Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“BETON RINGAN”

(Teknologi Bahan Konstruksi)

Dosen Pengajar :
Ir. Steenie Edward Wallah M.Sc, Ph.D

Disusun Oleh:
 Franky G. T. Mamuaja (20021101173)
 Kevin Marcelino Kumolontang (20021101175)
 Breandi Matthew Rahasia (20021101187)
 Julio Jeremias Polii (20021101188)

Fakultas Teknik Sipil

Universitas Negeri Sam Ratulangi Manado


Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Beton Ringan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mner Ir.
Steenie Edward Wallah M.Sc, Ph.D pada mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Beton Ringan” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Mner Ir. Steenie Edward Wallah M.Sc, Ph.D selaku
dosen mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kami menyadari, karya ilmiah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

2.1 Definisi Beton Ringan................................................................................................2

2.2 Sejarah Beton Ringan...............................................................................................3

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan.............................................................4

2.4 Pembuatan Beton Ringan.........................................................................................5

2.5 Aplikasi Beton Ringan..............................................................................................7

2.6 Beton Ringan Aerasi..................................................................................................8

2.7 Super Panel Dinding..................................................................................................9

2.8 Perbandingan Batako dan Hebel (Beton Ringan)..................................................9

BAB III....................................................................................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11

3.2 Saran.........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi
yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas kerja untuk dapat
berperan serta dalam meningkatkan sebuah pembangunan konstruksi dengan lebih
berkualitas. Diperlukan suatu bahan bangunan yang memiliki keunggulan yang lebih baik
dibandingkan bahan bangunan yang sudah ada selama ini. Selain itu bahan tersebut harus
memiliki beberapa keuntungan seperti bentuk yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan,
spesifikasi teknis dan daya tahan yang kuat, kecepatan pelaksanaan konstruksi serta ramah
lingkungan. Jenis bahan bangunan pada bangunan konstruksi tersebut sangat bervariasi
misalnya beton, pasir, kerikil.
Dewasa ini kata “Beton” sudah tidak asing lagi di kalangan para Engineer. Karena sudah
hampir sebagian besar gedung-gedung dan sarana infrastruktur di daerah kota menggunakan
beton sebagai bahan dasar dari bangunan mereka. Penggunaan beton pada gedung dilakukan
dalam rangka menghemat pengeluaran dalam suatu proses konstruksi. Selain harganya yang
terjangkau beton juga memiliki kuat tekan yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari Beton Ringan ?
b. Bagaimana Sejarah dari Beton Ringan ?
c. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Beton Ringan ?
d. Bagaimana Cara Pembuatan Beton Ringan ?
e. Apa saja Bentuk Aplikasi Beton Ringan yang ada pada Proyek ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari Beton Ringan.
b. Mengetahui sejarah dari Beton Ringan.
c. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dari Beton Ringan.
d. Mengetahui Cara Pembuatan Beton Ringan.

1
e. Mengetahui Bentuk Aplikasi Beton Ringan yang ada pada Proyek.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Beton Ringan/Lightweight Concrete (Hebel)

Penggunaan beton ringan sebagai material alternatif pembentuk dinding dapat memberi
penghematan yang signifikan pada pembuatan dinding. Bagian rumah yang dapat ditekan
spek materialnya dan memberi penghematan yang signifikan adalah dinding. Kabar baiknya,
saat ini ada begitu banyak pilihan bahan alternatif yang tentu saja memberi tawaran lebih
dibanding pendahulunya yaitu material konvensional : batu bata dan batako.
Jika selama ini banyak orang terpaku dengan pilihannya menggunakan batu bata
konvensional atau batako untuk dinding rumahnya, lebih pada alasan karena bahan inilah
yang paling umum digunakan dan sudah mentradisi. Sedangkan alasan lain menyangkut
teknis adalah kemudahannya ditemukan di pasaran.
Tak dipungkiri, material alternatif yang berupa beton ringan ini lebih banyak dan mudah
ditemukan di kota-kota besar. Keterbatasan inilah yang menjadi salah satu penghambat
penerimaan masyarakat terhadap material alternatif ini. Meski, secara varian dan jenis
pilihannya sangat beragam dan jelas memiliki kelebihan dibanding batu bata konvensional
atau batako.

2.1 Definisi Beton Ringan


Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada
beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi (Aerated
3
Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC)
yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah
dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air. Tidak
seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat
beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan
utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise
building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya
berdampak kepada perhitungan pondasi.

2.2 Sejarah Beton Ringan


Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/
AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen dengan cairan kimia
penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and
Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai
alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini
kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun 1943. Dia
memutuskan untuk mengembangkan sistem bangunan yang lebih baik dengan biaya yang
lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya, seperti proses pemotongan
dengan menggunakan kawat, membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi perkembangan
produk ini. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan
yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat,
tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi.
Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat negara-negara lain. Pada tahun 1967 bekerja
sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel pertama di Jepang. Sampai saat ini
Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi terbesar di dunia. Di
Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel
Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.

4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC),
yaitu :
 Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat dipotong atau
dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang digunakan pun sederhana,
cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
 Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat meminimalkan sisa-
sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
 AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah gedung dapat
diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau kerikil untuk
mengisi lantai beton.
 Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC dibangun
sedekat mungkin dengan konsumennya.
 Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam pengerjaannya.
 Semennya khusus cukup 3 mm saja.
 Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
 Mengurangi biaya penguat atau pondasi
 Waktu pembangunan lebih pendek.
 Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah
dan efisien
 Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
 Kedap suara
 Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
 Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus. dibebani AC
menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding fisher sistem injeksi.
 Anti jamur
 Tahan gempa
 Anti serangga

5
 Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami perubahan atau
renovasi hingga 20 tahun.
 Nyaman
 Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.

Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :


 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan waste yang
cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnya,
karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
 Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya, umumnya
adalah semen instan.
 Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak dianjurkan
penggunaan untuk perkuatan (struktural).
 Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran, beton ringan dalam
bentuk bata dijual dalam volume m3, sehingga dengan ukuran 60cmx20cmx10cm / m3
bata ringan terdiri dari 83 buah. Jika dikonversikan dalam m2 maka 1 m2 terdiri dari 8.5
buah. Harga per bata kurang lebih Rp. 8000,-, sehingga harga per m2 nya Rp.68.000,-.
Belum termasuk semen instan dan ongkos pasangnya.

2.4 Pembuatan Beton Ringan


Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada
tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
 Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton ringan.
Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau abu terbang yang
dijadikan batu.
 Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu
terbangnya dibersihkan).
 Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi
secara mekanis dan secara kimiawi.

Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi kini
lebih sering digunakan. Sebelum beton diproses secara aerasi dan dikeringkan secara

6
autoclave, dibuat dulu adonan beton ringan ini. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, Semen,
Kapur, Gypsum, Aluminium pasta (Zat Pengembang)dan Air. Untuk memproduksi 1 m3
beton ringan hanya dibutuhkan bahan sebanyak ± 0,5 – 0,6 m3 saja, karena nantinya
campuran ini akan mengembang. Dalam komposisinya, secara umum pasir kwarsa memiliki
persentase yang cukup tinggi yaitu berkisar 60%, kemudian perekat yang terdiri dari semen
dan kapur sebanyak 30%, dan sisanya sebanyak 10% yaitu campuran gypsum, aluminium
pasta dan air.
Semen yang digunakan merupakan semen tipe I. Semen tipe I merupakan yang biasanya
digunakan untuk segala macam jenis konstruksi. Untuk proses produksi, dalam 1 hari dapat
dihasilkan beton ringan sebanyak ± 300 – 400 m3. Pembuatan beton ringan ini sepenuhnya
dikerjakaan dengan mesin. Mesin yang digunakan seperti mesin penggiling, mesin mixxing,
mesin cutting, autoclaved chamber. Untuk proses awal semua bahan baku ditempatkan
didalam tangki masing – masing untuk mempermudah proses pencampuran. Khusus untuk
pasir kuarsa harus dimasukkan kedalam mesin penggiling terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam tangki, untuk menghaluskan butiran – butiran pasir. Kemudian melalui
ruang control, diatur kadar campuran yang akan dibuat. Kadar campuran dapat berubah –
ubah tergantung dari keadaan bahan baku yang ada. Kemudian campuran beton ringan
tersebut dituangkan kedalam cetakan yang memiliki ukuran 4,20 x 1,20 x 0,60 m. Adonan
tersebut diisikan sebanyak ½ bagian saja. Kemudian didiamkan sekitar ± 3 – 4 jam, sehingga
adonan dapat mengembang.
Dalam proses pengembangan ini, terjadi reaksi kimia. Saat pencampuran pasir kuarsa,
semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta ini terjadi reaksi kimia.
Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan
air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung
udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan
volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan
atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara.
Rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.
Meskipun hidrogennya hilang, tekstur beton tetap padat tetapi lembut. Sehingga mudah
dibentuk balok, atau palang sesuai kebutuhan. Setelah mengembang, adonan dipotong untuk
memperoleh ukuran yang persisi, karena pada saat pengembangan ukurannya tidak dapat
dikontrol sehingga dipotong setelah proses pengembangan selesai.
Setelah melalui proses pemotongan, beton ringan dimasukkan kedalam autoclave
chamber selama ± 12 jam. Didalam autoclaved ini pasir kwarsa bereaksi dengan kalsium

7
hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Dalam proses ini beton ringan diberi tekanan
sebesar 11 bar atau sebesar 264 psi ( = 1,82 Mpa) dengan suhu setinggi 374 ⁰F. Sehingga
terbentuk kalsium silikat dan beton ringan berubah warna menjadi putih. Pada saat didalam
autoclaved ini, semua reaksi kimia dituntaskan dan dibersihkan pada suhu tinggi, sehingga
nantinya pada saat digunakan tidak mengandung reaksi kimia yang berbahaya. Kenapa tidak
dijemur saja? Karena kalau adonan ini dijemur di bawah terik matahari hasilnya kurang
maksimal, karena tidak bisa stabil dan merata hasil kekeringannya. Setelah keluar dari
autoclave chamber, beton ringan aerasi ini sudah siap untuk dipasarkan dan digunakan
sebagai konstruksi bangunan.

2.5 Aplikasi Beton Ringan


Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini beton
ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk :
 Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.

 Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok.

 Bentuk Khusus

8
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.

 Ready Mix
Contohnya pada ready mix sebagai material pengisi.

2.6 Beton Ringan Aerasi

Autoclaved Aerated Concrete atau beton ringan aerasi. Selama ini beberapa orang
menyebutnya "hebel", padahal ini adalah nama merk dagang yang dikeluarkan oleh PT Duta

9
Mortar Sejati. Di pasaran ada beberapa merk lain seperti "Andatu" milik PT Sido Jaya dan
"Aero Block" yang diproduksi oleh PT Pratama Konstruksindo.
Banyak kelebihan dimiliki oleh produk ini. Bobotnya yang ringan membuat pembebanan
terhadap struktur di bawahnya juga kecil sehingga ukuran pondasi juga lebih kecil dan biaya
bisa ditekan.
Dimensi produk ini lebih besar dari pada bata konvensional. Punya banyak ukuran, tak
seperti bata yang umumnya berdimensi 20cm x 10cm x 5cm. Beton ringan yang banyak
dipakai di pasaran berukuran : panjang (l) = 600 mm ; tinggi (h) = 200 mm, tebal (t) = 75
mm, 100 mm, 125 mm, 150 mm, 175 mm, atau 200 mm. Besarnya ukuran ini memberikan
keuntungan pada pekerjaan dinding sehingga menjadi lebih cepat selesai. Selain itu, memberi
penghematan dalam pembangunan konstruksi, baik dari bahan maupun dari tenaga kerja.
Proses pemasangannya juga tidak membutuhkan adukan pasangan yang tebal tapi cukup
direkatkan dengan semen instan tipis-tipis saja.

2.7 Super Panel Dinding

Berbahan sama dengan beton ringan aerasi namun dilengkapi dengan tulangan besi baja,
membuat panel ini layak diperhitungkan sebagai material pengganti dinding. Memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai dinding internal maupun eksternal dan memberi keuntungan
yang berarti dalam proses konstruksi bangunan.
Pemasangan cepat dan efisien, satu grup (2 pekerja) dapat memasang 35 m2 per hari.
Hemat biaya karena tidak lagi memerlukan kolom praktis karena sudah diperkuat dengan
tulangan besi. Memiliki bobot yang ringan sehingga mengurangi beban yang diterima oleh
struktur utama dibanding jika menggunakan bata konvension.

10
Fisiknya berupa panel dengan komponen utama adalah rangka baja yang diproteksi anti
karat. Untuk sistem dinding internal ukuran dibuat setebal 7,5 cm sehingga memperbesar luas
lantai efektif.

2.8 Perbandingan Batako dan Hebel (Beton Ringan)

Dewasa ini bahan bangunan semakin beragam.Mulai dari pengganti bata dengan
menggunakan hebel atau plat lantai diganti menggunakan penutup yang berbahan ringan serta
untuk atap yang tidak lagi menggunakan kayu sebagai kuda - kuda maupun untuk reng dan
usuknya, tetapi saat ini masyarakat tren menggunakan baja ringan sebagai pengganti kayu.
Hebel atau beton ringan untuk bahan adonannya antara lain terdiri dari pasir kwarsa,
semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi
udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang
selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi
sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium
pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran.
Sedang untuk batu bata batu bata terdiri atas jenis bata tanah liat atau lempung, bata pasir
kapur, dan bata mortar. Sedangkan dari segi pembuatannya, ada batu bata merah
konvensional dan bata press. Untuk segi ukuran batu bata 25 x 12 x 4,5 cm atau lebih kecil
beberapa centi. Untuk hebel ukuran lazimnya 20 x 60 x 10 cm atau tebalnya dapat lebih kecil
sedikit.Dalam penggunanan bata sebagai penutup dinding biasa digunakan kurang lebih
sekitar 85 buah.Sedang untuk hebel rata - rata digunakan sebanyak 8,5 buah.

11
Apabila dilihat dari segi harga untuk satu buah batu bata berkisar Rp 375,- /
buahnya.Untuk hebel Rp 650.000,- /m3. Sehingga harga satuan rata - rata Rp. 6.500,- / buah.
Sehingga dalam 1m2 untuk batu bata besar biaya Rp 375,- x 85 = Rp. 31.875,- ( diluar dari
speci ).Dan untuk Hebel dalam 1m2 adalah Rp. 6.500,- x 8,5 = Rp. 55.250,- ( diluar dari
speci ).Memang untuk hebel harga jatuh lebih tinggi. Namun dari segi berat untuk
distruktur,hebel lebih ringan, cepat dan ekonomis dalam pengerjaannya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Beton ringan lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam
sehari.
 Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang
digunakan merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya
sangat banyak.
 Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih
sering digunakan.
 Secara totalitas pengunaan beton ringan lebih mudah dan efektif dibandingkan beton
pada umumnya (dalam hal tertentu).

3.2 Saran
 Tidak menggunakan beton ringan sebagai perkuatan (struktural).
 Dalam pemasangan beton ringan, sebaiknya menggunakan tukang yang memiliki
keahlian tambahan. -Gunakan Autoclave Chamber dalam proses pengeringan.

13

Anda mungkin juga menyukai