PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
padi dan lain lain. Bahan agregat yang digunakan untuk penelitian ini
ialah bahan limbah buangan. Dalam penelitian ini Limbah buangan
yang digunakan ialah arang tempurung kelapa.
Arang tempurung merupakan hasil dari pembakaran batok
kelapa yang sudah cukup melimpah di berbagai daerah khususnya di
kota luwuk sulawesi tengah kabupaten banggai, Arang tempung di
sini belum termanfaatkan dengan baik. Arang tempurung kelapa juga
mempunyai kandungan sama dengan fly ash. Alangkah baiknya arang
tempurung dapat digunakan sebagai bahan material campuran beton.
Dalam penelitian ini dilakukan presentase penambahan arang
tempung 0% (sebagai acuan) dan 8%, 9%, 10% terhadap
pengurangan agregat halus (pasir).
Berdasarkan penelitian sebelumnya Dodi Riyanto, dkk (2018)
meneliti menggunakan bahan arang batok kelapa untuk campuran
beton K225 sebagai pengganti agregat halus terhadap presentase
berat, variasi 7.5%, 10%, dan 12,5% yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kuat tekan beton setelah dilakukan pencampuran
arang betook kelapa. Berdasarkan hasil penelitiannya menyarankan
bahwa pemakaian arang tempurung tidak melebihi 10% karena jika
pemakaian arang tempurung melebihi 10% kuat tekan beton akan
mengalami penurunan.
Hani purwanti.,ST., M.T,;Galih Widyarini (2018), menggunakan
abu arang tempurung pada campuran beton K200 sebagai penggati
semen dengan variasi sebesar 0%, 5%, 10%. Hasil kuat tekan dari
ketiga variasi tersebut mengalami penurunan trend dari usia 7 hari, 21
hari, dan 28 hari. Walaupun trend mengalami penurunan, akan tetapi
kuat tekan beton yang dihasilkan masih memenuhi K200.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh abu arang tempurung kelapa pada
kuat tekan beton K225 dengan pemakaian abu arang tempurung batok
kelapa dengan presentase 0%, 8%, 9%, 10% terhadap pengurangan
agregat halus (pasir).
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan tugas akhir yaitu terdiri dari lima bab
yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bab ini tediri dari dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan
sistematika penlisan.
3
BAB II Tinjauan pustaka, pada bab ini berisikan tinjauan pustaka
/kajian teori yang berkaitan dengan judul proposal, penelitian terdahulu
dan Hipotesis penelitian.
BAB III Metode penelitian, bab ini terdiri dari lokasi dan waktu, jenis
penelitian, sumber data, populasi dan sampeL /data –data yang di
butuhkan, teknik analisa data dan kerangka berfikir penelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BETON
Beton adalah suatu materil yang terdiri dari campuran semen,
air, agregat (kasar dan halus). Semen dan air membentuk pasta yang
berfungsi sebagai bahan pengikat, agregat kasar dan halus berfungsi
sebagai bahan pengisi dan penguat.
5
B. Keunggulan dan kelemahan beton
6
2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga
harus direncanakan sesuai dengan bagian bangunan yang
akan dibuat, sehigga cara perencanaan dan cara pelaksanaan
bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau
rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan baja
tulangan, serat baja, dan sebagainya agar memiliki kuat tarik
yang tinggi.
C. Jenis beton
7
4. Beton pratekan adalah beton yang dimana telah diberikan
tegangan dalam bentuk mengurangi tegangan tarik potensi
dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.
1. Semen
a. Semen Non-hidraulik
Semen non-hidraulik merupakan semen yang
tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan
tetapi bisa mengeras dengan udara. Contoh semen non-
hidraulik adalah kapur.
Jenis kapur yang baik adah kapur putih, yaitu
yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika
8
masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan atau
belum terkena air) dan akan mengandung kalsium ketika
telah berhubungsn dengn air. Kapur tersebut di hasilkan
dengan membakar batu kapur.
b. Semen Hidraulik
Semen hidraulik adalah semen yang dapat
mengeras di dalam air dan menghasilkan padatan yang
stabil dalam air. Contoh semen hidraulik adalah semen
Portland, semen campur, semen khusus dan sebagainya.
Semen Portland adalah jenis semen yang paling
umum digunakan diseluruh dunia sebagai bahan dasar
beton, mortar, pleter dan adukan non-spesialisasi.
Menurut ASTM C-150 1985, semen Portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,
yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tamabah yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya. Biaya rendah
dan ketersediaan batu kapur, serpih, dan bahan alami
lainya yang banyak digunakan di semen Portland
menjadikan salah satu bahan dengan biaya terendah
yang banyak digunakan selama abad terakhir di seluruh
dunia.
Menurut (SNI 15-2049-2004), semen Portland
merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri
atas kalsium silikat yang berisfat hidolis dan digiling
bersama-sama degan bahan tambah berupa satu atau
9
lebih bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambahkan dengan tambahan lain.
Semen Portland terbagi atas beberapa jenis yaitu
sebagai berikut:
1) Semen Portland tipe I, semen Portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti jenis-jenis lainnya.
2) Semen Portland tipe II, semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidras dengan tingkat sedang.
3) Semen Portland tipe III, semen potrland yang
memerlukan kekuatan awal yang tinggi, kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu.
4) Semen portlan tipe IV, semen yang penggunaannya
diperlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakkan
untuk pekeraan bangunan seperti bendungan.
5) Semen Portland tipe V, semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat,. Digunanakkan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut.
10
Fe2O3 0,5 – 0,6
MgO 0,1 – 4
Alkalis 0,2 – 1,3
SO3 1 –3
Sumber : Budiman, 2012
2. Air
3. Agregat Kasar
11
gunakan untuk campuran beton adalah agregat dengan besar
berbutiran lebih dari 5 mm-40 mm.
12
9,5 9,6 3 0,375 50-85 30-100 10-40
in
8
4,75 4,8 No. 4 0,187 0-10 0-10 0-5
Sumber : Penilis, 2023
4. Agregat Halus
13
a. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam
dan keras.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 5%. jika kandungan lumpur lebih dari 5%, maka
agregat harus dicuci.
c. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya.
14
Agregat halus berfungi untuk mengisi pori-pori yang ada
diantara agregat kasar, sehingga diharapkan dapat
meminimalkan kandungan udara dalam beton yang dapat
mengurangi kekuatan beton.
15
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton yang
dinyatakan dalam (mm) dan ditentukan dengan alat kerucut abrams
(SNI 03-1972-1990). Uji slump mengacu pada (SNI 1972-2008), beton
dengan nilai slump kurang dari 15 mm mungkin tidak cukup plastis dan
beton yang nilai slump lebih dari 230 mm mungkin tidak cukup kohesif
untuk pengujian ini.
C. Perawatan beton
2. exposed atmosfer
16
3. sealed atau wropping
P
f’c = ………………………………
A
dimana : f’c = kuat tekan (Mpa)
P = beban maksimum
17
Menurut ASTM C-39 (1993), pengujian kuat tekan memiliki
toleransi waktu yang telah di atur sedemikian rupa sehingga sehingga
dihrapkan pada saat melakukan pengetesan, tidak melebihi atau
kurang dari waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan table 2.4
berikut :
Tabel 2.4 tolerasi waktu agar pengujian kuat tekan tidak keluar
dari batasan waktu yang telah ditentukan (ASTM C-39-1993).
ƒ( saat pengujian)
ƒ (estimasi 28 hari) =
koefisien
18
koefisien beton = koefisien dari umur beton
Umur
7 14 21 28
(hari)
Koefisien 0,65 0,88 0,95 1,00
Sumber : Tjokrodimiljo, 2007
2. umur beton
19
pada berbagai umur peraturan beton bertulang Indonesia
1971.
4. sifat agregat
20
BAB III
METODE PENELITIAN
B. JENIS PENELITIAN
jenis penlitian ini merupkan jenis penelitian eksperim. Benda uji
yang dijadikan acuan yaitu beton normal dengan kandungan abu
arang tempurung 0%, Dan beton dengan variasi abu arang tempurung
8%, 9%, 10% dari berat pasir. Peneliti membandingkan kuat tekan
beton normal dengan beton yang mengandung abu arang tempurung.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah abu arang tempurung bisa
digunakan sebagai bahan campuran pada beton atau tidak.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer
merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan. berikut ini
merupakan data yang dibutuhkan dalam penitian ini yaitu :
1. analisis saringan agregat
2. berat jenis dan penyerapan
3. pemeriksaan kadar air agregat
4. pemeriksaan berat isi agregat
5. perencanaan campuran beton
6. pengujian (slump)
7. uji kuat tekan beton
C. SUMBER DATA
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa buku-buku yang berhubungan dengan beton dan
21
jurnal-jurnal dari peneliti sebelumnya yang kemudian di pakai sebagai
acuan dan referensi dalam penelitian ini.
22
E. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
mulai
Persiapan bahan
Pemeriksaan
baagrPengujianpeng
Memenuhi
syarat
Pengujian slump
selesai
23
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
American society for testing and material, (1993). ASTM C39, 1993,
standar test method for compressive strength of cylindrical
concrete specimens (AASHTO T22)
Badan standar nasional Indonesia, (1989) : SK SNI S-04-1989-F.
spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan
logam). Bandung.
Badan standar nasional Indonesia, (2000) : SNI 03-2834-2000 tentang
tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
Badan standar nasional Indonesia, (2002) : SNI 03-2847-2002 Tentang
tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
Dodo Riyanto(1), Hendra cahyadi(2), Rida Respati(3), (2018). Pengaruh
pemakaian arang batok kelapa terhadap kuat tekan beton K225.
Media ilmiah teknik sipil.
Mulyono (2004). Teknologi beton. Penerbit ANDI Yogyakrta
Standar nasional Indonesia (2008) : SNI 1972-2008. Tentang cara uji
slump
Tjokrodimuljo, (2007). Teknologi beton. Biro penerbit Yogyakarta
24