Disusun oleh
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmatnya pada penyusun
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah teknologi bahan banguna yanag berjudul
“Bata Ringan Sebagai Bahan Bangunan” ini dengan baik.
Laporan ini disusun guna melengkapi syarat untuk mata kuliah teknologi bahan
bangunan pada program studi Strata 1 (S1) Teknik Sipil Universitas Semarang.
Penyusun sadar bahwa mskslsh ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun diharapkan guna memperbaiki makalah ini di waktu yang akan dating.
Penyusun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk dinding, dahulu orang cenderung menggunakan batako ataupun batu bata. Namun
saat ini orang sudah mulai mengenal dan menggunakan bata ringan. Bata ringan merupakan
material baru yang bermunculan dan sudah mulai digunakan dalam proyek konstruksi, terutama
proyek konstruksi yang berskala menengah hingga besar. Oleh karena itu, setiap melakukan
konstruksi bangunan harus memilih bahan bangunan yang sesuai dengan jenis dan manfaat
bangunan tersebut, agar dapat menghasilkan bangunan yang berkualitas dan ekonomis. Bata
ringan sendiri mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995, dan mulai digunakan secara
umum pada tahun 2009. Di Yogyakarta sendiri, bata ringan mulai digunakan pada tahun 2010.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Makalah ini disusun untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih jenis batu bata yang
mungkin akan digunakan dalam sebuah konstruksi bangunan. Selain itu juga dapat dijadikan
sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi pembaca.
Bata ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya.Bata
ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete
(CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam
mortar akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan
CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan
tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut
juga sebagai Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC). Material bata ringan ini pembuatannya sudah
sangat modern dimana material ini dibuat dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan,
halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban
struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material
yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC).
Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen dengan cairan kimia penghasil
gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material
bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi
oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun 1943. Dia memutuskan untuk mengembangkan sistem
bangunan yang lebih baik dengan biaya yang lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya,
seperti proses pemotongan dengan menggunakan kawat, membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi
perkembangan produk ini.
Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah
lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah
dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat negara-negara lain.
Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel pertama di Jepang.
Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi terbesar di dunia.
Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia
di Karawang Timur, Jawa Barat.
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua jenis bata ringan yang biasa digunakan untuk membuat dinding
bangunan. Di antaranya meliputi bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan bata ringan CLC
(Cellular Lightweight Concrete). Pada kesempatan kali ini mari kita bersama mengenal lebih jauh tentang
masing-masing bata ringan tersebut dan perbandingannya.
Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia,
yaitu ketika bubuk aluminium atau aluminium pasta mengembang seperti pada prosess pembuatan roti
saat penambahan ragi untuk mengembangkan adonan. Material pembuatan bata ringan AAC memakai
pasir khusus yaitu silika (> 95% SiO2) dan harus digiling sampai ukuran mikro.
Sama halnya seperti pada pembuatan roti pada AAC tingkat ekspansi adonan juga tidak bisa di
kontrol secara tepat sehingga biasanya akan mengembang keluar dari cetakan. Oleh karena itu
harus dipotong untuk mendapatkan dimensi yang dibutuhkan. Gelembung udara yang relatif
banyak memungkinkan dihasilkannya AAC dengan kerapatan yang rendah yaitu sekitar 700 –
800 kg / m³.
Pada AAC susunan gelembung udara yang terbentuk saling terhubung antara satu sama lainnya,
hal ini mengakibatkan air mudah meresap ke dalam beton, oleh karena itu pada
pengaplikasiannya harus diberikan perlindungan kedap air seperti plaster kedap air.
Untuk menghasilkan kuat tekan yang cukup proses pengeringan (curing) pada AAC harus
menggunakan tabung autoklaf bertekanan tinggi. Namun sayangnya proses curing tersebut
Densitas yang rendah dan susuanan gelembung udara pada bata ringan AAC mengharuskan
penggunaan pen/dowel untuk pemasangan baut/paku pada dinding. Insulasi suara juga kurang
untuk densitas yang serupa jika dibandingkan dengan bata ringan CLC yang di curing secara
alami.
Seluruh proses produksi bata ringan AAC berbeda dengan CLC dan membutuhkan pabrikasi dan
peralatan canggih serta investasi modal yang besar yaitu 10-30 juta USD dan kapasitas yg di
hasilkan juga tinggi sekitar 300 m3 per hari bahkan lebih.
Seperti yang diuraikan di atas, maka sangat tidak mungkin untuk menghasilkan AAC pada lokasi
proyek maupun untuk memproduksi panel prefab dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan.
Pengunaan baja penguat beton (rebar) harus dilindungi dengan bahan anti korosi.
Diperlukan sekelompok tim ahli yang berpengalaman untuk mengoperasikan pabrik tersebut
untuk menghasilkan pro-duct yang berkualitas, namun bata ringan AAC menawarkan densitas
terendah dan memiliki rasio terbaik atas kepadatan berbanding dengan kuat tekan terhadap
semua jenis beton.
Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara alami, CLC adalah
beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara, dalam prosesnya
mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses
pencampuran adonan, foam/busa berfungsi sebagai media untuk membungkus udara. Pabrikasi
dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard, sehingga produksi
dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir,
semen, air dan foam yang digunakan dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai
dari 350 sampai 1.800 kg / m³ dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih
30 N / mm ².
Pada CLC Gelembung udara yang dihasilkan benar-benar terpisah satu sama lain, sehingga
penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi dengan lapisan anti korosi, beton
dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya
cukup di cat saja. Penyerapan air lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik
dibandingkan dengan beton konvensional.
CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah seiring dengan waktu
melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC
tetap menawarkan penurunan berat badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton
konvensional dan isolasi termal 500% lebih tinggi dan tahan api. Paku dan Sekrup dapat dengan
mudah dipaku ke CLC terus tanpa harus menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau
digergaji. Bahkan panel dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
Beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi atap rumah
pada kepadatan serendah 350 kg / m³ sampai dengan produksi panel dan lantai beton dengan
kepadatan 1800 kg / m³.
Bahan baku yang dipakai untuk membuat bata ringan CLC yaitu semen, pasir, foam (busa
organik), dan air. Kebanyakan produsen memanfaatkan semen portland, meski penggunaan
semen lain pun tidak terlalu bermasalah. Untuk pasirnya, pilih pasir sungai yang berukuran 4, 6,
atau 8 mm tergantung tingkat kepadatan bata ringan yang diharapkan. Penambahan foam
berfungsi sebagai media untuk membungkus gelembung-gelembung udara agar terjebak di
dalam bata ringan.
Kualitas suatu hasil produksi bata ringan CLC bisa disesuaikan dengan mudah, mulai dari
tingkat masa jenisnya 350-1.800 kg/m3 hingga berat jenisnya 1,5-30 N/m2. Namun tingkat
kepadatan yang umum digunakan ialah 1.200 kg/m3. Karena daya serapnya terhadap air sangat
minim, baja yang dipasang di dalam bata ringan ini pun tidak perlu dilapisi cat antikarat. Selain
itu bata ringan CLC juga mempunyai beberapa kelebihan seperti bisa dipaku, mudah dipotong,
daya isolasinya lebih tinggi, dan tahan terhadap api.
1. Ukuran Standard :
b. Sifat ringan ALC menyebabkan pengurangan titik mati dan berat bangunan secara
keseluruhan.Karena berat ALC adalah 1/3 dar berat batu konvensional, ALC dapat
ditangani dan dipindahkan dengan kemudahan dan lebih cepat.
Khusus untuk bahan lantai garasi mobil yang pada umumnya menggunakan batu bata
konvensional dengan ketebalan 50 mm sebagai daya tahan tekanan minimum 20 N/mm2 maka
dengan mempergunakan ALC cukup dengan mempergunakan Block ukuran terkecil karena ALC
mempunyai daya tahan tekanan yang tinggi.
B. BAHAN PEMBANTU
Bahan pembantu adalah memproduksi Bata Ringan Blocks antara lain :
1. Pallet
Kayu Perpakking/Packaging dari cilika block dengan jumlah tertentu dalam satu bentuk
pallet.
2. Steel Shapping
Besi pengikat perpakking
3. Cutting Wire
Pisau pemotong silica menjadi blok-blok sesuai ukuran yang dibutuhkan
4. Bahan Grinda
Untuk bahan campuran menghaluskan pasir silicon menjadi (Grinding media) slurry
1. Proses pertama adalah penggilingan pasir silica agar dapat dijadikan “Slurry” tepung silica.
2. Slurry dimasukan dalam tempayan pengaduk luluh slurry dimana slurry dicampur dengan air dan
diaduk menjadi adonana luluh/permik.
3. Adonan luluh dituangkan dalam tangki penyimpan luluh/permik.
4. Luluh permik dimasukan dalam bejana dimana diadakan pencampuran luluh permik dengan
semen dan kapur setelah itu dituangkan Alumuinium Powder.
5. Setelah memenuhi waktu pencampuran yang cukup maka campuran tersebut melalui saluran-
saluran khusus menuju kotak-kotak cetakan silicon.
6. Diperlukan waktu sejenak untuk pengukuhan/pengerasan balok-balok silicon.
7. Balok silicon dikirim ke ruang pemotongan untuk dipotong-potong sesuai ukuran yang
ditentukan.
8. Agar memenuhi ukuran yang tepat/akurat, diadakan pemotongan ke dua untuk menjadi Bata
Ringan Block dan bersihkan sisa-sisa/bekas-bekas pemotongan.
9. Selanjutnya Bata Ringan Block dimasukan ke dalam Auto Claved selama 12 jam diberi tekanan
uap dengan tekanan 12 BAM dan temperatur 193OC. Dalam tekanan uap tersebut akan mebentuk
reaksi pembakaran sampai produk Bata Ringan matang dengan sempurna.
10. Bata Ringan Blocks dinyatakan “Jadi” dan di tumpuk dalam gudang penumpukan yang siap
untuk dikirim.
- BOILER
Ceret pemanas air untuk mendapatkan uap air guna pemanasan Autoclave.
- SAND MILL
Mesing penggiling pasir silica untuk diproses menjadi slurry dibutuhkan 2 (dua) set lengkap.
MIXER Mesin pencampur bahan baku, dibutuhkan 2 (dua) unit mixer.
- CUTTING MACHINE
Mesin pemotong balok-balok silica agar sesuai dengan ukuran standart atau yang ditentukan,
dibutuhkan 1 (satu)
- SILLO
Bak penyimpanan slurry, dibutuhkan minimum 6 unit.
- MOULD
Bak penampung jenang Silicon setelah dicampur dalam mixer, dibutuhkan 50 mould.
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi (Aerated
Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan
lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and
Thermalitememiliki kelebihan dan memiliki kekurangan yaitu sebagai berikut :
Makalah Teknologi Bahan Page 12
Kelebihan Bata Ringan atau Hebel (Celcon)
Ringan
Sesuai namanya, bata ringan memiliki bobot yang enteng sehingga tidak membebani struktur.
Kalau memakai bata biasa, akan lebih sulit untuk melakukan penambahan lantai atau meningkat
rumah, karena dikhawatirkan struktur tidak kuat. Sedangkan untuk bata ringan, resiko struktur
tidak kuat lebih kecil.
Bata yang dibuat di pabrik ini dinyatakan lebih kedap air, sehingga rumah akan lebih tahan
terhadap cuaca hujan yang lembab.
Bentuk bata ringan sangat halus karena dikerjakan oleh mesin pabrik yang memiliki standard
produk. Karenanya, tampilan bata ringan yang sudah terpasang dengan sendirinya terlihat
halus.Nyaris tidak dibutuhkan plasteran untuk bata ringan ini. Namun sebaiknya plasteran tetap
dilakukan untuk melindungi material dinding dari rembesan air hujan dan cuaca buruk.
Pemasangan cepat
Karena bentuknya presisi dan pemasangan menggunakan mortar atau perekat instan, maka
proses pengerjaan pasangan bata ringan ini lebih cepat. Ukurannya pun lebih besar, yaitu
berdimensi 60 cm x 20 cm. Tebalnya bervariasi, mulai 7,5 cm sampai 15 cm.
Berbeda dengan pengerjaan pasangan batu bata biasa yang membutuhkan campuran mortar dari
pasir dan semen, hebel block hanya membutuhkan semen instan yang dicampur sedikit air.
Hasilnya, pemasangan lebih bersih dan praktis, terhindar dari noda pasir yang berceceran.
Dengan segala kualitas dan keunggulannya, bata ringan dipatok dengan harga yang lebih mahal
daripada bata merah konvensiona. Pembelian pun harus dalam jumlah yang banyak. Ini tentu
saja meningkatkan biaya konstruksi yang harus dikeluarkan, apalagi kalau dibutuhkan hanya
untuk renovasi sedikit bagian.
Pemasangan bata ringan berbeda dari pengerjaan pasangan bata biasa. Roskam yang dipakai pun
berbeda, yakni roskam bergigi. Karenanya, dibutuhkan tukang yang lebih ahli dan telah
berpengalaman dalam memasang bata hebel. Sebaiknya Anda teliti lebih dahulu apakah
pemborong yang dipakai sudah berpengalaman dalam memasang bata hebel ini.
Sayangnya, sampai saat ini hebel block hanya bisa dijumpai di department store bahan bangunan
atau toko distributor besar saja. Kontraktor atau pemborong yang biasa memesan batu bata di
penjual biasa harus beralih ke toko besar.
Untuk memasang hebel block dibutuhkan perekat yang berbeda, yaitu mortar atau semen instan
khusus. Harganya tentu saja lebih mahal bila dibandingkan dengan mortar biasa campuran
semen dan pasir.
Kalau bata ringan ini sampai terlalu basah akibat hujan, maka proses pengeringannya butuh
waktu yang lebih lama.
Cara Pemasangan :
- Siapkan gambar shopdrawing yang telah di approved untuk digunakan sebagai acuan.
- Siapkan alat kerja dan bahan seperti bata ringan, meteran, sendok semen/roskam, palu
karet, waterpass, ember plastik, alat lot, benang, gergaji, dll.
- Cek / sortir bata ringan agar didapat ukuran yang sama sehingga bilamana dipasang akan
mendapat permukaan yang rata.
- Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan dipasang bata ringan.
- Pasanglah petunjuk/alat bantu yang cukup untuk kerataan pasangan bata/ dinding
(marking).
Marking
Profil Hollow
- Pasang starterbar lantai atas dan bawah sesuai approval, termasuk pasang besi kolom praktis
sesuai approval. Dengan ketentuan :
Tidak boleh pasang dinding sebelum starter bar atas dan bawah terpasang.
- Aduk campuran adukan hingga rata dan homogen dengan menggunakan hand mixer.
- Bila permukaan lantai yang akan dipasang bata ringan tidak ada, maka dipakai adukan
mortar terlebih dahulu pada bagian paling dasar agar didapatkan permukaan yang rata.
(Leveling)
Levelling
- Lakukan pemasangan bata ringan secara manual sebagaimana umumnya dengan tebal
speci yang dianjurkan ±3mm dengan roskam gerigi, untuk bagian bawah joint lantai
dan atas join slab menggunakan MU-380/ 301-Tinbed ( Campuran MU 380 dengan air
dan diaduk menggunakan Hand mixer), seperti gambar terlampir.
- Pemasangan starter bar pada kolom praktis disesuaikan dengan spesifikasi yang telah
disetujui.
Pengecoran Kolom
- Untuk memastikan kelurusan dari pasangan dinding bata ringan tersebut digunakan
hollow alumunium / jidar Uk. 50 / 100 sebagai alat control kerataan.
- Setelah pekerjaan pasangan bata ringan selesai dan dipastikan telah mengering
dilanjutkan dengan pekerjaan plesteran/ acian dengan MU-301/AKA-200 atau
sejenisnya