Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ILMU BAHAN KONSTRUKSI

“BETON”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK III

MUH.NURCHOLIS.HARIS (03120180111)

MUH.ANDIKA(

MASHURI(

MUH.FACHMIL

A.MUH.FAUZI(
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Beton” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai struktur beton. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3

2.1 Sejarah Beton ……………………………………………………… 3

2.2 Pengertian Beton …………………………………………………. 4

2.3 Sifat-Sifat Beton …………………………………………………. 5

2.4 Jenis-Jenis Beton …………………………………………………. 6

2.5 Kelebihan dan Kekurangan beton ……………………………… 10

2.6 Bahan-Bahan Penyusun Beton ………………………………….. 11

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 19

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 19

3.2 Saran ……………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam
pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi.
Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa
kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan
keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka
diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar
dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh


keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan,
umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah
terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan
keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan
beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud
dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada
umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol
kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai
dengan yang disyaratkan sedini mungkin.

Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya


dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahasdalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :

1. Bagaimana sejarah dan pengertian beton ?

2. Bagaimana sifat-sifat, dan jenis-jenis beton ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan beton ?

4. Apa bahan-bahan yang terdapat dalam beton atau bahan penyusun beton ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BETON

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu


kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di
Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali
ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli,
Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana
sempat menghilang dari peredaran.

Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan
kimia sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang
beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk
massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).

Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip


konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian
pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari
bahan semen untuk di pamerkan pada pameran dunia tahun 1855. Lalu J. Monir,
seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton
untuk mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886,seorang warga
negara Jerman yang bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan
perancangan struktur beton. Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :

· Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;

· J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit


(gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama
memikul beban);

· F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada


konstruksi atap, pipa dan kubah;

· Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan


sengkang sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk
mengurangi beban akibat berat sendiri;

· Neuman melakukan analisis letak garis netral;


· Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan

· E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya :

· Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;

· Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk
dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);

· Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);

· Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan

· Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

2.2 PENGERTIAN BETON

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil
atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat
semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk
mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang
sesuai dan dicampur secara tepat.

2.3 SIFAT-SIFAT BETON

Sifat dan karakteristik beton :

1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi


serta tegangan hancur tarik yang rendah

2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul


momen lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin lama makin besar

4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi

5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah

6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran


semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.

7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa


dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.

8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus


dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.

9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya

10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok,
maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik

11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.

12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah.

13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman
terhadap bahaya kebakaran.

14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan
massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3
( 1000g kg setara dengan 1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan
bangunan beton sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.

2.4 JENIS-JENIS BETON

Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :

Ø Beton Keras

Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan
dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah
kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada
kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton
keras ini antara lain :
a. Uji kekuatan tekan ( compression test)

b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )

c. Uji kekuatan lentur

d. Uji lekatan antara beton dan tulangan

e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

Ø Beton Segar

Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan


peralatan yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan
mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus
dipenuhi ketika membuat beton :
a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.

b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding
dan segregation.

Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi
kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang
memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak
dapat dibandingkan satu samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton
yang berbeda. Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari
sifat workabilitas karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas
yang telah dikembangkan antara lain:

a. Slump test

b. Compaction test

c. Flow test

d. Remoulding test

e. Penetration test

f. Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi


sepuluh macam.
Ø Beton Mortar

Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga
ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton
mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai
ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.

Ø Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot
ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk
gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung
udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah
sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut
lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan
biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.

Ø Beton Non-Pasir

Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir,


melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah.
Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga lebih sedikit.
Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolom dan dinding
sederhana, bata beton, serta buis beton.

Ø Beton Hampa

Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer


adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung
air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat
tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian
bangunan-bangunan pencakar langit.

Ø Beton Bertulang

Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu
diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan
gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar
kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya
dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai, kolom bangunan, jalan,
jembatan, dan sebagainya.

Ø Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke
beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami
keretakan walaupun menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-
tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar.

Ø Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton
pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih
baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi
proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi
oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan
material.

Ø Beton Massa

Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan
beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan
perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada
umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm. Beton
ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan, dan
bendungan.
Ø Beton Siklop

Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai
bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara
15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat
meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun pada bendungan,
jembatan, dan bangunan air lainnya.

Ø Beton Serat
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke
dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya
asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat
dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak
mudah mengalami keretakan.

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON

Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan
tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai
bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.

Kelebihan dari beton adalah:

· Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan


lokal, kecuali semen Portland.

· Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah

· Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.

· Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.

· Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan

Kekurangan dari beton adalah:

· Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
· Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.

· Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga
perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.

· Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.

· Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.6 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON

1. SEMEN
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau
larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase
kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.

d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan

dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
2. AGREGAT

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan
memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat
berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir
maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

Ditinjau dari asalnya


1. Agregat alam

Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.
Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya
masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang
keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan
cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.

a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh
a;lam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya
karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada
umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga
dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini
bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.

b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak
karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk
mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan
agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton
dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah
lebih baik daripada butiran yang halus.

c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan
bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat
isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh
agregat buatan:

a. Klinker dan Breeze

Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya
mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze
merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan
yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga
dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak
dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.

b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu
tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.

c. Cooke breeze

Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang
kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah
tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak
sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan
menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat
perhatian.
d. Hydite

Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar.
Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar
mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang
mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.

e. Lelite

Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini
butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini
dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan
butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya

1. Agregat Ringan

Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya
digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk
beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki
berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil.
Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh agregat
ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal

Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai
40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal

3. Agregat Berat

Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar
radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya

1. Bulat

Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga
udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk
menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton
mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar
35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih
banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).

2. Bersudut

Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya
kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan
mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai
40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik.
Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan
jalan.

3. Pipih

Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan
tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.

4. Memanjang (Lonjong)

Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang


dan terlebar lebih dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan

1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,


obsidian.

2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,


permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt,
felsite, batu kapur, dan sebagainya.

3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.

4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan


adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN

Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang
digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran
beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu
set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air
bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan.
Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan
baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.

Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton
yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang
pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang
pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran. Ada
beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat
hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai
bahan penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut
fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat
pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur
sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah
resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel
dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan
bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya
temasuk golongan zat pendispersi.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat.
Bahan penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang
berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian
pembahasan.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta
mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan
lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 SARAN

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur,


pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika
tidak kualitas beton menurun.

2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan


peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga
bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang
ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa,
standar perencanaan struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.

3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan


berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai