PENDAHULUAN
Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk
dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu
material paling penting di dalam dunia konstruksi menyangkut kegunaannya sebagai struktur
dari sebuah bangunan. Beton sendiri memiliki banyak nama dan jenisnya bergantung pada
konstruksi apa yang akan dibuat. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai proses
pembuatan Beton khususnya untuk beton Pracetak, dimulai dari pengukuran berat setiap
material penyusun, hingga proses Testing mutu beton sebagai aplikasi dari mata kuliah
Teknologi Beton.
Dengan melakukan praktikum Teknologi Beton ini, diharapkan mahasiswa untuk bisa
menerapkan cara cara membuat beton dan bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan nanti
dengan menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.
1.2 Tujuan.
Tujuan dari praktikum pengerjaan mix desain beton adalah untuk mengetahui informasi
tentang komposisi dari agregat halus, agregat kasar, semen serta air yang dipergunakan
sebagai pedoman dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu, sehingga beton memiliki
kualitas dan kuantitas yang sebaik-baiknya.
1
Struktur Beton Bertulang 1
1.3 Rumusan Masalah.
Berapakah komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu?
Berapakah komposisi dari agregat kasar yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu?
Berapakah komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan
mutu tertentu?
Berapakah komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan
mutu tertentu?
1.4 Manfaat.
2. Dapat mengetahui komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu
3. Dapat mengetahui komposisi dari agregat Kasar yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu
4. Dapat mengetahui komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu
5. Dapat mengetahui komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan
mutu tertentu
2
Struktur Beton Bertulang 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di indonesia rancangan dengan cara ini dikenal dengan nama cara DOE ( department of
environment ). Di indonesia cara ini dipakai sebagai standar perencanaan oleh department
pekerjaan umum, dan di muat dalam buku standar no. SK. SNI T-15-1990-03 dengan judul
buku “ tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”. Perencanaan dengan cara ini
mengunakan tabel-tabel dan grafik. Langkah-langkah pokok rancangan dapat dijelaskan
sebagai berikut.
3
Struktur Beton Bertulang 1
2) Jika jumlah data hasil pengujian kurang dari 30 benda uji, dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan sesuatu faktor perkalian, seperti pada tabel
17.1 berikut.
3) Nilai deviasi standar dapat juga ditentukan dengan melihat volume beton yang
dibuat, yang dibedakan atas volume kecil, sedang, dan besar dan atas dasar mutu
pelaksanaannya yang dibedakan atas mutu baik sekali, baik, dan cukup, seperti
disajikan pada tabel 17.2 berikut.
Tabel 17.3 nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan
5) Penetapan nilai tambah (margin): M jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai
deviasi standar yang dipilih margin (M) dapat dihitung dengan rumus:
M=K.S
Dengan : M = nilai tambah, dalam MPa
K = konstanta yang besarnya=1,64
S = deviasi standar dalam MPa
4
Struktur Beton Bertulang 1
Jika nilai tambah tidak berdasarkan penetapan deviasi standar, dapat ditetapkan M=12
MPa
5
Struktur Beton Bertulang 1
3) Dengan melalui titik tadi buatlah kurva yang sejajar dengan kurva yang di sebelah
kanan dan atau sebelah kiri titik potong tadi.
4) Tarik garis mendatar yang menunjukkan nilai kuat desak rata-rata yang hendak
dicapai.
5) Tentukan titik potong antara garis kuat desak rata-rata tadi dengan kurva baru.
6) Tarik garis tegak ke bawah melalui titik potong tersebut pada (5) untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan untuk memperoleh kuat desak
rata-rata yang diharapkan tersebut.
Tabel 17.4. perkirakan kuat desak beton (N/mm2) dengan faktor air semen 0,50 dan jenis
semen serta agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia.
3 7 28 91
S-475 √ √ √ √
6
Struktur Beton Bertulang 1
Grafik 1.1. Grafik hugungan Faktor air semen dengan kuat tekan rata-rata
yang dikehendaki
7
Struktur Beton Bertulang 1
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325 0,60
langsung
b. terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung
beton yang masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti-ganti
b. mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah 375 0,52
atau air tanah
beton yang kontinu berhubungan dengan air
275 0,57
a. air tawar
375 0,52
b. air laut
h. Menentukan slump.
Harga slump dapat ditentukan sebelumnya atau tidak ditentukan. Penetapan nilai
slump dilakukan dengan mempertimbangkan atas dasar pelaksanaan pembuatan, cara
mengangkut (alat yang digunakan), penuangan (pencetakan), pendapatan, maupun
jenis strukturnya. Cara pengangkutan aduk beton dengan mengunakan pipa yang
dipompa dengan tekanan, membuhtukan nilai slump yang tinggi; sedang pemadatan
yang membutuhkan alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak
kecil.
Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 17.6 berikut.
7,5 5
7,5 2,5
8
Struktur Beton Bertulang 1
i. Menetapkan ukuran agregat maksimum.
Untuk menetapkan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil
dari ketentuan-ketentuan berikut:
1) Jarak bersih minimum antar baja tulangan atau berkas baja tulangan, atau tendon
pra-tegang dikalikan tiga perempat.
2) Sepertiga kali tebal pelat
3) Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
j. Menetapkan kadar air bebas atau banyaknya air yang diperlukan per
meter kubik beton.
Untuk menetapkan banyaknya air yang diperlukan untuk setiap meter kubik beton,
dapat dicari dengan mengunakan tabel 17.7 dengan cara sebagai berikut.
1) Jika agregat halus dan agregat kasar yang digunakan dari jenis yang sama,
misalnya pasir alam dan kerikil alam atau pasir dari batu pecah dan kerikil dari
batu pecah, maka dengan melihat besar butir maksimum dan slump yang
digunakan dapat ditentukan banyaknya air yang diperlukan ( perhatikan tabel 17.7
) misalnya dengan butir maksimum 40 mm dan slump yang digunakan yang
diperlukan adalah 160 liter per meter kubik beton.
2) Jika agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda (alami
dan batu pecah), banyaknya air yang diperlukan ditentukan dengan mengunakan
rumus:
A=0,67 Wf +0,33 Wc
Dengan: A = banyaknya air yang dibutuhkan ( liter ) per meter kubik beton
Wf = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat halus
Wc = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat kasar
Misalnya contoh di atas tadi (a) mengunakan agregat halus berupa pasir alam dan
agregat kasar mengunakan batu pecah, air yang diperlukan untuk satu meter kubik
beton adalah
A=(0,67 x 160) liter + (0,33 x 190) liter.
9
Struktur Beton Bertulang 1
Tabel 17.7. perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton
10
Struktur Beton Bertulang 1
Tabel 17.8. kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan
lingkungan khusus.
Semen Minimum
(kg/m3 beton)
Jenis Pembetonan
Tabel 17.9 kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air.
40 20
Tipe II atau V
11
Struktur Beton Bertulang 1
Tipe II atau V
290 330
Tipe I tanpa
0,2-0,5 1,0-1,9 0,3-1,2 pozolan tipe I 290 330 380
dengan pozolan
(15%-40%) atau
semen Portland
pozolan
tipe II atau V
Tipe I dengan
pozolan (15%-
40%) atau semen
Portland pozolan 250 290 430
tipe II atau V
0,5-1,0 1,9-3,1 1,2-2,5
Tipe II atau V
340 380 430
Tipe II atau V dan
lapisan pelindung
12
Struktur Beton Bertulang 1
1,0-2,0 3,1-5,6 2,5-5,0 330 370 420
13
Struktur Beton Bertulang 1
Grafik 1.2 a grafik hubungan presentase agregat halus dengan factor air semen untuk
ukuran agregat maksimum 20 mm
14
Struktur Beton Bertulang 1
Bjrel.gr= berat jenis relatif ( campuran ) agregat
BJ.AH = berat jenis agregat
BJ.AK = berat jenis agregat kasar
A = persentase agregat halus terhadap agregat relatif ( campuran )
B = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran (relatif)
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
( pengujian ) di laboratorium terhadap agregat yang akan digunakan. Jika belum
diketahui agregat mana yang akan digunakan, dapat ditentukan berat jenis relatif
agregat = 2,50 gr/cm3 untuk agregat alami, dan 2,60 untuk agregat batu pecah. Harga-
harga yang diperoleh kemudian dibetulkan jika agregat yang akan dipakai sudah
ditetapkan dan diuji berat jenisnya.
15
Struktur Beton Bertulang 1
Grafik 1.3 grafik hubungan berat jenis beton dengan kadar air bebas
16
Struktur Beton Bertulang 1
Dari langkah-langkah tersebut di atas (langkah a s/d u) sudah dapat diketahui susunan
bahan-bahan untuk satu meter kubik beton. Meskipun demikian, masih ada satu
langkah lagi yang perlu dilakukan yaitu koreksi terhadap penggunaan air sehubungan
dengan kondisi agregat. Rancangan campuran beton dihitung berdasarkan atas agregat
dalam keadaan jenuh kering muka (SSD). Di musim hujan, biasanya agregat terlalu
basah sehingga dengan penggunaan air dilakukan menurut hasil penghitungan tadi,
beton menjadi terlalu cair. Sebaliknya di musim kemarau agregat menjadi terlalu
kering yang mengakibatkan beton yang dihasilkan menjadi terlalu kaku ( kental). Oleh
karena itu, perbandingan campuran yang telah didapatkan harus selalu dikoreksi
terhadap kadar air dalam agregat, dan hendaklah dilakukan paling sedikit satu kali
dalam sehari.
Jika agregat dalam keadaan basah, perhitungan koreksi dilakukan dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
a. Kadar semen tetap = A
b. Air =B-(Cm-Ca) x C/10-(Dm-Da) x D/100
c. Agregat halus/pasir = C+(Cm+Ca)x C/100
d. Kerikil/batu pecah = D + (Dm-Da) x D/100
dengan
A= kadar semen yang ditentukan (kg/m3)
B= kadar air yang ditentukan (liter/m3)
C= kadar pasir yang ditentukan (kg/m3)
D= kadar kerikil/batu pecah yang ditentukan (%)
DM= kadar air kerikil/batu pecah alam saat pengadukan beton (%)
Demikian secara teoritis sudah dapat diketahui susunan bahan-bahan untuk beton.
Langkah berikutnya adalah menguji apakah hasil perhitungan itu jika dilaksanakan
dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang direncanakan. Caranya adalah
dengan membuat campuran uji ( trial mix ) untuk mengetahui berapa slump dan
kuat desak yang dihasilkan dari beton dengan komposisi campuran yang telah
ditemukan tersebut. Jika harga-harga yang didapat sesuai dengan harga-harga yang
diharapkan campuran perlu dibetulkan. Jika slump terlalu tinggi/rendah, kadar air
perlu dikurangi/ditambah demikian juga kadar semennya harus disesuaikan karena
faktor air semen harus dijaga agar tetap/tidak berubah. Jika kekuatan beton terlalu
tinggi/rendah, faktor air semen dapat/harus ditambah/dikurangi sesuai grafik 1.1.
17
Struktur Beton Bertulang 1
angka-angka yang didapat pada langkah a sampai dengan u kemudian dimasukan
ke dalam tabel 17.11 dan tabel 17.12 (formulir) berikut.
18
Struktur Beton Bertulang 1
2.2 Alat dan Bahan Mix Design
Cetakan-cetakan silinder
Bahan – bahan yang akan dicampur : Semen, kerikil, air, pasir (sesuai jumlah dalam
perhitungan sebelumnya)
Alat slump test
Besi rojokan
Molen untuk pengaduk beton.
Sekop
19
Struktur Beton Bertulang 1
BAB III
Analisa data
Agregat kasar berat jenis SSD 2,67%, resapan air adalah 3.04%, dan kadar air
0.58%.
22
Struktur Beton Bertulang 1
Untuk mendapatkan campuran sebenarnya, yaitu yang akan kita pakai sebagai
campuran uji (untuk membuat benda uji), angka-angka teoritis tersebut perlu dikoreksi
dengan memperhitungkan banyaknya air bebas yang terdapat dalam agregat, atau air
yang masih dibutuhkan oleh masing-masing agregat yang dipakai.
Proporsi Campuran
Banyak Bahan Semen (kg) Air (kg) Ag halus (kg) Ag. kasar (kg)
Tiap m3 465,9 205 685,6 1118,5
1 Kubus 1,504 0,692 2,13 3,947
3 Kubus 4,512 2,076 6,38 11,842
23
Struktur Beton Bertulang 1
3.4 Prosedur Pelaksanaan.
1. Ayak bahan material pengisi beton untuk memastikan pasir dan kerikil tidak
bercampur.
2. Cetakan beton diolesi oli dan baut –bautnya dirapatkan.
3. Mesin molen dijalankan. Memasukkan dulu air secukupnya untuk membasahi
permukaan ketel mesin.
4. Lalu masukan kerikil, lalu pasir, lalu semen, baru air, biarkan sampai homogen betul
campurannya, bila kurang encer kita tambah lagi air secukupnya, lalu campuran beton
dituang kedalam bak dan di aduk – aduk dan siap untuk dimasukkan cetakan.
Slump beton adalah salah satu istilah yang sering digunakan dalam proses pembuatan beton
sesuai dengan mutunya. Sedangkan uji slump merupakan sebuah cara untuk mengetahui,
sekaligus menentukan konsistensi atau tingkat kekakuan campuran beton segar. Hal tersebut
dilakukan untuk menilai workability dari beton yang dibuat.
Ringkasnya maka metode slump pada beton merupakan cara yang digunakan untuk
mengetahui nilai konsistensi atau kekakuan campuran beton segar.
Proses pengujian slump berdasarkan pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30. Proses uji
slump terdapat beberapa tahapan diantaranya meliputi :
Membasahi cetakan kerucut abrams dan platnya dengan memakai kain basah.
Meletakkan cetakan berada di atas plat.
Mengisi kerucut abrams dengan 1/3 beton segar lalu dipadatkan dengan memakai
batang logam secara merata dengan melakukan penusukan. lapisan yang ditusuk pada
bagian tepi dengan menggunakan besi miring sesuai dinding cetakan. Pastikan besi
yang dipakai menyentuh pada bagian dasar. Anda perlu melakukan penusukan sekitar
25-30 x tusukan.
24
Struktur Beton Bertulang 1
Mengisi kembali cetakan kerucut dengan 1/3 bagian beton segar (2/3 beton segar dalam
cetakan secara menyeluruh), lalu melakukan penusukan sebanyak 25-30 x tusukan.
Usahakan untuk menusuk besi pada lapisan pertama.
Mengisi 1/3 beton segar ke dalam cetakan sesuai langkah sebelumnya.
Setelah melakukan pemadatan, selanjutnya meratakan permukaan benda uji. Anda
dapat menunggu kisaran waktu ½ menit. Anda dapat membersihkan kelebihan beton di
luar cetakan dan plat selama proses menunggu.
Mengangkat cetakan secara perlahan tegak lurus ke atas.
Mengukur nilai slump dengan cara membalikkan kerucut abrams di sampingnya
memakai beda tinggi rata-rata dari benda uji.
Nilai toleransi slump pada beton segar kurang lebih 2 cm.
Apabila nilai slump sudah sesuai dengan standar, maka beton segar dapat dipakai
Umumnya, kisaran nilai slump yang dipakai berkisar 8-12 cm. Apabila nilai slump
berkisar 0 cm maka nilai workabilitas beton jelek. Nilai ini biasanya ditujukan pada beton
non pasir. Nilai slump dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai fas dan bandingan
lurus. Artinya, jika nilai as kecil, maka nilai slump kecil maupun sebaliknya. Pengujian
slump memangaatkan kerucut abrams. Selain itu, terdapat beberapa alat yang diperlukan
dalam pengujian diantaranya meliputi :
1. Alat pertama untuk uji slump test beton adalah cetakan kerucut Abrams yang terbuat
dari logam. Diameter dasar sekitar 200 mm, diameter atas sekitar 100 mm dan memiliki
ketinggian 300 mm
2. Tongkat penusuk harus berdiameter sekitar 26 mm dan panjang 60 cm. Fungsi tongkat
penusuk ini agar beton segar yang dimasukkan ke kerucut Abrams bisa rata, hal ini
penting ketika proses pengujian berlangsung
25
Struktur Beton Bertulang 1
3. Alas saat pengujian berlangsung harus diperhatikan. Biasanya alas penguji slump beton
adalah terbuat dari kayu atau besi. Selain itu kriteria dari alas harus kedap air dan
berbentuk rata.
4. Mistar pengukur yang terbuat dari baja atau meteran berperan penting untuk mengukur
seberapa besar kemerosotan yang terjadi pada mix desain beton.
5. Siapkan sendok atau sekop kecil yang akan digunakan untuk mengisi beton segar pada
lubang kerucut Abrams dan juga berfungsi untuk mengaduk beton di dalam kerucut
tersebut.
6. Siapkan gelas ukur atau silinder ukur yang berguna sebagai alat pengukur banyaknya
volume air dan cairan additive pengeras beton.
7. Siapkan wadah untuk tempat material beton yang akan dilakukan pengujian
26
Struktur Beton Bertulang 1
Persiapan Uji Kuat Tekanan Pada Beton.
Pengujian terhadap beton dilakukan pada material beton segar bisa berbentuk kubus atau
silinder yang mewakili campuran beton. Beton merupakan batu buatan yang dibuat dengan
mencampurkan beberapa bahan pilihan yakni agregat halus, agregat kasar dan semen yang
diaduk dan dibentuk menjadi struktur untuk bangunan. Berikut ini langkah-langkah
selengkapnya.
1. Siapkan beton yang hendak diuji yakni dari beton segar yang mewakili campuran
beton. Isikan cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis. Cetakan ini bisa berupa
cetakan silinder dengan diameter 152mm dan tinggi 305 mm.
2. Setiap lapisan adukan beton yang dimasukkan ke dalam cetakan dipadatkan dengan
25 x tusukan merata. Saat melakukan pemadatan pada lapisan yang pertama, tongkat
pemadat tidak sampai menyentuh bagian dasar cetakan. Ketika pemadatan lapisan
kedua dan ketiga, tongkat pemadat masuk ke kedalaman sekitar 25,4 mm pada lapisan
yang ada di bawahnya.
3. Jika pemadatan sudah selesai dilakukan, ketuklah sisi-sisi cetakan sampai rongga
tusukan tertutup sempurna. Ratakan permukaan beton dan tutup dengan bahan tahan
karat dan kedap air. Diamkan beton dalam cetakan selama 24 jam. Pastikan beton
dalam cetakan diletakkan pada lokasi yang tanpa getaran.
4. Bila sudah 24 jam, keluarkan beton dari cetakan dan rendam dalam air bersuhu 25 0C
selama waktu yang diinginkan atau sesuai dengan persyaratan sebagai proses
pematangan.
5. Selanjutnya bersihkan beton yang hendak diuji dengan kain lembab. Pastikan tidak
ada lagi kotoran yang menempel.
6. Kemudian catat berat dan ukuran beton yang akan diuji.
7. Beri lapisan mortar belerang di bagian permukaan atas dan bawah beton. Caranya,
lelehkan terlebih dahulu mortar belerang lalu letakkan beton dalam posisi tegak lurus
hingga belerang menjadi keras. Lakukan cara yang sama untuk bagian bawah beton.
27
Struktur Beton Bertulang 1
Pengujian Kuat Tekan Beton.
Jika beton yang hendak diuji sudah disiapkan dengan baik, selanjutnya siapkan alat uji
kuat tekan beton. Alat ini secara khusus dirancang untuk menguji kuat tekan pada beton.
Letakkan beton yang akan diuji tepat pada bagian tengah mesin uji.
Operasikan mesin uji dengan penambahan beban yang konstan antara 2 Kg/cm 2 sampai
dengan 4 Kg/cm2 per detik. Uji beban ini terus dilakukan sampai beton uji hancur. Catat
dengan baik beban maksimum selama pengujian dilakukan. Catat pula kondisi beton uji dan
gambar bentuk pecahannya.
Dari data tersebut, selanjutnya bisa dihitung kuat tekan beton dengan menggunakan rumus
P/A(Kg/cm2). Dalam rumus ini, P adalah beban maksimum dengan satuan Kg. Sedangkan A
adalah luas penampang benda uji dengan satuan Cm2.
Uji kuat tekan beton umumnya dilakukan pada beton usia 3 hari, 7 hari dan 28 hari.
Kemudian hasil uji diambil dari nilai rata-rata paling tidak 2 beton yang diuji. Dengan cara
ini, dapat diperoleh hasil yang akurat.
Nah, dengan melakukan uji kuat tekan beton melalui cara yang benar dan cermat, maka
kegagalan struktur bangunan bisa dihindari. Dengan cara ini, beton yang digunakan dalam
proses pembangunan memiliki kualitas yang sama atau paling tidak mendekati perencanaan.
P 14,484 kg
f'c = =
A 176,62 cm ²
= 82,01 kg / cm²
28
Struktur Beton Bertulang 1
82,01
= = 68,01 kg/cm²
0,83
Untuk nilai konversi beton umur 7 hari adalah 0,65 (menurut sumber ilmu beton . com )
= 162,5 kg/cm²
Maka :
untuk K250 di umur 7 hari memiliki hasil uji kuat tekan sebesar :
Sehingga untuk hasil uji mix desain beton pada umur 7 hari
“BELUM TERCAPAI”
29
Struktur Beton Bertulang 1
BABIV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan rencana campuran (Mix Design) harus dikorelasikan dengan hasil uji
tekan yang telah dilakukan, sebab kita dapat mengetahui apakah beton dengan mutu K-250
hasil praktikum kami sudah memenuhi syarat atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari hasil sampel
uji yang memiliki rata-rata kuat tekan 272.0808 kg/cm2 dan hanya 3 dari 30 sampel uji yang
kuat tekannya tidak mencapai kuat tekan yang direncanakan.
Chart Title
350
300
250
Kuat tekan (kg/cm2)
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35
nomer sampel
30
Struktur Beton Bertulang 1
DAFTAR PUSTAKA
http://alan-sipil-struktur-ubb.blogspot.com/p/mutu-beton.html
http://eprints.undip.ac.id/34148/6/1655_chapter_II.pdf
http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html
https://www.academia.edu/3636945/BAHAN_KULIAH_TEKNOLOGI_BETON
http://www.researchgate.net/publication/
26844024_CONCRETE_MIX_DESIGN_OPTIMIZED_APPROACH
Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton Jurusan Teknis Sipil ITS Surabaya
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
31
Struktur Beton Bertulang 1