Di Susun Oleh:
Fransiskus Eko Prasetyo Kummi
20162320102
Agus Daen
202023201007
Salam Sejahtera, Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Beton” ini dapat terselesaikan, dari berbagai sumber telah penulis ambil
sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah
beton ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya bilamana terdapat
kesalahan dalam penyusunannya.
BETON
BAB 1
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains
material yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan
pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material
dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab
dalam kehidupan kita sehari-hari.
BAB 2
PENGERTIAN BETON
1. Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat.
Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa
pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton
berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan
yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan Beton
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran
sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul
beban yang berat.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.
Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2. Sifat-Sifat Beton
Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau
lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya.
Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh
perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting
lainnya yaitu:
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
6. Durability (Keawetan)
Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak
diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian
penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.
Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya
dan lapangan terbang.
Modulus Elastisitas
Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
Susut (Shrinkage)
Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan
oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium
tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen
ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini
berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe,
yaitu tipe I sd. V.
b) Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen
abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai
filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni.
c) Oil Well Cement atau Semen Sumur Minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di
darat maupun di lepas pantai.
d) Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan
buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium
oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen
ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi
lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland.
Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai
tambahan. Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis
semen portland biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang
digunakan untuk tujuan umum.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini
memiliki kadar C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen
ini memiliki derajat pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya
lebih rendah dibandingkan dengan semen lain. Penggunaannya terutama
terbatas pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi
beton pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM
termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur
dengan bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen
jenis ini adalah untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-
bahan dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada
semen ini dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut
menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa
dengan semen portland biasa. Proses pembuatan semen ini memerlukan
ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen
putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu sampai empat kali
smen portland biasa.
Segi Penggunaan
1) Jenis I
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis
ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan
rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas
pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat
digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki
konsentrasi sulfat agak tinggi.
3) Jenis III
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land
cement) jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang
memerlukan panas hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas
hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa
C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan
sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada
bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena
masalah keterbatasan energi BBM.
(1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan
roller meal.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya
alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga
diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir
maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan
beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun
kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah
berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan
sekelilingnya.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran
oleh alam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari
asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat.
Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat,
sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis
agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam
penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan
susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat
agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuk agregat ini adalah batuan
beku yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air
lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan
demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen
sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam.
kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi, karena daya
lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang
halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit
adalah keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk
beton. Basalt merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur
butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada proses
pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus dan
mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk
beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu penggunaannya.
Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan
kelembaban.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis
dan daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan
partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
3. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus
dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki
sifat isolasi panas yang baik.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang
yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur
rumah tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze
mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang
yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan
shale dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan
demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-
bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian
dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550 ⁰C). Pada
suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar)
dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan
mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu.
Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.
Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam, sebagai
berikut:
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat
digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan
agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan
dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami
maupun buatan.
Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan
sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai
2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya.
Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan
antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal.
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat ,
misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang
dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai
pelindung sinar radiasi sinar X.
A. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai
rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta
semen untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak
cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat
berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar
daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat
jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton
segar yang baik (dapat dikerjakan).
B. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar,
yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat
beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
C. Pipih
D. Memanjang (Lonjong)
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu,
air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen.
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak,
lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk
itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk
dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan
untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur
untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang
diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat
dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena
mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Ada beberapa ma cam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang
memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur
tinggi, dan berbagai bahan penambah.
BAB 2
SIFAT FISIS DAN MEKANIS BETON
Sifat beton yang terdiri dari sifat fisis dan mekanis, yang
dimaksudkan adalah sifat beton yang dikehendaki di dalam
perencanaan suatu konstruksi beton. Pada umumnya para teknisi dan
perencana menghendaki bahwa bangunan beton tersebut haruslah
kuat, tahan lama dan ekonomis serta memberi perasaan aman dan
tenteram bagi penghuninya.
Untuk maksud tuntutan tersebut, maka perlu dibahas sifat-sifat fisis
dan mekanis beton seperti di bawah ini.
- Workability
- Durability (keawetwn atau ketahanan)
Ketahanan terhadap pengaru cuaca
Ketahanan terhadap pengaru kimia
Ketahanan terhadap erosi
- Kekuatan
Kekuatan tekan beton
Kekuatan tarik beton
- Modulus elastisitas
- Sifat creep beton
- Penyusutan beton (penyusutan elastis dan lastis)
- Sifat permeabiality beton
- Bleeding
- Sigreation
- Proses perawatan beton
1. Workability
Workability adalah salah satu sifat beton yang dikehendaki pada
setiap perencanaan adukan beton. Arti workability ialah kemudahan
pengerjaan beton untuk dicampur, dicor dan diangkut serta didapatkan
tanpa mengurangi homogenitas beton dan beton tak terurai, bleeding
berlebihan untuk mencapai kekuatan yang direncanakan workability
ini tergantung pada konsistensi beton, dan konsistensi beton
tergantung pada:
- Proporsi campuran
- Sifat-sifat dari individu material beton (pasir, kerikil),
misalnya permukaan aggregate, bentuk aggregate dan dan
lain sebagainya.
- Diameter maksimum aggregate kasar.
- Jenis konstruksi yang akan dibangun.
- Temperatur.
17,5
15
10 5
0
Hubungan antara
40 50 60 70 80 90 slump dan
100 F temperatur
dengan 2
diameter
maksimum dari
aggregate kasar.
4 10 16 21 27 32 38 C
Temper
aur
Grafik 1
Pada Grafik 1 terlihat spesi beton yang berdiameter lebi besar, slump-nya makin
rendah, jika temperatur makin tinggi slump-nya makin rendah.
Klususnya untuk mengatasi pengaru temperature udara luar kenaikan 50C dari kondisi
normal (250) perlu di tsmbsh sir sebanyak 5kg/m
Tabel 1. Kebutuhan air bebas untuk beberapa tingkat kemudahan pengerjaan beton
tertentu
SLUMP 0– 10 – 50 – 60 -
10 50 60 180
Ukuran untuk Type dari Air Bebas untuk 1 m Beton
3
aggregate aggregate
(mm)
1 Uncrushed 150 140 205 225
0
Crushed 180 205 210 250
2 Uncrushed 135 160 180 105
0
Crushed 170 190 210 225
4 Uncrushed 115 140 160 175
0
Crushed 155 175 190 205
Slump (Cm)
Uraia
Maximu Minimu
n m m
Dinding, pelat pondasi dan 12,5 5,0
pondasi
telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang 9,0 2,5
kaison
dan konstruksi di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
2. Durability(Keawetan = Ketahanan)
Sebenarnya durability (= ketahanan) beton sama pentingnya
dengan persyaratan-persyaratan kekuatan (= strength) dan
kemudahan pengerjaan beton (workability). Walaupun demikian
pentingnya masalah durability atau keawetan beton ini sangat
sukar untuk diukur, selain itu penyelidikan keawetan atau
ketahanan beton ini memerlukan waktu penyelidikan yang cukup
lama, sebab penyelidikan ketahanan dalam waktu yang pendek tak
akan menghasilkan pekerjaan yang teliti yang bisa menunjukkan
ukuran ketahanan konstruksi beton.
Tabel 3. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maximum
4. Strength
1. Mutu Beton
Kenyataan menunjukkan bahwa mutu beton sangat
tergantung pada faktor A/C (prinsip DOE methode). Dan
penentuan A/C (perbandingan air dan semen) tergantung dari
durability yang dikehendaki. Selain itu kekuatan beton juga
tergantung ketelitian pelaksanaan pengecoran beton dan perawatan
(curing) beton tersebut.
2
1
2 1 AC
Grafik 2
5000
4000
3000
2000
1000
0 3 7 14 28 90 100
Umu
r Grafik 3
C.C = 363,
Type
semen = II
Aggregat
sungai
(batu
Grafik kali)
4
BO//AC
P = plastis
v.e = Visco Elastis
Grafik 5
Keterangan :
Bila tekanan kecil, b’ kecil maka perubahan bentuk (b’)
berbanding lurus dengan b’ hk Hooke = b’ = Eb’.
Bila b’ besar, maka grafik akan melengkung ke bawah, sudut makin kecil
b
berarti modulus elastisitas E , makin kecil.
b'
Misalkan diadakan pembebanan sampai A, maka akan terjadi
perpendekan 1. Bila beban dihilangkan beton akan berusaha
kembali ke bentuk semula.
Kembalinya tak melewati grafik AO, melainkan melalui ACDE (di mana AC
// DB).
CDE garis lengkung ACD terjadi bersamaan dengan kepergian
beban. Setelah itu pemulihan bentuk dari 3 ke E2 lambat sekali.
Pemilihan bentuk 2 ke E3 disebut perubahan unelastis atau visco
Gambar 1
2P
br = (Kubus)
a2
Sebagai data-data pendekatan dapat diambil secara kasar bahwa:
- Kokoh tarik lentur beton = tl = 10% kokoh tekan beton
- Kokoh tarik beton = br = 5% w’28 (kubus)
Dalam PBI 1971, tabel 10.4.2, ditunjukkan kekuatan tarik dan
lentur dari beton.
Regangan beton
Grafik 6
Tegangan yang diijinkan
Notas (kg/cm2)
i Pada pembebanan tetap Pada pembebanan sementara
Kekuatan tekan beton ’bk B1 K12 K17 K22 Umum B1 K12 K17 K22 Umum
5 5 5 5 5 5
karakteristik 100 125 175 225 ’b 10 125 175 225 ’b
k 0 k
Lentur tanpa dan/atau
dengan gaya normal:
Teka ’b 35 40 60 75 0,3 ’bk 55 70 100 125 0,5 ’bk
b 5 5,5 6,5 5,5 3 ’bk 7 7,5 9 10 6 ’bk
n
0,3 0,6
Tari
6 5
k
Gaya
aksial : ’bs 35 40 60 75 0,3 ’bk 55 70 100 125 0,5 ’bk
Tek 3 6
bs 4 4 5 5,5 ’bk 5 5,5 6,5 7,5 ’bk
an 0,3 0,5
Tari 6 1
k
Geser oleh lentur atau
puntir: Tanpa b 4,5 5 5,5 6,5 0,4 ’bk 7 7,5 9 10 0,6 ’bk
tulangan geser b 11 12 14 16 3 ’bk 17 19 22 25 8 ’bk
Dengan tulangan m 1,0 1,7
8 0
geser
Geser oleh lentur
dengan puntir:
Tanpa tulangan b 5,5 6 7 8 0,5 ’bk 8,5 9,5 11 13 0,8 ’bk
geser Dengan b 14 15 18 20 4 ’bk 21 24 28 32 5 ’bk
tulangan geser m 1,3 1,7
5 0
Geser pons pada
penampang kritis:
Tanpa tulangan bp 6,5 7,5 8,5 10 0,6 ’bk 10 11 13 15 1,0 ’bk
bp 13 15 17 20 5 ’bk 20 22 26 30 2 ’bk
geser Dengan
m 1,3 2,0
tulangan geser
0 4
Untuk ø # 1 nilai-nilai tegangan yang diijinkan menurut tabel di atas harus dikalikan.
5. Modulus Elastisitas Beton (Eb) :
E
Untuk material yang memenuhi hukum Hooke berlaku .
umum:
E
Sebagaimana diterangkan tidak ada perbandingan lurus antara b’ dan
b’ pula E sangat dipengaruhi oleh banyaknya faktor.
Juga kelembaban sekitarnya sangat mempengaruhi. Untuk kesederhanaan
perhitungan- perhitungan, maka telah ditempuh pendekatan-pendekatean,
yaitu untuk kualitas beton tertentu dipakai suatu E constant tertentu pula.
Ada yang mengambil E dengan cara scant modulus Eb’ = tg
di mana : A tegangan beton yang diizinkan.
E dinamis = tg t
R.V.B Eb’ = (200 + 1/3 n’) 103 kg/cm2
Perbandingan harga Eb’ untuk berbagai-bagai
negara.
Tabel 5
7. Penyusutan Beton
Penyusutan adalah perpendekan akibat mengering dan proses kimia
fisik pasta cement sekeliling bahan pengisi yang terjadi beton pada waktu
mengeras. Beton menyusut di ketiga arah dimensi kira-kira sama.
Penyusutan adalah suatu gejala yang sulit dipelajari sebagaimana
diketahui gejala susut dan creep ini pada suatu konstruksi beton pratekan
terjadi berbarengan. Besarnya penyusutan merupakan suatu fungsi dari
waktu. Elemen konstruksi beton kecil menyusut lebih cepat dan lebih
banyak daripada elemen besar karena pengeringannya lebih cepat.
Elemen-elemen yang besar mencapai tokoh beton yang lumayan
lebih dahulu sebelum banyak mengering, karena ini penyusutan menjadi
lebih kecil. Sebelum mempelajari pemakaian rumus-rumus praktis
sebaiknya mendapat bayangan lebih dahulu akan faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya penyusutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan:
a. Cement
Belum ada angka-angka yang pasti yang menunjukkan bagaimana
pengaruh susunan kimia dan kehalusan terhadap penyusutan ini. Hanya
dapat dilihat dari hasil-hasil penyelidikan bahwa makin lembut
mungkin besar terjadinya pecah- pecah. Selanjutnya orang Portugal
membuktikan bahwa peningkatan kadar tricalcium aluminat (C3A)
dapat pula memperbesar kemungkinan pecah-pecah, tetapi ditunjukkan
pula bahwa butir-butir semen yang sangat lembut proses pengerasannya
dan juga kekuatannya kemungkinan pecah tidak mudah terjadi.
b. Faktor air semen (W/C)
Semakin besar W/C semakin besar pula penyusutannya. Sedapatnya
pemakaian W/C yang besar harus dihindarkan karena ini lebih banyak
membawa kerugian- kerugian daripada keuntungannya seperti
(kekuatan turun, creep besar, kekedapan berkurang).
c. Bahan pengisi
Penyelidikan menunjukkan bahwa butir-butir bahan pengisi yang besar-
besar dapat mengurangi penyusutan, butir-butir ini menghalangi
penyusutan dari semen pasta yang membalutnya.
d. Susunan campuran dari bahan pengisi
Juga penyelidikan menunjukkan bahwa bahan pengisi beton yang
mempunyai modulus kehalusan besar, akan mempunyai nilai
penyusutan kecil.
e. Perbandingan antara pasta semen dan bahan pengisi
Beton yang mempunyai bahan pengisi lebih banyak dibandingkan
dengan pasta semennya akan mempunyai nilai susut lebih kecil.
f. Intensitas pengadukan
Makin homogen pengadukan akan membuat hasil baik pada kekuatan
beton, kedap air, penyusutan dan creep (kecil).
g. Kelembaban udara dan umur
h. Ukuran dan bentuk konstruksi
Sebagaimana dijelaskan di depan, ukuran konstruksi sangat
mempengaruhi besar penyusutan bagian konstruksi yang ditinjau. Jelas
bahwa konstruksi beton ringan gampang sekali mengering
dibandingkan terhadap badan beton yang masif.
Untuk membatasi penyusutan, maka hal-hal di bawah ini harus
diperhatikan:
1) Cement
2) Air
9. Bleeding
Bleeding adalah pemisahan air dari campuran beton, hal terjadi
dengan merembesnya air ke permukaan beton, selama beton diangkat,
digetar dalam pemadatan atau setelah beton sudah selesai pada
pengecoran. Bleeding biasanya terjadi pada campuran spesi beton yang
berkadar semen rendah atau campuran beton yang basah (kelebihan air),
atau campuran beton yang mempunyai slump tinggi. Pada campuran beton
A/C > 0,6, sering kedapatan kejadian bleeding ini.
Untuk mencegah bleeding maka air bebas beton dibagi semen +
fines (< 0,15 mm) 0,45, hal ini untuk campuran beton dengan slump >
6 cm dan untuk campuran
beton dengan slump ( < 6 cm) low Air
workability) 0,50 cement
fines
Pedoman pembatasan jumlah semen + fines ( < 0,3 mm) yang disarankan:
Tabel 6
ø Semen + fines ( < 0,3 mm)
max yang disarankan per m3
(mm beton (kg)
)
9,6 52
5
19 45
0
38 40
0
76 32
5
a) Menguran
Ai menjadi £ 0,05 untuk slump 6 cm
gi r
pc +
filler
rendah dan pencampuran beton jumlah airnya rendah (lean dan dry
mixs).
b) Menambah presentasi pasir bila campuran beton kurang pasir.
Kita sudah tahu bahan dasar beton adalah : aggregat (pasir dan
kerikil/batu pecah), semen dan air. Pemilihan bahandasar ini harus
memenuhi syarat
– syarat tertentu yang perlu diketahui melalui ilmu pengetahuan maupun
pengalaman dalam merencanakan pencampuran beton hendaknya
memperhatikan sifat – sifat fisis dan mekanis beton untuk mendapat
suatu konstruksi yang kuat, kaku, awet, mudah dikerjakan dan ekonomis,
serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakainya. Untuk
maksud tersebut diatas maka campuran dikatakan baik apabila : setelah
mengeras mempunyai kekuatan yang sesuai dengan yang direncanakan
lagipula mempunyai nilai ekonomis, disamping mudah dicampur dan
homogen, tidak terjadi pemisahan, mudah di cor dan dipadatkan.
Pelaksanaan pencampuran bahan – bahan dasar beton harus
memperhatikan takaran dalam komposisi perbandingan tertentu yang
berdasarkan takaran berat, tetapi dalam pelaksanaannya banyak menemui
kesulitan, maka diberikan toleransi takaran bisa menggunakan takaran
volume.
Lamanya waktu pencampuran dalam mesin pencampur paling
sedikit adalah 1,5 menit, sebab terlalu cepat mencampurnya, maka
campuran tidak homogen. Terlalu lama mencampur dapat menimbulkan
pemisahan kembali agregat kasar dan agregat halus.
Penggunaan air harus mengikuti mix designnya, karena air
merupakan bahan senyawa dengan semen untuk membuat perekat atau
pengikat hydraulis yang tahan terhadap air. Dengan memperhatikan
semua sifat – sifat fisis dan mekanis dari campuran beton maka
diharapkan dapat memenuhi semua kriteria dari perencanaan suatu
konstruksi yang mempergunakan bahan dari beton.
REFERENCES