Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL ILMIAH

PERBANDINGAN MUTU BETON MEMAKAI ADONAN AGREGAT


BATU LIMBAH BANGUNAN DENGAN AGREGAT BATU KALI

DISUSUN OLEH :
NAMYA SHESILYA KUSUMA H. (1222004034)
DOSEN PEMBIMBING :
NUR SEKHUDIN, S.Pd, M.Hum.

TEKNIK SIPIL
FALKUTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2022
PERBANDINGAN MUTU BETON MEMAKAI ADONAN AGREGAT BATU LIMBAH
BANGUNAN DENGAN AGREGAT BATU KALI
COMPARISON OF CONCRETE QUALITY USING BUILDING WASTE AGGREGATE WITH
RIVER STONE AGGREGATE

Namya Shesilya Kusuma Hayati


Jurusan Teknik Sipil Universitas

ABSRAK
Penggunaan material limbah pecahan batu bata dalam adonan beton pada Indonesia masih
belum umum tetapi telah mulai poly digunakan diantaranya buat pengurukan, lapisan pondasi
jalan dan lain-lain.Hal ini mungkin disebabkan bahan baku seperti agregat
kasar mudah didapat. Padahal cepat atau lambatmaterial akan semakin
habis sehingga menyebabkan material berasal tahun ke tahun akan semakain mahal.
Penelitian serta pengujian beton ini bertujuan buat mengetahui kuat tekan
beton dengan memanfaatkan limbah pecahan batu bata dengan cara mencampurkan agregat
(pasir serta kerikil), air serta semen atau bahan perekat hidrolis lainnya yang sejenis
dengan atau tanpa bahan tambahan. Pengertian lain perihal beton artinya adonan antara semen
Portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, menggunakan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membuat massa padat. di penelitian ini beda uji
dicetak dengan memakai kubus baja ukuran 15cm x 15cm x 15cm serta direndam, masing-
masing umur beton yaitu 7 hari, 14 hari,21 hari dan 28 hari menggunakan pengujian kuat tekan
beton. pada adonan beton K.200 tersebut didesain adonan pengganti agregat
kasar yg berfariasi yaitu menggunakan limbah pecahan batu bata 0% (normal),limbah pecahan
batu bata 10%, limbah pecahan batu bata 20 % serta limbah pecahan batu bata 30%
dengan cara mengurangi persentase asal agregat kasar (split).
Beton yang mencapai umur 28 hari sebab di umur ini menurut PBI 1974, kekuatan
beton telah mencapai 100%. berasal yang akan terjadi uji kuat tekan yaitu pada beton normal
(limbah pecahan batu bata 0%) dengan umur 28 hari didapat kuat tekan beton sebesar
199,27 Kilo Gram/cm2, pada beton kadar limbah pecahan batu bata 10% dengan umur 28 hari
didapat kuat tekan beton sebanyak 179,65 Kilo Gram/cm2, pada beton kadar limbah pecahan
batu bata 20% dengan umur 28 hari didapat bertenaga tekan beton sebesar 172,10 Kilo
Gram/cm2, dan di beton kadar limbah pecahan batu bata 30%dengan umur 28 hari
didapat kuat tekan beton sebesar 170,59 Kilo Gram/cm2.
Kata-kata kunci: agregatkasar, sungai, gunung, kuat tekan, kuat tarik belah, beton.
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Beton adalah suatu campuran antara semen sebagai bahan perekat, air sebagai
bahan pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung,dan agregat sebagai bahan pengisi yang menyebabkan terjadinya suatu
hubungan erat antara bahan bahan tersebut. Banyaknya jumlah penggunaan beton
dalam konstruksi bangunan gedung, jalan, jembatan, dermaga dan lain-lain
mengakibatkan peningkatan kebutuhan cloth beton, sehingga mendorong
penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara besarbesaran
yang menyebabkan turunya jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan
pembetonan (Suharwanto, 2005).

Penggunaan material limbah pecahan batu bata dalam campuran beton di


Indonesia masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk
pengurukan, lapisan pondasi jalan dan lain-lain. Hal ini mungkin disebabkan bahan
baku seperti agregat kasar mudah didapat. Padahal cepat atau lambat cloth akan
semakin habis sehingga menyebabkan cloth dari tahun ke tahun akan semakain mahal.
Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir seventy eight% menjadi bahan pengisi
utama campuran beton (Astanto,2001).

Sirtu adalah materialsedimen yang terbentuk di sungai yg terdiri asal campuran


pasir pada jumlah yg lebih besar dibanding batu (kerikil).Sirtu juga seringkali
bercampur dengan material batu apung serta material pengotor lainnya (dapat berupa
ranting kayu dedaunan serta lumpur). ditinjau berasal kondisi ini, dipastikan bahwa
penggunaan sirtu sebagai material beton mengakibatkan penurunan kekuatan beton.
Hal tadi dapat ditunjukkan dengan gambaran gambar berikut:

1
Gambar 1. Proporsi bahan-bahan campuran beton

Gambar 1 di atas terlihat bahwa volume pasir dalam suatu campuran beton lebih
sedikit dibanding dengan volume kerikil, sedangkan kandungan sirtu adalah
kembalikan asal proporsi adonan beton sebagaimana gambar pada atas.

Tetapi demikian, kekuatan beton tidak hanya bergantung dari mutu serta
proporsi agregat saja, jumlah kandungan air dan semen (faktor air semen, FAS) ialah
faktor utama yang menghipnotis kekuatan beton, sehingga penurunan kekuatan beton
oleh mutu material yg jelek dapat ditingkatkan melalui penggunaan FAS kecil
menggunakan tanpa mengabaikan tinggi slump buat mencapai kemudahan pengerjaan
(workability).

Dalam penelitian ini, direncanakan penggunaan sirtu sebagai bahan pembetuk


beton struktural menggunakan mempertimbangkan nilai slump yg memenuhi syarat
supaya beton simpel dikerjakan dan dibentuk di waktu dipergunakan pada lapangan.
dengan kata lain, penelitian ini ditujukan buat mengetahui nilai FASdan slump yg
sesuai, guna mencapai kuat tekan beton struktural minimum (17 MPa) menggunakan
agregat sirtu sebagai pengganti kerikil serta pasir.

II. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini ialah buat mengetahui pengaruh limbah batu bata
menjadi pengganti sebagian agregat halus terhadap mutu kuat tekan beton.disparitas
penelitian ini menggunakan penelitian sebelumnya ada di penggunaan limbah batu bata
yang hanya dipergunakan buat mengganti agregat halus saja.

2
METODE PENELITIAN
I. Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh tujuan akhir dari penelitian adalah
sebagai berikut ini:
1. Melakukan persiapan alat dan bahan yang diharapkan pada waktu proses
penelitian. alat yang dipergunakan diantaranya sebagai berikut:

 cetakan kubus 15 x 15 cm

 1 set alat uji slump

 alat pengaduk lengkap dengan alasnya

 mesin tekan serta timbangan

buat bahan yg dibutuhkan antara lain:

 agregat kasar (kerikil)

 agregat halus (pasir dan jua limbah batu bata yang sudah dihaluskan)

 semen serta air.

2. Melakukan perancangan campuran beton (mix design).

3. Melakukan pengadukan bahan hasil perancangan mix design.

4. Melakukan pemeriksaan kualitas beton segar dengan pengujian slump.


Pengujian slump dilakukan berdasarkan pada SNI1972-1990.

5. Melakukan pembuatan atau pencetakan benda uji berasal beton segar yg telah
memenuhi nilai slump yang sudah dipengaruhi sebelumnya. Benda uji yang
dibuat terdiri berasal beton normal serta beton dengan adonan batu bata.

6. Melakukan pemeriksaan kualitas beton keras dengan hanya menguji kuat


tekan beton saja, yang dikarenakan oleh keterbatasan alat. Pengujian kuat
tekan beton mengacu pada SNI 03-1974-1990.

7. Membandingkan hasil pengujian kuat tekan beton pada berbagai benda


uji.Adapun bagan alir penelitian ditampilkan pada Gambar 2

3
II. Perancangan Campuran Beton

Perancangan campuran beton (mix design) di penelitian ini mengacu pada SNI 03-
2834-2004. Adapun langkah-langkah perencanaan beton normal berdasarkan SNI
03-2834-2004 ialah menjadi ini dia:

Gambar 2. Tahapan Penelitian.

1. Menentukan kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur tertentu.

2. Menghitung standar deviasi yang diperoleh dari pengalaman di lapangan


selama beton diproduksi. Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai
berikut:

Dimana:

s = deviasi standar,

Xi = kuat tekan beton yang dapat dari masing masing


benda uji,

𝑥̅ = kuat tekan beton rata-rata.

4
3. Menghitung nilai tambah (margin) dengan menggunakan rumus:

Dimana:

𝑀 = nilai tambah, 1,64 = tetapan statistik yang nilainya


tergantung pada persentase kegagalan hasil uji sebesar
maksimum 5%,

𝑠𝑟 = deviasi standar rencana.

4. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan berdasarkan rumus


berikut:

Dimana:

𝑓𝑐𝑟 = kuat tekan yang ditargetkan,

𝑓′𝑐 = Kuat tekan yang disyaratkan

5. Memilih jenis semen yg akan dipergunakan. di penelitian ini akan


dipergunakan semen Tipe I. berdasarkan ketentuan dari SK SNI T-15-
1990,. Semen Tipe I ialah yang dalam penggunaaan tidak secara khusus
(pemakaian seara umum). Umumnya dipergunakan untuk bangunan –
bangunan awam yang tak memerlukan persyaratan khusus.
6. Memilih jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini bisa dalam
bentuk tidak dipecahkan, seperti pasir atau koral dan dipecahkan.
7. Menentukan faktor air yang dibutuhkan untuk mencapai kuat tekanan
rata homogen yang ditergetkan berdasarkan pada korelasi antara
bertenaga tekan beton serta aktor air semen. Nilai tadi diperoleh dari
penelitian lapangan sinkron dengan bahan serta syarat pekerjaan yang
diusulkan. Jika tidak tersedia data yang akan terjadi penelitian, maka
dapat dipergunakan.

5
Tabel 1. buat memperkiraan bertenaga tekan
beton sesuai umur berdasarkan jenis
semen serta agregat kasar yg dipergunakan.
selesainya itu, menggunakan memakai grafik
di Gambar 3, bisa ditarik korelasi
antara bertenaga tekan beton dengan faktor air semen.

6
Gambar 3. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda
uji berbentuk silinder 150 mm x 150 mm x 150 mm).

8. Menentukan faktor air semen maksimum berdasarkan Tabel 2. Jika nilai faktor air
semen yang telah ditentukan sebelumnya lebih kecil dari yang nilai faktor air
maksimum, maka yang digunakan adalah yang terendah.

9. Menentukan nilai slump yang dikehendaki. Pada penelitian ini ditentukan nilai slump
antara 70,5 mm – 150 mm.

10. Menentukan ukuran agregat maksimum. Agregat maksimum yang digunakan pada
penelitian ini adalah 20 mm.

7
Tabel 2. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk
berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus.

11. Menentukan kadar air bebas berdasarkan komposisi agregat campuran dan dipisahkan
antara agregat tak dipecah/alami dengan dipecah. Adapun kadar air bebas dihitung
dengan menggunakan rumus:

2 3 𝑊ℎ + 1 3 𝑊𝑘 (4)

Dimana: 𝑊ℎ = perkiraan jumlah air untuk agregat halus,

𝑊𝑘 = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar, yang ditentukan


pada Tabel 3.

12. Menentukan jumlah atau kadar semen berdasarkan pembagian antara kadar air bebas
dengan faktor air semen.

8
13. Menentukan persentase pasir berdasarkan grafik pada Gambar 4. Nilai persentase pada
grafik diperoleh berdasarkan ukuran butir agregat maksimum, nilai slump, fsktor air
semen serta gradasi susunan butir. 14. Menentukan susunan butir agregat halus dan kasar
berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 3. Perkiraan kadar air bebas (kg/m3 ) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat
kemudahan pengerjaan adukan beton

Tabel 4. Batas-batas gradasi untuk agregat halus menurut British Standard (BS) [7]

14. Menentukan berat jenis relatif agregat yang diperoleh dari data hasil uji. Jika tidak
tersedia, dapat dipakai nilai 2,5 untuk agregat tak dipecah dan 2,6 atau 2,7 untuk agregat
dipecah. Berat jenis agregat gabungan dihitung sebagai berikut:

9
Dimana:

Bj camp = berat jenis agregat campuran,

BJ Agg.hls = berat jenis agregat halus,

BJ Agg.ksr = berat jenis agregat kasar,

P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran,

K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

15. Menghitung berat isi beton berdasarkan grafik pada Gambar 5. yang merupakan
hubungan antara kadar air bebas dan berat jenis relatif agregat gabungan.

Gambar 3. Grafik persen pasir terhadap kadar total agregat yang


dianjurkan untuk ukuran butir maksimum 20 mm.

10
Gambar 5. Grafik perkiraan berat isi beton basah
16. Menghitung kadar agregat adonan yg ialah selisih antara berat jenis beton
dengan jumlah kadar air semen dan kadar air bebas.

17. Menghitung kadar agregat halus yang artinya perkalian antara % pasir
dengan agregat adonan.

18. Menghitung kadar agregat kasar yang adalah selisih antara kadar agregat
adonan menggunakan kadar agregat halus.

19. Menghitung koreksi proporsi campuran bila agregat tidak pada kondisi kemarau,
proporsi adonan harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi
proporsi campuran tersebut paling sedikit dilakukan satu kali
dalam sehari serta dihitung berdasarkan rumus berikut:

11
Tabel 5. Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar Untuk Beton Normal [7]

Dimana:
𝐵 = jumlah air, 𝐶 = jumlah agregat halus,
𝐷 = jumlah agregat kasar, 𝐶𝑎 = absorpsi air pada
agregat halus (%),
𝐷𝑎 = absorpsi agregat kasar (%), 𝐶𝑘 = kandungan air
dalam agregat halus (%),
𝐷𝑘 = kandungan air dalam agregat kasar (%)
III. Pengadukan/Pencampuran Bahan

Melakukan persiapan indera dan bahan yang dibutuhkan pada ketika proses
penelitian.Alat yang dipergunakan diantaranya sebagai berikut: cetakan kubus
15 cm x 15 cm, 1 set alat uji slump, indera pengaduk lengkap dengan alasnya,
mesin tekan serta timbangan. buat bahan yang diperlukan diantaranya agregat
kasar (kerikil), agregathalus (pasir dan pula limbah batu bata
yang sudah dihaluskan), semen serta air.
12
IV. Pemeriksaan Beton Segar

Beton segar yang baik merupakan beton segar yang dapat diaduk, diangkut,
dituang serta dipadatkan, serta tidak ada kesamaan buat terjadi segregasi (pemisah
kerikil asal adukan) maupun bleeding (pemisah air dan semen berasal adukan).
Pengujian beton segar yang dilakukan pada penelitian ini, hanya uji slump saja.
Tujuan dari uji slump ini adalah buat mengetahui seberapa akbar kemudahan
beton dikerjakan. Pengujian slump mengacu di SNI-1972-1990.

V. Pembuatan Benda Uji

Beton yang telah lolos uji slump selanjutnya akan dicetak pada cetakan kubus
yg sudah diolesi oleh oli. di proses pencetakan ini dilakukan pula pemadatan dengan
memakai tongkat baja buat menghindari beton berongga. Benda uji yang sudah
terselesaikan didesain dibiarkan mengeras sampai 24 jam dalam suhu ruangan buat
lalu dilakukan perawatan. keliru satu perawatan beton dalam pengujian
laboratorium artinya perendama. Maksud direndam adalah buat perawatan menjaga
kelembaban beton.

VI. Pemeriksaan Beton Keras

Pemeriksaan kualitas beton keras diantaranya meliputi kuat tekan beton,


modulus elastisitas, permeabilitas dan densitas. namun dengan alasan ketersediaan
alat dan buat mengefisienkan saat, maka pemeriksaan yg dilakukan hanya bertenaga
tekan beton saja. Pengujian bertenaga tekan beton dilakukan buat membandingkan
bertenaga tekan hasil pengujian menggunakan bertenaga tekan planning yang
sinkron menggunakan standarisasi, serta melakukan koreksi terhadap rancangan
campuran. Pengujian bertenaga tekan beton ini

mengacu di SNI 03 – 1974 – 1990.

13
HASILDAN PEMBAHASAN

I. Hasil Perancangan Campuran Beton

Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan


perancangan campuran beton. Hasil ini diperoleh sesuia anggaran yang
telah dijelaskan sebelumnya. Adapun hasil perhitungan campuran beton
sesuai menggunakan metode SNI 03-2834-2000, bisa dilihat pada Tabel 3
pada penelitian ini sampel beton didesain sebanysk 30 butir dengan
menggunakan cetakan kubus berukuran panjang 150 mm, lebar 150 mm
serta, tinggi 150 mm. Penggantian sebagian pasir dengan limbah batu bata
dilakukan sebesar lima variasi, yakni dengan persentase bahan pengganti
sebanyak 0%, 6%, 9%, 12% dan 15%. Setiap variasi berjumlah 3sampel
untuk dilakukan pengujian pada hari ke 4 dan hari ke 28.

14
Tabel 2. Hasil perhitungan campuran beton.

II. Pengujian Slump


Pengujian slump dilakukan menggunakan menggunakan kerucut Abram,
yakni kerucut terpancung menggunakan ukuran diameter bawah
20 centimeter, atas 10 cm serta tinggi 30 centimeter. hasil
pengujian slump dapat dilihat pada Gambar 6.

sesuai data yang akan terjadi pengujian tersebut, nilai homogen-rata


slump adonan BB 0%, BB 6%, BB 9%, BB 12% dan BB 15% berturutturut
artinya 120 mm, 115 mm, 110 mm, 90mm dan 70mm. berasal hasil tersebut,
didapati bahwa nilai slump semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin
banyak campuran batu Bata yang mengubah pasir maka semakin kental
campuran betonnya. sang sebab itu,beton dengan penggantian sebagian
pasir menggunakan batu bata mempunyai workability yg lebih rendah
dibandingkan menggunakan beton normal. namun begitu, nilai slump
homogen-rata buat semua variasi masih memenuhi slump planning yaitu
70,5 – 150 mm.

15
Gambar 6. Hasil Rata – rata uji Slump.

III. Pengujian Kuat Tekan Beton


Bertenaga tekan artinya besarnya beban per satuan luas yg
menyebabkan benda uji musnah Bila dibebani gaya tekan tertentu. kuat
tekan mengidentifikasikan mutu sebuah struktur dimana meningkat mutu
struktur yang dikehandaki, maka meningkat juga kuat tekan yg didapatkan.
hasil pengujian bertenaga tekan bisa dipandang di Gambar 7.

Berdasarkan yang akan terjadi pengujian, diperoleh nilai bertenaga


tekan homogen-rata beton pada umur 14 hari buat BB 0%, BB 6%, BB 9%,
BB 12% dan BB 15% berturut-turut sebesar 15862 N/mm2,16108 N/mm2,
17584 N/mm2, 15493 N/mm2serta15124 N/mm2 . di umur 28 hari,
diperoleh bertenaga tekan beton homogen-homogen buat masing-masing
variasi BB 0%, BB 6%, BB 9%, BB 12% dan BB 15% yaitu sebanyak24961
N/mm2, 25453 N/mm2, 26560 N/mm2, 24347 N/mm serta 23,978
N/mm2.Dari Gambar 6, dapat terlihat bahwa nilai kuat tekan beton
mengalami kenaikan, namunmenurun pada BB 12% baik pada umur 14 hari
maupun 28 hari. sang karena itu,persentase material limbah batu bata
menjadi pengganti sebagian pasir aporisma hanya bisa dipergunakan
sebanyak 9%. yang akan terjadi serupa pula terjadi pada penelitian
sebelumnya [2]-[5], dimana penggantian agregat dengan batu bata wajib
dibatasi agar diperoleh mutu bertenaga tekan beton yang baik. namun
bagitu, akibat pengujian masih memenuhi beton planning yang disyaratkan
yakni 24,61 Mpa menggunakan hasil maksimal di BB 9% sebanyak
26560N/mm2.

16
Gambar 6. Hasil pengujian rata-rata kuat tekan beton.

17
KESIMPULAN
Analisis pengaruh limbah batu bata sebagai pengganti sebagian agregat halus terhadap
mutu kuat tekan beton telah berhasil dilakukan pada penelitian ini. Pengujian nilai kuat tekan
beton dilakukan pada umur 14 hari dan umur 28 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
kenaikan nilai kuat tekan beton rata-rata pada BB 12% baik pada umur 14 hari maupun 28 hari.
Dengan demikian, nilai persentase maksimal limbah batu bata yang dapat digunakan sebagai
pengganti pasir yaitu 9 %. Dengan memanfaatkan limbah batu bata pada pembuatan beton,
maka diharapkan dapat menghasilkan konstruksi yang lebih ramah lingkungan dengan kualitas
yang tidak jauh berbeda. Penelitian lebih lanjut diperlukan terhadap penggantian sebagian
agregat halus dengan batu bata agar didapat nilai persentase yang lebih besar.

18
DAFTAR PUSTAKA
H. Suseno, “Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil”. Bargie Media, Malang.

F. Debieb, S. Kenai, “The Use of Coarse and Fine Crushed Bricks as Aggregate in
Concrete”. Construction and Building Materials, vol. 22, no. 5, pp. 886-893,
May 2008.

P.B. Cachim, “Mechanical Properties of Brick Aggregate Concrete”. Construction and


Building Materials, vol. 23, no. 3, pp. 1292-1297, March 2009.

C. Zheng, C. Lou, G. Du, X. Li, Z. Liu, L. Li, “Mechanical Properties of Recycled


Concrete with Demolished Concrete Aggregate and Clay Brick Aggregate”.
Results in Physics, vol. 9, pp. 1317-1322, June 2018.

A. A. Aliabdo, M.A. Elmoaty, H.H. Hasan, “Utilization of Crushed Clay Brick in


Concrete Industry”. Alexandria Engineering Journal, vol. 53, no. 1, pp. 151-
168, March 2014.

S. Nurlina, T. Hidayat, H. Suseno, E.M. Karisma, “Pengaruh Penggunaa Limbah Batu


Bata sebagai Semen Merah terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Mortar”. Jurnal
Rekayasa Sipil, vol. 8, no. 2, pp. 136-141, Juni 2014.

K. Tjokrodimulyo, “Teknologi Beton”, Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai