Sejarah ACI [ sunting ]
Kurangnya standar pembuatan balok beton menghasilkan persepsi negatif beton untuk
konstruksi. Sebuah editorial oleh Charles C. Brown dalam terbitan Kotamadya 1904 membahas
gagasan pembentukan sebuah organisasi untuk membawa praktik-praktik standar dan pesanan ke
industri ini. [4] Pada tahun 1905, National Association of Cement Users secara formal diorganisasikan
dan mengadopsi undang-undang dasar dan peraturan. Richard Humphrey terpilih menjadi presiden
pertamanya. Komite pertama diangkat pada konvensi 1905 di Indianapolis dan menawarkan laporan
awal mengenai sejumlah bidang studi. [1] Laporan komite lengkap pertama ditawarkan pada konvensi
1907. Markas resmi pertama asosiasi tersebut didirikan pada tahun 1908 di kantor Richard
Humphrey di Philadelphia, Pennsylvania. Bantuan Clerical dan editorial dibawa untuk mengatur
konvensi secara lebih efektif dan mempublikasikan proses persidangan institut tersebut. "Peraturan
Bangunan Standar untuk Penggunaan Beton Bertulang" diadopsi pada konvensi 1910 dan menjadi
kode bangunan beton bertulang pertama asosiasi tersebut. Pada tahun 1912 asosiasi tersebut telah
mengadopsi 14 standar. Pada konvensi bulan Desember 1912, asosiasi tersebut menyetujui
publikasi jurnal bulanan persidangan. Pada bulan Juli 1913, Dewan Arah NACU memutuskan untuk
mengganti namanya menjadi American Concrete Institute. Nama baru itu dianggap lebih deskriptif
terhadap pekerjaan yang dilakukan di dalam institut tersebut. [5]
Persyaratan Kode Bangunan ACI 318 untuk Beton Struktural memberikan persyaratan minimum
yang diperlukan untuk memberikan kesehatan dan keselamatan bagi perancangan dan konstruksi
bangunan beton struktural. [6] Ini diterbitkan dan dikelola oleh American Concrete Institute. [7] Kode
saat ini adalah ACI 318-14.
1. PENDAHULUAN
Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan sebagai
struktur dan dapat digunakan untuk hal lainnya banyak hal dapat dilakukan dengan beton dalam
bagunan contohnya dalam struktur beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi, saluran
drainase, dan bendungan. Dalam bidang jalan raya dan jembatan beton dapat digunakan untuk
membuat jembatan,gorong-gorong atau yang lainnya.Hampir semua infrastruktur yang ada
memanfaatkan beton,karena beton mempunyai karakteristik yang cocok untuk hal infrastruktur
pembangunan. Untuk lebih mengenal karakteristik beton diperlukan pemahamannya tentang
beton. Hal ini berguna untuk agar dalam pengerjaannya beton dapat digunakan sesuai dengan
ketentuan dan efektifnya suatu beton dari awal proses hingga akhirnya
Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran perancangan beton
dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-
bahan di lapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton.
Metode ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan
menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan (workability). Seiring kemajuan teknologi hal ini pula memperbaiki
kendalakendala pengerjaan beton dan juga banyak inovasi beton untuk pengerjaan struktur.
Sehingga pemanfaatan beton tersebut semakin lebih baik dalam struktur bangunan dan yang
lainnya..
1. Perancangan
Sebelum melakukan perancangan, data-data yang dibutuhkan harus dicari. Jika data-data yang
dibutuhkan tidak ada, dapat diambil data dari tabel-tabel yang telah dibuat untuk membantu
penyelesaian perancangan cara ACI ini. Bagian alir perancangan dengan metode ACI dapat dilihat pada
gambar 8.2.
Pada metode ini, input data perancangan meliputi data standar deviasi hasil pengujian yang berlaku
untuk pekrjaan yang sejenis dengan karakteristik yang sama. Selanjutnya data tentang kuat tekan
rencana, data butir nominal agregat yang digunakan, data slump, (jika diinginkan dengan nilai tertentu),
berat jenis agregat, serta karakteristik lingkungan yang diinginkan.
2. Langkah Perancangan
1) Hitung kuat tekan rata-rata beton, berdasarkan kuat tekan rencana dan margin, f’cr = m + f’c
a. m = 1.64*Sd, standar deviasi diambil berdasarkan data yang lalu, jika tidak ada diambil dari Tabel
8.1 berdasarkan mutu pelaksanaan yang diinginkan.
b. Kuat tekan rencana (f’c) ditentukan berdasarkan rencana atau dari hasil uji yang lalu.
Kecil (< 1000 m3) 4.5 < sd<5.5 5.5 < sd<6.5 6.5 < sd <8.5
Sedang (1000 - 3000 m3) 3.5 < sd<4.5 4.5 < sd<5.5 5.5 < sd <7.5
Besar ( > 3000 m3) 2.5 < sd<3.5 3.5 < sd<4.5 4.5 < sd <6.5
a. Slump ditentukan. Jika tidak dapat, data diambil dari Tabel 8.2
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
b. Ukuran maksimum agregat dihitung dari 1/3 tebal plate dan atau 3/4 jarak bersih antar baja
tulangan, tendon, bundle bar, atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekisting ambil yang
terkecil, jika tidak diambil dari Tabel 8.3.
62.5 12.5 mm 20 mm
150 40 mm 40 mm
300 40 mm 80 mm
750 80 mm 80 mm
3) Tetapkan jumlah air yang dibuhkan berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai slump dari
Tabel 8.4
Air (lt/m3)
Slump (mm)
9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
mm mm mm mm mm mm mm mm
25.4 s/d 50.8 210 201 189 180 165 156 132 114
76.2 s/d 127 231 219 204 195 180 171 147 126
152.4 s/d 177.8 246 231 216 204 189 180 162 -
Mendekati jumlah
kandungan udara
dalam beton air
entrained (%)
25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108
76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120
152.4 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -
Kandungan udara
total rata-rata yang
disetujui (%)
Diekspose sedikit 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
Diekspose menengah 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Sangan ekspose
Tabel 8.4 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk Berbagai Slump dan Ukuran
Nominal Agregat Masimum
4) Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari 8.5. Untuk nilai kuat tekan dalam Mpa yang berada di antara
nilai yang diberikan dilakukan interpolasi.
FAS
Kekuatan Tekan
Beton Beton
28 hari (Mpa)
Air-entrained Non Air-entrained
41.4 0.41 -
5) Hitung semen yang diperlukan, yaitu jumlah air dibagi dengan factor air semen.
6) Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan Modulus Halus Butir (MHB)
agregat halusnya sehingga didapat persen agregat kasar (Tabel 8.6). Jika nilai Modulus Halus Butirnya
berada di antaranya, maka dilakukan interpolasi. Volume agregat kasar=persen agregat dikalikan dengan
berat kering agregat kasar.
7) Estimasikan berat beton segar berdasarkan Tabel 8.7, kemudian hitung agregat halus, yaitu berat
beton segar – (berat air + berat semen + berat agregat kasar).
8) Hitung proporsi bahan, semen, air, agregat kasar dan agregat halus, kemudian koreksi berdasarkan
nilai daya serap air pada agregat.
2) Nilai Modulus Halus Butir (MHB) sebenarnya kurang menggambarkan gradasi agregat yang tepat.
Untuk agregat dengan berat jenis yang berbeda, perlu dilakukan koreksi lagi.