Anda di halaman 1dari 7

American Concrete Institute ( ACI , sebelumnya National Association of Cement

Users or NACU ) adalah organisasi teknis danstandar pengembangan nirlaba . ACI didirikan pada


bulan Januari 1905 saat mengadakan konvensi di Indianapolis. [1] [2] Markas besar Institute saat ini
berada di Farmington Hills, Michigan , AS . Misi ACI adalah "ACI mengembangkan dan
menyebarkan pengetahuan berbasis konsensus tentang beton dan penggunaannya." [3]

Sejarah ACI [ sunting ]
Kurangnya standar pembuatan balok beton menghasilkan persepsi negatif beton untuk
konstruksi. Sebuah editorial oleh Charles C. Brown dalam terbitan Kotamadya 1904 membahas
gagasan pembentukan sebuah organisasi untuk membawa praktik-praktik standar dan pesanan ke
industri ini. [4] Pada tahun 1905, National Association of Cement Users secara formal diorganisasikan
dan mengadopsi undang-undang dasar dan peraturan. Richard Humphrey terpilih menjadi presiden
pertamanya. Komite pertama diangkat pada konvensi 1905 di Indianapolis dan menawarkan laporan
awal mengenai sejumlah bidang studi. [1] Laporan komite lengkap pertama ditawarkan pada konvensi
1907. Markas resmi pertama asosiasi tersebut didirikan pada tahun 1908 di kantor Richard
Humphrey di Philadelphia, Pennsylvania. Bantuan Clerical dan editorial dibawa untuk mengatur
konvensi secara lebih efektif dan mempublikasikan proses persidangan institut tersebut. "Peraturan
Bangunan Standar untuk Penggunaan Beton Bertulang" diadopsi pada konvensi 1910 dan menjadi
kode bangunan beton bertulang pertama asosiasi tersebut. Pada tahun 1912 asosiasi tersebut telah
mengadopsi 14 standar. Pada konvensi bulan Desember 1912, asosiasi tersebut menyetujui
publikasi jurnal bulanan persidangan. Pada bulan Juli 1913, Dewan Arah NACU memutuskan untuk
mengganti namanya menjadi American Concrete Institute. Nama baru itu dianggap lebih deskriptif
terhadap pekerjaan yang dilakukan di dalam institut tersebut. [5]
Persyaratan Kode Bangunan ACI 318 untuk Beton Struktural memberikan persyaratan minimum
yang diperlukan untuk memberikan kesehatan dan keselamatan bagi perancangan dan konstruksi
bangunan beton struktural. [6] Ini diterbitkan dan dikelola oleh American Concrete Institute. [7] Kode
saat ini adalah ACI 318-14.

1. PENDAHULUAN
Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan sebagai
struktur dan dapat digunakan untuk hal lainnya banyak hal dapat dilakukan dengan beton dalam
bagunan contohnya dalam struktur beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi, saluran
drainase, dan bendungan. Dalam bidang jalan raya dan jembatan beton dapat digunakan untuk
membuat jembatan,gorong-gorong atau yang lainnya.Hampir semua infrastruktur yang ada
memanfaatkan beton,karena beton mempunyai karakteristik yang cocok untuk hal infrastruktur
pembangunan. Untuk lebih mengenal karakteristik beton diperlukan pemahamannya tentang
beton. Hal ini berguna untuk agar dalam pengerjaannya beton dapat digunakan sesuai dengan
ketentuan dan efektifnya suatu beton dari awal proses hingga akhirnya
Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran perancangan beton
dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-
bahan di lapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton.
Metode ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan
menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan (workability). Seiring kemajuan teknologi hal ini pula memperbaiki
kendalakendala pengerjaan beton dan juga banyak inovasi beton untuk pengerjaan struktur.
Sehingga pemanfaatan beton tersebut semakin lebih baik dalam struktur bangunan dan yang
lainnya..

Perencanaan Campuran Beton Menurut American Concrete Institute (ACI)


Beton, beton, beton. Kata yang sering kita dengar dalam dunia Teknik Sipil. Sebagai
salah satu struktur utama bangunan yang bersinergi dengan baja/besi, beton
memegang peranan penting untuk menjaga level suatu bangunan agar tetap aman dan
kokoh (ridgid) bagi penghuninya. Beton terdiri dari dua komponen utama yaitu
material campuran dan besi/baja tulangan. Pada posting ini, kita akan membahas
material campuran pada beton. Pada dasarnya, material campuran terdiri dari pasir +
kerikil (agregat), semen (bahan, dan air. Dalam kondisi tertentu, ada tambahan
bahan-bahan kimia yang dimaksudkan untuk menambah atau mereduksi faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (admixture). Bahan-bahan tambah
ini dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu accelerator, water proofing,
retarder, dan sebagainya(Teknologi Bahan 1, 1987). 
Namun pada daerah tropis seperti Indonesia, admixture jarang digunakan karena
kondisi-kondisi alamnya relatif stabil (hanya ada 2 musim) kecuali untuk kondisi-
kondisi yang memang dibuat “memerlukan”admixture. Kembali ke bahasan utama,
material campuran ini memegang peranan penting dalam suatu beton karena
jumlahnya sekitar 70% - 80%. Hal ini coba saya uji pada tugas akhir saya yang bertema
perencanaan biaya dan memang betul bahwa material campuran volumenya jauh
lebih besar daripada besi/baja tulangan yang hanya memiliki sekitar 10% volume
beton itu sendiri. Namun dosen pembimbing saya tidak menganjurkan saya
memasukkan hasil uji volume tersebut karena beliau berpendapat dalam perencanaan
biaya, volume beton yang dihitung memang hanya berdasarkan material campuran
saja mengingat kecilnya prosentase volume tulangan jika dibandingkan dengan
material campuran dalam satuan yang sama (dalam hal ini, saya menggunakan m³).
Karena volume yang besar, otomatis material campuran ini sangat menentukan
kekuatan (strength), kemudahan pengerjaan (workability), dan keawetan struktur
beton disamping nilai ekonomi yanglumrah menjadi faktor utama dalam perencanaan
Teknik Sipil. Perencanaannya harus dilakukan secermat mungkin agar beton yang
kuat, efisien, dan ekonomis dapat terpenuhi. Salah satu dasar perencanaan yang
sering dipakai adalah standar yang ditetapkan oleh American Concrete Institut
(ACI). Standar ini menganut kenyataan bahwa pada ukuran maksimum agregat
tertentu, jumlah air per meter kubik adukan menentukan tingkat konsistensi /
kekentalan (slump) adukan beton. Berikut adalah garis besar teori perencanaan
material campuran beton berdasarkan American Concrete Institut (ACI) yang saya
dapatkan ketika mendapatkan kuliah beton di tempat saya menempuh studi D-3
Teknik Sipil. Teori sederhana ini juga saya pakai ketika mengikuti Lomba Kuat Tekan
Beton (LKTB) UK. Petra Surabaya tahun 2011 dan mendapatkan hasil yang cukup
membanggakan karena kelompok kami mendapatkan posisi ke-11 dari sekitar 60
peserta mengingat kompetitor-kompetitor kami merupakan para mahsiswa S1 yang
lebih mahir dalam teori,hehehe. Saya sendiri ingat kala itu, beton pertama yang kami
buat sempurna dalam berbagai aspek penilaian sedangkan beton kedua gagal dalam
aspek kuat tekan yang under standart. 

MIX DESIGN (ACI) METODE

Mix Design Beton American Association (ACI) Metode Absolute Volume

Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan


mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-bahan di lapangan,
kemudahan pekerjaan, serta keawetan kekuatan dan pekerja beton. Cara ACI melihat bahwa dengan
ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan (workability).

1.         Perancangan

Sebelum melakukan perancangan, data-data yang dibutuhkan harus dicari. Jika data-data yang
dibutuhkan tidak ada, dapat diambil data dari tabel-tabel yang telah dibuat untuk membantu
penyelesaian perancangan cara ACI ini. Bagian alir perancangan dengan metode ACI dapat dilihat pada
gambar 8.2.

Pada metode ini, input data perancangan meliputi data standar deviasi hasil pengujian yang berlaku
untuk pekrjaan yang sejenis dengan karakteristik yang sama. Selanjutnya data tentang kuat tekan
rencana, data butir nominal agregat yang digunakan, data slump, (jika diinginkan dengan nilai tertentu),
berat jenis agregat, serta karakteristik lingkungan yang diinginkan.

2.         Langkah Perancangan

1)      Hitung kuat tekan rata-rata beton, berdasarkan kuat tekan rencana dan margin, f’cr = m + f’c

a.       m = 1.64*Sd, standar deviasi diambil berdasarkan data yang lalu, jika tidak ada diambil dari Tabel
8.1 berdasarkan mutu pelaksanaan yang diinginkan.
b.      Kuat tekan rencana (f’c) ditentukan berdasarkan rencana atau dari hasil uji yang lalu.

Mutu Pelaksanaan (Mpa)


Volume Pekerjaan
Baik Sekali Baik Cukup

Kecil (< 1000 m3) 4.5 < sd<5.5 5.5 < sd<6.5 6.5 < sd <8.5

Sedang (1000 - 3000 m3) 3.5 < sd<4.5 4.5 < sd<5.5 5.5 < sd <7.5

Besar ( > 3000 m3) 2.5 < sd<3.5 3.5 < sd<4.5 4.5 < sd <6.5

Tabel 8.1 Nilai Standar Deviasi

2)      Tetapkan nilai slump, dan butir maksimum agregat

a.       Slump ditentukan. Jika tidak dapat, data diambil dari Tabel 8.2

Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum

-       Dinding Penahan dan Pondasi 76.2 25.4

-       Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub 76.2 25.4


struktur

-       Balok dan dinding beton


101.6 25.4
-       Kolom struktural
101.6 25.4
-       Perkerasan dan slab
76.2 25.4
-       Beton masal
50.8 25.4

Tabel 8.2 Slump yang disyaratkan untuk berbagai konsentrasi kenurut ACI.

b.      Ukuran maksimum agregat dihitung dari 1/3 tebal plate dan atau 3/4 jarak bersih antar baja
tulangan, tendon, bundle bar, atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekisting ambil yang
terkecil, jika tidak diambil dari Tabel 8.3.

Dimensi Minimim, mm Balok / kolom Plat

62.5 12.5 mm 20 mm

150 40 mm 40 mm

300 40 mm 80 mm

750 80 mm 80 mm

Tabel 8.3 Ukuran Maksimum Agregat

3)      Tetapkan jumlah air yang dibuhkan berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai slump dari
Tabel 8.4
Air (lt/m3)
Slump (mm)
9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
mm mm mm mm mm mm mm mm

25.4 s/d 50.8 210 201 189 180 165 156 132 114

76.2 s/d 127 231 219 204 195 180 171 147 126

152.4 s/d 177.8 246 231 216 204 189 180 162 -

Mendekati jumlah
kandungan udara
dalam beton air
entrained (%)

3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2

25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108

76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120

152.4 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -

Kandungan udara
total rata-rata yang
disetujui (%)

Diekspose sedikit 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0

Diekspose menengah 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0

Sangan ekspose

7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0

Tabel 8.4 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk Berbagai Slump dan Ukuran
Nominal Agregat Masimum

4)      Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari 8.5. Untuk nilai kuat tekan dalam Mpa yang berada di antara
nilai yang diberikan dilakukan interpolasi.

FAS
Kekuatan Tekan
Beton Beton
28 hari (Mpa)
Air-entrained Non Air-entrained

41.4 0.41 -

34.5 0.48 0.4


27.6 0.57 0.48

20.7 0.68 0.59

13.8 0.62 0.74

Tabel 8.5 Nilai Faktor Air Semen

5)      Hitung semen yang diperlukan, yaitu jumlah air dibagi dengan factor air semen.

6)      Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan Modulus Halus Butir (MHB)
agregat halusnya  sehingga didapat persen agregat kasar (Tabel 8.6). Jika nilai Modulus Halus Butirnya
berada di antaranya, maka dilakukan interpolasi. Volume agregat kasar=persen agregat dikalikan dengan
berat kering agregat kasar.

7)      Estimasikan berat beton segar berdasarkan Tabel 8.7, kemudian hitung agregat halus, yaitu berat
beton segar – (berat air + berat semen + berat agregat kasar).

8)      Hitung proporsi bahan, semen, air, agregat kasar dan agregat halus, kemudian koreksi berdasarkan
nilai daya serap air pada agregat.

9)      Koreksi Proporsi Campurannya.

Ukuran Volume Agregat kasar kering * persatuan volume untuk


berbagai modulus halus butir
Agregat

Maks (mm) 2.40 2.60 2.80 3.00

9.5 0.50 0.48 0.46 0.44

12.7 0.59 0.57 0.55 0.53

19.1 0.66 0.64 0.62 0.60

25.4 0.71 0.69 0.67 0.65

38.1 0.75 0.73 0.71 0.69

50.8 0.78 0.76 0.74 0.72

76.2 0.82 0.80 0.78 0.76

152.4 0.87 0.85 0.83 0.81

                    Tabel 8.6 Volume Agregat Kasar Per satuan Volume Beton

3.         Kekurangan dan Kelebihan


1)      Cara ini merupakan cara coba-coba untuk memperoleh proporsi bahan yang menghasilkan
konsistensi. Jika dipakai agregat yang berbeda akan menyebabkan konsistensi yang berbeda juga.

2)      Nilai Modulus Halus Butir (MHB) sebenarnya kurang menggambarkan gradasi agregat yang tepat.
Untuk agregat dengan berat jenis yang berbeda, perlu dilakukan koreksi lagi.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai