Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,


tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam
sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton. Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi
beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan
penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu
vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep
ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material
yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan
yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat
kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari.
1. 2 Sejarah Penemuan Beton

Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :


• Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
• J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit
(gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama
memikul beban);

1
• F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada
konstruksi atap, pipa dan kubah;
• Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan
sengkang sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk
mengurangi beban akibat berat sendiri;
• Neuman melakukan analisis letak garis netral;
• Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
• E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

2
BAB II.
PEMBAHASAN

( Gambar 3.2 : Proses pembuatan beton)

2.1 Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar,


dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat. . Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa
pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton
berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas,
perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain
adalah sebagai berikut.
2.1.1 Kebaikan Beton

a. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.


b. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
c. Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran
sesuai keinginan.

3
d. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul
beban yang berat.
e. Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu
dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
f. Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.
2.1.2 Kekurangan Beton
a. Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
b. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembangan beton.
c. Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
d. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa
2.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah
mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
2.2.1 Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau
lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat
hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-
semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:

4
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak
maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat
terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal
yang sangat penting oada pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
2.2.3 Durability (Keawetan)

Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang


direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam
hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun pembatasan
dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
2.2.4 Kuat Tarik

Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya, biasanya tidak
diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting
di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat
tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
2.2.5 Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton


dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
2.2.6 Rangkak (Creep)

Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.

5
2.2.7 Susut (Shrinkage)

Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan


pembebanan.
2.2.8 Kelecakan (Workability)

Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan


oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.
2.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton

2.3.1 Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semeIn portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd.
V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini

6
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland.
Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland
biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk
tujuan umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan
2.3.2 Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan
penggunaan khusus seperti berikut.
1. Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen
jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi
. dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type
III.
2. Semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat
sedang adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen
ini tahan terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang
dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa,
dan sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk
semen portland type II A dan type V.
3. Semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa
(85-60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda
yang bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar,
atau fly ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan
garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur
tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.

7
4. Semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki
kadar C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini
memiliki derajat pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih
rendah dibandingkan dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas
pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton
pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk
semen portland type IV.
5. Masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur
dengan bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis
ini adalah untuk aduk pasangan.
6. Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna
tua pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland
biasa. Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan
dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen
biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen portland biasa.
2.3.3 Segi Penggunaan

Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing


and Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1. Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen
portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-
sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya.
Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari
produksi semen portland.
2. Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-

8
saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk
bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak
tinggi.
3. Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-
cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat,
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-
bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4. Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement)
jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas
hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi
(penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi.
Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5. Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-
banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi.
Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.Proses pembuatan semen
dapat dibedakan menurut :
a. Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak,
bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.

9
b. Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu :
a. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan
roller meal.
b. Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
c. Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
d. Proses pendinginan terak.
e. Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena
pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan :
residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium
oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
2.4 Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

10
2.4.1. Ditinjau dari asalnya
1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.
Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih
perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras
kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca),
serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh
alam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya
karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada
umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga
dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini
bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya
untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih
banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian
untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton
dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak
daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton
dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada
permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam
batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah
kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin
cocok untuk pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit
adalah keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk

11
beton. Basalt merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur
butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada proses
pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus
dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan
untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu
penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut
sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan
komposisi butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan
butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya
tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah dan daya
serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis
dan daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan
partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
f. Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan
quartzites biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan
bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat
isolasi panas yang baik.
2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan
penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut
adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna,
massanya mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun
breeze merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik
pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar.
Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan.

12
Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga
dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak
dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.
b. Agegat
Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang Tanah liat dan batu
tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang
yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah
tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak
sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan
menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat
perhatian.
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale
dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan
akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang
mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini
butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini
dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan

13
butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.
2.4.2.Ditinjau dari berat jenisnya Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan
menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan
untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah
memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat
lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa
contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai
40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.
2.4.3. Ditinjau dari Bentuknya
Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat,
bersudut, pipih, dan memanjang.
1. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga
udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk
menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton
mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar

14
35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih
banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
2. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya
kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan
mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%.
Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis
ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
3. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan
tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
D. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.
2.4.4. Ditinjau dari tekstur permukaan
1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,
obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini:
basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan
sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan
adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.
2.5. Air dan Bahan Campuran
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air
yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang
digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-

15
bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau
tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen
dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut
hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena
mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat
beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok:
yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama
disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang
memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi,
dan berbagai bahan penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya
yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa
dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah
optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol.
Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam
semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam
kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.

16
BAB III
KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai
dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di
rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab
itu beton sangat populer dipakai.

17

Anda mungkin juga menyukai