Anda di halaman 1dari 24

A.

Pendahuluan

Adukan adalah suatu campuran dari bahan pengikat dan bahan pengisi serta air sampai
konsisten tertentu. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen (PC) dan kapur,
sedangkan bahan pengisi adalah pasir atau tras. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan. Adukan yang memakai semen (PC) mempunyai kekuatan
adhesi yang besar akan tetapi pengerjaannya agak sukar, sedangkan adukan yang
menggunakan bahan pengikat kapur kekuatan serta adhesinya rendah jika dibandingkan
menggunakan semen (PC), oleh karena itu sering dilakukan pencampuran antara semen
(PC). Jadi pengertian adukan di sini dapat diartikan suatu campuran yang terdiri dari bahan
pengikat dan bahan pengisi dengan ditambah dengan air, sehingga menjadi suatu masa
dengan konsistensi tertentu.

Beberapa penyebab rusaknya suatu bangunan, salah satu di antaranya adalah akibat dari
penggunaan bahan-bahan pembentuk adukan yang tidak lagi memenuhi syarat. Kemudian
sifat adukan yang kuat ditentukan oleh sifat kekuatan adhesi yang cukup, sedangkan untuk
plesteran untuk luar harus mempunyai sifat kedap terhadap air, untuk itu diperlukan
campuran yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Fungsi
adukan dalam pasangan tembok diantaranya adalah untuk; 1) Pengikat antar bata yang
satu dengan yang lainya, 2) Menghilangkan deviasi dari permukaan bata, 3) Menyalurkan
beban dari bata yang berada diatasnya, 4) Meratakan permukaan tembok.

Pemberian sebutan atau jenis pada adukan sesuai dengan bahan dasar yang dipakai dan
penggunaannya dilapangan didasarkan atas volume perbandingan bahan campuran yang
digunakan. Bahan dasar dan perbandingan campuran dari adukan yang akan digunakan
untuk suatubangunan, akan mempengaruhi kekuatannya maupun letak penggunaannya.
Sebagai contoh digunakan adukan dan campuran perbandingan semen, pasir dan kerikil
dengan perbandingan: 1 pc: 2 ps: 3kr orang sering menyebutkan campuran ini adalah
campuran adukan beton, yang penggunaannya baik untuk konstruksi beton bertulang yang
tahan terhadap air. Bahan dasar tras, kapur dan pasir dinamakan spesi tras- kapur- pasir
dengan campuran perbandingan 1 : 2 : 4 biasanya digunakan untuk pekerjaan plesteran
dalam dan pekerjaan meratakan. Perbandingan untuk campuran bahan-bahan dasar dari
adukan berbeda-beda dan untuk itu dipakai bagian takaran, karena sampaisaat ini masih
sering digunakan.

B. Bahan Adukan
Karakteristik sifat bahan bangunan setiap daerah tidak selalu sama, hal ini perlu dipahami
utnuk perancangan adukan. Sebagai perbandingan bahwa berat jenis dan berat satuan
pasir dan batu pecah masing-masing daerah diperoleh hasil yang berbeda. Sebagai contoh,
pasir batu apung dari Pulau Kalimantan mempunyai sifat, berat jenis dan berat satuan yang
berbeda dari pasir beton dari Jawa Barat dan pasir besi dari Cilacap Jawa Tengah. Pasir
beton di daerah Jawa Barat, diperoleh dari hasil tambang, bila di bandingkan dnegan dari
Sumatera Utara misalnya, diambil dari sungai. Secara teknis bahan tersebut adalah bagian
terpentinga campuran adukan, baik itu campuran untuk adukan plesteran, dan adukan
beton.

Untuk menjamin mutu adukan atau campuran, dapat digunakan pedoman sesuai dengan
SNI 03-6861.1-2002 (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, bahan bangunan Bukan
Logam). Kemudian untuk aturan mengenai tata cara perancangan beton normal sudah
diatur dalam Standart Nasional Indonesia yaitu SNI 03-2834-2000  tentang Tata Cara
Pembuatan Rancangan Campuran Beton Normal yang merupakan pembaruan kode dari
SNI 03-2834-1993. Adukan berupa campuran beberapa material, yaitu agregat kasar,
agregat halus, semen dan air, untuk mencapai kekuatan tertentu maka dilakukan dengan
cara mengatur komposisi campuran material. Kekuatan beton sangat bervariasi sesuai
dengan komposisi yang digunakan. Menurut SNI 7394 -2008 tentang Tata Cara Perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan berikut
contoh komposisi adukan beton untuk beberapa jenis kekuatan beton.

Beberapa ketentuan atau persyaratan bahan bangunan untuk campuran beton, antara lain
yaitu:
1) SNI 03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
2) SNI 03-6861.2-2002, Spesifikasi bahan bangunan - Bagian B: Bahan bangunan dari
besi/baja
3) SNI 03-3976-1995, Tata cara pengadukan pengecoran beton
4) SNI 03-2847-1992, Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung
5) SNI 03-2445-1991, Spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan rumah dan gedung
6) SNI 03-2495-1991, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
7) SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan - bagian A: Bahan bangunan bukan
logam
8) SNI 03-6861.3-2002, Spesifikasi bahan bangunan - Bagian C: Bahan bangunan dari
logam bukan besi

1. Air Untuk Adukan


Air yang akan digunakan untuk membuat suatu adukan harus memenuhi syarat-syaratyang
telah ditentukan dan banyaknya air yang akan digunakan tergantungpada jenis
pekerjaannya. Air untuk membuat adukan plesteran-plesteran yangberwarna putih, tidak
boleh mengandung bagian campuran (zat pewarna) yangdapat merobah warna adukan. Air
asin yang banyak mengandung garam tidak baik.untuk adukan, karena dapat merusak
ikatan adukan sekaligus merusak tembok.Begitu pula air yang banyak mengandung bahan-
bahan busuk atau kotor sebaiknya jangan digunakan. Air· adukan boleh mengandung
bahan-bahan lain asal kadarnya sangat kecil. Apabila terdapat keragu~raguan mengenai
keadaan air yang akan dipakai, disarankan untuk mengirimkan contoh air kelaboratorium
bahan~bahan yang telah diakui, untuk diperiksa air itu dapat dipakai atau tidak.

Dalam adukan untuk beton, fungsi air adalah untuk memicu proses kimiawi semen sebagai
bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Kualitas air yang digunakan
untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap kualitas beton itu sendiri. Air yang
mengandung zat-zat kimia berbahaya, mengandung garam, minyak, dan bahan lain akan
menyebabkan kekuatan beton. Pada umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan
sebagai campuran beton.Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi
dengan air. Oleh karena itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus
cukup.

Pada adukan pembuatan beton air diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan
semen sehingga membentuk pasta yang bereaksi dengan semen, kemudian mengikat
semua agregat dari yang paling besar sampai paling halus dan menjadi bahan pelumas
antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan,
penuangan, maupun pemadatan. Pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara air dan
semen maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting,
tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor Air Semen
(FAS). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses
hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi penguatan beton.

Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan sebagai rasio
total berat air (water to cementious ratio), termasuk air yang terkandung dalam agregat dan
pasir terhadap berat total semen dan additive cementious yang umumnya ditam-bahkan
pada campuran beton mutu tinggi. Untuk menghasilkan sebuah beton beton mutu tinggi FAS
dalam beton harus rendah. Untuk membuat beton bermutu tinggi faktor air semen yang
dipergunakan antara 0,28 sampai dengan 0,38. Sedangkan menurut (SNI 03-6468-2000)
beton mutu tinggi nilai faktor air semennya ada dalam rentang 0,2-0,5. Tujuan pengurangan
FAS adalah untuk mengurangi seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga
dihasilkan beton berkekuatan tinggi tinggi.

Karena air mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air tidak dapat
ditambahkan sembarangan dalam pengadukan mortal, jadi harus diingat faktor air
semennya disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu beton yang
diinginkan. Dan yang perlu dicatat bahwa jumlah air yang terlalu banyak dapat
menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah.Untuk penggunaan air dalam adukan beton,
secara umum air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai air pengaduk pada beton.
Adapun jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air pengaduk beton antara lain adalah;

1) Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi. Biasanya air
hujan mengandung untur oksigen, nitrogen dan karbondioksida.
2) Air Tanah. Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga kadang-
kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.
3) Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan air reservoir. Air
sungai atau danau dapat digunakan sebagai air pencampur beton asal tidak tercemar
limbah industri. Sedangkan air rawa atau air genangan yang mengandung zat-zat alkali
tidak dapat digunakan.
4) Air laut, air laut yang mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk
campuran beton. Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena akan
mempercepat korosi pada tulangannya.

Sementara itu, penggunaan air untuk adukan beton, dipersyaratkan menurut ACI 318-83,
adalah sebagai berikut;
1) Air untuk beton harus bebas dari minyak, alkali, garam dan bahn-bahan organik.
2) Air untuk beton pratekan atau yang dilekati alumunium, termasuk agregat tidak boleh
mengandung ion clorida. Untuk mencegah korosi, kadar klorida setelah beton berumur
28 hari dibatasi sebagai berikut
3) Air harus bebas dari minyak, alkali, garam dan bahn-bahan organik, tidak boleh
mengandung ion clorida

2. Pasir
Pasir adalah agregat halus bahan beton, agregat halus adalah butiran halus yang memiliki
kehalusan 2mm – 5mm, dan menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat
dengan besar butir maksimum 4,75 mm, agregat halus merupakan agregat yang besarnya
tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari
pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Sementara itu, menurut SNI 1737-
1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Pasir adalah bahan batuan halus,
terdiri dari butiran dengan ukuran 0,14-5 mm, didapat dari basil desintegrasi batuan alam
(natural sand) atau dengan memecah (artificial sand).

Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus harus
diperiksa secara lapangan. Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-
2002 adalah sebagai berikut:
a) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
b) Butir-butir  halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika
dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan
jika dipakai magnesium sulfat
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering),
jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat
mempunyai ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran
butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil
mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang
berkemampatan tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan
juga sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :
1) Pasir Kasar
2) Pasir Agak Kasar
3) Pasir Agak Halus
4) Pasir Halus

Pemeriksaan pasir, sebagai bahan bangunan, yaitu dengan cara penggenggaman,


dilakukan denngan mengambil pasir dengan kelembaban agak tinggi atau dalam kondisi
agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu digenggam kuat-kuat dan dilepas. Jika tetap
menggumpal maka kadar lumpur cukup tinggi, kandungan lumpur juga dapat terlihat di
telapak tangan. Kemudian dengan cara penenggelaman pasir dilakukan dengan
menggenggam pasir lalu memasukkan tangan ke dalam air jernih, lalu dibuka dan digerak-
gerakkan perlahan, dan akan terlihat partikel lumpur yang terpisah dari pasir. Jika terdapat
partikel yang mengambang atau mengapung, maka perlu dicurigai kandungan organik yang
cukup tinggi pada pasir. Berikut ini dapat dilakukan pemeriksaan lapangan dengan cara
sederhana.

Pemeriksaan kandungan bahan organik agregat halus (pasir) di lapangan;


a) Masukkan pasir dalam gelas atau botol bening 
b) Campurkan larutan soda api 3% 
c) Aduk atau kocok, lalu diamkan 24 jam
jika larutan menjadi berwarna coklat tua, mengindikasikan kandungan organik dalam
agregat cukup tinggi, Indikasi kandungan organik juga dapat terlihat jika pasir
ditenggelamkan dalam air jernih, yaitu apabila terlihat partikel mengambang

Pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di lapangan ada beberapa cara, yaitu;
a) Peremasan atau penggosokan  (tidak terukur)
b) Penggenggaman (tidak terukur)
c) Penenggelaman pasir di air jernih (tidak terukur)
d) Pengocokan (terukur)
Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakan pemeriksaan tidak terukur, yang hanya
dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika menerima material atau melakukan inspeksi
cepat. Cara peremasan atau penggosokan dilakukan dengan mengambil pasir kering udara
atau sedikit lembab lalu diremas-remas dengan satu tangan atau digosok di antara dua
telapak tangan, lalu dilihat partikel yang menempel di telapak tangan, menunjukkan
perkiraan kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.
3. Semen (Portland Cement/PC)

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan


bangunan lainnya. Semen Portland (sering disebut sebagai OPC (Ordinary Portland
Cement) adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh
dunia karena merupakan bahan dasar beton, plesteran semen, dan sebagian besarnon-nat
khusus. Sejarah Semen Portland dikembangkan dari semen alami yang terbuat di Inggris
pada awal abad kesembilan belas, dan namanya berasal dari kemiripannya dengan batu
Portland, jenis bangunan batu yang digali di Isle of Portland di Dorset, Inggris.
Penggunaan yang paling umum untuk semen Portland adalah dalam produksi beton, yang
terdiri dari agregat kerikil, pasir, semen, dan air. Sebagai bahan konstruksi, beton dapat
dicetak dalam hampir semua bentuk yang diinginkan, dan sekali mengeras, dapat menjadi
elemen struktur. Penggunaan Semen Portland (PC) juga digunakan dalam mortar, yaitu
campuran pasir denga air saja. Adonan campuran semen dengan air dicampur dalam
beberapa jam dapat mengeras, dan semakin lama akan semakin sempurna kekerasannya.
Pada prinsipnya, kekuatan beton akan terus meningkat perlahan-lahan selama air tersedia
untuk hidrasi lanjutan, beton biasanya kering setelah normalnya 21 hari, dan lama kelamaan
akan mencapai titik kekerasan maksimal.
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1) Tipe I (Ordinary Portland Cement); Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.Tipe
semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran
2) Tipe II (Moderate sulfat resistance); Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada
daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan
air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang besar perlu
ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan
untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang
ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama
3) Tipe III (High Early Strength); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini
dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini
dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang
dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland
tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I
pada umur 28 hari
4) Tipe IV (Low Heat Of Hydration); Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk
struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti
bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang
dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak
terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika
dibanding semen portland tipe I
5) Tipe V (Sulfat Resistance Cement); Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk
pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam
sulfat tinggi seperti: air laut, daerah tambang, air payau dsb

Pemeriksaan mutu semen, mungkin idak perlu kita bicarakan disini, karena secara standar
setiap produksi semen telah mengalami pengawasan uji mutu dari pabrik.setidaknya, bila
tidak ada penyimpangan dalam transportasi, setiap semen yag dikirim dalam bentuk
kemasan tertutup dari toko, dijamin pasti sudah melewati uji mutu yang standar. Jadi perlu
diawasi dan diperiksa adalah campuran beton, dari material semen, pasir dan spilt.Untuk
konstruksi bangunan sederhana, seperti bangunan rumah tinggal, ruko, gedung pertemuan,
jalan beton, pemeriksaan semen dilapangan sangat jarang dilakukan, karena semen
portland yang beredardi pasaran sudah melalui pengawasan yang ketat dari mulai instansi
perindustrian, perdagangan dan pengawasan mutu produk di Indonesia.

3.1 Bahan Utama Semen

Dalam konstruksi bangunan, sebutan untuk semen yang ada di pasaran di sebut dengan
sebutan portland cement (pc). Semen adalah suatu bahan pengikat Hydrolis yang dapat
mengeras dan membantu jika dicampur air, yang berupa serbuk 'yang sangat halus
berwama abu-abu. Adapun bahan dasar semen (pc), adalah batu kapur (CaO), Silika
(Si02 ), Alumina (Al2 0 3 ), oxid besi (F.e~ 0 3) dan bahan-bahan lain dalam jumlah yang
kecil seperti trioxid belirang (S03 ), belerang (S) dan sebagainya,. Qxid besi bersama
alumina dan silika selalu terdapat dalam tanah liat, maka 'itu ia selalu terdapat di dalam
semen. Semen yang baik akan terdapat bahan-bahan utama seperti;
1) Kapur (CaO), 58-65%
2) Silika (Si02}, 20- 26%
3) Alumina (Al20 3), 5- 9%
4) Oxid-besi (Fe2 0 3), 1 - 5%
5) Magnesia (MgO), l- 4%
6) Trioxid-belirang (S0 3), 0,5- 2%
7) Belerang (S), 0- 2%
Kemampuan dari suatu bahan ikat untuk mengeras di dalam air ditentukan oleh modulus-
hidroliknya, yaitu perbandingan bahan-bahan utama seperti antara CaO, Si02, Al2 03 dan
Fe2 03. Pembuatan dan Pengikatan Semen secara garis besarnya seperti berikut:
1) Pertama-tama bahan dasar tanah liat dan kapur dalam keadaan .kering dengan
perbandingan tertentu dicampur dan digiiing bersama-sama sampai menjadi tepung
halus.
2) Selanjutnya tepung halus ini dicampur dengan sedikit air sehingga menjadi suatu
massa yang basah yang disebut bubur (slurry) dengan kadar airnya 35 - 40%. Slurry
ini disimpan dalam tangki-tangki koreksi, di mana komposisinya diatur dengan
penambahan bahan-bahan tambahan yang dianggap masih kurang.
3) Kemudian slurry yang ada dalam tangki dimasukkan ke dalam dapur pembakaran
dengan suhu berkisar i400°C dan gas panas yang keluar dari ujung atas dapur akan
memanasi dan mengeringkan slurry tadi, sehingga menghasilkan batu keras dengan
permukaan seperti kaca yang disebut Klinker.
4) Klinker ini kemudian digiling hingga halus dan hila perlu ditambahkan dengan bahan
penghambat pengerasan berupa gips sebesar kurang dari 3%, serta dihaluskan
kembali bersama-sama dan terjadilah semen
Dalam perdagangan semen dimasukkan dalam kantong-kantong kertas dengan kemasan
tertentu dan berat tertentu juga, seperti satu sak berisi 40 kg, atau 50 kg. Semen sebagai
hasil produksi pabrik yang banyak diperjual belikan di took-toko, dapat digunakan sebagai;
1) Bahan pengikat dalam pembliatan beton dengan campuran sesuai dengan kebutuhan,
misalnya dengan campuran: 1 semen : 2 pasir ; 3 kerikil dan bila untuk adukan plester
kedap air: 1 semen : 2 pasir; 2) Untuk pembuatan elemen-elemen bangunan, seperti
bahan .penutup atap genteng beton, atap semen asbes gelombang, tegel, bataco/batu
cetak; 3) Sebagai bahan pembuat bata atau bahan bangunan lain.

4. Kapur

Di Indonesia, kapur dikenal juga sebagai bahan bangunan, yang digunakan sebagai bahan
ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila
dipakai bersama-sama Semen Portland, sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi
kebutuhan semen Portland. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama-sama
Semen Portland, sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi kebutuhan semen
Portland. Kapur dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu:
· Kapur tohor (CaO)
· Kapur padam (Ca(OH)2)
· Kapur udara
· Kapur hidrolis
Kapur tohor atau kapur putih, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO),
adalah hasil pembakaran kapur mentah (kalsium karbonat atau CaCO3) pada suhu kurang
lebih 90 derajat Celcius, jika disiram dengan air, maka kapur tohor akan menghasilkan
panas dan berubah menjadi kapur padam. Kapur putih disebut juga kapur dengan kadar
Kalsium tinggi, kapur gemuk,kapur murni dan sebagainya. Kapur putih adalah kapur non-
hidrolik dengan kadar Kalsiumoxida yang tinggi jika berupa kapur tohor (belum berhubungan
dengan air) atau mengandung banyak Kalsium-hydroxida jika telah disiram (direndam)
dengan air.

Sifat-sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan ikat) antara lain yaitu:
1) Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
2) Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata.
3) Mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas)
4) Sebagai mortel, member kekuatan pada tembok.
5) Mudah dikerjakan.
6) Kapur dapat dipakai untuk keperluan bahan ikat pada mortel, bahan ikat pada beton,
sebagai batuan jika berbentuk batu kapur, dan sebagai bahan pemutih.

Aplikasi penggunaan kapur sebagai campuran, adalah dalam pembuatan adukan mortar
dimana biasanya perbandingan komposisinya adalah 1 kapur : 1 pasir, dan biasanya
campuran tersebut dignuakan untuk plesteran, namun jarang dipergunakan, umumnya
dipergunakan didaerah tertentu yang banyak terdapat bahan kapur. Secara fisik kapur yang
dipergunakan harus bersih dari kandungan lainnya, berbutir tajam dan tidak tercampur oleh
zat kimiawi lainnya, dan dalam pencampuran dengan semen harus menggunaka air yang
bersih. 

C. Adukan Beton

Beton adalah salah satu bahan bangunan yang komponen penyusunnya campuran dari
beberapa bagian material, yaitu agregat kasar, agregat halus, semen dan air dengan
komposisi tertentu untuk mencapai kekuatan pada durasi waktu tertentu.  Pada beton,
bahan penyusun tersebut dicampur dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu
beton, nilai slump, kondisi lingkungan yang diinginkan pada suatu konstruksi bangunan. Bila
sudah dicampur bahan-bahan tadi akan menjadi suatu massa seperti seperti batuan, karena
terjadi reaksi kimia dari semen dan air.Membuat beton tidak sesederhana yang kita sering
lihat pada pembuatan bangunan sederhana, hanya sekedar mencampurkan batu, pasir,
semen dan air saja.

Campuran bahan/material untuk beton yang diinginkan adalah beton yang baik, dalam arti
memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI (Standart Nasional Indonesia), ASTM
(American Society of Testing and Materials) ACI (American Concrete Institute) atau standart
lainnya, karena tuntutan pekerjaan pembetonan yang lebih tinggi, maka cara-cara
memperoleh adukan beton harus diperhitungkan dengan seksama.Beton ada berbagai
macam jenisnya, misal beton normal, beton ringan, beton berat, beton non pasir, beton
kedap air, beton massa, beton serat, Beton mutu tinggi HSC (High Streght Concrete), Beton
memadat sendiri SCC  (Self Compacting Concrete)

Sifat adukan beton normal segar yang baik adalah mudah diaduk (workabilty), mudah
diangkut, mudah dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi
pemisahan kerikil dari adukan beton(segregasi) maupun bleeding (air bersama-sama semen
akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang) sehingga
mengakibatkan beton yang diperoleh jelek. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan
lama/ awet kedap air, tahan aus, sedikit mengalami perubahan volume (kembang /susutnya)

Untuk mencapai kekuatan tertentu maka dilakukan dengan cara mengatur komposisi
campuran material. Perlu  ketahui kekuatan beton sangat bervariasi sesuai dengan
komposisi yang digunakan. Dalam konstruksi beton dikenal perbandingan campuran juga
menyatakan kuat mutu beton, istilah mutu dengan symbol “K”, dimana K - XXX menyatakan
karakteristik dari kuat tekan beton yang digunakan. Karakteristik adukan beton beda-beda,
tergantung perbandingan campurannya, seperti ; K - 150 artinya kuat tekan betonnya 150 kg
/ cm2  dan K- 300 artinya kuat tekan betonnya 300 kg / cm2 , dan seterusnya. Beton mutu K
- 150 juga kira-kira setara dengan mutu beton fc' 15 MPa atau kuat tekan 15 MPa / m2,
untuk mendapat kuat tekan beton ini, tergantung campurannnya terutama semen dan air.

Sebagi contoh kita ambil beton dengan mutu K-XXX, adukan yang sesuai dengan mutuu
tersebut kira-kira perbandingan campuran antara semen : pasir : agregat kasar : dan air
sebesar 1 : 2 : 3 dan air. Kemudian untuk Beton K-175 komposisi bahan yang benar dalam
tiap meter kubiknya adalah 1 PC : 2 Ps : 3 KR :0,82 Air, pebandingan campuran ini di
lapangan selalu disebut orang dengan istilah adukan 1:2:3. Selain komposisi bahan
Semen :Pasir : Kerikil (Pc:Ps:Kr),  hal yang tidak kalah pentingnya adalah faktor air,
penambahan kadar air di lapangan yang sangat berlebihan akan menurunkan kualitas beton
itu sendiri. Adapun perbandingan campuran beton seperti yang dijelaskan di atas, yaitu;
1) Perbandingan Volume :
PC = (326/1250)/(326/1250) = 1
Ps = (760/1400)/(326/1250) = 2,08 dibulatkan menjadi  2
KR = (1029/1350)/(326/1250) = 2,92 dibulatkan menjadi  3
Air = (215/1000)/(326/1250) = 0,82
2) Perbandingan berat yang tercantun dalam SNI 7394 -2008 :
PC = 326 Kg
Ps = 760 kg
KR = 1029 Kg
Air = 215 Liter
Faktor air semen = 0,66

Gambar 9-1: Adukan Beton menggunakan Molen

Perhitungan volme bahan untuk adukan perbandingan beton 1 : 2 : 3, yaitu Perbandingan


Semen, Pasir dan Batu Split/Kerikil 1 : 2 : 3.
Pertanyaannya berpa volume bahan ..?

Pertama-tama kita harus mengetahui berapa bagian masing-masing item.


Semen             : 1/6
Pasir                : 2/6
Batu Split        : 3/6
Jadi Semen mempunyai bagian 1/6 dari 1 m3 beton = 0,167 m3, Pasir mempunyai bagian
2/6 dari 1 m3 beton = 0,333 m3, Batu Split/Kerikil mempunyai bagian 3/6 dari 1 m3 beton=
0,5 m3.

1.Teknik Campuran Adukan Beton

Sekarang untuk pelaksanaannya bagaimana cara yang mudah untuk membuat adukan
beton sesuai dengan takaran tadi. Pemisalan dalam membuat takaran. Takaran ini mengacu
pada jumlah semen.Takaran biasanya dibuat dari kayu yang biasa disebut Dolak. Dolak ini
dibuat sesuai dengan ukuran 1 (satu) sak semen (persegi). Jadi Takarannya menjadi :
Semen = 1 dolak, Pasir = 2 dolak dan Batu Split/Kerikil = 3 dolak.

Perencanaan duct beton mempunyai ukuran 3 x 5 m2 . Maka harus mengetahui volume duct
beton yang akan di buat. Misalkan perencanaan dengan ketebalan 10 cm, maka volume
beton yang dibutuhkan adalah 3 x 5 x 0,1 m3 = 1,5 m3.

Dari perbandingan beton tadi volume kebutuhan masing-masing material adalah :


Semen = 1/6 x 1,5 m3 = 0,25 m3 atau jika dikonversi dalam satuan sak semen = Volume
Semen : Volume 1 sak semen (mis ukuran 1 sak semen 50 kg = 0,1 x 0,4 x 0,6 = 0,024 m3)
= 0,25 : 0,024 = 10,416 sak semen @ 50 kg.
Pasir = 2/6 x 1,5 m3 = 0,5 m3.
Batu Split/ Kerikil = 3/6 x 1,5 m3 = 0,75 m3.

Untuk kekuatannya bagaimana ? Apakah adukan beton 1 : 2 : 3 memenuhi syarat untuk


kebutuhan pelaksanaan konstruksi duct beton ?

Untuk adukan beton 1 : 2 : 3 kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau dengan
kata lain mempunyai kuat tekan 175 kg / cm2, dimana cukup untuk memenuhi syarat kondisi
kekuatan duct beton. Jika ingin menentukan kekuatan beton sesuai dengan SNI (Standard
Nasional Indonesia) iasl dengan adukan beton (site mix) dengan K-200 atau K-225 maka
dapat mengacu pada Buku SNI tentang Komposisi Adukan Beton.

Pengadukan beton dapat dilakukan dengan beberapa 2 cara,yaitu; pengadukan manual dan
pengadukan dengan molen.Cara pengadukan beton secara manual adalah sebagai berikut;
1) Pengadukan beton dengan tangan harus dilakukan di atas bakdengan dasar lantai
dari papan kayu atau dari pasangan yangdiplester. Hal tersebut dilakukan agar
kotoran atau tanah tidakmudah tercampur dan air pencampur tidak meluap keluar
daricampuran.
2) Pengadukan beton dengan jumlah besar, sebaiknya dilakukandibawah atap agar
terlindung dari panas matahari dan hujan.
3) Pengadukan beton manual biasanya menggunakan perbandinganvolume. Yang
lazim digunakan di lapangan adalah denganmembuat kotak takaran untuk
perbandingan volume pasir, semen,dan krikil.
4) Urutan pencampuran adukannya adalah; pasir dan semen yangsudah ditakar
dicampur kering di dalam bak pengaduk, lalu krikildituangkan dalam bak pengaduk
kemudian diaduk sampai merata.Setelah adukan merata, tuangkan air sesuai
kebutuhan, aduksampai campuran merata dan sesuai dengan persyaratan.Untuk
pengadukan menggunakan molen, prinsip dasarnya samadengan pengadukan
secara manual, hanya proses pencampuran bahanadukan beton dilakukan di dalam
molen yang terus menerus berputar.

Hasil adukan beton dengan menggunakan molen lebih baik dan lebihmerata dibandingkan
dengan proses pengadukan secara manual. Pelaksanaan pengecoran dimana proses
pencampuran dan pengadukan beton dilakukan di lapangan yaitu di lokasi kerja, disebut
dengan istilah site mix., umumnya pelaksanaan ini dilaksanakan dengan pertimbangan
sebagai berikut;
1) Tidak ada nya  beton ready mix di dekat lokasi
2) Akses jalan masuk yang tidak memungkinkan masuk kelokasi.
3) Biaya yang terlampau mahal bila mendatangkan dari luar  kota.
4) Pertimbangan biaya yang lebih murah jika dibuat di lokasi.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk beton yang menggunakan site mix  adalah saat
pencampuran dan pengadukan sering tidak merata baik dari volume campuran maupun
proses pengadukan yang tidak bagus, apalagi dilakukan secara manual. Jika menggunakan
mesin molen beton, mungkin pencampuran akan didapatkan adukan yang lebih baik, tapi
kadang  kesalahan penuangan material kedalam molen baik air ataupun material lainnya
ias   menjadikan campuran kurang bermutu. Untuk mendapatkan hasil maksimal di
lapangan, perlu ahli dalam pelaksanaan dan pengawasan, dan perlu memperhatikan
standar pelaksanaan adukan dan campuran beton   mulai pemilihan material, pencampuran,
pengadukan dan penuangan berjalan dengan baik.

Ketentuan-ketentuan serta persyaratan pelaksanaan adukan beton dapat dipedomani


sebagai berikut ini;
(2) Bahan
a) Air; Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Air sebagai Bahan
Bangunan.
b) Semen; Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang pesifikasi Bahan
Perekat Hidrolissebagai Bahan Bangunan.
c) Agregat; Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi
Agregat sebagai BahanBangunan.
d) Bahan Tambahan untuk Beton; Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SK
SNI S-18-1990-03 tentang SpesifikasiBahan Tambahan untuk Beton.
2. Peralatan; Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Semua peralatan untuk penakaran, pengadukan dan pengangkutan beton harus
dalam keadaan baik dan bersih;
b) Mesin pengaduk harus pada kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat mesin tersebut;
c) Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
mampu menyediakan beton (di tempat penyimpanan akhir) dengan lancar tanpa
mengakibatkan terjadinya segregasi dan tanpa hambatan yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan;
d) Alat pemadat yang digunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan jenis
pekerjaan.
(3) Pelaksanaan
a) Persiapan; Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan
persiapan yangmencakup hal berikut :
 Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran;
 Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru
dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras tersebut;
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru, harus
dikasarkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum beton baru dicorkan;
 Pasangan dinding bata yang akan berhubungan dengan beton baru, harus
dibasahi dengan air sampai jenuh;
 Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari acuan boleh
dilapisidengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis minyak mineral, lapisan
bahan kimia,lembaran plastik, atau bahan lain yang disetujui oleh pengawas
bangunan;
 Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup
yangdapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dan tulangan;
 Air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi adukan beton harus
dibuang,kecuali apabila pengecoran tremie atau bila diijinkan oleh pengawas
bangunan.
b) Penakaran; Penakaran bahan yang akan digunakan harus berdasarkan
perbandingan campuran yangdirencanakan, dan memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
 Untuk beton dengan f’c lebih besar atau sama dengan 20 Mpa, proporsi
campuran harusdidasarkan pada teknik penakaran berat;
 Untuk beton dengan nilai fc lebih kecil dari 20 Mpa, pelaksanaannya
bolehmenggunakan teknik penakaran volume. Teknik penakaran volume ini
harusberdasarkan pada perhitungan proporsi campuran dalam berat yang
dikonversikan kedalam volume melalui perhitungan berat satuan volume dari
masing-masing bahan.
3. Pengadukan; Pengadukan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan yang merata dan
semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum mesin pengaduk diisi kembali;
b) Pengadukan harus dilakukan tidak kurang dari 11/2 menit untuk setiap lebih kecil
atausama dengan 1 m3 adukan. Waktu pengadukan harus ditambah ½ menit untuk
setiappenambahan kapasitas 1 m3 adukan;
c) Pengadukan harus dilanjutkan minimal 11/2 menit setelah semua bahan dimasukkan
kedalam mesin pengaduk (atau sesuai dengan spesifikasi alat pengaduk);
d) Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi
terusmenerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang
baru;
e) Kekentalan beton harus disesuaikan dengan jarak pengangkutan;
f) Bila produksi beton dilakukan oleh perusahaan beton siap pakai, maka
keseragamanpengadukan harus mengikuti ketentuan yang berlaku; Perekaman data
yang rinci harus dilakukan terhadap :
(1) Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran;
(2) Proporsi bahan yang digunakan;
(3) Jumlah adukan yang dihasilkan;
(4) Lokasi pengecoran akhir pada struktur.

2. Mutu Beton

Mutu Beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan, beton dengan mutu fc' 25
menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu pada standar SNI 03-
2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute). 1 MPa = 10
kg/cm2.Karakteristikbeton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik
minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton
ukuran 15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama.

kekuatan tekan karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas
sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan
tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada
umur 28 hari.Sedangkan fc’ adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat
berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Penentuan nilai fc’ boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat
dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan
konversi berikut ini. Fc’=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat tekan beton
(dalam MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau perbandingan kedua benda
uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil  berkisar 0,83.

Apakah Perbedaan Mutu Beton K dengan fc’ Mpa?

Dalam sebuah perencanaan beton biasanya output yang dihasilkan adalah fc’ dalam satuan
Mpa.Namun dalam spesifikasi teknis tercantumkan adalah mutu beton dengan
menggunakan beton K seperti K225. Ketika mendesain beton digunakan mutu beton K.
Kemudian ada pertanyaan “Samakah Mutu Beton K dengan fc’ Mpa ?”.
Jawabannya tidak sama, karena K adalah kuat tekan karakteristik beton kg/cm2 dengan
benda uji kubus bersisi 15 cm. Sedangkan fc’ dalam Mpa adalah kuat tekan beton yang
disyaratkan Mpa atau kg/cm2 dengan benda uji silinder. Jadi, karena terjadi perbedaan
benda uji maka mutu betonnya menjadi tidak sama. Sebagai hasil contoh, fc’22,5 Mpa itu
setara dengan mutu beton berkisar K-271.

Apakah kuat tekan Karakteristik itu?kekuatan tekan karakteristik ialah kekuatan tekan,
dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya
kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan
kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan
benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan fc’ adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat berdasarkan
pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Penentuan nilai
fc’ boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan
benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan konversi berikut
ini. Fc’=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat tekan beton (dalam MPa), didapat
dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk
kebutuhan praktis bisa diambil  berkisar 0,83

Sebagai bahan Perbandingan fc' dan K, dapat dilihat dari hasil uji kuat tekan sebagai berikut
ini;
Dengan perbandingan kuat tekan benda uji :

Contoh :
Mutu beton fc' 25 MPa (benda uji silinder), mutu beton K berapa?
Apabila benda uji kubus 15x15x15 cm
Kuat tekan = 250 kg/cm2 : 0,83 = 301,20 kg/cm2 ~ K-300

Adukan Beton dan Mortar berdasarkan analisa BOW


1m³ adukan mortar 1 : 7 dibutuhkan bahan:
Semen       = 1 * 0.760 = 0.760 m³ * 1250 = 950 Kg = 19 Sak
Pasir          = 7 * 0.675 = 4.725 m³

Dalil:

Mutu beton K adalah kuat tekan karakteristik beton kg/cm2 dengan


benda uji kubus sisi 15 cm.

Mutu beton fc adalah kuat tekan beton dalam Mpa yang disyaratkan
dengan benda uji silinder 15 cm dengan tinggi 30 cm.

Seperti : 
 K – 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
 F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter
15 cm tinggi 30 cm
3. Uji Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah besarnyabeban persatuan luas yang menyebabkan


benda uji beton hancur bila dibebanidengan gaya tekan tertentu, yangdihasilkan oleh mesin
tekan (SNI 03-1974-1990).Pengujian kekuatan tekan betondilakukan dengan menggunakan
mesintekan.Hasil massa beban maksimumakan terbaca dalam satuan ton. Benda
ujidiletakkan pada bidang tekan mesinsecara sentris.Pembebanan dilakukansecara
perlahan sampai beton mengalamikehancuran.

Kuat tekan suatu mutu beton dapatdikategorikan memenuhi syarat jika dua halberikut
terpenuhi (SNI 03-2847-2002):
1) Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuattekan yang berurutan mempunyai nilaiyang
sama atau lebih besar dari fc’.
2) Tidak ada nilai uji kuat tekan yangdihitung sebagai nilai rata-rata dari duahasil uji
contoh silinder mempunyai nilaidi bawah fc’ melebihi dari 3,5 MPa

Beton adalah suatu bahan konstruksiyang mempunyai sifat kekuatan tekan yangkhas, yaitu
kecenderungan untuk bervariasi atau tidak seragam dan nilainya akan menyebarpada suatu
nilai rata-rata tertentu.Penyebaran dari hasil pemeriksaan akan kecil atau besar tergantung
pada tingkat kesempurnaan dari proses pelaksanaannya. Tingkat kesempurnaan dari
pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor sepertivariasi mutu bahan, pengadukan,
pemadatan, stabilitas pekerja dan factor lainnya.Atas adanya variasi ekuatan tekanbeton
tersebut maka diperlukan adanyapengendalian terhadap mutu (qualitycontrol) untuk
memperoleh kekuatan tekanyang hampir seragamMutu beton dan mutu
pelaksanaandianggap memenuhi syarat, apabila terpenuhi syarat-syarat berikut (PBI NI-
2,1971) ;
1) Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20nilai hasil pemeriksaan benda ujiberturut-
turut terjadi kurang dari σ’bk,
2) 2. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4hasil pemeriksaan benda uji
berturutturutterjadi kurang dari (σ’bk + 0.82 sr).

D. Adukan Plesteran dan Pasangan Batu


Plesteran adalah proses yang dilakukan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi pekerjaan
penempatan bahan adukan perekat terhadap suatu bidang kasar yang ditujukan supaya
permukaan menjadi rata. Plesteran dinding merupakan lapisan pada dinding yang
merupakan penguat ikatan dinding, memperhalus pasangan dinding dan menghambat
rembesan langsung dari air yang mengenai dinding. Penerapan umumnya ditujukan untuk
meningkatkan penampilan permukaan dan secara konstruktif juga ditujukan untuk
melindungi bidang dari cuaca seperti hujan, panas , dan lainnya. Bahan plesteran yang
umum digunakan adalah menggunakan mortar yang juga sering disebut dengan plesteran.
Plesteran ini terdiri dari semen dan pasir yang diaduk dengan air. Pada dinding yang
berhubungan langsung dengan air seperti dinding kamar mandi biasanya dipakai pasangan
trasram yaitu kalau pada bata, dipasang bata dengan perbandingan spesi dan adukan
antara semen dengan pasir 1:2 sehingga kedap air.  

Dari penjelasan dan pengertian di atas, adapun tujuan dari pekerjaan plesteran adalah;
1) Untuk membuat permukaan sebuah dinding lebih rapi, lebih bersih dan juga untuk
membuat kesan penampilan lebih indah.
2) Melindungi permukaan dari pengaruh cuaca dan iklim
3) Untuk menutupi cacat atau kerusakan pada dinding atau bidang yang ditutupi.
4) Menutupi kualitas bahan yang kurang baik pada  pasangan bata, sehingga
dimungkinkan penambahan kekutan oleh penutupan dengan plesteran.
5) Menjadikan dasar yang baik untuk proses pengecatan pada dinding
6) Dengan plesteran maka penempelan debu akan lebih kecil pada dinding
dibandingakan debu langsung menempel pada pasangan batu bata.
7) Mempermudah pencucian atau pembersihan pada dinding

Gambar 9-2: Plesteran Dinding Bata

Panduan atau pedoman dalam pekerjaan plesteran dinding, adalah sebagai berikut ini :
1) Terlebih dahulu selesaikan pekerjaan instalasi yang terdapat pada dinding, seperti
instalasi listrik, plumbing, saluran AC, kabel-kabel dan utilitas lain, sehingga tidak
ada pekerjaan bongkar pasang lagi setelah diplester dan plesteran terlihat rapi.
2) Basahi dinding dengan air bersih sampai jenuh, untuk menghindari semen diserap
pasangan dinding.
3) Pakai plesteran kedap air, dengan adukan 1 PC : 2 Pasir untuk dinding yang
berhubungan langsung dengan air.
4) Ketebalan plesteran maksimal adalah 2,5 cm, atau sesuai dengan kebutuhan.
5) Plesteran harus lurus, tidak bengkok atau menggelembung dari dindingnya.

Kemudian untuk mendapatkan plesteran yang bagus, dan nantinya tidak terjadi retak retak,
atau pecah pada permukaannya, perlu diperhatikan bahan pasirnya, dan disyaratkan
seperti:
1) Pasir jangan terlalu halus, karena akan terjadi retak susut yang banyak.
2) Pasir dan air tidak mengandung kadar garam yang akan merapuhkan.
3) Pasir dan air tidak tercampur minyak, karena semen tidak akan mengikat bila terkena
minyak.
4) Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5%
5) Gradasi pasir tidak boleh seragam, ada bagian halus sedang dan kasarnya.

Tabel : Jenis Penggunaan Campuran Adukan dan Plesteran

NO JENIS PENGGUNAAN PERBANDINGAN


CAMPURAN
SEMEN : PASIR
1 Pasangan & plesteran – pasangan PC (1) – Pasir (7 – 8)
batu kali
2 Pasangan & plesteran –  pasangan PC (1) – Pasir (7 – 8)
bata beton berlubang (batako) : 
3 Pasangan & plesteran – pasangan PC (1) – Pasir (7 – 8)
bata merah :
4 Pasangan & plesteran – plesteran PC (1) – Pasir (7 – 8)
dinding
5 Pasangan & plesteran – plesteran PC(1) – Pasir (3 – 5)
dinding kamar mandi :
6 Pasangan bata beton berlubang PC (1) – Pasir (5 – 7)
(batako) :
7 Komponen bangunan – Paving PC (1) – Pasir (3 – 6)
block :
8 Komponen bangunan – Genteng PC (1) – Pasir (2 – 5)
beton
*PC = Portland Cement (Semen)

Salah satu cara agar konstruksi didnding kuat dan kokoh, adalah melakukan plesteran pada
dinding, dan cara lain adalah memberikan acian pada dinding yang telah diplester dengan
baik. Pekerjaan mengaci pada plesteran dinding merupakan pekerjaan menutup pori-pori
yang terdapat pada plesteran dengan pasta adukan. Fungsinya acian adalah untuk
menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan lebih rapi, serta menutup lubang pori-
pori plesteran sehingga permukaan plesteran mudah dicat dan memperindah penampilan
dinding.

Guna mendapatkan hasil terbaik, gunakan acian plesteran dari bahan semen yang baik,
yang memiliki daya rekat yang tinggi dan plastis saat diaplikasikan pada permukaan yang
halus dan licin. Adukannya tidak cepat mengering saat diaplikasikan, dan hasil aciannya
lebih halus. Berikut adalah salah satu prinsip dan pedoman pelaksanaan acian pada
pleseeran dinding, yaitu:

1). Persiapan.
a) Siapkan tempat kerja dan permukaan yang hendak diaci.
b) Bersihkan dasar permukaan yang akan diaci dari serpihan, kotoran dan minyak yang
dapat mengurangi daya rekat adukan.
c) Basahi dasar permukaan yang akan diaci dengan air.

2). Pengadukan.
a) Siapkan tempat adukan acian dari ember atau bak yang tidak bocor, sesuai pada
pon (1) di atas
b) Tuangkan air ke dalam bak adukan sebanyak 12,5 – 13,0 liter untuk tiap
kantong semen (PC) ukuran 40 kg.
c) Masukan semen kering  ke dalam bak adukan.
d) Aduk campuran di atas hingga rata.

3). Aplikasi.
a) Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya menggunakan sendok
semen, atau roskam. yang terbuat dari steel (baja) atau PVC untuk penghalusan
permukaan acian.
b) Tebal acian yang di anjurkan adalah 1,5 – 3,0 mm, tergantung kerataan dasar
permukaannya.

1. Adukan Pasangan Bata atau Batu Kali

Telah dijelaskan di atas, jenis dan penggunaan adukan baik perbandingan campuran yang
dipersyaratkan, untuk melekatkan pasangan baik batu kali,bata,batu cetak atau bahan lain
yang digunakan adukan dengan prbandingan campuran yang sesuai. Adukan,terdiri dari
bahan seperti: portlan cement (pc),tras (tr) dan pasir (ps) menurut perbandingan tertentu
ditambah air secukupnya, sehingga adukan menjadi keras. Cara membuat adukan untuk
pasangan batu bata atau batu kali ada dua acara, yaitu;
1) Manual, yaitu pengadukan dengan menggunakan  tenaga pekerja bangunan, dan
pencampuran biasanya dilakukan dengan menggunakan ember atau pacul sebagi
takaran dugaan.
2) Mesin ,yaitu  pengadukan  yang menggunakan  mesin  pengaduk campuran atau
molen, dan biasanya digunakan ukuran campuran digunakan volume emnggunakan
ember atau alat lain yang dianggap memenuhi.

Gambar 9-3: Campuran Adukan Cara Manual

Cara manual, mengaduk campuran dengan cara manual adalah dengan tangan atau alat
sederhana, tempat untuk mencampur  dibuat sedemikian rupa sehingga air semen tidak
tumpah kedalam tanah. Tempat adukan ini dapat dibuat dari kayu atau pasangan batu yang
dibentuk seperti kotakan. Adapun urutan pengadukan manual, urutannya sebagai berikut:
Pasir dan semen dicampur terlebih dahulu sampai merata, kemudian pemberian air
kemudian ketiganya diaduk hingga merata. Pengadukan  sistem mesin, Sedapat mungkin
tempat pengadukan dekat dengan lokasi pekerjaan agar memudahkan
pengangkutan/transportasinya. untuk memperoleh adukan yang baik sebaiknya
dipersiapkan timbangan/ takaran Volume material (pasir ,semen dan split/agregat). Cara
menuang material Ke molen urutan penuangannya sebagai berikut; 1) Air, 2) Semen, dan 3)
pasir. urutan penuangan ini harus benar, jika terjadi kesalahan dapat menjadikan campuran
tidak bisa tercampur dengan rata, campuran menggumpal dan dapat menyebabkan debu
semen beterbangan. lama Pemutaran mesin pengaduk tergantung pada kapasitas drum
pengaduk dan banyaknya adukan yang diaduk. lama pengadukan minimal 1,5 menit dari
saat setelah semua material dimasukkan kedalam drum pengaduk atau setelah susunan
dan warna dalam adukan merata.

Pada umumnya bahan adukan ditakar menurut perbandingan campuran sebagai berikut:

NO JENIS PENGGUNAAN PERBANDINGAN


CAMPURAN
1 Untuk pasangan batu a) 1 kp :1pc : 2 - 3 ps.
kali/bata: b) 1 pc : 1/4 kp : 5 - 7 ps.
c) 1/2  pc : 1 kp : 7 ps (untuk batu
cetak).
2 Untuk pekerjaan kedap air: a) 1 kp : 1 pc : 1 ps.
b) 1 pc : 2 ps.
3 Untuk pasangan yang a) 1 pc : 1 tr : 2 1/2 ps.
berhubungan air yang b) 1 pc : 2 ps.
mengandung garam:
4 Untuk pasangan ubin dan a) 1 kp : 2 ps.
krepus/wuwung: b) 2 kp : 3 - 4 ps(untuk ubin dinding).

5 Untuk plesteran: a) 1 kp : 1 sm : 2 - 3 ps
b) 2 kp : 1/4 pc : 7 - 8 ps.

6 Untuk pasangan angker 1 pc : 3 - 4 ps.


dan klos kayu:

Ket: Kp= Kapur; pc=Semen; ps=pasir

Pasangan Batu/bata adalah susunan beberapa buah batu yang diikatkan menjadi satu
kesatuan dengan menggunakan bahan perekat yang di sebut mortar/spesie. Suatu
konstruksi pasangan batu, kekuatannya sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jenis bahan
perekatnya. Ketebalan perekat (spesi) pada umumnya tipis berkisar 1 sd 2,5 cm, jadi
memerlukan adukan perekat yang lembut. untuk memperoleh adukan yagn lembut, maka
semua butiran bahan harus disaring atau diayak terlebih dahulu dalam keadaan kering
untuk membuang butiran butiran yang besar.

Anda mungkin juga menyukai