuai dengan tabel dibawah ini.
Agregat yang lebih besar daripada yang diizinkan harus dibuang keluar pada waktu
pencetakan benda uji atau dilakukan pengayakan terlebih dahulu sebelum agregat
digunakan untuk campuran beton
3. Bahan-bahan
Semen
Harus sesuai spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A pada SK SNI S-04-1989-F*
Agregat
Harus sesuai spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI S-04-1989-F*
Air
Harus sesuai spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI S-04-1989-F*
Temperatur
Bahan-bahan disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang seragam antara 20-
30oC sebelum pengadukan
Semen
9 Disimpan di tempat yang kering atau dalam wadah kedap air dan sebaiknya
terbuat dari logam
9 Untuk mendapatkan semen yang seragam, dapat dilakukan pengadukan secara
menyeluruh
9 Semen harus lolos ayakan 1 mm dan setelah diayak dilakukan pengadukan
diatas lembaran plastik, selanjutnya disimpan dalam wadah
Agregat
9 Apabila terdapat susunan besar butir yang tidak masuk dalam batas gradasi yang
ditetapkan sehingga akan menimbulkan segregasi, maka harus dilakukan
pengayakan dan dipisahkan masing-masing fraksi kemudian digabung kembali
sesuai dengan kebutuhan agar didapatkan agregat dengan besar butir yang
beragam dan masuk dalam batas grading
9 Sebelum pencampuran beton, kondisi dan kadar air seluruh agregat harus
dijamin seragam (untuk hal ini, agregat dapat disimpan dalam ruangan lembab
sampai saat agregat digunakan)
9 Apabila agregat dalam kondisi alami, maka besarnya penyerapan air aktual harus
dihitung dan ditambahkan pada jumlah air adukan
9 Untuk beton yang menggunakan agregat ringan, dijelaskan pada buku standar
lain
Pengadukan
9 Pedoman Umum
Volume wadah pengaduk adalah 10% melebihi adukan beton yang diperlukan
Pengadukan secara manual kurang begitu bagus pengaruhnya pada kadar
udara dalam beton, disamping nilai slump juga tidak tetap
Pada cara manual, volume tidak boleh melebihi 7 liter setiap pengadukan
9 Pengadukan Mekanis
Jalankan mesin aduk terlebih dahulu, baru masukkan agregat kasar dan
sejumlah air adukan, atau disesuaikan dengan tipe mesin adukan
Pada penggunaan bahan tambahan, bahan tambahan dicampurkan terlebih
dulu pada air adukan atau disesuaikan dengan petunjuk penggunaan
Selanjutnya ditambahkan bahan agregat halus, semen dan seluruh sisa air
adukan
Apabila penambahan bahan tersebut tidak dapat dilakukan pada saat mesin
aduk berjalan, maka mesin aduk dapat dihentikan terlebih dahulu
Beton diaduk kembali setelah seluruh bahan masuk ke dalam tempat
pengaduk (mixer) selama 3 menit, kemudian 3 menit berhenti dan dilanjutkan
2 menit pengadukan kembali hingga adukan benar-benar rata. Selama
berhenti dalam pengadukan, tempat adukan (mixer harus ditutup rapat)
Agar tidak terjadi segregasi, sisa adukan dibersihkan dan dicampur kembali
kedalam adukan dan diaduk kembali dengan menggunakan sendok aduk atau
sekop sampai didapatkan adukan yang rata
9 Pengadukan Manual
Campurlah adukan pada sebuah wadah yang bersih dan kedap air yang
bersih dan kedap air yang telah dibasahi terlebih dahulu
Alat pengaduk dapat menggunakan sekop dengan kondisi agregat yang telah
diuraikan dalam Point 4 diatas
Campurlah semen dengan bubuk bahan tambahan (apabila berupa bubuk dan
tidak larut dalam air) dan pasir, tanpa air terlebih dahulu sehingga didapatkan
campuran yang rata
Tambahkan agregat kasar dan diaduk tanpa air terlebih dahulu sampai
distribusi kerikil terlihat rata betul dan sempurna
Selanjutnya air adukan yang telah bercampur dengan bahan tambahan (bila
bahan tambahan berupa cairan) ditambahkan dan diaduk sampai didapatkan
adukan beton yang homogen dan kekentalan yang sesuai dengan beton yang
diinginkan
Apabila kekentalan adukan tidak terpenuhi dan perlu penambahan air, adukan
tersebut harus dibuang dan dibuat campuran baru dengan jumlah air sesuai
dengan yang dibutuhkan sehingga kekentalan adukan tersebut terpenuhi
9 Adukan Beton
Ambilah adukan beton untuk pencetakan benda uji yang dapat mewakili sifat
dan kondisi adukan beton
Sebelum dicetak, dilakukan kembali pengadukan, selanjutnya ditutup rapat
permukaannya agar tidak terjadi penguapan
9 Kadar Udara
Bila dibutuhkan, ukurlah kadar udara dari adukan beton dengan metode yang
sesuai dengan standar cara penentuan kadar udara pada beton segar
9 Jumlah Lapisan
Jumlah lapisan pencetakan benda ujiharus sesuai pada tabel dibawah ini
Pemadatan
9 Pedoman Umum
Metode pemadatan dapat dilakukan dengan cara ditusuk, digetar dari dalam
(dengan jarum getar atau getaran internal) atau digetar dari luar (dengan meja
getar)
Pemilihan metode didasarkan atas nilai slump adukan beton yang akan
dicetak, pedoman umumnya adalah sebagai berikut:
o Slump >75 mm, pemadatan dilakukan dengan cara ditusuk
o Slump antara 25 -75 mm, dapat ditusuk atau digetar
o Slump <25 mm, dilakukan dengan cara digetar
Pemadatan dengan getaran internal jangan dilakukan untuk contoh uji silinder
dengan diameter 100 mm atau kurang dan contoh uji prisma atau balok
dengan sisi 100 mm atau kurang
Catatan :
Untuk beton dengan kadar air rendah atau slump nol, tidak tercakup dalam
metode ini
9 Penusukan
Tuangkan adukan beton pada cetakan dengan ketebalan dan jumlah lapisan
sesuai dengan yang ditetapkan
Tusuklah setiap lapisan dengan ujung bagian yang runcing dari batang
penusuk
Jumlah tusukan dan besar batang penusuk dapat dilihat pada tabel dibawah
Tabel 3. Diameter Batang Penusuk dan Jumlah Tusukan pada Pencetakan
Benda Uji
Jenis Benda Uji Diameter Batang Penusuk (mm) Jml. Penusukan per Lapis
Silinder, diameter:
50-150 mm 10 25
150 mm 16 25
200 mm 16 50
250 mm 16 75
Prisma, luas
permukaan (cm2):
160 10 25
165-310 10 1x per 7cm2 luas permukaan
320 16 1x per 7cm2 luas permukaan
9 Penggetaran
Lamanya penggetaran tergantung pada workabilitas (tingkat kemudahan
pengerjaan beton) dan efektivitas dari alat getar
Pada umumnya penggetaran yang cukup dilakukan sampai permukaan beton
menjadi licin
Penggetaran dilakukan secara terus-menerus pada setiap lapis sampai
diperoleh beton yang cukup padat
Penggetaran yang berlebihan akan menyebabkan pemisahan agregat dan
pasta semen
Semua beton dituangkan kedalam setiap lapisan cetakan sebelum
penggetaran dilakukan
o Jika menggunakan alat getar eksternal (meja getar), maka permukaan
dilicinkan selama penggetaran
o Jika menggunakan alat getar internal, maka permukaan dilicinkan
sesudah penggetaran
Khusus untuk pencetakan benda uji berbentuk silinder, gunakan tiga sisipan
penggetar pada titik yang berbeda untuk setiap lapisan
Biarkan penggetar menembus melalui lapisan yang sedang digetar, dan
kedalam lapisan dibawahnya sampai mendekati mm
Setelah masing-masing lapisan digetar, pukul bagian luar cetakan sebanyak
10 – 15 kali dengan palu atau pemukul
Finishing
9 Setelah dipadatkan dengan salah satu dari berbagai metode diatas (kecuali
contoh uji yang dapat dilicinkan / diselesaikan pada saat penggetaran),
permukaan diratakan dengan roskam dan bagian sisanya (kelebihannya) dibuang
hingga didapatkan permukaan beton yang betul-betul rata dan licin
9 Untuk contoh uji silinder, setelah selesai dipadatkan, permukaannya diratakan
dengan batang penusuk bila kekentalannya memungkinkan, dan dengan roskam
bila kekentalannya tidak memungkinkan
9 Bila diinginkan, permukaan silinder dapat diberi lapisan tipis dari pasta semen
portland sebagai perata
6. Perawatan
Penutupan Setelah Penyelesaian
9 Untuk mencegah penguapan air dari beton segar, setelah selesai proses
pencetakan, harus ditutup dengan bahan yang tidak mudah menyerap air, tidak
reaktif dan mudah digunakan, tetapi juga harus dapat menjaga kelembaban
sampai saat contoh uji dilepas dari cetakan
9 Bila menggunakan lembaran plastik, harus dihamparkan melebihi permukaan dari
seluruh benda uji untuk menjaga kelembabannya
9 Permukan cetakan bagian luar harus dijaga jangan sampai berhubungan
langsung dengan air selama 24 jam pertama setelah beton selesai dicetak, sebab
dapat merubah air dalam adukan dan menyebabkan rusaknya benda uji
7. Laporan
Ketelitian Pekerjaan
Untuk mengetahui ketelitian dari pekerjaan, dibuat laporan dari berbagai hasil
pengujian. Dari data-data tersebut dianalisa untuk mendapatkan nilai deviasi standar
berdasarkan pelaksana pengujian pada lab yang sama dan juga dibandingkan
dengan hasil dari lab yang lain. Selnjutnya, hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan ketentuan pada tabel dibawah ini.
Data-data Bahan
Semua data-data bahan dan proporsi adukan yang digunakan dalam pembuatan
beton harus dicatat dalam bentuk formulir seperti contoh berikut: