Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSTRUKSI BETON II
(BETON RINGAN)

KELOMPOK 1

No. Nama NIM

1. PAULUS BUNGA RABE 2640/TS-ATK/16

2. NANANG FIRMNSYAH 2676/TS-ATK/16

3 IMANUEL M. 2654/TS-ATK/16
FERNANDEZ

4 DOMPI E. KOY 2663/TS-ATK/16

AKADEMIK TEKNIK KUPANG


JL. JENDERAL SOEHARTO NO. 72 TELP. (0380) 821551
NUSA TENGGARA TIMUR
KUPANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
perlindungan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BETON RINGAN”.

Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas dari dosen
mata kuliah KONSTRUKSI BETON II.

Kami menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada masa
penyusunan makalah ini, sangat sulit bagi kami menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini membawa manfaat bagi pembacanya dan kami
menerima kritik dan saran apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Kupang,13 Mei 2018

2
3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang


konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas kerja
untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah pembangunan konstruksi dengan
lebih berkualitas. Diperlukan suatu bahan bangunan yang memiliki keunggulan yang lebih
baik dibandingkan bahan bangunan yang sudah ada selama ini. Selain itu bahan tersebut
harus memiliki beberapa keuntungan seperti bentuk yang dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan, spesifikasi teknis dan daya tahan yang kuat, kecepatan pelaksanaan konstruksi
serta ramah lingkungan. Jenis bahan bangunan pada bangunan konstruksi tersebut sangat
bervariasi misalnya beton, pasir, kerikil.
Dewasa ini kata “Beton” sudah tidak asing lagi di kalangan para Engineer. Karena
sudah hampir sebagian besar gedung-gedung dan sarana infrastruktur di daerah kota
menggunakan beton sebagai bahan dasar dari bangunan mereka. Penggunaan beton pada
gedung dilakukan dalam rangka menghemat pengeluaran dalam suatu proses konstruksi.
Selain harganya yang terjangkau beton juga memiliki kuat tekan yang tinggi. Rasa tertarik
pada penggunaan beton ini, akhirnya menimbulkan banyaknya jenis dari beton itu sendiri.
Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan (lightweight concrete) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Hebel. Dalam paper ini penulis
akan menjelaskan mengenai “Beton Ringan”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari Beton Ringan ?

2. Bagaimana Sejarah dari Beton Ringan ?

3. Apa saja Bentuk Aplikasi Beton Ringan yang ada pada Proyek ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari Beton Ringan.

2. Mengetahui sejarah dari Beton Ringan.

3. Mengetahui Bentuk Aplikasi Beton Ringan

BAB II
4
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI BETON RINGAN

Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada
beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi (Aerated
Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC)
yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah
dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air. Tidak
seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat
beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan
utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise
building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya
berdampak kepada perhitungan pondasi.

2.1.1 SEJARAH BETON RINGAN


Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan
aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen dengan
cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete
and Thermalite. Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun
1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton
ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun
1943. Dia memutuskan untuk mengembangkan sistem bangunan yang lebih baik dengan
biaya yang lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya, seperti proses
pemotongan dengan menggunakan kawat, membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi
perkembangan produk ini. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk
material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang
berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi.
Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat negara-negara lain. Pada tahun 1967 bekerja sama
dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel pertama di Jepang. Sampai saat ini Hebel
telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi terbesar di dunia. Di
Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel
Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.

Beton ringan dapat dibagi lagi dalam tiga golongan berdasarkan tingkat kepadatan dan
kekuatan beton yang dihasilkan dan berdasarkan jenis aggregat ringan yang dipakai (Prawito,
2010). Klasifikasi beton ringan adalah sebagai berikut ini.
1. Beton insulasi (Insulating Concrete)
Beton ringan dengan berat (density) antara 300 kg/m3 - 800 kg/m3 dan berkekuatan
tekan berkisar 0,69 - 6,89 MPa, yang biasanya dipakai sebagai beton penahan panas
(insulasi panas) disebut juga Low Density Concrete. Beton ini banyak digunakan
untuk keperluan insulasi, karena mempunyai kemampuan konduktivitas panas yang
rendah, serta untuk peredam suara. Jenis agregat yang biasa digunakan adalah Perlite
dan Vermiculite.
2. Beton ringan dengan kekuatan sedang (Moderate Strength Concrete)
5
Beton ringan dengan berat (density) antara 800 kg/m3 - 1440 kg/m3, yang biasanya
dipakai sebagai beton struktur ringan atau sebagai pengisi (fill concrete). Beton ini
terbuat dari agregat ringan buatan seperti: terak (slag), abu terbang (fly ash), lempung,
batu sabak (slate), batu serpih (shale), dan agregat ringan alami, seperti pumice,
skoria, dan tufa. Beton ini biasanya memiliki kekuatan tekan berkisar 6,89 - 17,24
MPa.
3. Beton Struktural (Structural Concrete)
Beton ringan dengan berat (density) antara 1440 kg/m3 - 1850 kg/m3 yang dapat
dipakai sebagai beton struktural jika bersifat mekanik (kuat tekan) dapat memenuhi
syarat pada umur 28 hari mempunyai kuat tekan berkisar > 17,24 MPa Untuk
mencapai kekuatan sebesar itu, beton ini dapat memakai agregat kasar seperti
expanded shale, clays, slate, dan slag.

Ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi itu semuanya hanya tergantung
pada adanya rongga udara dalam aggregat, atau pembuatan rongga udara dalam beton
(Prawito,2010), yaitu dilakukan dengan 3 cara berikut ini.
1. Beton ringan dengan bahan batuan yang berongga atau agregat ringan buatan yang
digunakan juga sebagai pengganti agregat kasar/kerikil. Beton ini memakai agregat
ringan yang mempunyai berat jenis yang rendah (berkisar 1400 kg/m3 – 2000 kg/m3)
2. Beton ringan tanpa pasir (No Fines Concrete), dimana beton tidak menggunakan
agregat halus (pasir) pada campuran pastanya atau sering disebut beton non pasir,
sehingga tidak mempunyai sejumlah besar poripori. Berat isi berkisar antara 880 –
1200 kg/m3 dan mempunyai kekuatan
3. Beton ringan yang diperoleh dengan memasukan udara dalam adukan atau mortar
(beton aerasi), sehingga akan terjadi pori-pori udara berukuran 0,1 – 1 mm. Memiliki
berat isi 200 – 1440 kg/m3.

2.2 KARAKTERISTIK BETON RINGAN

Beton merupakan campuran bahan-bahan yang mempunyai sifat dan karakteristik


yang berbeda-beda. Penggabungan bahan-bahan tersebut (Semen, pasir, tempurung kelapa,
air) akan membentuk suatu karakteristik unik dari beton. Adapun karakteristik beton ringan
terdiri dari :
a) Kuat Tekan
Kuat tekan beton ringan selain berhubungan dengan perencanaan campuran adukan
beton ringan, juga mempunyai hubungan yang unik dengan karakteristik beton ringan
yang lainnya seperti berat isi, kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah, kuat lentur
dan kuat lekat tulangan. Kuat tekan merupakan gambaran mutu beton. Menurut SNI 03-
1974-1990 yang dimaksudkan dengan kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan
luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu.yang dihasilkan oleh mesin uji tekan.

b) Modulus Elastisitas

6
Modulus elastisitas adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya lentur yang terjadi.
Modulus elastisitas ini berhubungan dengan sifat kekuatan bahan yang dinyatakan
sebagai ukuran kemampuan beton tempurung kelapa untuk menahan beban yang bekerja
tegak lurus dengan sumbu memanjang serat di tengah-tengah balok yang disangga kedua
ujungnya.Beton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan renggangan
dan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton menunjukan sifat
elastis murni pada waktu menahan beban singkat

Gambar 1.Kurva tegangan-regangan untuk beton dalam tekan


(Sumber : Wang,1990)

Kemiringan garis singgung pada segmen pertama garis parabola didefinisikan sebagai
Modulus Tangen (Tangen Modulus) dianggap sebagai modulus elastisitas beton Ec,
sedang kemiringan yang melalui titik 0.5f’c adalah Modulus Sekan (Secant Modulus),
yang umum diambil sebagai modulus elastisitas.
Sesuai dengan SK SNI T-15-03 pasal 3.1.5 digunakan rumus nilai modulus elastisitas
sebagai berikut :
Ec = 0,043 x (Wc)1,5 x fc’
Keterangan :

Ec =Modulus elastisitas beton (kg/cm2)

Wc = Berat isi beton kering oven (kg/cm3)

f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2)

c) Kuat Tarik Belah

Pengujian tarik secara langsung pada beton sukar untuk dilaksanakan, tidak seperti
halnya pada bahan dari baja. Untuk itu dilakukan pengujian secara tidak langsung yang
dikenal sebagai uji tarik belah.Sesuai dengan SK SNI 03-2491-1991 kuat tarik belah dari
benda uji, dapat dihitung menggunakan persamaan :

fct= 2P/ (πL.D) ............................(2)

7
fct = Kuat tarik belah (MPa)

P= Beban uji maksimum (bebanbelah/hancur) (N)

L= Panjang benda uji (mm), D = diameter benda uji (mm)


Kuat beton ringan tempurung kelapa menahan gaya tarik adalah juga sifat yang penting
yang mempengaruhi perambatan dan ukuran retak di dalam struktur.

Gambar 2. Set up Pengujian Kuat Tarik Belah

Kuat tarik beton ringan relatif rendah. Kuat tarik lebih sulit diukur dibanding dengan kuat
tekannya. Kekuatan tarik dari beton ringan yang kering udara berkisar antara 70% sampai
90

% dari kuat tarik beton normal dengan kekuatan tekan yang sama, sedang apabila kedua
jenis beton tersebut secara terus menerus

diberikan kelembaban maka kekuatan tariknya mempunyai nilai besar yang hampir sama.

d) Kuat lentur
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton untuk menahan gaya dengan
arah tegak lurus sumbu.yang diberikan padanya sampai balok beton patah dan
dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa). Kuat tarik dalam lentur dikenal sebagai
modulus runtuh (Moduluss of Rupture). Untuk batang yang mengalami lentur yang
dipakai dalam desain adalah besarnya modulus runtuh (fr). Dalam sebuah balok
elastis homogen yang menerima momen lentur, tegangan-tegangan.
Patahnya benda uji di daerah pusat pada 1/3 jarak titik perletakkan dan bagian tarik
beton, kuat lentur beton dihitung dengan rumus :

Sedangkan untuk menghitung kuat lentur beton, dimana patahnya benda uji di luar
pusat adalah:

8
Keterangan :

Gambar 3. Set up pengujian kuat lentur beton

Menurut SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.5 ditetapkan secara empiris besarnya modulus
runtuh (fr) beton ringan sebagai berikut :

fr = 0.75 (0.70 ) ....................(5)

Keterangan :

fr = Kuat lentur (MPa),

f’c = Kuat tekan (MPa)

e) Kuat lekat tulangan

Kuat Lekat tulangan yang merupakan hasil dari berbagai parameter, seperti adhesi
antara beton dengan permukaan tulangan baja dan tekanan beton yang telah mengeras
terhadap tulangan atau kawat baja adalah akibat adanya susut pengeringan pada beton
(Nawy, 1998). Selain itu saling bergeseknya tulangan baja dan beton sekitarnya yang

9
disebabkan oleh tulangan tarik menyebabkan peningkatan tahanan terhadap gelincir.
Efek total ini disebut sebagai lekatan. Lekatan dapat dituliskan (Pd.M-15-1996-03) :

Keterangan :

P = Beban (N)

F = Luas selimut tulangan yang tertanam dalam beto (mm 2)

Kuat lekat tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

 Daya ikat (Adhesi) antara beton dan bahan penguatnya (tulangan baja)

 EfekGripping (memegang) sebagai akibat dari susut pengeringan beton


disekeliling tulangan dan saling geser antara tulangan dengan beton
sekitarnya.

 TahananGesekkan (Friksi) terhadap gelincir dan saling mengunci pada saat


elemen penguat atau tulangan mengalami tegangan tarik.

 Kualitas beton.

 Efek mekanis penjangkaran ujung tulangan .

 Diameter, bentuk dan jarak tulangan.

Selanjutnya besarnya kuat lekat yang dihasilkan seperti yang diisyaratkan oleh
peraturan ACI 1963 (Wang dan Salmon, 1985) untuk tulangan dengan diameter lebih
kecil dari 35 mm memberikan rumus sebagai berikut :
u = 20.2 / D ....................(7)\
Keterangan :
u = Kuat lekat tulangan, MPa, f’c = Kuat tekan beton, MPa,
D = Diameter tulangan, mm

2.4 APLIKASI / PENGGUNAAN BETON RINGAN

Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan, saat ini beton ringan banyak diaplikasi
dalam berbagai proyek dalam bentuk :
1. Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.
Bata ini memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 8 cm. Bata ini cukup ringan,
halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik sehingga bisa langsung di aci tanpa plesteran.
Bahan atau acian yang biasanya menggunakan semen instan atau khsusus.

Semen ini berbahan dasar pasir silika, semen, filler dan zat additive. Penggunannya hanya
dicampur dengan air, tetapi dapat juga menggunakan bahan seperti pemasangan batako.

10
Kebutuhan bahan untuk pemasangan bata ringan per m2 adalah sebagai berikut.
1. Semen Instan =11,43 kg
2. Hebel =8 buah
3. Air =0,15 – 0,16

2. Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok. PANEL
DINDING RINGAN merupakan salah satu inovasi terbaru dalam bidang Bangunan yang
menggantikan Dinding dari Batu Bata Merah, Batako, Bata Ringan, yang fungsinya sama
sebagai Dinding. PANEL DINDING RINGAN / PRECAST RINGAN adalah inovasi Dinding
pengganti Bata Merah, pengganti Batako dan Pengganti Bata Ringan, dengan ukuran yang
panjang dan lebar namun memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai Dinding

3. Bentuk Khusus
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.

11
BAB III

PENUTUP
12
3.1 KESIMPULAN

Beton ringan lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam
sehari.Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang digunakan
merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya sangat banyak. Proses
pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih sering
digunakan.Secara totalitas pengunaan beton ringan lebih mudah dan efektif dibandingkan beton pada
umumnya (dalam hal tertentu).

DAFTAR PUSTAKA

http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/ramos-sna2007.pdf
http://www.scribd.com/http://www.dostoc.com/
http://www.eramuslim.com/konsultasi/arsitektur/penggunaan-bata-celcon.htm http://www.ilustri.org/
http://indograha.co.id/ http://www.pu.go.id/
13
14

Anda mungkin juga menyukai