Rangkuman Diskusi Sipil dalam Mailing List Migas Indonesia bulan September 2006 diisi dengan pembahasan mengenai curing time concrete. Disini dibahas mengenai teknologi curing, cara mempersingkat curing time, , juga penggunaan software untuk menentukan curing method dan curing time. Diskusi selengkapnya dapat dilihat dalam file berikut:
Tanggapan 2 : Chairil_Zakky@fmi.com
Sekedar tambahan informasi. Seandainya Bapak dikejar kebutuhan untuk mempersingkat curing time dan kebutuhan untuk segera dibebani secara full capacity, Bapak bisa menambahkan admixture dalam campuran concrete tersebut untuk mempersingkat masa curing time dan memaksimalkan kekuatan tekan dari concrete tersebut. Admixture dalam concrete tersebut dapat berupa water reducer/plasticizer dan hardener. Produk2 ini bisa Bapak peroleh melalui supplier khusus admixture concrete, seperti Sika atau Degussa. Dengan adanya admixture tersebut, proses curing time dapat Bapak persingkat menjadi kurang dari 7 hari (dalam beberapa kasus 3 hari cukup untuk proses curing time dan formwork bisa dilepas), tergantung dari volume concrete, luas permukaan yang akan kita curing, & struktur yang Bapak kerjakan. Sedangkan proses pembebanan itu sendiri, tergantung dari beban design dan compressive strength concrete design. Asumsinya dlm waktu 3 hari, concrete normal dapat mencapai 30%-40% kekuatan maksimumnya. Jika ditambahkan admixture bisa mencapai 60%-70% dari kekutan maksimum concrete normal pada 28 hari. Dalam beberapa kasus dimana concrete ditambahkan admixture, 3 hari waktu yang cukup untuk concrete tersebut kita bebani. Untuk lebih amannya, Bapak dapat mengecek beban desain dan comp strength concrete tersebut dengan program2 structural analysis. Apakah dalam usia dimana formwork sudah dilepas dan fase curing sudah selesai, concrete dapat cukup dengan aman untuk kita bebani. Semoga informasi saya dapat membantu.
mempercepat berbagai proses deteriorasi (kerusakan). Karena itu disarankan untuk menggunakan serat untuk mengontrol retak mikro akibat susut pada beton tersebut. Hasil uji laboratorium dan uji lapangan menunjukkan ketahanan jangka pendek yang cukup tinggi pada beton HES yg menggunakan serat selulosa terhadap retak akibat susut beton. Berikut kira2 perbandingan campuran beton normal (NS) dan HES Campuran Air Semen Agregat Kasar Agregat Halus AEA Kalsium klorida Kg/m3 Kg/m3 Kg/m3 Kg/m3 mL/m3 kg/m3 HES 190 500 1040 585 500 16 NS 164 290 1136 770 270 0 Pendekatan beton HES dengan campuran serat ini akan mereduksi pemakaian semen dan akselerator sehingga mengurangi susut suhu dan susut kering pada beton. Contoh serat selulosa ini adalah sabut kelapa, ijuk, serat bambu atau kayu. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan serat jenis selulosa dan serat baja lebih baik bila dibandingkan jenis polypropylene khususnya pada kadar yang cukup tinggi. Karena itu perlu diperhatikan oleh para praktisi bahwa penggunaan additive pada campuran beton akan memberikan efek samping pada beton yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan sesuai dengan perencanaan. Semoga bermanfaat.
Dan parameter yang terpenting adalah adibiatic temperature rise T= Q (1-e^ (-r (tt0)^ ) ) Yang mana parameter ini sangat menentukan sekali dalam analisis ini Dan constanta2 (Q,r,to, ) dari formula ini harus kita dapatkan dan tentukan dari hasil trial block yang kita lakukan. Selain untuk menentukan contanta2 tersebut trial block ini juga ditujukan untuk memperoleh coefficient of heat transfer dari beberapa metode curing yang akan kita aplikasikan, misalnya : Water curing = 25 kcal/m2 hr deg c , Water ponding + Wet Hessian + Polyethylene sheet + Polystyrene 50mm + Tarpaulin = 4.0 kcal/m2 hr deg c Wet Hessian + Polyethylene Sheet + Tarpaulin = 6.5 kcal/m2 hr deg c, dsb Setelah kita peroleh semua parameter yang dibutuhkan, dan convection boundary telah kita tentukan, maka kita dapat memodelkan struktur yang akan kita analisa dengan mengaplikasikan jenis curing (menggunakan convection boundary atau nilai coefficient of heat transfer dari masing masing curing method) apa yang akan kita pergunakan dan juga curing time yang akan kita aplikasikan juga dapat kita design sesuai dengan kebutuhan dan rencana. Dan hasil akhir dari analisa ini adalah crack index, dari nilai index yang paling minimum maka kita akan dapat menentukan jumlah rebar ratio yang dibutuhkan dengan cara menggunakan grafik dari JSCE dengan crack width yang di izinkan (grafik allowable crack width vs crack index) Semoga bermanfaat