Anda di halaman 1dari 47

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Beton

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, agregat


(dan kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu.
Adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta
semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga
bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-
butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang
kompak dan padat (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996).

Beton sering digunakan dalam konstruksi bangunan dikarenakan mempunyai


banyak sekali keuntungan diantaranya adalah:

a. Bahan pembentuk beton mudah didapat dengan harga relatif murah.


b. Beton tahan terhadap aus dan juga api atau kebakaran.
c. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dengan
ukuran seberapapun sesuai keinginan, cetakan dapat dipakai beberapa kali
sehingga ekonomis dan menjadi lebih murah.
d. Perawatannya mudah dan murah.
e. Beton segar dapat disemprotkan ke permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan dan dapat
dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat
yang posisinya sulit.

Beton juga mempunyai kelemahan yang perlu ditinjau oleh perencanaan


dalam merencanakan struktur bangunan, antara lain:

a. Beton mempunyai kuat tarik rendah, sehingga mudah retak, oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan atau serat.

5
b. Beton sulit untuk kedap air sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air,
air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
c. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton
yang panjang atau lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.1. Bahan Susun Beton

Kualitas beton yang diinginkan dapat ditentukan dengan pemilihan bahan-


bahan pembentuk beton yang baik, hitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan
dan perawatan beton dengan baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan
dosis optimum yang diperlukan. Bahan pembentuk beton adalah semen, agregat,
air, dan biasanya dengan bahan tambah.

2.2.1. Semen Portland

Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu


massa yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran agregat.
Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam pembuatan beton ialah semen
portland. Bahan dasar pembentuk semen portland terdiri dari kapur, silika, alumina
dan oksida besi. Oksida tersebut bereaksi membentuk suatu produk akibat
peleburan. Unsur-unsur pembentuk semen dapat dilihat pada Tabel 2.1.

6
Tabel 2.1 Susunan Semen Porrtland

Umumnya semen portland diklasifikasikan menjadi 5 jenis, seperti yang


tercantum pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Jenis Semen Portland

Jenis Semen Karakteristik U


Jenis I Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus.
Jenis II Semen Portland yang penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan
persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan.
Jenis IV Semen Portland yang penggunaannya menuntut panas
hidrasi rendah.
Jenis V Semen Portland yang penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 11)

Pedoman beton 1989 disyaratkan dalam pembuatan beton harus memenuhi


syaratsyarat SNI 0013-18 “Mutu dan Cara Uji Semen”. Penelitian ini digunakan
semen jenis I yang digunakan untuk tujuan umum.

7
2.2.2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Kira-kira 70 % volume mortar atau beton diisi
oleh agregat. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton,
sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan
mortar atau beton (Tjokrodimuljo,1996). Penggunaan agregat bertujuan untuk
memberi bentuk pada beton, memberi kekerasan yang dapat menahan beban,
goresan dan cuaca, mengontrol workability, serta agar lebih ekonomis karena
menghemat pemakaian semen. Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan
menjadi dua jenis yaitu agregat halus dan agregat kasar.

a. Agregat Halus

Menurut Tjokrodimuljo (1996), agregat halus adalah agregat yang berbutir


kecil (antara 0,15 mm dan 5 mm). Penelitian agregat halus harus benar-benar
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sangat berpengaruh pada pengerjaan
(workability), kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability) dari beton
yang dihasilkan. Pasir sebagai pembentuk mortar bersama semen dan air, berfungsi
mengikat agregat menjadi satu kesatuan yang kuat dan padat.

Memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus dikendalikan. Pasir
sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang ditentukan.
Tabel 2.3. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus

8
Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus

Keterangan :

Daerah 1 : Pasir kasar

Daerah 2 : Pasir agak kasar

Daerah 3 : Pasir agak halus

Daerah 4 : Pasir halus

b. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5 mm (PBI
1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil
adalah bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami sedangkan batu pecah
adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling (dipecah) menjadi pecahan-
pecahan berukuran 5-70 mm.

2.2.3. Air

Pelaksanaan suatu proyek, air adalah bahan yang sangat penting dan vital
yang berfungsi antara lain:

a. Pembuatan adukan beton.


b. Pembuatan adukan untuk spesi.

9
c. Perawatan beton dan kegiatan penunjang lainnya. Air diperlukan pada
pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen yang
menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, untuk
membasahi agregat dan untuk melumasi butir-butir agregat agar dapat
mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen, namun dalam
kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,45,
karena beton yang mempunyai proporsi air sangat kecil menjadi kering dan
sukar dipadatkan. Tambahan air dibutuhkan untuk menjadi pelumas
campuran agar mudah dikerjakan dan karena seluruh bagian air menguap
ketika beton mengering dengan meninggalkan rongga-rongga, maka
penting dalam hal ini untuk menjaga agar air yang digunakan seminimal
mungkin.

Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat air untuk pengerjaan


beton. Menurut SNI 03-2847-2002 syarat-syarat air yang boleh digunakan antara
lain:

a. Tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, dan bahan-


bahan kimia (asam alkali), bahan organik yang dapat merusak beton atau
baja tulangan.
b. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
c. Air yang dapat dipakai sebaiknya diuji dulu sehingga dapat diketahui jenis
dan kadar mineral yang terkandung didalamnya.

2.2.4. Bahan Tambah

Bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat, dan semen
yang dicampurkan ke dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau
selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi
sifat dan karakterisik dari beton atau mortar misalnya untuk dapat dengan mudah
dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain (ASTM C.125-1995). Secara
umum bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah kimia

10
(chemical admixture) dan bahan tambah mineral (additive). Bahan tambah
admixture ditambahkan saat pengadukan atau pada saat dilakukan pengecoran.
Bahan ini biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton atau mortar saat
pelaksanaan pekerjaan, sedangkan bahan tambah additive yaitu yang bersifat lebih
mineral yang juga ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah lain yang
biasa digunakan di dalam beton yaitu serat. Penambahan serat ke dalam beton akan
meningkatkan kuat tarik beton yang pada umumnya sangat rendah. Pertambahan
kuat tarik akan memperbaiki kinerja komposit beton serat dengan kualitas yang
lebih bagus dibandingkan dengan beton konvesional (As’ad, 2008). Beberapa jenis
bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton, dipilih bahan tambah serat
bendrat dan abu sekam padi pada penelitian ini, karena selain dapat menambah kuat
tekan beton, bahan tambah tersebut juga mudah didapat.

2.3. The British Mix Design Methode (DOE)

Rancangan Campuran menggunakan British Standard ini telah lama dikenal


di Eropa. Di Indonesia, cara ini juga dipakai sebagai dasar perencanaan campuran
beton di PBI 1971. Metode ini dikembangkan berdasarkan kandungan semen dan
agregat yang sesuai dengan British Standard. British Standard juga mensyaratkan
material yang harus memenuhi spesifikasi, maka dari itu metode ini juga dapat
digunakan sebagai pijakan untuk memperoleh beton mutu tinggi. Metode ini
banyak digunakan sebagai referensi bagi perancangan campuran beton, karena
mudah disesuaikan dengan kondisi material yang ada di Indonesia. Metode ini pada
mulanya diambil dari Road Note No.4 yang dikeluarkan di Inggris pada tahun 1950
yang sebenarnya adalah pedoman untuk perancangan campuran perkerasan beton
semen pada jalan raya. Pada tahun 1975, Road Note No.4 digantikan oleh “Design
of Normal Concrete Mixes” yang dikeluarkan oleh British Department Of
Environment atau lebih dikenal dengan istilah DOE. Tahun 1988, “Design of
Normal Concrete Mixes” diperbarui lagi demi melihat perkembangan dan
kebutuhan akan rancangan campuran beton.

11
Tabel 2.4 Kelas dan Mutu Beton

2.4. Kuat Tekan Beton (f’c)

Pengertian kuat desak beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat desak beton merupakan sifat terpenting dalam
kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan desak beton ditentukan
oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai
jenis campuran. Perbandingan dari air semen merupakan faktor utama dalam
meientukan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen, semakin
tinggi kekuatan desaknya. Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan
aksi kimiawi dalam pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan
pekerjaan (mudahnya beton untuk dicorkan) akan tetapi menurunkan kekuatan
(Chu Kia Wang dan C. G. Salmon, 1990). Beton relatif kuat menahan tekan.
Keruntuhan beton sebagian disebabkan karena rusaknya ikatan pasta dan agregat.
Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :

12
a. Faktor air semen, hubungan faktor air semen dan kuat tekan beton secara
umum adalah bahwa semakin rendah nilai faktor air semen semakin tinggi
kuat tekan betonnya, tetapi kenyataannya pada suatu nilai faktor air semen
tertentu semakin rendah nilai faktor air semen kuat tekan betonnya
semakin rendah. Jika faktor air semen semakin rendah maka beton
semakin sulit dipadatkan, dengan demikian ada suatu nilai faktor air semen
yang optimal yang menghasilkan kuat tekan yang maksimal.
b. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat
batas beton.
c. Jenis dan lekuk-lekuk (relief) bidang permukaan agregat. Kenyataan
menunjukkan bahwa pcnggunaan agregat batu pecah akan menghasilkan
beton dengan kuat desak maupun kuat tarik yang lebih besar dari pada
kerikil.
d. fisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat
terjadi bi!a pengeringan terjadi sebelum waktunya. Perawatan adalah hal
yang sangat penting pada pekerjaan dilapangan dan pada pembuatan benda
uji.
e. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
f. Umur pada keadaan yang normal, kekuatan beton bertambah dengan
bertambahnya umur, tergantung pada jenis semen, misalnya semen dengan
kadar alumina tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya pada 24
jam sama dengan semen portlard biasa pada 28 hari. Pengerasan
berlangsung terus secara lambat sampai beberapa tahun.

2.5. Persiapan Peralatan dan Tempat Pengecoran

Menurut SNI-2847-2013 persiapan sebelum pengecoran beton meliputi hal


berikut :

1. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus bersih.

13
2. Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang akan diisi
beton.
3. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
4. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton harus
dibasahi secara cukup.
5. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya
6. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor kecuali
bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya diizinkan oleh petugas
bangunan
7. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan dicor terhadap
beton yang mengeras.

2.6. Pancampuran

Menurut SNI-2847-2013 beton yang dicampur dilapangan (job-mixed) harus


dicampur sesuai dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Pencampuran harus dilakukan didalam alat pencampur adukan dengan


jenis yang telah disetujui
2. Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yamh direkomendasikan
oleh pabrik pembutannya
3. Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama sekurang-
kurangnya 1 ½ menit setelah semua bahan berada dalam wadah
pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih
singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran ASTM
C94M
4. Penanganan, pengadukan, dan pencampuran bahan harus memenuhi
ketentuan sesuai dari ASTM C94M
5. Catatan rinci harus disimpan untuk mengidentifikasi :
- Jumlah adukan yang dihasilkan
- Proporsi bahan yang digunakan

14
- Perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur
- Waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran

2.7. Balok

2.7.1. Pengertian Balok

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok


merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan
akan beban-beban.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur
di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan
timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas
dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai
bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan
dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja
tarik saja (Dipohusodo,1996).
Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di daerah
momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya antara batang
tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen di suatu tempat menurun, jarak
batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu, dalam sebuah
penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat batang tulangan
dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini dan yang
membentang sepanjang balok dilingkari oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan
kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan
batang-batang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.

15
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :
1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang
dipilih.
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan
untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus
dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada
keadaan-keadaan khusus.
3. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
4. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan
tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari
8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja
sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih
dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang
dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

2.7.2. Klasifikasi Balok

Beberapa jenis balok antara lain :


1. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu
ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok
sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
2. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap
3. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya.

16
4. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan
rotasi
5. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan
dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
6. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban
yang sama.

Berdasarkan bahan balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :

1. Balok kayu

Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang oleh
balok induk, tiang, atau dinding penopang beban. Dalam pemilihan balok kayu,
factor berikut harus dipertimbangkan : jenis kayu, kualitas structural, modulud
elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan geser yang diizinkan dan defleksi
minimal yang diizinkan untuk penggunaan tertentu. Sebagai tambahan , perhatikan
kondisi pembebanan yang akurat dan jenis koneksi yang digunakan.

a. Balok kayu laminasi lem

Kayu laminasi lem dibuat dengan melaminasi kayu kualitas tegang ( stress
grade ) dengan bahan adhesive di bawah kondisi yang terkontrol, biasanya parallel
terhadap urat kayu semua lembaran. Kelebihan kayu laminasi lem dibandingkan
kayu utuh secara umum yaitu batas tegangan yang lebih besar, penampilan yang
lebih menarik dan ketersediaan bentuk penampang yang beragam. Kayu laminasi
lem dapat disatukan ujung-ujungnya dengan sambungan scarf dan finger sesuai
panjang yang diinginkan, atau dilem ujung-ujungnya untuk lebar atau kedalaman
yang lebih besar.

b. Balok kayu berserat parallel

Kayu berserat parallel atau disebut Parallel Strand Lumber ( PSL ) adalah kayu
structural yang dibuat dengan mengikat serat-serat panjang kayu bersama dibawah

17
panas dan tekanan dengan menggunakan adhesive kedap air. PSL adalah produk
hak milik di bawah merek dagang Parallam, digunakan sebagai balok dan kolom
pada konstruksi kolom-balok dan balok, header, serta lintel pada konstruksi rangka
ringan.

c. Balok kayu veneer berlaminasi

Kayu veneer berlaminasi atau Laminated Veneer Lumber ( LVL ) adalah


produk kayu yang dibuat dengan mengikat lapisan tripleks secara bersama dibawah
panas dan tekanan menggunakan bahan adhesive kedap air. Mempunyai urat serat
kayu arah longitudinal yang seragam menghasilkan produk yang kuat ketika
ujungnya dibebani sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai papan.LVL
digunakan sebagai header dan balok .

2. Balok Baja

Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat
ditopang oleh balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun
rangka bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu lantai sampai gedung
pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi ( on-site ) maka
biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain.
Hasilnya berupa konstruksi rangka structural yang relative cepat dan akurat. Baja
structural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak
terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastic karena api,
pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan
api.
Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien secara structural
telah menggantikan bentuk klasik I-beam ( S ). Balok juga dapat berbentuk channel
( C ), tube structural,

3. Balok beton

Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk
cetakannya.

18
Berdasarkan Fungsinya, balok terdiri atas:

a. Balok dukung girder adalah Suatu balok yang daya dukungnya perlu
ditambahkan dengan cara menambahkan pelat baja lebar pada bagian sayap
atas dan bawah suatu penampang lintang balok profil
b. Balok lantai adalah Suatu balok yang berfungsi menompang balok anak dan
balok induk dalam suatu system struktur lantai.
c. Balok anak dan balok induk pada system lantai adalah Suatu balok yang
berfungsi menompang pelat lantai, dimana pelat lantai dapat terbuat dari
beton, papan kayu, pelat baja, dan aluminium.
d. Balok atap ( kuda- kuda, kasau dan sebagainya ) adalah Balok struktur atap
seperti balok gordeng untuk menompang balok kasau, dan balok kasau
menompang balok reng dan sebagainya.
e. Balok spandrel adalah Balok batas pinggir bangunan dapat dibentuk
lengkung, lurus horizontal.
f. Balok lintel adalah Balok yang terletak diatas kusen pintu atau jendela, yang
berfungsi sebagai penompang horizontal yang mentransfer beban dinding
diatas kusen.
g. Balok pengikat adalah Berfugsi mentransfer beban vertical maupun lateral
kebalok maupun kekolom struktur.
h. Balok stringer adalah balok yang berhubungan langsung kepada system
lantai yang ditopang pada titik sambungan panel lantai-balok rangka batang
pada setiap sisi dek pelat lantai
i. Balok diaphragms adalah balok diantara balok girder pada suatu system
struktur rangka batang

2.8. Pelat
2.8.1. Pengertian Plat
Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh:

19
1. Besar lendutan yang diinginkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan material konstruksi dan pelat lantai.

Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat diberi sedikit kemiringan
untuk kepentingan aliran air. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh: beban yang
harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai. Pelat lantai merupakan
suatu struktur solid tiga dimensi dengan bidang permukaan yang lurus, datar dan
tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensinya yang lain. Struktur pelat
bisa saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi yang mempunyai tebal h, panjang
b, dan lebar a. Adapun fungsi dari pelat lantai adalah untuk menerima beban yang
akan disalurkan ke struktur lainnya. Pada pelat lantai merupakan beton bertulang
yang diberi tulangan baja dengan posisi melintang dan memanjang yang diikat
menggunakan kawat bendrat, serta tidak menempel pada permukaan pelat baik
bagian bawah maupun atas. Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi
tulangan tambahan bergantung pada bentuk pelat, kemampuan yang diinginkan
untuk pelat menerima lendutan yang diijinkan.

2.8.2 Fungsi Plat

Adapun fungsi pelat lantai adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.


2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

2.8.3. Konstruksi Pelat Lantai Berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya
kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Dalam penelitian ini material yang

20
digunakan untuk pelat lantai adalah beton. Beton didefinisikan sebagai “sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15
1991-03). Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika semen
ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan
kerikil atau batu pecah disebut beton. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun
kuat tarik yang lemah. Pelat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain:

1. Mampu mendukung beban besar.

2. Merupakan isolasi suara yang baik.

3. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.

4. Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.

5. Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang.

Pelat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok


penumpu. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu
kesatuan. Pada pelat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan
silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan hitungan pelat
lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku
SNI Beton 1991. Beberapa persyaratan tersebut antara lain:

1. Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedang


untuk pelat atap sekurang-kurangnya 7 cm. 6

2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja


lunak atau baja sedang.

3. Pada pelat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah.

21
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih
dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dipilih yang terkecil.

5. Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum


1 cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.

2.9. Pekerjaan Balok dan Plat

Pekerjaan balok dan plat lantai dilakukan pengukuran di lapangan bersamaan


dengan persiapan bekisting dan persiapan tulangan dan dilakukan pabrikasi,
kemudian hasil pengukuran dilapangan di cek dengan gambar apakah sudah sesuai
apabila tidak sesuai dilakukan kembali pengukuran dan apabila telah sesuai
dilakukan pemasang bekisting dan kembali di cek apakah bekisiting tersebut telah
sesuai atau belum, apabila belum sesuai dilakukan perbaikan pada bekisting dan
apabila telah sesuai dengan rencana dilanjutkan dengan pemasangan besi tulangan
dan setelah di pasang pembesian di lakukan pengecekan pada tulangan apakah
sudah sesuai dengan rencana atau tidak, apabila tidak sesuai besi dilakukan
perbaikan dan apabila sudah sesuai dengan rencana dilanjutkan dengan
pekerjaan pembersihan, dan setelah bersih dilakukan pengecoran, dan
dilanjutkan dengan pekerjaan curing, setelah umur mencukupi bekisting di
bongkar.

Pekerjaan plat merupakan pekerjaan beton bertulang dengan bidang arah


horizontal dengan beban yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Plat lantai
adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat
pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.

Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom


bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh:

1. Besar lendutan yang diinginkan


2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
3. Bahan konstruksi dan plat lantai

22
2.9.1 Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan bekisting dilaksanakan setelah pekerjaan marking selesai.

Tahapan pada pekerjaan marking ini telah dilaksanakan sebelum praktek kerja

lapangan. Pekerjaan bekisting merupakan tahapan pekerjaan sebelum pekerjaan

pengecoran. Bekisting sendiri berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk beton.

Pekerjaan bekisting pada plat dan balok menggunakan sistem semi modern.

Sistem semi modern ini terlihat dengan adanya pemakaian plywood dan

scaffolding. Pekerjaan bekisting dibagi kedalam dua kategori, diantaranya:

1. Acuan pada pembangunan gedung menggunakan plywood dengan ukuran

dan ketebalan yaitu 12 mm. Plywood yang digunakan memiliki

penggunaan berkisar 8-9 kali pemakaian untuk bekisiting.

2. Perancah pendukung acuan pada bekisting balok dan plat menggunkan

scaffolding. Scaffolding merupakan rangkain rangkaian dari besi yang

kokoh yang menahan beban sendiri, beban bekisting, beban tulangan,

beban beton dan beban hidup lainnya.

Persyaratan pekerjaan beksiting menurut Dinas Pekerjaan Umum yang harus

dipenuhi ialah:

1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu

tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.

2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami

perubahan bentuk/deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat

struktur sia-sia.

23
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan

tiang/perancah tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.

2.9.2.Pekerjaan Penulangan

Pekerjaan tulangan merupakan pekerjaan yang meliputi pekerjaan

pemotongan, hingga pekerjaan perakitan baik itu pekerjaan tulangan yang dirakit

ditempat lansung maupun ditempat lain. Tulangan merupakan salah satu bahan

beton bertulang yang berfungsi sebagai penahan gaya tarik pada struktur balok

maupun plat. Pekerjaan tulangan plat lantai dan balok menggunakan sistem

perakitan di tempat.

Tahapan pekerjaan pemasangan tulangan balok dan plat meliputi:

1. Persiapan bahan dan pemotongan tulangan sesuai gambar kerja yang

diperoleh.

2. Pembengkokan tulangan berdasarkan data bbs dan panjang yang telah

ditentukan..

3. Perakitan tulangan berdasarkan dimensi untuk pemasangan

tulangan balok.

4. Pengangkutan tulangan balok ke lokasi proyek

5. Penempatan tulangan dari lokasi proyek ke daerah pekerjaan.

6. Pengecekan tulangan dan ikatan yang saling berhubungan.

24
2.9.2 Pekerjaan Pengecoran

Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar kearea

yang telah bekisting yang telah diberi tulangan. Pengecoran pada plat lantai

dan balok menggunakan Site Mix. Site mix adalah metode pengolahan beton yang

dicampur di lapangan, biasanya menggunakan mesin pengaduk molen. Sewaktu

mencampur di lapangan, agregat kasar (kerikil / split) dimasukkan ke dalam molen

terlebih dahulu, kemudian diikuti agregat halus (pasir) dan terakhir semen.

Semuanya dalam takaran tertentu sesuai dengan mutu beton yang diinginkan.

Selanjutnya untuk tahapan pekerjaan pengecoran plat lantai dan balok

meliputi:

1. Pastikan semua tulangan dan bekisting telah dicek

2. Menentukan volume area siap cor. Untuk pekerjaan plat dan balok,

penentuan batas stop cor atau volume cor dilihat dari kondisi bekisting

dilapangan. Jika bekisting sudah siap pada jarak bentang tertentu, maka

volume cor yang diambil adalah ¼ atau ¾ jarak bentang area bekisting

yang telah mampu menahan berat beton segar (diambil pada

perhitungan mekanika rekayasa, jarak yang diambil merupakan jarak

dimana besarnya momen sama dengan nol).

3. Pengujian test slump. Pengujian test slump bertujuan untuk mengetahui

nilai kelecakan suatu beton segar.

4. Memasukan beton segar kedalam ember tukang.

5. Tuang beton segar kearea balok dan plat yang siap untuk di cor.

25
6. Pada saat pengecoran pada saat beton segar dituang dan dipadatkan

dilakukan pemerataan permukaan beton sesuai dengan ketebalan yang

direncanakan.

7. Untuk perawat beton, basahi permukaan plat dan balok dengan air selama

2 minggu sekali.

2.9.3.Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan plat dilakukan apabila beton

telah cukup umur yakni 7 hari. Beton yang cukup umur ialah beton yang dapat

menahan berat sendiri dan beban dari luar. Bekisting yang telah dibongkar

dibersihkan dari sisa-sisa beton yang melekat dan dsimpang pada tempat yang

terlindung untuk menjaga bekisting untuk pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan

pembongkaran bekesting plat dan balok dilakukan dengan tidak mengurangi

keamanan dan kemampuan struktur.

Berikut tahapan pembongkaran bekisting :

1. Siapkan peralatan yang digunakan untuk pembongkaran.

2. Bongkar plywood secara hati-hati untuk bagian pinggir are beton yang

telah cukup umur.

3. Buka balok suri-suri kemudian hallow dan bongkar scaffolding

4. Setelah proses pembingkaran bekisting maka selanjutnya pengecekan hasil

cor yang dilakukan oleh QC. Jika ditemui hasil cor yang kurang bagus,

maka selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai dengan intruksi yang QC

berikan.

26
2.10. ATAP

2.10.1. Pengertian Atap

Atap adalah bagian bangunan yang merupakan ‘mahkota ‘ mempunyai


fungsi untuk menambah keindahan dan sebagai pelindung bangunan dari panas dan
hujan. Beberapa syrat yang harus yang harus dipenuhi untuk pekerjaan atap adalah
:

1. Harus serasi dengan bentuk bangunannya sehingga dapat menambah


keindahan dari bangunan
2. Dibuat dengan kemiringan sedemikian, sehinga air hujan dapat cepat
meninggalakan atap bangunan
3. Harus dibuat dari bahan yang tahan dan tidak mudah rusak oleh pengaruh
cuaca, panas dan hujan
4. Dapat memberikan kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.

Gambar 2.1. Struktur Atap Sederhana


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

27
2.10.2. Bentuk Atap

Macam-macam bentuk atap yang banyak dipakai pada bangunan adalah


sebagai berikut :

1. Atap pelana

Gambar 2.2 Atap Pelana


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

28
2. Atap joglo

Gambar 2.3. Atap Joglo Tanpa Soko Guru


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

3. Atap gergaji

Gambar 2.4. Atap Gegaji


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

29
4. Atap limasan

Gambar 2.5. Atap Limasan


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

5. Atap patah
6. Atap jengki
7. Atap runcing
8. Atap kerucut
9. Atap peluru
10. Atap ½ lingkaran
11. Atap perisai
12. Atap miring
13. Atap datar
14. Atap tenda

2.11. Bagian-Bagian Atap

Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording,


sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang.

30
2.11.1. Kuda-Kuda

Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi


untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat
memberikan bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada
struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss).
Umumnya kuda-kuda terbuatdari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang. Kuda-
kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12
m. Kuda-kuda bambu pada umunya mampu mendukung beban atap sampai dengan
10 meter, Sedangkan kuda-kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame
work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter,
seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dll. Kudakuda
dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga
12 meter. Pada kuda-kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk
memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horisontal.

Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangakaian batang yang


selalu membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan
bentuk penutupnya, maka konstruksi kudakuda satu sama lain akan berbeda, tetapi
setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh
yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda diletakkan diatas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena
tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan
mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban
yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording,
kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat
memasang/memperbaiki atap).

Kuda-kuda adalah bagian yang memberikan bentuk kepada atapnya dan


sekaligus berfungsi sebagai pendukung penutup atap. Konsturksi kuda-kuda dapat
dibuat dari rangka baja, beton, atau kayu. Kuda-kuda di buat dengan

31
caramerangkaikan beberapa batang yang dibentuk menjadi suatu konsturksi rangka
batang, dengan bentuk dasar segitiga.

A. Bagian Dari Kuda-Kuda Adalah Sebagai Berikut :

Gambar 2.6. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

Keterangan :

a. Balok tarik

b. Balok kunci

c. Kaki kuda-kuda

d. Tiang gantung

e. Batang Sokong

f. Balok Gapit

g. Balok Bubungan

h. Balok Gording

i. Balok Tembok

j. Balok bubungan miring

32
k. Balok tunjang

l. Tiang Pincang

m. Balok Pincang

1. Kaki kuda-kuda :

Yaitu batang miring yang membentuk sudut kemiringan atap, berfungsi


sebagai tumpuan balok gording dan beban diatasnya. Pada kaki kuda-kuda
bagian bawah akan timbul gaya horizontal dan gaya vertical yang harus
ditahan oleh tembok pendukungnya.

2. Balok datar (Bim balk) :


Yaitu batang datar atau batang tarik yang menahan gaya horizontal
yang timbul oleh adanya gaya yang bekerja pada kaki kuda-kuda, sehingga
tembok hanya menahan gaya vertikal saja.
3. Balok penggantung (Hanger) :
Yaitu batang tegak untuk menahan lenturan yang akan terjadi pada
batang datar, disebut juga sebagai tiang kuda-kuda atau tiang gantung atau
makelar.
4. Balok penykong (Skoor) :
Yaitu batang yang berfungsi untuk menyokong kaki kuda-kuda agar
tidak melentur oleh beban gording.
5. Balok gapit :
Yaitu dua batang kayu yang dipasang menggapit rangka kuda-kuda agar
tidak melentur kesamping.

Kuda-kuda dipasang setiap jarak 3 m atau kurang agar pemakaian ukuran


kayu gordingnya tidak terlalu besar. Jarak 3 m ini juga untuk menyesuaikan dengan
jarak kolom-kolmnya, sehingga kuda-kuda dapat diletakan di atas kolom ini.

33
B. Tipe Kuda-Kuda
a) Tipe pratt

Gambar 2.7. Kuda-Kuda Tipe Pratt


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

a) Tipe howe

Gambar 2.8. Kuda-Kuda Tipe Howe


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

b) Tipe fink

Gambar 2.9. Kuda-Kuda Tipe Fink


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

c) Tipe bowstring

Gambar 2.10. Kuda-Kuda Tipe Bowstring


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

34
d) Tipe sawtooth

Gambar 2.11. Kuda-Kuda Tipe Sawtooth


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

e) Tipe waren

Gambar 12. Kuda-Kuda Tipe Waren


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

C. Bentuk-Bentuk Kuda-Kuda.

Berikut bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya,


yaitu:

a. Bentang 3-4 Meter

Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter,


bahannya dari kayu, atau beton bertulang.

Gambar 2.13. Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

b. Bentang 4-8 Mater

Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton
bertulang.

35
Gambar 2.14. Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter
Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

c. Bentang 9-16 Meter

Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).

Gambar 2.15. Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

d. Bentang 20 Meter

Bentang maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan


Kuda-kuda atap sebagai loteng, Bahan dari kayu

Gambar 2.16. Kuda-Kuda Bentang 20 Meter


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

36
e. Kuda-Kuda Baja Profil Siku

Gambar 2.17. Kuda-Kuda Baja Profil Siku-Siku


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

f. Kuda-Kuda Gabel Profil WF

Gambar 18. Kuda-Kuda Gabel Profil WF


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

2.11.2.Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada
proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk,
orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording
berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording
menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan
panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda,

37
sehingga bentuk kuda kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang
tersedia.

Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil
WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan
sagrod untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod
diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi
pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12


cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m. Gording dari
baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan mempunyi dimensi; panjang
satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5
mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d.
12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

1. Jurai

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau
framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai
luar.

2. Sagrod

Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan
kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser
(diperpanjang/diperpendek).

3. Usuk/kaso

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm
dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara
satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung
dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk

38
harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-
ujung usuk.

4. Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang
sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan
meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng
atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan
penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk
dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya
(genteng).

2.12.Penutup atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus
mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian
hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.

Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan


dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang
kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan
antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-
lain.

a. Genteng

Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat
(keramik). Sedangkan menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa
(genteng S), genteng kodok, genteng pres silang. Sedangkan untuk bentuk genteng
karpus terdiri atas genteng setengah lingkaran, genteng segitiga, dan genteng sudut
patah.

39
Gambar 2.19. Genteng Biasa (Genteng S) Gambar 2.20. Genteng Kodok
Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G.
Tamrin

Gambar 2.21. Genteng Pres Silang


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

Gambar 2.22. Macam Bentuk Genteng Bubungan


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

40
Gambar 2.23. Potongan Pemasangan Genteng S
Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

Gambar 2.24. Tampak Muka Pemasangan Genteng S


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

41
Gambar 2.25. Pemasangan Genteng Bubungan (Karpus)
Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

b. Sirap
Bahan sirap adalah akyu keras yang banyak terdapat di hutan-hutan
Kalimantan, yang dibuat menjadi lembaran-lembaran tipis dengan ukuran 8
X 60 cm2.

Gambar 2.26. Penutup Atap Sirap


Sumber. Teknik KBG Jilid 2, A.G. Tamrin

c. Asbes gelombang

Keuntungan asbes gelombang sebagai penutup atap adalah mudah dan


cepat pemasngannya karena tidak memerlukan usuk dan reng, yaitu lagsung
diletakan pad balok gording. Kejelekan asbes apabila terjadi keretakan atu
kerusakan , maka harus menganti dengan lembaran baru, juga bukan isolasi
panas yang baik, sehingga ruangan di bawah atap asbesakan menjadi panas.

42
Bahan penutup atap lain yang mempunyai ukuran besar adalah : seng
logam, seng fibre glass, kaca, dan lain-lain.

2.13. Bentuk Atap Bangunan Bertingkat

Bentuk atap untuk bangunan bertingkat dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu :

1. Atap datar
2. Atap sudut

2.13.1. Atap Datar

Atap datar umumnya dibuat dari beton bertulang kedap air, yaitu di buat dari
campuran 1 semen : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil + air, diberi tulangan rangkap atas bawah.
Tulangan atas berfungsi sebagai tulangan susut untuk mencegah retak-retak pada
permukaan beton akibat terkena sinar matahari, sedang tulangan bawah berfungsi
sebagai tulangan konstruksi untuk menahan lenturan. Tulangan atas bawah masing-
masing dipasang bersilang, diametertulangan susut minimum 6 mm dan diameter
tulangan konstruksi minimum 8 mm. plat atap harus dibuat dengan tebal minimum
7 cm atau lebih.

Untuk mencegah retak-retak pada bidang permukaan dan juga mencegah


korosi betonnya, dapat diberikan lapisan pelindung pada seluruh permukaan atap.
Lapis pelindung ini dapat berupa :

1. Pelesteran kera 1 semen : 2 pasir, yang dibuat kasar agar tidak licin, agar
indah dapat ditutup tegel galar atau jenis ubin lainnya.
2. Cairan pekat seperti aspal ‘water proofing’ dengan diberi tebaran pasir.
3. Keuntungan atap beton:
 Di atasnya dapat dipakai unutk ruangan serba guna, seperti
gudang, tempat jemuran, ruang mesin, bak air.

43
 Konstruksi atap menjadi satu dengan rangka portalnya, menambah
sifat kaku dari bangunan, sehingga tahan terhadap gaya horizontal,
oleh angin atau gempa.
 Karena tahan api, maka dapat mencegah menjalarnya api yang
dating dari arah atas kedalam ruangan di bawahnya.

2.13.2. Atap Sudut

Atap sudut atau atap bersudut adalah atap yang mempunyai kemiringan,
sehingga membentuk suatu sudut dengan rangka bangunannya.

Ditinjau dari besarnya sudut kemiringan, atap sudut dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

1. Atap landai

Atap landai dapat menggunakan penutup atap dengan lembaran-lembaran


besar, seperti seng gelombang atau asbes. Untuk membentuk sudut kemiringan
atap, dapat dibuat konstruksi rangka batang (kuda-kuda) dari kayu atau baja. Karena
landai, maka tekanan angin yang diterima hanya kecil saja, hal ini akan
menguntungkan terhadap kestabilan konstruksi. Atap landai dapat
menggunakan penutup atap dengan lembaran-lembaran besar, seperti seng
gelombang atau asbes. Untuk membentuk sudut kemiringan atap, dapat dibuat
konstruksi rangka batang (kuda-kuda) dari kayu atau baja. Karena landai, maka
tekanan angin yang diterima hanya kecil saja, hal ini akan menguntungkan terhadap
kestabilan konstruksi.

2. Atap runcing

Atap runcing dapat memberih kesan megah dan anggun terhadap


bagunannya. Pembuatan rangka atap membutuhkan lebih banyak dan luas, bidang
atapnya juga lebih besar dibandingkan atap landai, jadi harga per satuan luas atap
menjadi lebih mahal juga. Pengaruh tekanan angin pada bidang atap dan pengaruh
gaya gempa tersa lebih besar, maka ukuran untuk konstruksi pada rangka

44
bangunannya harus juga diperhitungkan adanya momen oleh guling oleh angin dan
tau gempa.

Gambar 2.27. Perbedaan Tekanan Angin Pada Atap


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

Makin tinggi tempat dari muka tanah, makin besar pula tekanan anginnya,
maka untuk mencegah agar atap tidak terbang dihembus angin, dalam memasng
kuda-kudanya tidak boleh hanya diletakan begitu saja, tapi harus diangker kuat atau
dibegel pada klom pendukungnya.

Bahan penutup atap, terutama dari bahan yang ringan, sebaiknya dipaku atau
diskrup pada batang tumpuannya, agar tidak mudah dihempas angin.

Kuda-kuda dari konstruksi rangka batang ‘vakwerk’ merupakan rangkaian


batang-batang yang menjadi satu kesatuan yang kuat membentuk rangka atap.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam membentuk konsruksi rangka
batang adalah sebagai berikut ini :

1. Pada tiap titik buhul (titik simpul, titik sambung), garis sumbu batang dan
garis kerja batang-batang harus bertemu pada suatu titik

45
Gambar 2.28. Sambungan Titik Buhul Pada Kuda-Kuda Kayu
Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

Gambar 2.29. Sambungan Titik Buhul Pada Kuda-Kuda Baja


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

2. Beban-beban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada titik buhul.
Beban yang bekerja pada batang antara dua titik buhul, harus dilimpahkan
dulu ke titik-titik buhul yang terdekat. Berat sendiri rangka batang tidak
diperhitungkan sebagai beban.

Gambar 2.30. Beban-Beban Pada Rangka Batang


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

46
3. Batang yang dipakai harus utuh dan lurus, agar garis sumbuhnya juga
lurus. Batang yang cacat, rusak atau sudah rapuh, tidak boleh pakai,
kareana ini dapat melemahkan kontruksi. Bila satu batang pada rangka
patah, maka konstruksi batang tersebut akan runtuh.

Gambar 2.31. Rangka Batang


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

4. Rangkaian batang harus selalu membentuk segitiga-segitiga supaya


konstruksi stabil.

Gambar 2.32. Bentuk Rangkaian Rangka Batang


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

5. Titik buhul dianggap sendi tanpa mengalami deformasi (perubahan


bentuk) dan perubahan panjang batang diabaikan, ketentuan ini hanya
dipakai dalam hitungan saja.

47
Gambar 2.33. Deformasi Pada Rangka Batang
Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

2.13.3.Tinjauan Konstruksi

Ditinjau secarah utuh, pada konstruksi rangka batang tidak timbul momen dan
gaya lintang pada batang tunggal. Pada rangka batang hanya perlu dihitung gaya-
gaya normal (gaya tarik atau gaya desak) yang terjadi pada masing-masing batang.

Bahan untuk rangka atap dapat memakai : kayu, baja siku, baja profil I atau
beton bertulang.

Keuntungan dan kerugian dari masing-masing bahan :

1. Kayu
 Mudah didapat dari alam, sifat kenyal, elastis, kekuatan dan
keawetannya tergantung dari umur kayu dan jenis kayu.
 Mudah dikerjakan oleh tukang biasa dengan alat sederhana, dapat
dibentuk berbagai model yang indah.
 Harga relative murah, dank arena bahannya ringan dapat
memperkecil ukuran konstruksi bangunan dan fondasinya.
 Dapat terbakar dan mudah menjalarkan api dari suatu tempat ke
tempat yang lain.

48
 Konstruksi harus terlindung dari panas dan hujan, agar tidak cepat
lapuk.
 Perlu diberi lapis pelindung agar tidak dimakan rayap, bubuk atau
serangga kecil lain.
 Sebaiknya untuk bentangan atap tidak lebih dari 12 m.
2. Baja :
 Bahanya diperoleh dari hasil pabrik, mutu dan kekuatannya
tergantung standar pabrik pembuatnya.
 Sifat bahannya yang keras memerlukan alat khusus untuk
pembuatannya, dibentuk di bengkel di poryek hanya tinggal pasang.
 Harga baja mahal, kekuatan baja besar, jadi hanya ekonomis unutk
bentangan besar dengan beban berat.
 Oleh api dan panas yang tinggi, batang dapat terlentur, menggeliat
dan leleh.
 Oleh panas dan hujan, bahan dapat berkarat dan kropos, jadi perlu
diberi lapis pengawat anti karat dan terlindung.

Gambar 2.34. Kuda-Kuda Baja


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

49
Gambar 2.35. Bentuk Kuda-Kuda Rangka
Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

Untuk bangunan bertingkat terutama yang mempunyai bentangan besar


dengan beban atap yang berat, sebaiknya kuda-kuda mengunakan
konstruksi rangka baja karena mempunyai kekuatan dan keandalan yang
lebih tinggidari kayu.

50
3. Beton Bertulang
 Dibuat dari beton yang diberi tulangan, perlu waktu untuk
pengerasn betonnya, mutunya tergantung cara pelaksanaannya.
 Umumnya dibuat langsung di tempatdengan membuat cetakan-
cetakan dari kayu, dapat dikerjakan dengan alat sederhana.
 Harga relative masih murah disbanding umurnya yang tidak
terbatas, setelah betonnya mengeras tidak perlu perawatan lagi.
 Merupakan bahan yang tahan api, tidak dapat terbakar, tidak rusak
oleh panas dan hujan, tahan zat kimia.
 Dapat untuk landasan helicopter atau dipaki untuk keperluan lain (
ruang mesin, bak air, penthouse).

Gambar 2.36. Contoh Kuda-Kuda Rangka Beton


Sumber. KBG Bertingkat Rendah Ir. Ign. Benny Puspantoro, MSc

51

Anda mungkin juga menyukai