Kelompok 05
= 56,85 MPa
Ket :
P = Beban Maksimum (kg-f)
A = Luas Penampang (cm^2)
C. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan ini melingkupi prosedur untuk pembuatan dan perawatan benda uji beton dalam
laboratorium dibawah pengawasan yang akurat terhadap material dan kondisi uji menggunakan
beton yang dapat dipadatkan dengan pemadatan atau penggetaran. Dalam melakukan praktikum
pembuatan beton, praktikan memerlukan alat dan bahan diantaranya cetakan silinder, timbangan,
cetakan kerucut, wadah, tongkat pemadat, mesin pengecoran, agregat kasar, air agregat halus, dan
semen.
Langkah pertama praktikan menyiapkan silinder yang digunakan sebagai wadah cor. Praktikan
mengencangkan baut pada siliinder agar tidak ada kebocoran sehingga proses pembuatan beton
menghasilkan beton yang sesuai. Praktikan melumasi permukaan dengan oli atau minyak agar
beton mudah dilepas dari silinder setelah selesai. Kemudian timbangan dikalibrasikan dengan
wadah. Praktikan memasukan semen kewadah dan menimbang semen sesuai dengan kuantitas.
Selanjutnya agregat kasar disiapkan dan ditimbang seusai kebutuhan. Kemudian praktikan
menyiapkan air dan agregat halus yang dibutuhkan untuk pengecoran. Agregar halus ditimbang
sesuai dengan kebutuhan. Setelah semua sudah dipersiapkan, masukan agregat ke mesin cor.
Praktikan menyalakan mesin cor. Kemudia memasukan semen beserta 30% air ke dalam mesin
cor.dan menyalakan mesin cor untuk mencampur semua material. Setelah itu, saat pemgadukan
praktikan memasukan sisa air pencampuran.Pemasukan air secara bertahap ini dilakukan dengan
tujuan agar beton lebih mudah merata. Kemudian beton diaduk selama 3 menit. Praktikan
menentukan slump dengan mengisi cone dalam 3 lapis. Setiap lapis dipadatkan dengann 25
tusukan. Kemudian cone diangkat perlahan dan tinggi slump diperoleh.Praktikan kemudian
memasukan beton ke cetakan dan memadatkan setiap 1/3 hingga penuh. Setelah itu ratakan dengan
mistar. Setelah 24 jam benda uji dikeluarkan dari certakan dan beton dimasukan ke dalam bak air
untuk curing. Setelah semua selesai praktikan membersihkan dan mengencangkan kembali silinder
yang telah dipakai.
Untuk pengujian, praktikan pertama mengeluarkan beton dari kolam curing. Curing bertujuan
untuk mempertahankan kadar air di dalam beton, jika beton tidak diberi tindakan curing,
kemungkinan kandungan air akan menguap dan kekuatan beton menurun. Kemudian praktikan
mengukur dan mencatat tinggi beserta diameter beton.Praktikan mengkalibrasikan timbangan dan
menimbang gypsum berdasarkan tabel.
Tabel C.1 Berat Gypsum dan Air untuk setiap sampel silinder beton
B. Analisis Hasil
Setelah melakukan percobaan diperoleh slump setinggi 9cm, dan tekanan maksimal sebesar
102402 kg-f. Kemudian praktikan melakukan perhitungan luas berdasarkan diameter beton 15cm,
diperoleh luas sebesar 176,63 cm^2. Praktikan menghitung nilai kuat tekan beton dengan membagi
beban dengan luas permukaan diperoleh kuat tekan sebesar 579,77 kg-f/cm^2 dan dikonversi
menjadi 56,85 MPa. Nilai 56,85 MPA merupakan nilai kuat tekan beton pada saat umur 28 hari.
Berdasarkan Standar SNI 03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92, dari benda uji silinder
dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm, beton mutu rendah (low strength concrete) memiliki fc’
< 20 MPa , beton mutu sedang (medium strength concrete) memiliki fc’ dari rentang 21 MPa –
40 MPa, serta beton mutu tinggi (high strength concrete) fc’ > 41 MPa. Jika dilihat, beton uji
memiliki nilai sebesar 56,85 yang berarti merupakan beton mutu tinggi. Menurut Puslitbang
Prasarana Transportasi, Divisi 7 – 200, beton mutu tinggi umumnya digunakan untuk beton
prategang seperti tiang panjang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang
dan sejenisnya.
Menurut PBI (Peraturan Beton Indonesia), pengujian umur beton dapat dilakukan
menggunakan faktor yang telah ditetapkan oleh PBI seperti pada tabel C.1.1
Jika fc’ yang diperoleh kemudian dikalikan dengan faktor konversi yang telah ditetapkan oleh
PBI, didapatkan umur beton pada saat 3 hari sebesar, 22.74 MPa, 7 hari sebesar 36.9525MPa, 14
hari sebesar 50.028MPa, dan 21 hari sebesar 54.0075 MPa serta 56.85 MPa pada saat 28 hari.
Analisis Kesalahan
Kesalahan dalam praktikum ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya :
• Kesalahan dalam pembuatan beton, baik dari segi komposisi yang tidak tepat misalnya
akibat timbangan yang belum dikalibrasi, maupun campuran yang kurang baik akibat
pengadukan yang tidak tepat sesuai dengan waktunya. Pada saat pemadatan tidak
terlalu baik sehingga ada bagian yang tidak terlalu rata dalam beton.
• Perhitungan slump yang kurang akurat.
• Pengolesan gypsum yang tidak sesuai dengan komposisi sehingga berpengaruh pada
hasil kuat tekan beton.
• Kesalahan pada alat yang kurang akurat.
• Kesalahan pembacaan data.
• Kesalahan perhitungan dan pengolahan data.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil antara lain :.
• Nilai kuat tekan beton yang diperoleh melalui praktikum sebesar 56.85 MPa.
• Diperoleh nilai slump sebesar 9 cm.
• Sampel beton yang diuji jika dikaitkan dengan Standar SNI 03-6468-2000, ACI 318,
ACI 363R-92 termasuk beton mutu tinggi karena fc’ > 41 MPa
• Beton mutu tinggi umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang panjang
beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya
• Nilai kuat tekan beton dapat diperkiraan menurut waktunya melalui tabel konversi
umur beton yang koefsiennya ditetapkan oleh PBI (Peraturan Beton Indonesia).
• Didapatkan umur beton pada saat 3 hari sebesar, 22.74 MPa, 7 hari sebesar
36.9525MPa, 14 hari sebesar 50.028MPa, dan 21 hari sebesar 54.0075 MPa serta
56.85 MPa pada saat 28 hari menurut tabel konversi umur beton PBI.