Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

PEMBUATAN DAN PERAWATAN BETON

KELOMPOK 13

Aversa Rayya Yuwono 2106639983


Hafidah Ajeng Litasari 2106701601
Hilmi Musyaffa 2106638961
Mauly Azzahra 2106701274
Thandile Fidikey 2106640594

Tanggal Praktikum : Jumat, 19 November 2021


Asisten Praktikum : Juan Fidel Ferdani
Tanggal Disetujui : Selasa, 23 November 2021
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum pembuatan dan perawatan beton adalah sebagai prosedur
untuk membuat dan merawat benda uji beton dalam laboratorium dibawah
pengawasan yang akurat terhadap material dan kondisi uji menggunakan beton
yang dapat dipadatkan dengan pemadatan atau penggetaran.

B. DATA PRAKTIKUM
Data hasil pengujian yang didapatkan pada praktikum ini yaitu :

Gambar 1. Nilai Slump Test


Sumber : (Data Praktikum, 2021)

Gambar 2. Beban Maksimum yang Dapat Ditahan Beton


Sumber : (Data Praktikum, 2021)

Nilai slump test = 5 cm = 50 mm


Beban maksimum beton = 100.255 kgf
C. PENGOLAHAN DATA
Berdasarkan data yang telah didapat, maka diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
Tabel 1. Tabel Konversi Beton
Umur Beton (Hari) Perbandingan Kuat Tekan
3 0,46
7 0,70
14 0,88
21 0,96
28 1,00
Sumber : (ilmusipil.com)

 Menentukan Beban Maksimum yang Dapat Ditahan Benda Uji (P)


Dalam pengujian, beban maksimum yang dapat ditahan yaitu sebesar 100.255
kgf

 Menghitung Luas Penampang (A)


Cetakan yang digunakan adalah cetakan silinder yang memiliki diameter 15
cm.
1
A = π d2
4
1 22
= . .( 15)2
4 7
= 176,79 cm2

 Menghitung Kuat Tekan Beton


P
Kuat tekan beton =
A
100.255
=
176,79
= 567,09 kgf/cm2

Perhitungan kuat tekan beton dari umur 1 sampai 28 dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2. Perhitungan Kuat Tekan Beton Hingga Umur 28 Hari


Umur Beton Kuat Tekan Kuat Tekan
Perhitungan
(Hari) Beton (kgf/cm2) Beton (MPa)
3 0,46 x 567,09 260,86 25,58
7 0,70 x 567,09 396,96 38,93
14 0,88 x 567,09 499,04 48,94
21 0,96 x 567,09 544,41 53,39
28 1,00 x 567,09 567,09 55,61

D. ANALISIS
ANALISIS PERCOBAN
Praktikum pembuatan dan perawatan beton yang dilaksanakan pada
tanggal 19 November 2021 bertujuan sebagai prosedur untuk membuat dan
merawat benda uji beton dalam laboratorium dibawah pengawasan yang akurat
terhadap material dan kondisi uji menggunakan beton yang dapat dipadatkan
dengan pemadatan atau penggetaran.
Pada praktikum ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu
pembuatan dan perawatan beton. Lalu, tahap kedua yaitu pengujian kuat tekan
beton. Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu, cetakan
berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebagai wadah
mencetak adukan beton yang telah dibuat, satu set alat pemeriksaan slump yaitu
cetakan berbentuk kerucut untuk melakukan pengujian slump test, tongkat
pemadat untuk memadatkan benda uji di dalam cetakan kerucut, timbangan
untuk menimbang berat benda uji, sekop untuk membantu pengadukan benda
uji, mesin pengaduk benda uji, serta adukan beton segar dan air.
Sebelum dilakukan pengujian, praktikan harus menyiapkan cetakan
silinder terlebih dahulu. Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu praktikan
menyiapkan cetakan silinder satu hari sebelum pembuatan benda uji, kemudian
praktikan memberikan minyak pada cetakan dengan oli atau gemuk untuk
memudahkan saat membuka cetakan.
Langkah selanjutnya, yaitu memasukkan semen dan agregat halus ke
dalam bak pengaduk kemudian praktikan mengaduk campuran tersebut
menggunakan sekop sampai merata. Setelah itu, memasukkan agregat kasar dan
mengaduknya kembali hingga merata. Pengadukan terus dilakukan sambil
menambahkan air pencampur sedikit demi sedikit. Setelah semua air pencampur
dimasukkan ke dalam bak pengaduk, pengadukan tetap terus dilakukan sampai
beton merata.
Sebelum melanjutkan ke tahap pembuatan beton, praktikan perlu
melakukan percobaan slump untuk menentukan nilai slump dari benda uji.
Pertama, praktikan memasukkan campuran beton ke dalam cetakan kerucut
sebanyak 1/3 dari tinggi kerucut dalam tiga lapis. Kemudian di tiap lapisan
praktikan menusuk-nusukkan campuran beton sebanyak 25 kali menggunakan
tongkat pemadat. Tujuannya adalah agar adukan beton menjadi lebih padat tanpa
adanya rongga udara yang dapat menyebabkan keruntuhan. Setelah itu,
praktikan mengangkat cetakan kerucut hingga campuran beton runtuh dan
mengukur tinggi penurunan campuran beton dari cetakan kerucutnya. Nilai
perubahan tinggi itulah yang menjadi nilai slump. Jika nilai slump yang didapat
tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka praktikan perlu memperbaiki
langkah-langkah yang dilakukan sebelumnya, misalnya dengan menambahkan
atau mengurangi air. Akan tetapi, apabila nilai slump sudah sesuai, maka
langkah praktikum dapat dilanjutkan.
Kemudian, langkah yang perlu dilakukan oleh praktikan yaitu mengisi
cetakan silinder dengan campuran beton. Praktikan mengisi cetakan secara
berlapis, yaitu tiga lapisan. Pada setiap lapisan, praktikan melakukan pemadatan
dengan cara menusuk-nusukkan setiap lapisan menggunakan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali. Pada pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh
mengenai dasar cetakan. Pada lapisan kedua dan ketiga, tongkat pemadat tidak
boleh masuk ke dalam lapisan di bawahnya ± 25,4 mm. Setelah cetakan silinder
terisi penuh, praktikan mengetuk sisi cetakan secara perlahan-lahan hingga
bekas tusukan tertutup.
Selanjutnya, praktikan meratakan permukaan atas beton dan menutup
cetakan silinder dengan bahan yang kedap air dan tahan karat. Kemudian,
praktikan mendiamkan beton dalam cetakan selama 24 jam hingga mengeras
sempurna. Setelah 24 jam, praktikan mengeluarkan beton yang sudah mengeras
dari cetakan silinder.
Langkah selanjutnya yaitu praktikan melanjutkan praktikum dengan
melaksanakan prosedur curing (perawatan beton). Proses curing dimulai dengan
praktikan merendam benda di dalam bak berisi air yang telah memenuhi
persyaratan untuk perawatan (curing) selama waktu yang dikehendaki. Proses
curing ini bertujuan agar beton tidak mengalami kekurangan air dan selalu
dalam kondisi lembab sehingga mencapai mutu beton yang diinginkan.
Perendaman dilakukan minimal 7 hari dan maksimal 28 hari. Perendaman pada
hari ke-28 dapat dijadikan sebagai nilai maksimal kuat tekan beton. Kuat tekan
beton masih terus bertambah setelah perendaman hari ke-28. Namun nilai kuat
tekan beton tersebut hanya bertambah sedikit demi sedikit.
Setelah beton berumur 28 hari, beton sudah siap untuk dilakukan
pengujian kuat tekan. Langkah-langkah pengujian kuat tekan beton, yaitu
pertama-tama praktikan melapisi permukaan atas dan bawah benda uji dengan
mortar belerang secara merata. Tujuan diberikannya mortar belerang adalah agar
saat pengujian kuat tekan, penekanan pada beton merata dan nilai kuat tekan
beton yang didapatkan menjadi maksimal. Kemudian, praktikan mendiamkan
benda uji tadi selama ±1 jam sampai lapisan belerang mengering dan benda uji
siap untuk diperiksa.
Langkah selanjutnya yaitu, praktikan meletakkan benda uji beton ke
dalam mesin uji kuat tekan beton secara sentris. Kemudian, melakukan
pembebanan hingga benda uji menjadi hancur serta tidak lupa mencatat beban
maksimum yang terjadi selama proses pembebanan berlangsung. Setelah itu,
praktikan dapat melakukan perhitungan nilai kuat tekan beton pada benda uji.

ANALISIS HASIL
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data berupa nilai slump
sebesar 5 cm atau 50 mm serta beban maksimum yang dapat ditahan beton
sebesar 100.255 kgf.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai slump pada
percobaan kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan perkiraan pada
praktikum mix design sebelumnya, yaitu 100 mm. Nilai slump pada praktikum
ini menunjukkan bahwa campuran beton yang dihasilkan menjadi lebih encer
dan menghasilkan nilai workability yang tinggi. Apabila nilai workability suatu
beton tinggi, maka akan menghasilkan mutu beton yang rendah.
Untuk menghitung kuat tekan beton, yaitu dengan membagi beban
maksimum yang terjadi selama proses pembebanan dengan luasan yang diuji.
Kemudian, hasilnya dikonversikan dengan umur beton pada 3 hari, 7 hari, 14
hari, 21 hari, dan 28 hari.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai kuat
tekan beton berdasarkan umur pada hari ke-3 yaitu sebesar 25,58 MPa; pada hari
ke-7 yaitu sebesar 38,93 MPa; pada hari ke-14 yaitu sebesar 48,94 MPa; pada
hari ke-21 yaitu sebesar 53,39 MPa; dan pada hari ke-28 yaitu sebesar 55,61
MPa.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa umur kuat tekan beton pada hari
ke-7 hampir mendekati nilai kuat tekan beton yang diinginkan, yaitu 35 MPa.
Pada praktikum ini, luas penampang beton sebesar 176,79 cm2 dan nilai
maksimal kuat tekan benda uji beton yaitu sebesar 55,61 MPa pada hari ke-28.
Hal ini menunjukkan bahwa beton pada pengujian kali ini memiliki nilai kuat
tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan beton yang diinginkan,
yaitu 35 MPa. Apabila kuat tekan beton semakin besar, dampak positif nya
menyebabkan beton akan semakin tahan terhadap tekanan gaya eksternal. Akan
tetapi, dengan kuat tekan beton yang terlalu besar juga dapat memberikan
dampak negatif dalam aspek ekonomi yaitu boros dan tidak efektif. Maka, untuk
menghasilkan beton dengan kuat tekan dan mutu yang sesuai sebaiknya
dilakukan mix design ulang dengan menentukan komposisi air, semen, agregat
kasar, dan agregat halus yang lebih tepat.

ANALISIS KESALAHAN
Dalam praktikum ini, terdapat beberapa kesalahan yang dapat terjadi
sehingga menyebabkan ketidakakuratan ataupun kesalahan pada pencatatan data.
Kesalahan dianalisis berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
selama praktikum.
Kesalahan pertama yang dapat terjadi saat melakukan praktikum yaitu
praktikan tidak menggunakan K3 yang sesuai standar dan prosedur. Hal ini
dapat menyebabkan praktikan terkena bahaya dari bahan-bahan ataupun saat
sedang melaksanakan proses pencampuran beton.
Kemudian, saat melakukan pencampuran, praktikan tidak memasukkan
air secara bertahap. Hal ini mengakibatkan campuran beton lebih cepat untuk
mengalami hidrasi atau perkerasan.
Selanjutnya, pada saat pengujian slump test, praktikan tidak
memasukkan adukan beton sebanyak 1/3 dari tinggi cetakan kerucut akibatnya
beton menjadi sulit untuk dipadatkan. Lalu, praktikan tidak menusuk-nusuk
adukan beton sebanyak 25 kali sehingga masih terdapat banyak rongga udara
pada beton yang menyebabkan nilai slump test menjadi tidak akurat.
Selain itu, kesalahan dapat terjadi karena praktikan ceroboh dalam
memperhatikan nilai yang tertera pada timbangan, ceroboh dalam menghitung
berat dan pembulatan angka, serta kesalahan dalam penulisan dan pencatatan
data. Akibatnya, hasil yang didapat menjadi tidak akurat.

E. KESIMPULAN
 Pengujian pembuatan dan perawatan beton digunakan sebagai prosedur
untuk membuat dan merawat benda uji beton dalam laboratorium dibawah
pengawasan yang akurat terhadap material dan kondisi uji menggunakan
beton yang dapat dipadatkan dengan pemadatan atau penggetaran.
 Nilai slump yang didapatkan dari percobaan ini yaitu sebesar 50 mm dan
lebih kecil jika dibandingkan dengan perkiraan nilai slump pada praktikum
mix design yaitu sebesar 100 mm.
 Berdasarkan praktikum pengujian kuat tekan beton, didapatkan nilai kuat
tekan beton berdasarkan umur pada hari ke-3 yaitu sebesar 25,58 MPa; pada
hari ke-7 yaitu sebesar 38,93 MPa; pada hari ke-14 yaitu sebesar 48,94
MPa; pada hari ke-21 yaitu sebesar 53,39 MPa; dan pada hari ke-28 yaitu
sebesar 55,61 MPa.
 Karena nilai kuat tekan yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kuat
tekan beton yang diinginkan, yaitu 55,61 MPa. Maka, dapat disimpulkan
benda uji beton akan semakin tahan terhadap tekanan gaya eksternal.
F. DAFTAR REFERENSI
American Concrete Institute. ACI 211.1-91 : Standard Practice for Selecting
Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete.
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for
Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens”, No. ASTM C
39/C 39M – 04a. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Laboratorium Struktur dan Material. Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan
Beton dan Mutu Beton. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, Depok, 2009.

Anda mungkin juga menyukai