Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari tugas “Teknologi Bahan Konstruksi
Beton”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada


dosen Ibu Dinar Mardiana, ST,MT. yang telah memberi kami tugas makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Luwuk, 22 April
2019

Penyusun

Fathun Fadillah .M.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1

Bab 2 Pembahasan............................................................................................2

2.1 Sejarah Penggunaan Beton.............................................................2


2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton..................................................2
2.3 Sifat Beton......................................................................................4
2.4 Bahan-bahan Penyusun Beton........................................................5
2.5 Jenis Beton dan Kegunaannya........................................................14
2.6 Aplikasi Beton pada Konstruksi Bangunan Gedung......................16
2.7 Jenis tulangan pada Aplikasi Beton................................................21

Bab 3 Penutup...................................................................................................22

3.1 Kesimpulan.................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................22

Daftar Pustaka...................................................................................................23

ii
iii
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat
dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah
beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir),
semen dan air. Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau
koral kemudian diikat semen bercampur air.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan


peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen
berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material
seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan,
fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang,
dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton
ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton
berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete) dll.
Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Penggunaan Beton?


2. Apa Kelebihan dan Kekurangan Beton?
3. Bagaimana Sifat Beton?
4. Apa saja Bahan Penyusun Beton?
5. Apa saja jenis – jenis Beton dan serta kegunaannya ?
6. Bagaimana aplikasi beton pada kontruksi bangunan gedung?
7. Apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton pada kontruksi bangunan
gedung?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa saja bahan dasar penyusun beton


2. Mengetahui apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi
3. Memahami bagaimana aplikasi beton pada kontruksi bangunan gedung
4. Dan juga mengetahui apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton pada
kontruksi  bangunan gedung

1
Bab 2

Pembahasan

2.1 Sejarah Penggunaan Beton

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai


pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi
banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di
Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang
tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan
Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung. Orang Mesir
telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik mampu
meningkatkan kuat tekan beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan
awal era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembapan bahan beton terhadap taruknya.
Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan
semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman
dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi
taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan
tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan
pelat slab tanpa balok tahun 1906.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton

Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan


konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang kekurangannya
adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan. Pada struktur beton, jika
ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena tidak dapat dipakai lagi. Beda
dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat, dibandingkan dengan kekuatannya dan
daya pantul yang besar. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam
tariknya. Jika struktur itu langsung dan tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah
gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka
dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah
dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton
bertulang.

Kelebihan dan Kekurangan Beton lainnya beton dalam keadaan mengeras akan
sangat keras bagaikan batu dengan kekuatan tinggi. tapi dalam keadaan segar beton
seperti bubur sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. beton juga sangat tahan
terhadap serangan api juga sangat tahan terhadap serangan korosi. sehingga secara
umum kelebihan dan kekurangan beton adalah :

2
1. Kelebihan beton :

a.) dapat dibentuk sesuai keinginan


b.) mampu memikul beban tekan yang berat
c.) tahan terhadap temperatur tinggi
d.) biaya pemeliharaan rendah / kecil
e.) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
f.) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan
g.) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran
sesuai keinginan.
h.) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu
memikul beban yang berat.
i.) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu
dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
j.) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.

2. Kekurangan beton

a.) bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah


b.) pelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi
c.) berat
d.) daya pantul suara besar
e.) membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
f.) tidak memiliki kekuatan tarik
g.) setelah dicampur beton segera mengeras
h.) beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang
i.) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
k.) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembangan beton.
l.) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak
akibat perubahan suhu.
m.) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
n.) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

3
2.3 Sifat beton

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi


namun kuat tarik yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan
kg/cm² dengan simbol K untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat
hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

 Jenis dan kualitas semen


 Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan dan
kuat tarik lebih besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
 Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat
penting pada pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
 Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu
yang lama.
 Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya.

Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka


pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang
telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain :

Kuat Hancur
  Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari
beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan
tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:

1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat.
Kenyataan menunjukan bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton,
dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari
sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing).
Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum
waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada pekerjaan lapangan dan
pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
6. Durability (Keawetan)Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi
yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.

4
Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun
pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi
lingkungan.

Kuat Tarik
  Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya
masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan
di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk
pembuatan beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
- Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
- Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
- Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
- Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.

2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton

1) Semen
  Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau
larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai

5
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
 
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.Pada umumnya semen portland
yang digunakan adalah jenis semen portland biasa (ordinary cement portland), yaitu
semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. jenis semen portland dapat
dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan

Segi kebutuhan khusus


  Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan
penggunaan khusus seperti berikut :

1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen jenis
ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi . dalam
standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan sebagainya,
dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A
dan type V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-60
%) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang
bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau
panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen
portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar
C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat
pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan
dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton
naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan
bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah
untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua
pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa.
Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal
oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu
6
sampai empat kali smen portland biasa.

Segi Penggunaan
  Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and
Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.

1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen
portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-
sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya.
Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari
produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah
dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-
saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk
bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak
tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-
cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat,
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-
bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis
ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi
serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab
retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu,
semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan
pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-
banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi.
Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.

7
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker
crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang
tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi,
kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi
BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
1) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
2) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen.
3) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah
jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
4) proses pendinginan terak.
5) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang
tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi,
kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

8
2.) Agregat
  Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar.
  Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
  Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang
diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:


- Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm
- Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm
- Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

Ditinjau dari asalnya


A. Agregat alam
  Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis
batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu
dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak,
tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.

1.) Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari
batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus
air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang
terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau
beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen
sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena
perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat
agregat tersebut.
2.) Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena
luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan
kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah
9
akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan
pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi ,
karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang
halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
- Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan
beton.
- Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras
ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan
batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan
yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang
halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk
beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi
bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban.
- Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran
yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu
tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang
pecah dan daya serapnya tinggi.
-Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya
serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit
dipadatkan di dalam beton.
-Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya
pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.

3.) Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang
bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

B. Agregat buatan
  Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus,
atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat
buatan:

1) klinker dan breeze


pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya
mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze
merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan
yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga
dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak
dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.

10
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan untuk
membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel
dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang
kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga
di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali
arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan
menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat
perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar.
Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar
mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang
serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir
yang diperlukan.
5) Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa
karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam
dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang
berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah
dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan
ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya


 Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
  Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan
untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah
memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih
kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
  Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40
Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
  Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
11
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya


  Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut,
pipih, dan memanjang.
A. Bulat
  Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga
udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk
menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton
mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-
38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak
untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
B. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya
kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan
mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%.
Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis
ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
C. Pipih
  Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan
tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
D. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang
dan terlebar lebih dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan

1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan
tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu
kapur, dan sebagainya.
3) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya
butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5) Agregat berpori dan berongga.

3.) Air dan Bahan Campuran


  Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air
yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang
digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan
12
kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih
dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara
berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan
tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang
diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk
beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat
menyebabkan baja berkarat.
  Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat
beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang
pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan
beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan
campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
  Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang
memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan
berbagai bahan penambah.
  Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat
pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke
dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi
dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan
dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam
sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi

4.) ADMIXTURE
Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat
maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama
pencampuran. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton atau  pasta
semen agar menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis untuk tujuan lain
seperti menghemat energi (Nawy,1996). Suatu bahan tambah pada umumnya
dimasukkan ke dalam campuran beton dengan  jumlah sedikit, sehingga tingkat
kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan  beton biasa. Oleh sebab itu, kontrol
terhadap bahan tambah perlu dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa
pemberian bahan tambah pada beton tidak menimbulkan efek samping seperti kenaikan
penyusutan kering, pengurangan elastisitas (L.J. Murdock dan K.M. Brook, 1991) .
Puzolan Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari
unsur-unsur silikat atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia , PUBI 1982). Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam
keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur  padam pada suhu
normal (24 – 270 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Unsur silikat
dan aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan kapur bebas yang merupakan hasil
sampingan proses hidrasi antara semen dan air menjadi
kalsium silikat hidrat (“tobermorite”). Secara sederhana proses kimianya dapat
dituis sebagai berikut:
CH + S + H → C – S – H
Dan
CH + A + H → C – A – H
 

13
Keterangan:
CH = kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
S = silikon dioksida (SiO2)
A = aluminium oksida (Al2O3)
C-S-H = kalsium silikat hidrat (C3S2H3)

Pozolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian
semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen portland, umumnya
berkisar antara 10 sampai 35 persen berat semen. Bahan tambahan ini dapat membuat
beton lebih tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan kekuatannya
lebih lambat daripada beton normal. Pada umur 28 hari kuat tekannya lebih rendah
daripada beton normal, namun sesudah 3 bulan (90 hari) kuat tekannya dapat sedikit
lebih tinggi.

Prameter-prameter yang mempengaruhi kekuatan beton adalah :


a.kualitas semen (PC)
b.proporsi semen dalam campuran beton
c.kekuatan dan kebersihan agregat
d.ikatan/ adesi anatara pasta, semen dan agregat
e.pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
f.pemadatan beton dan perwatan

2.5 Jenis Beton dan Kegunaannya

1. Beton Non-Pasir

Seperti namanya, beton non-pasir, proses pembuatannya sama sekali tidak


menggunakan pasir. Hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
rongga-rongga yang berisi udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun
lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, persentase semen pada beton ini juga lebih
sedikit. Beton non-pasir biasanya digunakan pada pembuatan struktur ringan, kolom
dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton. 

2. Beton Ringan

Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Seringkali
ditambahkan zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung
udara di dalam adonan beton. Banyaknya gelembung udara yang terjadi menyebabkan
volume adonan juga semakin besar sementara bobotnya lebih ringan dibandingkan
beton lain dengan volume yang sama. Beton ringan biasanya digunakan untuk dinding
non-struktural.

3. Beton Hampa

Beton jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan gedung-gedung tinggi,


karena memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena proses
14
penyedotan air pengencer adonan beton dengan alat vakum sehingga adonan hanya
mengandung air yang sudah tercampur dengan semen saja.

4. Beton Serat

Beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adonan


beton, seperti: asbestos, plastik, kawat baja, dan sebagainya. Denghan penambahan
serat, beton yang dihasilkan memiliki nilai keuletan tinggi (ductility) sehingga tidak
mudah retak.

5. Beton Mortar

Beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga macam mortar yang sering
digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur.

6. Beton Massa

Beton massa adalah penuangan beton yang sangat besar di atas kebutuhan rata-rata.
Umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm.
Perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Beton ini
digunakan dalam pembuatan pilar-pilar bangunan, pondasi berukuran besar, dan juga
bendungan.

7. Beton Bertulang

Beton bertulang adalah adukan beton yang diberi tulangan dari baja. Penambahan
tulangan baja ini akan meningkatkan kekuatan terhadap gaya tarik dan juga ductility
struktur bangunan. Beton bertulang cocok digunakan dalam struktur dengan bentangan
yang lebar, seperti jalan raya, jembatan, pelat lantai dan sebagainya.

8. Beton Prategang

Beton prategang adalah beton bertulang yang tulangan bajanya diberi tegangan
lebih dulu sebelum dicor, sehingga kuat untuk menyangga struktur dengan bentangan
lebar.

9. Beton Pracetak

Beton pracetak adalah beton yang dicetak terpisah di luar area pekerjaan. Hal ini
biasanya dilakukan karena terbatasnya lahan area pekerjaan dan juga karena alasan
kepraktisan. Pengerjaan bangunan dapat dipersingkat sehingga lebih efektif dan efisien.

10. Beton Siklop

Beton jenis ini menggunakan bahan tambahan agregat yang berukuran besar (sekitar
15 sampai 20 cm) dalam adonan beton. Hal ini untuk meningkatkan daya tahan beton
untuk digunakan dalam pengerjaan bangunan yang bersinggungan dengan air, seperti
jembatan dan bendungan.

15
2.6 Aplikasi Beton pada Kontruksi Bangunan Gedung
Dalam konstruksi bangunan gedung penggunaan beton umumnya dilengkapi
dengan  besi tulangan, sehingga beton yang memiliki kuat tekan yang baik dilengkapi
dengan besi tulangan yang memiliki kuat tarik yang baik. Beton bertulang hampir dapat
di jumpai pada semua elemen struktur bangunan, dari pondasi, tie beam/sloof, kolom,
balok, dan pelat lantai. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

A. Pondasi
Pengertian pondasi yang dimaksud disini adalah suatu jenis konstruksi yang menjadi
dasar dan pondasi ini berfungsi sebagai penopang bangunan yang ada di atasnya dan ini
bertujuan untuk diteruskan secara bertahap dan merata ke lapisan tanah. Namun
terdapat juga  pengertian pondasi yang lain yang mengatakan bahwa pondasi adalah
konstruksi yang telah diperhitungkan sebaik mungkin sehingga hal ini dapat menjamin
keseimbangan dan kestabilan bangunan terhadap berat yang akan dibebankan pada
pondasi tersebut. Setelah mengetahui pengertian dari pondasi tersebut, selanjutnya akan
kita lihat jenis-jenis  pondasi di antaranya:

- Pondasi telapak (untuk Rumah Panggung)  


Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah digunakan oleh
masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini terbuat dari beton tanpa
tulang yang dicetak membentuk limas segi empat seperti pada gambar disamping.
Sistem kerja pondasi ini menerapkan sistem tanam. Jadi pondasi telapak ini
menahan kolom yang tertanam di dalamnya sehingga tidak masuk dalam tanah.
Seperti halnya ketika kita menggunakan sebuah ganjalan yang pipih atau ganjalan
yang lebih lebar untuk standar motor ketika di tempatkan pada tanah yang lembek.
- Pondasi Rollag Bata (untuk Penahan lantai)
Rollag bata merupakan pondasi sederhana yang fungsinya bukan menyalurkan
beban  bangunan, melainkan untuk menyeimbangkan posisi lantai agar tidak
terjadi amblas  pada ujung lantai. Pondasi ini biasanya digunakan untuk membuat
teras rumah, fungsinya hampir sama dengan sloof gantung namun rollag bata tidak
sekuat sloof gantung dan tidak semahal sloof gantung.
- Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)
Pondasi batu kali merupakan pondasi penahan dinding yang digunakan pada
bangunan sederhana. Pondasi ini terdiri dari batu kali dan perekat yang berupa
campuran pasir dan semen. Biasanya campuran agregat untuk merekatkan batu kali
ini menggunakanperbangingan 1 : 3 karena batu kali akan selalu menerima
rembesan air yang berasal dari tanah. Sehingga membutuhkan campuran yang lebih
kuat menahan rembesan.

- Pondasi Batu Bata (untuk Bangunan Sederhana)


Seperti halnya pondasi Batu Kali, pondasi batu bata memiliki fungsi sama. Namun
yang membedakan keduanya hanyalah bahan yang digunakan serta kondisi alam di
daerah sekitarnya. Dikarenakan batu-bata merupakan bahan yang rentan terhadap
16
air, maka pemasangan harus lebih maksimal artinya bata yang dipasang harus dapat
terselimuti dengan baik.

- Pondasi Tapak atau Ceker Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3 Lantai)
Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan. Terutama bangunan bertingkat
serta bangunan yang berdiri di atas tanah lembek. Pondasi tapak di temukan oleh
Alm Prof Ir Sediyatmo tsb, dan dikembangkan oleh Prof Ir Bambang Suhendro,
Dr harry Christady dan Ir Maryadi Darmokumoro, yang dikenal dengan Sistim
Cakar Ayam Modifikasi (CAM). Modifikasi yang dilakukan adalah : penggantian
pipa beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3 Dimensi dan
penambahan "koperan" pada tepi slab. Sistim CAM tsb telah di uji skala penuh
oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas jalan Pantura Indramyu-Pemanukan
(2007) dan digunakan di Jalan Tol seksi 4 Makasar (2008).
- Pondasi Sumuran (untuk Bangunan Bertingkat
Pondasi sumuran memiliki fungsi sama dengan pondasi footplat. Pondasi
sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat kasar yang dimasukan
kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur dengan besi-besi di dalamnya.
Pondasi ini  biasanya digunakan pada tanah yang labil dan memiliki sigma 1,50
kg/cm2. Pondasi sumuran juga dapat digunakan untuk bangunan beralantai banyak
seperti medium rise yang terdiri dari 3-4 lantai dengan syarat keadaan tanah relatif
keras.
- Pondasi Bored Pile atau Strauss pile (untuk Bangunan Bertingkat)
Pondasi Bored pile digunakan untuk banguna berlantai banyak seperti rumah
susun yang memiliki lantai 4-8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku yang
kemudian di tancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat seperti
kren.
- Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk bangunan bertingkat)
Pondasi tiang pancang ini merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk
pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent
Office dan sebagainya. Pondasi ini hampir sama dengan pondasi bored pile.
Namun  pondasi tiang pancang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan  pondasi bored pil

B. Tie Beam/ Sloof


Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Jenis
Konstruksi Beton Bertulang ini biasanya dibuat pada bangunan Rumah atau Gedung,
dan  posisinya biasanya pada Lantai 1 atau Orang-orang biasa menyebutnya Lantai
Dasar. Inilah sebab nya mengapa kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah
“Berdiri” tegak. walau bentuk sloof tidak terlihat tapi fungsi sloof sangat dibutuhkan
dalam suatu  bangunan.
Namun berdasarkan konstruksinya, ada beberapa macam sloof sebagai berikut :
 Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini bisa digunakan di
atas  pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk rumah atau
gedung(bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada
jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton
bertulang adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa
dimanfaatkan sebagai  balok pengikat pada pondasi tiang.
 Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang
dipasang dengan cara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan (1
17
bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag ini tidak memenuhi
syarat untuk membagi beban.
 Konstruksi Sloof dari Kayu. konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang
kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok
pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas pondasi lajur dari batu atau
beton, maka dipilih balok tunggal.

Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang sengaja didisain khusus
Luas Penampang dan Jumlah Pembesiannya, disesuaikan dengan kebutuhan Beban
yang akan dipikul oleh Sloof tersebut nantinya. Untuk menetukan Luas Penampang
(ukuran Sloof ini), dibutuhkan Perhitungan Teknis yang Tepat agar Sloof tersebut
nanti “benar - benar Mampu” untuk memikul Beban Dinding Bata diatasnya nanti.
Untuk itu ada baiknya kita menggunakan jasa Konsultan untuk menghitung dan
mendisain dimensi Sloof ini Sloof ini berfungsi untuk memikul Beban dinding,
sehingga dinding tersebut “BERDIRI” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi
penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi Retak
atau Pecah.

Adapun fungsi sloof lainnya adalah sebagai berikut :


1. Sebagai pengikat kolom.
2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur.

Jadi bisa dikatakan Sloof juga merupakan salah satu Pondasi bagi rumah.
Spesifiknya adalah mendukung beban dinding rumah tersebut. Bila dikategorikan
Sloof adalah termasuk Pondasi Menerus.

C. Kolom
  Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari  balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
  SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
 
Jenis-Jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga, yaitu :
 
1. Kolom ikat (tie column).
2. Kolom spiral (spiral column).
3. Kolom komposit (composite column).

18
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada tiga
jenis kolom  beton bertulang yaitu :

a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom


beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup  besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
 

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan  berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah  bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton.
Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi
adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan
tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom
atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan .

D. Balok
  Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang
untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang.
Selain itu ring  balok juga berfungsi sebag pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan
posisinya semula.
Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya sehingga hubungan
ring balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak mudah berubah bentuk.Pola gaya yang
tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan
oleh kekuatan internal material.

Beberapa jenis balok antara lain :


a. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas
berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari
19
semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak
tergantung bentuk  penampang dan materialnya.  
b. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung
hanya  pada satu ujung tetap
c. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.
d. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan rotasi
e. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari
dua  bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
f. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan
untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari
serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.

Balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :


a. Balok kayu Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang
oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.  
b. Balok baja Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat
ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban.
c. Balok beton Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan
bentuk cetakannya.

E. Pelat lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai
didukung oleh  balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :


1. Besar lendutan yang diinginkan
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
3. Bahan konstruksi dan plat lantai.

Plat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak
kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar
lendutan yang diijinkan, lebar  bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung,
bahan konstruksi dari plat lantai.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan,  berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang  beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan.

Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut :


1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

20
2.7 Jenis-Jenis Tulangan Pada Aplikasi Beton Pada Konstruksi Bangunan Gedung

Jenis-jenis tulangan dalam pekerjaan pembuatan tulangan beton yang biasa kami
jumpai di lapangan adalah sebagai berikut :

1.Tulangan Pokok. Tulangan Pokok disebut juga tulangan utama atau tulangan
memanjang. Yaitu tulangan yang memanjang searah dengan panjang balok atau
kolom.
2.Tulangan Tumpuan. Yaitu tulangan pokok atau tulangan utama yang posisinya
berada di sekitar area tumpuan. Biasanya yang menggunakan istilah ini hanya
untuk balok (dan juga pelat). Kolom tidak mengenal tulangan tumpuan. Kalau
kolom biasanya istilahnya tulangan ujung atas atau bawah.
3.Tulangan lapangan. Yaitu tulangan pokok atau tulangan utama yang posisinya
berada di tengah bentang.
4.Tulangan Geser. Tulangan geser disebut juga begel, sengkang, ties, stirrups, dan
lain-lain. Yaitu tulangan melingkar yang mengikat tulangan utama pada balok
maupun kolom. Fungsinya untuk memegang tulangan utama, dan sebagai tulangan
geser (menahan gaya dalam geser)
5.Tulangan Ekstra. Yaitu tulangan tambahan yang ditambahkan pada tulangan
tumpuan atau tulangan lapangan. Biasanya tulangan ekstra ini tidak dipasang di
sepanjang balok, tapi hanya di sekitar area yang membutuhkan saja.

21
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta
mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal
oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 Saran

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan


penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas
beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan
pedoman –  pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang
dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date )
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman  pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

22
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton
https://www.klopmart.com/article-69-kenali-jenis-beton--kegunaannya.html
http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2012/11/pengertian-beton-jenis-beton-
kelebihan.html
https://tosimasipil.blogspot.com/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
https://www.academia.edu/35346766/MAKALAH_STRUKTUR_BETON_I_

23

Anda mungkin juga menyukai