Anda di halaman 1dari 12

BAB XVII

PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON

1.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara
menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya
berupa silinder beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm
atau kubus dengan sisi 150mm ) setelah umur 28 hari. Berikut ini di
uraikan cara melakukan pengujian kuat tekan benda uji tersebut.

1.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui Langkah pengujian kuat tekan beton
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji

1.3 LANDASAN TEORI


Kekuatan tekan beton didefenisikan sebagai tegangan yang terjadi
dalam benda pada pemberian beban hingga benda uji tersebut hancur.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M 14-1989 F (SNI
03-1974-1990). Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa
baha tambah membentuk massa padat (SNI 03-2834-1993).

Kuat tekan beton, sudah sangat jelas dipengaruhi oleh rasio


air/semen yang akan menciptakan porositas di pasta semen dan tingkat
ikatannya dengan agregat. Kekuatan beton tentu di pengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat dan karakteristik bahan penyusun
Selain kekuatan pasta semen, yang perlu menjadi perhatian adalah
agregat. Proporsi campuran agregat dalam beton adalah sekitar 70-80%,
sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi
maupun dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan,
secara linier dan tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi
baik, begitu juga sebaliknya.
2. Metode pencampuran
a. Penentuan proporsi bahan (mix design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui perancangan beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar
proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat
memenuhi aspek ekonomis. Metode perancangan ini pada dasarnya
menentukan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton untuk kinerja
tertentu yang diharapkan. Penentuan proporsi campuran dapat digunakan
dengan beberapa metode yang dikenal, antara lain:
1) Metode American Concrete Institute
2) Portland Cement Association
3) Road Note No. 4
4) British Standard, Department of Engineering
5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNL.T-15-1990-03)
6) Cara coba-coba
b. Metode pencampuran (mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan
kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan.
Kemudahan pengerjaan atau workability pada pekerjaan beton
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan dan
dipadatakan serta bentuk dalam acuan. Kemudahan pengerjaan ini
diindikasikan melalui slump test; semakin tinggi nilai slump, semakin
mudah untuk dikerjakan. Namun demikian nilai dari slump ini harus
dibatasi, Nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton kropos
setelah mengeras Karen air yang terjebak dalamnya menguap. Metode
pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan
beton dari beton, walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu bahan
telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya
bleeding, dan hal-hal lain yang tidak dikehendaki.
c. Pengecoran (placing)
Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika
syaratsyarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan
tekan yang direncanakan tidak akan tercapai. d. Pemadatan Pemadatan
yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena
tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogeny. Pemadatan yang
berlebih pun akan menyebabkan terjadinya bleeding. Pemadatan harus
dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
melihat manual pemadat yang digunakan sehingga pemadatan pada
campuran beton dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
3. Perawatan
Perawatan dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara, bahan, dan alat yang
digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang
dibuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktu-waktu yang dibutuhkan
untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan baik.
4. Kondisi pada saat pengerjaan pengecoran
Faktor-faktor yang akan mempengaruhi adalah :
a. Bentuk dan ukuran contoh
b. Kadar air
c. Suhu contoh
d. Keadaan permukaan landasan
e. Cara pembebanan.
Apabila tidak ditentukan dengan percobaan untuk keperluan
perhitungan atau pemeriksaan mutu beton maka perbandingan kekuatan
beton pada berbagai umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur


Umur (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland 0,40 0,65 0,8 0,95 1,00 1,20 1,35
8
Semen portlen 0,55 0,75 0,9 0,95 1,00 1,15 1,20
dengan kekuatan 0
awal yang tinggi
(Sumber:(PBI 1971)
Untuk menentukan kuat tekan silinder beton digunakan rumus sebagai
berikut:
P
F ' c= (17.1)
A
Untuk menentukan berat jenis silinder beton digunakan rumus sebagai
berikut:
W
Berat jenis beton silinder = (17.2)
V
Keterangan:
P =Besar tekanan
A = luas penampang
W = berat beton
V =Volume

Apabila tidak ditentukan dengan percobaan untuk keperluan


perhitungan atau pemeriksaan mutu beton maka perbandingan kekuatan
beton pada berbagai umur dapat dilihat pada label berikut ini:

Perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur


Umur (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland 0,40 0,65 0,8 0,95 1,00 1,20 1,35
8
Semen portlen 0,55 0,75 0,9 0,95 1,00 1,15 1,20
dengan kekuatan 0
awal yang tinggi
(Sumber : PBI 1971)
1.4 BENDA UJI
sebagai benda uji ialah silinder beton diameter 150mm dan tinggi 300 mm
1.5 PERALATAN
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji
b. Timbangan
c. Alat Perata lapis atas silinder (capping)
d. Alat uji tekan

1.6 PELAKSANAAN
a. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji,antara lain :
1. Faktor semen
2. Nilai slam
3. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji
4. Kapa di buat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan
data tersebut,perkirakanlah kuat tekannya)
b. Bila benda uji berupa silinder,ukurlah diameter rata-rata silinder
ditengah tengah tingginya,dan ukur pula tinggi rata-ratanya
dengan ketelitian sampai , mm (dengan kaliper)
c. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0,005 k.
d. Ratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada
permukaan dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu
dengan kaca atau plat ini keraas dan cukup kuat.
e. Uji tekan dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm² sampai dengan
4kg/cm²(SNI03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
f. Catat beban maksimum yang dihasilkan dan gambarkan sketsa
keruntuhan benda uji.
BAB XVIII
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON

1.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya di tentukan berdasarkan kuat tekannya cara
menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya
berupa silinder beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm
atau kubus beton dengan sisi 150mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini
diuraikan cara melakukan pengujian tekan benda uji kubus beton.

1.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui kuat tekan kubus beton
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan benda uji

1.3 LANDASAN TEORI


Kuat tekan kubus beton dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai
kuat tekananya tinggi, maka sifat yang lain juga baik dan juga
pembuatannya sulit. Harganya pun juga sedikit lebih mahal sehingga
hanyak dipakai untuk bangunan besar saja (gedung dan lain-lain). Pada
kuat tekan kubus beton pada titik pengambilan saja, contoh benda uji yang
harus memenuhi syarat yaitu kuat tekannya tidak boleh kurang dari kuat
rencana. Bentuk dan ukuran benda uji akan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan. Dalam SNI
03-1974-1990 disebutkan bahwa benda uji standar yang dapat digunakan
dalam uji kuat tekan beton adalah kubus beton dengan sisi 15 cm. Tujuan
dari pengujian ini adalah untuk mengetahui langkah penguian kuat tekan
beton dengan cara langsung dan dapat mengetahui besarnya nilai kuat
tekan uji.

Konversi Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur


Umur (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland 0,40 0,65 0,8 0,95 1,00 1,20 1,35
8
Semen portlen 0,55 0,75 0,9 0,95 1,00 1,15 1,20
dengan kekuatan 0
awal yang tinggi
(Sumber : PBI 1971)

1.4 BENDA UJI


Sebagai benda uji adalah kubus beton dengan ukuran sisi 150mm
1.5 PERALATAN
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji
b. Timbangan
c. Stopwatch
d. Alat uji tekan

1.6 PELAKSANAAN
1. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
a. Faktor semen.
b. Nilai slam.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji, (berdasarkan
perkirakanlah kuat tekannya).
2. Benda uji berupa kubus, ukurlah dengan teliti sisi dari kubus beton
menggunakan kaliper.
3. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Ratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau
plat. Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
5. Uji tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm² sampai dengan 4
Kg/cm² (SNI03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Catat beban maksimum yang dihasilkan dan gambarkan sketsa keruntuhan
benda uji.
BAB XIX
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON

1.1 PENDAHULUAN
Selain ditentukan berdasarkan kuat tekannya, mutu beton juga
ditentukan pada kuat lenturnya.umumnya pengujian kuat lentur beton
dilakukan terhadap benda uji berupa balok beton dengan ukuran sisi
150mm dengan Panjang 600mm,setelah umur beton 28 hari.

1.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui cara pengujian kuat lentur balok beton.
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat lentur benda uji

1.3 LANDASAN TEORI


Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan
pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu
benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji patah yang
dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-
1997).Sebuah balok yang diberi beban akan mengalami deformasi, dan
oleh sebab itu timbul momen-momen lentur sebagai perlawanan dari
material yang membentuk balok tersebut terhadap beban luar. Tegangan
yang timbul selama mengalami deformasi tidak boleh melebihi tegangan
lentur ijin untuk bahan dari beton itu. Momen eksternal harus ditahan oleh
bahan dari beton, dan harga maksimum yang dapat dicapai sebelum balok
mengalami keruntuhan atau patah sama dengan momen penahan internal
dari balok Sistem pembebanan pada pengujian tarik lentur, yaitu benda uji
dibebani sedemikian rupa sehingga hanya akan mengalami keruntuhan
akibat lentur murni.

1.4 BENDA UJI


Sebagai benda uji adalah balok beton dengan ukuran sisi 150 mm
dan panjangnya 600 mm.

1.5 PERALATAN
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji
b. Timbangan
c. Meteran
d. Stop watch (alat pengkur waktu)
e. Alat uji kuat lentur
1.6 PELAKSANAAN
a. Ukur Panjang dan sisi balok dengan teliti
b. Timbang benda uji dengan ketelitian 0,1kg
c. Pasanglah balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang
sekitar 450mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan
jarak masing-masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan
perletakan dengan kecepatan pembebana 8-10 kg/cm² per menit.
d. Catat beban maksimum yang mematahkan balok beton
BAB XX
UJI KETAHANAN AUS KRIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES

1.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan
aus kerikil batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles.
Pengujian ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran
yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta
kemungkinan terjadinya pecah butir penumpukan, pemindahan maupun
selama pengangkutan. Kekerasan kerikil butir kerikil selama berhubungan
pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang diperoleh dari hasil
pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara berat bagian yang
halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula
sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausan
nya. Pada umumnya kerikil disyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih
dari 10% setelah diputar 100 kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah
di putar 500 kali.

1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubugna dengan kekrasan atau kekuatan

1.3 LANDASAN TEORI


Pengujian keausan kerikil dengan mesin los angeles dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat ketahanan aus kerikil atau batu pecah dengan
menggunakan mesin los angeles. Pengujian aus kerikil dengan cara ini
memberikan gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan
keriki, serta kemungkinan pecah butir- butir kerikil selama
penumpukan,pemindahan maupun pengangkutan. Metode pengujian ini
meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan ukuran
75 mm (3") sampai dengan ukuran 2.36 mm ( n 0.8) dengan menggunakan
mesin abrasi Los Angeles. Penggolongan tingkat keausan agregat
diindikasikan oleh nilai abrasi dari hasil pengujian Los Angeles terdiri
dari:
 Agregat kasar, nilai abrasi <20% -
 Agregat halus, nilai abrasi >50%
Pada konstruksi perkerasan jalan, penggunaan agregat yang tidak
memenuhi syarat keausan akan mengakibatkan antara lain yaitu :
 Terganggunya kestabilan konstruksii perkerasan
 Terganggunya pelekatan aspal terhadap agregat

Pengujian keausan atau abrasi harus melakukan analisis ayak terlebih


dahulu untuk mengetahui gradasi yang paling banyak apakah termasuk
pada tipe A,B,C, atau D dan dapat menentukan banyak bola baja yang
akan digunakan dapat dilihat Grading of Test Sample:

Grading of test sample


Ukuran Ayakan (mm) Gradasi dan berat untuk setiap ukuran (gram)
Lolos Tertahan A B C D
37.5 25 1250±25
19 12.5 1250±25
12.5 9.5 1250±25 2500±10
9.5 6.3 1250±25 2500±10 2500±10
6.3 4.75 2500±10
4.75 2.36 5000±10
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10
Boja baja 12 11 8 6
(Sumber : AASTM C.131-96 benda uji setiap abrasi)

Perhitungan Bola Baja


Ukuran Ayakan (mm) Gradasi dan berat untuk setiap ukuran (gram)
Lolos Tertahan A B C D
37.5 25 1250±25
19 12.5 1250±25
12.5 9.5 1250±25 2500±10
9.5 6.3 1250±25 2500±10 2500±10
6.3 4.75 2500±10
4.75 2.36 5000±10
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10
Boja baja 12 11 8 6
(Sumber : AASTM C.131-96 benda uji setiap abrasi)

Rumus Keausan(%)

( ) x 100 %

w 1−w 2
Keausan =¿❑
w1

Dimana:
W1 =berat total agregat semula (gram)
W2 =berat total agregat tertahan ayakan N0.12 (gram)

Jumlah dan berat bola baja sesuai gradasi:


Gradasi Jumlah Bola Baja Berat semua Bola(gram)
A 12 5000±25
B 11 4584±25
C 8 3330±20

1.4 BENDA UJI


Benda uji berupa kerikil dengan gradasi sesuai table 20.1 dan jumlah bola
sesuai table 20.2 berikut ini:

Tabel 20.1 berat dan gradasi benda uji


Lubang ayakan Berat benda uji
(mm) (gr)
Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38.10 25,40 1.250
25.40 19,05 1.250
19.05 12,70 1.250 2.500
12.70 9,51 1.250 2.500
9.51 6,35 2.500
6,35 4,75 2.500
Jumlah berat benda uji 5.000 5.000 5.000

Table 20.2 jumlah dan berat bola baja


Gradasi Jumlah Bola Berat semua bola
(gr)
A 12 5.000
B 11 4.584
C 10 3.330

1.5 PERALATAN
a. Mesin los angeles
b. Ayakan no 12 ( lubang 2mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm ,
25,4 mm, 19,05 mm, 12,7mm ,9,51 mm, 6,36 mm, 4,75mm, 2,36mm
c. Timbangan dengan ketelitian 5gr
d. Bola baja dengan diameter rata-rata 4,68cm dan berat masing masing
antara 390gr sampai 445gr
e. Tungku pengering (oven)yang dapat memanasi sampai pada temperature
150c

1.6 PELAKSANAAN
a. Timbang benda uji sesuai table 20,1 ( berat A)
b. Memasukin kerikil atau batu pecah kedalam mesin los angeles
c. Masukan bola baja kedalam mesin los angeles dengan jumlah
sesuai tabel 20.2
d. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 kali
e. Keluarkan bola baja atau ambil bola baja dari mesin los angeles
f. Keluarkan benda uji dari mesin los angeles kemudian di ayak
memakai ayakan No 12
g. Timbang kerikil yang tertinggal di atas ayakan No 12 (berat D)

Anda mungkin juga menyukai