Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat


karena bahan dasarnya yang mudah diperoleh dan spektrum penggunaannya yang
sangat luas. Sebagai material utama konstruksi, kebutuhan akan beton dengan
berbagai tingkat kinerja dan biaya pembuatan yang rendah telah lama menjadi
fokus perhatian peneliti dan praktisi di bidang tehnik sipil.
Tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap jenis beton ternyata cukup
beragam dan tidak hanya bergantung pada penggunaan beton normal. Beberapa
bidang aplikasi yang membutuhkan beton dengan kinerja tertentu jelas tidak dapat
dipenuhi oleh beton normal, seperti keunggulan dalam meredam panas, ramah
lingkungan, kepadatan yang rendah, atau porositas yang tinggi untuk
memudahkan peresapan air. Di sisi yang lain proses pengerasan beton secara
normal memakan waktu relatif lama, sedangkan pengerjaan proyek biasanya
terikat pada jadwal (schedule) yang ketat dan harus diselesaikan tepat waktu.
Menjawab kebutuhan tersebut maka para peneliti dan praktisi di bidang tehnik
sipil mengembangkan beton khusus yang disebut beton non pasir yang dipercepat.
Beton non pasir (zero-fines concrete) merupakan beton khusus yang dalam
pembuatannya tidak menggunakan agregat halus (pasir). Beton ini dibentuk dari
campuran semen, agregat kasar, dan air, sedangkan untuk mempercepat
pengerasan  digunakan bahan tambah (admixture atau additive). Tidak adanya
agregat halus dalam campuran menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi
berpori yang hanya berisi udara sehingga beratnya berkurang dibandingkan beton
normal (Tjokrodimulyo, 2009). Adapun agregat kasar yang digunakan dapat
berupa kerikil alami, batu pecah, batu apung, agregat ringan alami atau agregat
buatan dari tanah lempung. Adonan beton non pasir tidak mudah bersegregasi
karena digunakan satu jenis agregat, oleh karena itu dapat dituangkan dari
ketinggian. Karena sifatnya yang berpori (porous) maka beton ini dikenal pula
dengan sebutan beton berpori (porous concrete) atau beton yang dapat tembus
(permeconcrete/pervious concrete).
Penggunaan beton non pasir di dunia internasional sudah cukup lama
dikenal. Salah satunya adalah pada pembangunan gedung apartemen 4 (empat)
lantai yang didirikan di London, Inggris pada tahun 1961. Hal yang luar biasa
dalam penggunaan beton non pasir ini terdapat di Stuttgart, Jerman, yaitu
pembangunan gedung berlantai 36 dengan beton konvensional untuk 6 lantai
bawah dan beton non pasir untuk 30 lantai di atasnya.
Penggunaan beton non pasir di Indonesia belum populer, namun secara
bertahap mulai diperkenalkan bagi masyarakat luas. Dalam perkembangannya,
beton non pasir sudah pernah diaplikasikan pada:
1. Konstruksi struktur ringan dan non struktur yaitu kolom dan bata beton
non pasir untuk dinding bangunan sederhana.
2. Konstruksi perkerasan jalan raya (dikenal dengan istilah permeconcrete
atau pervious concrete). Aplikasi ini didasarkan pada pertimbangan ramah
lingkungan karena beton non pasir dapat mempercepat proses peresapan
air hujan ke dalam tanah.
3. Konstruksi Dinding Penahan Tanah (retaining wall). Pertimbangan yang
mendasarinya stabilisasi tanah di belakang struktur dinding penahan
karena teksturnya yang berpori (porious) meloloskan air sehingga tekanan
air di belakang dinding penahan tanah dapat diminimalkan. Dengan
demikian maka konstruksi dinding penahan tanah lebih stabil terhadap
gaya geser maupun gaya guling yang dipengaruhi oleh tekanan air tanah.
4. Pembuatan sumur resapan air dengan menggunakan buis beton non pasir.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh penggunaan air
es sebagai pereaksi semen dalam campuran beton non pasir yang dipercepat.
Sasaran yang hendak dicapai adalah beton non pasir dengan kuat tekan tertentu
sesuai dengan rancangan campuran bahan (mix design) yang dibuat. Hal ini
diharapkan dapat dicapai melalui reaksi antara sikafume, sikaset accelerator dan
viscocreate-1003 sebagai bahan tambah dalam campuran beton. Pada penelitian
ini digunakan dua kondisi air sebagai bahan pereaksi semen yaitu air es dan air

2
normal. Penggunaan air es di dalam campuran beton karena air es dapat
menstabilkan proses hidrasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan air
es sebagai bahan pereaksi semen terhadap kuat tekan beton non pasir untuk
berbagai umur beton yang dipercepat dengan penambahan silica fume, sika
viscocrete-1003 dan sikaset accelerator dengan jenis dan dosis yang telah
ditetapkan dengan menggunakan material yang tersedia di daerah lokal. Secara
lebih spesifik, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan:
a. data sifat-sifat fisis agregat untuk mengetahui agregat yang digunakan
memenuhi syarat sebagai material pembentuk beton,
b. data hasil uji kuat tekan beton non pasir yang dapat dicapai dengan
menggunakan air es dan air normal sebagai pereaksi semen,
c. hubungan tegangan-regangan beton non pasir yang dipercepat dan
modulus elastisitasnya,
d. pola retak yang timbul pada benda uji beton non pasir yang dipercepat
ketika mencapai beban maksimumnya,
e. kurva hubungan antara umur beton terhadap kuat tekan beton non pasir
yang dipercepat.

Agar penelitian ini lebih fokus, maka masalah penelitian dibatasi pada:
a. Semen yang digunakan adalah semen Portland Tipe I merk Semen
Andalas.
b. Air yang digunakan sebagai pencampur adalah air normal dengan suhu
290C dan air es dengan suhu 11,6 0C.
c. Faktor Air Semen (FAS) yang digunakan adalah 0,30.
d. Menggunakan agregat kasar berupa material batu pecah (split) ukuran 0,5-
1,0 cm yang berasal dari daerah Aceh Besar.
e. Menggunakan Sikafume sebagai bahan tambah additive dengan persentase
7% dari berat semen, bahan tambah admixture jenis Sikaset Accelerator
dengan perbandingan 1:5 dari berat air, dan Viscocrete-1003 dengan
persentase 0,6% dari berat semen dalam campuran beton.
f. Perawatan beton (curing) dilakukan dengan perendaman dalam media air

3
normal.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan
(LKBB) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Pengujian yang
dilakukan berupa pengujian kuat tekan dari benda uji silinder dengan ukuran 10
cm x 20 cm. Benda uji yang digunakan 12 benda uji untuk setiap variasi beton
dengan penggunaan masing-masing kondisi air sebagai bahan pereaksi semen.
Pengujian dilakukan pada beton berumur 12 jam, 24 jam, 48 jam, dan 28 hari
setelah pengecoran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengaruh penggunaan air
normal sebagai bahan pereaksi semen diperoleh kuat tekan awal rata-rata pada
umur 12 jam sebesar 14,81 MPa, pada umur 24 jam sebesar 16,01 MPa, pada
umur 48 jam sebesar 18,02 MPa, dan pada umur 28 hari sebesar 26,02 MPa,
sedangkan dengan penggunaan air es sebagai bahan pereaksi semen menunjukkan
bahwa kuat tekan awal rata-rata pada umur 12 jam sebesar 9,21 MPa, pada umur
24 jam sebesar 19,62 MPa, pada umur 48 jam sebesar 24,42 MPa, dan pada umur
28 hari sebesar 30,03 MPa. Modulus elastisitas teori yang dihasilkan untuk
penggunaan air normal adalah sebesar 23.853,21 MPa dan penggunaan air es
sebesar 25.463,67 MPa, sedangkan modulus elastisitas pengujian yang dihasilkan
berturut-turut untuk penggunaan air normal sebesar 33.939,98 MPa dan
penggunaan air es sebesar 24.734,20 MPa.
Ditinjau dari kondisi air yang digunakan sebagai bahan pereaksi semen,
terlihat bahwa penggunaan air es dalam campuran beton non pasir mampu
mengembangkan kekuatan yang lebih tinggi pada beton umur 24 jam, 48 jam dan
28 hari, walaupun pada beton umur 12 jam penggunaan air normal menunjukkan
kuat tekan awal yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan air es pada umur
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai