Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

“TAHAPAN PERENCANAAN CAMPURAN BESERTA


PROSEDUR PERCOBAAN PEMERIKSAAN CAMPURAN BETON”
Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teknologi Bahan

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

 Andi Muh. Ghaza Makalalag (03120200117)


 Agung Pamungkas (03120200012)
 Muhammad Ahmadinejad (03120200010)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Kelompok ini dapat terselesaikan. Berbagai
sumber telah penulis ambil sebagai bahan dalam pembuatan tugas ini.
Penulis juga menyadari bahwa buku tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki kesalahan dalam
penyusunannya.

Manado, 6 Maret 2021

Penyusun

TEKNOLOGI BAHAN Page i


1) Buat tahapan perencanaan campuran lengkap Flow chart dan grafik serta tabel
standar spesifikasi !!!
Pembahasan :

Tujuan perancangan campuran beton adalah untuk menentukan proporsi bahan


baku beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air yang memenuhi
kriteria workabilitas, kekuatan, durabilitas, dan penyelesaian akhir yang sesuai
dengan spesifikasi. Proporsi yang dihasilkan oleh rancangan pun harus optimal,
dalam arti penggunaan bahan yang minimum dengan tetap mempertimbangkan
kriteria teknis. Perancangan campuran beton merupakan suatu hal yang kompleks
jika dilihat dari perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Karena itu,
sifat dan karakteristik masing-masing bahannya tersebut akan menyebabkan
produksi beton yang dihasilkan cukup bervariasi. Selanjutnya perlu diketahui
beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi pekerjaan pembuatan rancangan
campuran beton, diantaranya adalah kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan,
kekuatan beton yang direncanakan, kemampuan pelaksana, tingkat pengawasan,
peralatan yang digunakan, dan tujuan peruntukan bangunan.
Dalam praktek ada beberapa metode rancangan campuran beton yang telah
dikenal, antara lain seperti metode DOE yang dikembangkan oleh Department of
Environment di Inggris dan Metode ACI (American ConcreteInstitute). Metode
rancangan campuran beton dengan cara DOE ini di Indonesia dikenal sebagai
standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam
Standar SNI 03-2834-2000, "Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal". Sedangkan SNI 7656:2012, “Tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat dan beton massa” mengacu pada ACI. Secara garis besar
kedua metode tersebut didasarkan pada hubungan empiris, bagan, grafik dan tabel,
tetapi pada beberapa procedural terdapat perbedaan.

TEKNOLOGI BAHAN Page 1


1. Metode SNI 03-2834-2000

Metode SNI 03-2834-2000, dalam prosedur rancangan


campurannya mengadopsi beberapa asumsi sebagai berikut
(Alkhaly, 2016) :
a) Metode ini berlaku untuk semen Ordinary Portland Cement
(tipe I), Rapid Hardening Portland Cement (tipe II),High Early
Strength Cement (tipe III) dan Sulphate Resisting Portland
Cement (tipe V).
b) Metode ini membedakan antara agregat pecah (batu pecah)
dan tidak pecah (agregat alami/kerikil) yang akan
mempengaruhi jumlah pengguna air.
c) Memperhitungkan gradasi dari agregat halus berdsarkan
zona dan menganggap gradasi dari agregat halus akan
mempengaruhi tingkat kemampuan kerja dari campuran
beton.
d) Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per kubik
beton tergantung dari ukuran maksimum nominal dari agregat
kasar dan gradasi agregat halus.
e) Kadar air dalam campuran beton hanya dipengaruhi oleh
tingkat kemudahan kerja yang diperlukan, dinyatakan uji
slump.
f) Ukuran maksimum nominal dari agregat kasar, dianggap tidak
mempengaruhi proporsi campuran.
g) Metode mengadopsi campuran beton dengan rasio air semen
(fas) 0,5.

TEKNOLOGI BAHAN Page 2


Prosedur perancangan campuran beton menurut metoda SNI 03
– 2834 – 2000, ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1 - Prosedur perancangan campuran beton


menurut metode SNI 03 – 2834 – 2000

2. Metode SNI 7656:2012

Metode SNI 7656:2012, dalam prosedur rancangan campurannya


mengadopsi beberapa asumsi sebagai berikut (Alkhaly, 2016) :
a. Metode ini tidak membedakan jenis semen hidrolik (berlaku
untuk semua jenis semen hidrolik) dan jenis agregat
b. Konsistensi campuran yang mempengaruhi kemudahan kerja
dianggap hanya tergantung pada kadar air bebas dari proporsi
campuran, dinyatakan dalam uji slump.
c. Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per kubik
beton tergantung hanya pada ukuran maksimum nominal dari
agregat kasar.
d. Jenis pemadatan berpengaruh pada tinggi slump yang dianjurkan.

e. Estimasi volume bahan campuran beton dapat dilakukan


berdasarkan ekivalensi berat maupun ekivalensi absolut.
f. Metode ini tidak memberikan batasan kadar minimum beton
yang dapat digunakan.

TEKNOLOGI BAHAN Page 3


g. Metode ini memberikan pengurangan air sebesar 18 kg/m 3
pada campuran beton yang menggunakan agregat kasar
alami/kerikil.

Prosedur perancangan campuran beton menurut metoda


SNI 7656:2012, ditunjukkan pada gambar 2

Gambar 2 - Prosedur perancangan campuran beton menurut 7656:2012

Setelah kita telah mengetahui metode metode yang digunakan kita masuk pada
tahap Perencanaan campuran Beton yaitu :

1. Metode SNI 03 – 2834 – 2000


a. Tahapan perancangan campuran beton dengan metode SNI 03-2834-2000
Proses perancangan mengikuti lnagkah-langkah berikut :
1) Tentukan nilai kuat tekan beton (fc’) yang direncanakan sesuai dengan syarat teknik
yang dikehendaki. Kuat tekan ini ditentukan pada umur 28 hari, dengan kegagalan/cacat
maksimum ...... % (misalnya 5%).
2) Tentukan deviasi standar (S) berdasarkan data yang lalu atau diambil dari tabel 4

TEKNOLOGI BAHAN Page 4


Tabel 4 - Deviasi standar sebagai ukuran mutu

Isi pekerjaan Deviasi standar (Mpa)


Volume Dapat
Sebutan Baik sekali Baik
beton (m3) diterima
Kecil  1000 4,5  S  5,5  S  6,6  S  8,5
5,5 6,5
Sedang 1000 – 3000 3,5  S  4,5  S  6,5  S  7,5
4,5 5,5
Besar  3000 2,5  S  3,5  S  4,5  S  6,5
3,5 4,5

3) Hitung nilai/margin, M = k.S dimana k = 1,64 untuk kegagalan/cacat maksimum


5%.
4) Hitung kuat tekan rata-rata yang direncanakan , f’cr = f’c + M
5) Tetapkan jenis/tipe semen yang digunakan.
6) Tentukan jenis agregat halus dan agregat kasar yang digunakan, apakah alami
atau dipecah
7) Tentukan faktor air-semen (fas) mengikuti langkah berikut :
a. Dari Tabel 5 tentukan perkiraan nilai kuat tekan beton pada
umur 28 hari pada fas 0,5, berdasarkan jenis semen, jenis
agregat kasar, dan bentuk benda uji.
b. Pada Gambar 3 atau Gambar 4, perkiraan nilai kuat tekan
beton diplot dan kemudian tarik garis mendatar hingga
memotong garis fas = 0,5
c. Melalui titik potong tersebut, tarik kurva yang proporsional
terhadap kurva- kurva lengkung yang mengapitnya.
d. Plot nilai kekuatan tekan rata-rata dari langkah 4, kemudian
tarik garis mendatar hingga memotong kurva baru yang
dibuat.
e. Dari titik potong tersebut tarik garis lurus vertikal untuk mendapatkan
nilai
fas yang diperlukan.
Tabel 5 - Perkiraan kuat tekan beton dengan fas 0,5
Kekuatan tekan (Mpa), Bentu
Jenis agregat
Jenis semen pada umur (hari) k
kasar
3 7 28 91 benda
uji
Semen Batu tak dipecah 17 23 33 40
Silinder
Portland tipe I Batu pecah 19 27 37 45
atau semen Batu tak 20 28 40 48
tahan 23 32 45 54 Kubus
dipecah Batu
sulfat tipe II,V pecah
Batu tak 21 28 38 44
25 33 44 48 Silinder
Semen dipecah Batu
Portland tipe pecah
III Batu tak dipecah 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

TEKNOLOGI BAHAN Page 5


Cara yang pertama-tama harus
diikuti dalam mencari harga
Faktor Air-Semen

Semen tipe I,II,V


--------- semen tipe III

Kuat Tekan (kg/cm2)

Faktor Air-Semen

Gambar 3 - Hubungan faktor air-semen dan kekuatan tekan beton


untuk benda uji silinder.

Cara yang pertama-tama harus


diikuti dalam mencari harga
Faktor Air-Semen

Semen tipe I,II,V


------- semen tipe III

Faktor Air-Semen

Gambar 4 - Hubungan fas dan kekuatan tekan beton


untuk benda uji kubus

TEKNOLOGI BAHAN Page 6


8) Tetapkan fas maksimum dari tabel 1. Pilih nilai fas terkecil dari langkah 7 dan
langkah 8.
9) Tentukan nilai slump
10) Tentukan ukuran butir nominal agregat maksimum.
11) Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 6.
Ukuran Slump
besar (mm)
Jenis agregat
butir
agregat 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
maksimum
Batu tak 150 180 205 225
10 mm
dipecah Batu 180 205 230 250
pecah
Batu tak dipecah 135 160 180 195
20 mm
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak 115 140 160 175
40 mm
dipecah Batu 155 175 190 205
pecah
Tabel 6 - Perkiraan kadar air bebas (kg/m3 )

12) Jika agregat halus alami dan agregat kasar batu pecah, kadar
air bebas dihitung sebagai berikut :
Kadar air bebas = 2/3 Wh + 1/3 Wk
13) Hitung jumlah semen = kadar air : faktor air-semen.
14) Jika ditetapkan, tentukan kadar semen maksimum.
15) Tentukan kadar semen minimum dari Tabel 1
16) Jika jumlah semen berubah karena pertimbangan kadar semen
maksimum atau kadar semen minimum,tentukan fas yang
disesuaikan.
17) Tentukan tipe gradasi agregat halus sesuai dengan syarat menurut Gambar 5
–8

Gambar 5 - Kurva gradasi agregat halus tipe 1

TEKNOLOGI BAHAN Page 7


Gambar 6 - Kurva gradasi agregat halus tipe 2

Gambar 7 - Kurva gradasi agregat halus tipe 3

Gambar 8 - Kurva gradasi agregat halus tipe 4


18) Tentukan persentase agregat halus berdasarkan Gambar 9 – 11
19) Htung berat jenis relatif = (% agregat halus x berat jenis agregat
halus) + (% agregat kasar x berat jenis agregat kasar).
20) Tentukan berat beton basah menurut Gambar 12.

21) Hitung kadar agregat gabungan = berat beton – jumlah (semen + air).

22) Hitung kadar agregat halus = % agregat halus x kadar agregat gabungan.

23) Hitung kadar agregat kasar = agregat gabungan – agregat halus.

24) Tetapkan proporsi campuran hasil perhitungan.


25) Lakukan koreksi campuran berdasarkan kondisi agregat saat
pelaksanaan.

TEKNOLOGI BAHAN Page 8


Faktor Air-Semen

Faktor Air-Semen

Gambar 9 - Hubungan faktor air semen – proporsi


agregat halus untuk ukuran butir maksimum 10 mm

TEKNOLOGI BAHAN Page 9


Faktor Air-Semen

Faktor Air-Semen

Gambar 10 - Hubungan faktor air semen – proporsi


agregat halus untuk ukuran butir maksimum 20 mm

TEKNOLOGI BAHAN Page 10


Faktor Air-Semen

Faktor Air-Seme

Gambar 11 - Hubungan faktor air semen –


proporsi agregat halus untuk ukuran butir maksimum 40
mm.

Gambar 12 - Grafik penentuan berat beton segar

TEKNOLOGI BAHAN Page 11


 Koreksi proporsi campuran
Setelah rancangan campuran selesai, perlu diingat bahwa proporsi yang
didapat adalah proporsi yang mempunyai basis kondisi agregat tertentu. Metode
DOE memakai basis kondisi agregat SSD(saturated surface dry),
Saat pelaksanaan di lapangan, kondisi agregat yang akan digunakan dalam
campuran beton adalah kondisi apa adanya, sehingga harus ada penyesuaian
dengan rancangan yang sudah dibuat. Untuk melakukan koreksi penyesuaian
rancangan campuran diperlukan data kadar air dan resapan agregat.

Jika dengan kondisi agregat SSD diperoleh proporsi,

B1= berat semen/m 3

B2= berat air/m 3

B3= berat agregat halus/m 3, SSD


B4= berat agregat kasar/m3, SSD
Cm= kadar air agregat halus (%)
Ca= resapan agregat halus (%)

Dm= kadar air agregat kasar (%)


Da= resapan agregat kasar (%)

Proporsi campuran yang disesuaikan adalah :


Semen, tetap= B1

A i r= B2 – (Cm – Ca) x B3/100 – (Dm – Da) x B4/100

Agregat halus= B3 + (Cm – Ca) x B3/100

Agregat kasar= B4 + (Dm – Da) x B4/100

TEKNOLOGI BAHAN Page 12


2. Buat Prosedur percobaan seluruh pemeriksaan campuran beton!!!
Pembahasan :
Campuran beton direncanakan berdasarkan suatu asumsi bahwa sifat-sifat
beton setelah mengeras sangat bergantung pada sifat-sifat komposisi
campurannya. Agar beton dapat mencapai sifat-sifat keras yang dikehendaki, maka
beton harus dipadatkan dengan keseragaman yang baik. Apakah suatu campuran
beton dapat dipadatkan dengan baik atau tidak, sangat bergantung pada sifat-sifat
beton segar itu sendiri. Pengujian tersebut yang dikenal dengan uji slump atau
konsistensi campuran beton.
Setelah beton mengeras atau berhentinya proses hidrasi, maka terbentuklah
suatu benda padat dan keras dengan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat tersebut perlu
diketahui untuk dapat digunakan dalam perencanaan, atau untuk mengevaluasi
kekuatan yang ditargetkan. Kekuatan beton keras untuk perkerasan kaku yang
disyaratkan yaitu kekuatan tekan (compressive strength) dan kekuatan tarik lentur
(flexural strength).

1. Pengujian Beton Segar


Campuran beton segar dapat dikatakan mempunyai sifat yang baik bila
memenuhi persyaratan utama campuran yaitu mampu memberikan kemudahan
pengerjaan (Workability), yaitu bila campuran tersebut tetap bertahan seragam
ketika berlangsung proses pengangkutan, pengecoran dan pemadatan.
Sifat kemudahan pengerjaan merupakan permasalahan yang kompleks, karena
di dalamnya bergabung pengaruh sifat alami dan faktor-faktor lain yang secara
kebetulan terjadi pada saat pengerjaan. Kemudahan pengerjaan beton
merupakan kinerja utama beton segar. Walaupun suatu struktur beton
dirancang mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut
tidak dapat diimplementasikan di lapangan karena sulit dikerjakan, maka tujuan
memperoleh kuat tekan yang tinggi tersebut tidak akan tercapai.

TEKNOLOGI BAHAN Page 13


Campuran beton akan mudah dikerjakan jika mempunyai sekurang-kurangnya
tiga sifat utama sebagai berikut :
• Kompaktibilitas, yaitu beton dapat dipadatkan sehingga rongga-rongga udaranya
menjadi hilang atau berkurang.

• Mobilitas, yaitu beton dapat mengalir ke dalam cetakan beton yang dicor.
• Stabilitas, yaitu kemampuan beton untuk tetap menjaga sebagai massa yang
homogen, dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi pemisahan
butiran (segregasi) dari bahan utamanya

Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari konsistensi adukan


beton yang identik dengan tingkat keplastisan adukan beton. Semakin
plastis beton, semakin mudah pengerjaannya. Adapun konsistensi
adukan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
a. Jumlah air pencampur
Semakin banyak air, adukan beton akan lebih mudah untuk dikerjakan.
b. Kandungan semen
Jika perbandingan air-semen tetap, semakin banyak semen berarti
semakin banyak kebutuhan air sehingga keplastisannya juga akan lebih
tinggi.
c. Gradasi agregat
Agregat yang memenuhi syarat gradasi akan memberi kemudahan
pengerjaan beton.
d. Bentuk butiran agregat

Beton yang menggunakan agregat bentuk bulat akan lebih mudah dikerjakan.

e. Butiran maksimum agregat

Pada penggunaan jumlah air yang sama, butiran maksimum agregat


yang lebih besar akan menghasilkan kemudahan yang lebih tinggi.
f. Cara pemadatan dan alat pemadat
Cara menggunakan alat pemadat dengan benar akan berpengaruh terhadap
kondisi terakhir beton basah setelah selesai pemadatan yang memungkinkan
tercapainya target mutu beton keras.

TEKNOLOGI BAHAN Page 14


Metode pengujian yang dapat dilakukan untuk mengukur sifat kemudahan
pengerjaan beton adalah metoda slump ( SNI 1972:2008, “Metode pengujian slump
beton”)

Prinsip Pengerjaan (lihat gambar 15) :


Suatu cetakan bentuk kerucut terpancung, tinggi 300 mm, diameter alas 200 mm,
diameter atas 100 mm, diisi adukan beton dalam tiga lapis pengisian, masing-
masing lapis ditusuk sebanyak 25 kali dengan batang penusuk berdiameter 16 mm.
Cetakan diangkat vertikal secara hati-hati, jarak penurunan permukaan beton yang
diukur dari level permukaan beton semula dinyatakan sebagai nilai slump adukan
beton yang diuji

Gambar 17 – Pengujian slump beto


Nilai slump = tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi penurunan
Ada 3 bentuk slump, yaitu :
1) Slump sebenarnya (true slump)

Gambar 18 - Tipikal slump benar

TEKNOLOGI BAHAN Page 15


Bentuk slump seperti ini diperoleh dari adukan beton yang
homogen dan kohesif, sehingga nilai slump yang diukur
adalah nilai slump yang sebenarnya.

2) Slump geser (shear)

Gambar 19 - Tipikal slump geser


Bila terjadi keruntuhan geser beton pada satu sisi atau
sebagian massa beton, pengujian harus diulangi dengan
mengambil porsi lain dari adukan yang sama. Kemudian bila
dua pengujian berturutan pada satu contoh beton
menunjukkan keruntuhan geser, kemungkinan adukan beton
kurang plastis atau kurang kohesif sehingga harus dinyatakan
sebagai adukan yang tidak memenuhi syarat workabilitas.

3) Slump runtuh (collapse)

Untuk beton normal tanpa penambahan superplasticiser, nilai


slump yang diperoleh dari adukan seperti ini akan melampaui
batas nilai slump maksimum sehingga harus dinyatakan
sebagai adukan beton yang tidak memenuhi workabilitas yang
dimungkinkan oleh penggunaan air yang terlalu banyak.

Gambar 20 - Tipikal slump runtuh

TEKNOLOGI BAHAN Page 16

Anda mungkin juga menyukai