Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beton merupakan konstruksi bangunan yang sangat penting


dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan, baik
bangunan gedung, bangunan air, bagunan sarana transportasi dan
bangunan bangunan lainya. Beton di peroleh dengan cara
mencampurkan semen Portland, air, agregat dan kadang-kadang
bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia sampai
bahan tambah bangunan non kimia pada perbandingan tertentu
campuran tersebut bilamana dituangkan dalam cetakan kemudian
dibiarkan maka akan mengeras seperti batuan.

Beton memeiliki beberapa keuntungan seperti, seperti


kemudahan dalam mengerjakannya, kuat tekan yang tinggi, memiliki
nilai ekonomis dalam pembuatan dan perawatannya. Beton juga
memiliki beberapa kekurangan seperti kuat tarik kecil dibandingkan
struktur baja, kecilnya rasio kekuatan terhadap beratnya, daktilitas
rendah, rentan terhadap retak dan dampaknya terhadap lingkungan
sebagai akibat dari tingginya emisi karbon dalam proses prodiksi
semen, yang memiliki kontribusi sebesar 9,5% terhadap emisi
karbondioksida global (Oliver et al, 2014).
Berdasarkan perkembangan teknologi, telah dilakukan
penelitian untuk memperbaiki sifat beton dan kinerja beton dengan
biaya yang murah tanpa mengurangi mutunya dengan cara
memanfaatkan limbah buangan seperti ampas tebu, sisa kayu, abu
cangkang sawit, abu terbang (flyash), cangkang kemiri, abu sekam

1
padi dan lain lain. Bahan agregat yang digunakan untuk penelitian ini
ialah bahan limbah buangan. Dalam penelitian ini Limbah buangan
yang digunakan ialah arang tempurung kelapa.
Arang tempurung merupakan hasil dari pembakaran batok
kelapa yang sudah cukup melimpah di berbagai daerah khususnya di
kota luwuk sulawesi tengah kabupaten banggai, Arang tempung di
sini belum termanfaatkan dengan baik. Arang tempurung kelapa juga
mempunyai kandungan sama dengan fly ash. Alangkah baiknya arang
tempurung dapat digunakan sebagai bahan material campuran beton.
Dalam penelitian ini dilakukan presentase penambahan arang
tempung 0% (sebagai acuan) dan 8%, 9%, 10% terhadap
pengurangan agregat halus (pasir).
Berdasarkan penelitian sebelumnya Dodi Riyanto, dkk (2018)
meneliti menggunakan bahan arang batok kelapa untuk campuran
beton K225 sebagai pengganti agregat halus terhadap presentase
berat, variasi 7.5%, 10%, dan 12,5% yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kuat tekan beton setelah dilakukan pencampuran
arang betook kelapa. Berdasarkan hasil penelitiannya menyarankan
bahwa pemakaian arang tempurung tidak melebihi 10% karena jika
pemakaian arang tempurung melebihi 10% kuat tekan beton akan
mengalami penurunan.
Hani purwanti.,ST., M.T,;Galih Widyarini (2018), menggunakan
abu arang tempurung pada campuran beton K200 sebagai penggati
semen dengan variasi sebesar 0%, 5%, 10%. Hasil kuat tekan dari
ketiga variasi tersebut mengalami penurunan trend dari usia 7 hari, 21
hari, dan 28 hari. Walaupun trend mengalami penurunan, akan tetapi
kuat tekan beton yang dihasilkan masih memenuhi K200.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh abu arang tempurung kelapa pada
kuat tekan beton K225 dengan pemakaian abu arang tempurung batok
kelapa dengan presentase 0%, 8%, 9%, 10% terhadap pengurangan
agregat halus (pasir).

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui apakah abu arang tempurung kelapa dapat


menjadi bahan campuran untuk menambah daya kuat tekan beton
K225 degan presentase 0%, 8%, 9%, 10% terhadap pengurangan
agregat halus (pasir).

D. MANFAAT PENELITAN

Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi


mengenai mutu dan kualitas beton pada umumnya, lebih khusus
tentang pengaruh penambahan arang tempurung pada kuat tekan
beton K225, dan jika daya kuat tekan beton bertambah,maka dapat
menjadi referensi bahan tambah campuran untuk menambah kuat
tekan beton dengan campuran arang tempurung kelapa.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan tugas akhir yaitu terdiri dari lima bab
yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bab ini tediri dari dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan
sistematika penlisan.

3
BAB II Tinjauan pustaka, pada bab ini berisikan tinjauan pustaka
/kajian teori yang berkaitan dengan judul proposal, penelitian terdahulu
dan Hipotesis penelitian.
BAB III Metode penelitian, bab ini terdiri dari lokasi dan waktu, jenis
penelitian, sumber data, populasi dan sampeL /data –data yang di
butuhkan, teknik analisa data dan kerangka berfikir penelitian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BETON
Beton adalah suatu materil yang terdiri dari campuran semen,
air, agregat (kasar dan halus). Semen dan air membentuk pasta yang
berfungsi sebagai bahan pengikat, agregat kasar dan halus berfungsi
sebagai bahan pengisi dan penguat.

Beton adalah campuran antara semen Portland, agregat, air,


dan terkadang ditambahi dengan menggunakan bahan tambah yang
bervariasi mulai dari bahan tambah kimia, serta no-kimia dengan
bahan bangunan non-kimia pada perbandingan tertentu
(Tjokrodimuljo, 2007).

Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air,


semen, dan agregat), yang ditambahkan pada adukan beton, sebelu,
atau selama pengadukan beton. Tujuannya ialah mengubah satu atau
lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau
setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah
encer adukan, menambah kuat tekan, mengurangi sifat getas,
mengurangi retak pengerasan dan sebagainya (Tjokrodimuljo, 2007).

Berdasarkan SNI-03-2847-2002 beton adalah campuran antara


semen Portland, agregat halus, agregat kasar, air dan semen. Seiring
dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan
mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.

5
B. Keunggulan dan kelemahan beton

Menurut (Tjokrodimuljo, 2007) beton memiliki beberapa


kelebihan antara lain sebagai berikut:

1. Harga yang relatif karena mengunakan bahan-bahan dasar


yang umumnya mudah didapat.
2. Beton termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas,
tahan terhadap pengaratan atau pembusukan oleh kondisi
lingkungan, sehingga biaya perawatan menjadi lebeh murah.
3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehigga jika
dikombinasikan dengan baja tulangan yang mempunyai kuat
tarik tinggi sehingga dapat menjadi satu kesatuan struktur
yang tahan tarik dan tahan tekan, untuk itu struktur beton
bertulang dapat diaplikasikan atau dipakai untuk pondasi,
kolom, balok, dinding, perkerasan jalan, landasan pesawat
udara, penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan
sebagainya.
4. Pengerjaan atau workability mudah karena beton mudah
dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan
beton dapat dipakai beberapa kali sehigga secara ekonomi
menjadi lebih murah.

Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, beton juga


memiliki beberapa kekurangan, menurut (Tjokrodimuljo, 2007)
kekurangan beton adalah sebagai berikut:

1. Bahan dasar peyusun beton agregat halus dan agregat kasar


bermacam-macam sesuai dengan lokasi pengambilanya,
sehingga cara perencanaan dan cara pembuatannya
bermacam-macam.

6
2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga
harus direncanakan sesuai dengan bagian bangunan yang
akan dibuat, sehigga cara perencanaan dan cara pelaksanaan
bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau
rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan baja
tulangan, serat baja, dan sebagainya agar memiliki kuat tarik
yang tinggi.

C. Jenis beton

Dalam teknik sipil, beton digunakan untuk bangunan fondasi,


kolom, balok, dan pelat. Menurut mulyono (2004). Terdapat beberapa
jenis beton yang dapat dipakai dalam konstruksi suatu bangunan yaitu
sebagai berikut:

1. Beton normal adalah beton yang menngunakan agregat


normal. Menurut mulyono (2004) mengungkapkan bahwa
beton merupakan fungsi dari bahan penyusunya yang terdiri
dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, dan
air.
2. Beton bertulang adalah beton beton yang menngunakan
tulangan dengan jumlah dan luas tulangan tanpa pratekan dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja secara bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja.
3. Beton pracetak adalah beton yang elemen betonnya tanpa
atau dengan tulangan yang dicetak di tempat yang berbeda
dari posisi akhir elemen dalam sruktur.

7
4. Beton pratekan adalah beton yang dimana telah diberikan
tegangan dalam bentuk mengurangi tegangan tarik potensi
dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.

D. Bahan penyusun beton

Beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air,


agregat kasar (batu pecah atau kerikil), agregat halus (pasir).
Campuran dari bahan susunan ini dicor kedalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen dan air, yang
membuat beton menjadi mengeras.

1. Semen

Semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan


pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen akan
menjadi pasta. Dalam campuran beton, semen bersama air
sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kelikir sebagai
kelompok pasif adalah kelompok yang berfungsi sebagai
pengisi (Tjokrodimuljo, 2007).

Semen di bagi atas dua kelompok, yaitu semen Non-


hidraulik dan semen hidraulik.

a. Semen Non-hidraulik
Semen non-hidraulik merupakan semen yang
tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan
tetapi bisa mengeras dengan udara. Contoh semen non-
hidraulik adalah kapur.
Jenis kapur yang baik adah kapur putih, yaitu
yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika

8
masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan atau
belum terkena air) dan akan mengandung kalsium ketika
telah berhubungsn dengn air. Kapur tersebut di hasilkan
dengan membakar batu kapur.
b. Semen Hidraulik
Semen hidraulik adalah semen yang dapat
mengeras di dalam air dan menghasilkan padatan yang
stabil dalam air. Contoh semen hidraulik adalah semen
Portland, semen campur, semen khusus dan sebagainya.
Semen Portland adalah jenis semen yang paling
umum digunakan diseluruh dunia sebagai bahan dasar
beton, mortar, pleter dan adukan non-spesialisasi.
Menurut ASTM C-150 1985, semen Portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,
yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tamabah yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya. Biaya rendah
dan ketersediaan batu kapur, serpih, dan bahan alami
lainya yang banyak digunakan di semen Portland
menjadikan salah satu bahan dengan biaya terendah
yang banyak digunakan selama abad terakhir di seluruh
dunia.
Menurut (SNI 15-2049-2004), semen Portland
merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri
atas kalsium silikat yang berisfat hidolis dan digiling
bersama-sama degan bahan tambah berupa satu atau

9
lebih bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambahkan dengan tambahan lain.
Semen Portland terbagi atas beberapa jenis yaitu
sebagai berikut:
1) Semen Portland tipe I, semen Portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti jenis-jenis lainnya.
2) Semen Portland tipe II, semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidras dengan tingkat sedang.
3) Semen Portland tipe III, semen potrland yang
memerlukan kekuatan awal yang tinggi, kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu.
4) Semen portlan tipe IV, semen yang penggunaannya
diperlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakkan
untuk pekeraan bangunan seperti bendungan.
5) Semen Portland tipe V, semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat,. Digunanakkan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut.

Komposisi semen Portland dan senyawa yang


terkandung didalamnya pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1: komposisi semen Portland

Oksida Kandungan (%)


CaO 60 – 67
SiO2 17 – 25
AL2O3 3–8

10
Fe2O3 0,5 – 0,6
MgO 0,1 – 4
Alkalis 0,2 – 1,3
SO3 1 –3
Sumber : Budiman, 2012

2. Air

Air merupakan bahan pembuatan beton yang sangat di


perlukan untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi
agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan
beton. Air untuk pembuatan beton sebaiknya digunakan air
bersih yang dapat diminum. Apabila air yang digunakan dalam
proses pembuatan beton mengandung senyawa-senyawa
yang berbahaya seperti tercemar oleh garam, minyak, gula
atau bahan kimia lainya yang dapat menurunkan kualitas
beton, bahkan dapat mengubah sifat sifat beton yang
dihasilkan.

Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai,


danau, telaga, kolam, dan lainnya), air laut maupun air limbah
asalkan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Air
tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton.

3. Agregat Kasar

Agregat kasar yang umum di pakai untuk campuran


beton berupa kerikil maupun batu pecah yang diperoleh dari
hasil pemecahan batu. Pada umumnya agregat kasar yang di

11
gunakan untuk campuran beton adalah agregat dengan besar
berbutiran lebih dari 5 mm-40 mm.

Menurut (SNI 03-2834-2000) agaregat kasar adalah


agregat yang berasal dari batu alam yang dipecah sehingga
menjadi sedemikian rupa melalui industri pemecah batu dan
mempuyai ukuran berkisar antar 5 mm-40mm.

Adapun syarat-syarat agregat kasar yaitu sebagai


berikut:

a. Bersifat padat dan keras, tidak berpori


b. Harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur dari 1%.
Jika kandungan lumpur lebih dari 1%, maka agregat
tersebut harus dicuci.

Ketentuan gradasi agregat kasar berdasar SNI 03-


2834-2000 (tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal) pada table 2.2 berikut :

Table 2.2 gradasi agregat kasar (SNI 03-2834-2000)

% Lolos saringan/ ayakan


Ukuran sarigan
Ukuran Ukuran Ukuran
(ayakan)
maks. maks. maks.
10 mm 20 mm 40 mm
Mm SNI ASTM inch
75,0 76 3 in 3,00 _ _ 100-100

3,7 38 1 1,50 _ 100-100 95-100


1 in
2
19,0 19 3 0,75 100-100 95-100 35-70
in
4

12
9,5 9,6 3 0,375 50-85 30-100 10-40
in
8
4,75 4,8 No. 4 0,187 0-10 0-10 0-5
Sumber : Penilis, 2023

ukuran agregat sangat mempegaruhi kekuatan tekan


beton. Semakin besar agregat maksimum yng diguakan,
semakin berkurang kekuatan beton yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan semakin besar agregat kasar, ruang antara
agregat yang dihasilkan semakin besar sehingga potensi
terjadinya rongga udara akan semakin tinggi dan dapat
menyebabkan semakin kecilnyan kekuatan yang dihasilkan.

4. Agregat Halus

Agregat dikatakan sebagai agregat halus jika besar


butiranya kurang lebih sebesar 4,75 mm (ASTM C33). Didalam
(SNI 03-2834-2000) dikatakan bahwa agregat halus merupakan
pasir alam yang berasal dari hasil desintegrasi batuan atau
pasir secara alami yang mempunyai ukuran butiran sebesar 5,0
mm. agregat halus berfungsi untuk mengisi pori-pori yang ada
diantara agregat kasar, sehingga diharapkn dapat
mmeminimalkan kandungan udara dalam beton yang yang
dapat mengurangi kekuatan beton.

Agregat halus yang dapat digunakan untuk campuran


beton harus memenuhi beberapa syarat umum diantaranya
yaitu:

13
a. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam
dan keras.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 5%. jika kandungan lumpur lebih dari 5%, maka
agregat harus dicuci.
c. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya.

SK. SNI T-15-1990-03, syarat-syarat untuk agregat halus


dari British standard di inggris. pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 syarat gradasi agregat halus

Lubang Persen butir yang lewat ayakan


ayakan
(mm) I II III IV
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0,10 0,10 0,10 0,15
Sumber : Ir. Tri Mulyono, MT, 2003

Keterangan: Daerah gradasi I : pasir kasar


Daerah gradasi II : pasir agak kasar
Daerah gradasi III : pasir halus
Daerah gradasi IV : pasir agak halus

14
Agregat halus berfungi untuk mengisi pori-pori yang ada
diantara agregat kasar, sehingga diharapkan dapat
meminimalkan kandungan udara dalam beton yang dapat
mengurangi kekuatan beton.

5. Bahan tambah (arang tempurung kelapa)


bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada
beton (air, semen, dan agregat) yang ditambahkan pada
adukan beton, baik sebelum maupun selama pengadukan
beton dengan tujuan mengubah sifat-sifat beton sewaktu
masih dalam keaadan segar atau setelah mengeras. fungsi-
fungsi dari bahan tambah antara lain yaitu mempercepat
pengerasan, menambah kuat tekan, meningkatkan daktilitas
atau mengurangi sifat degat beton, mengurngi retak-retak
pengerasan dan sebagainya.
Salah satu bahan tambah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah arang tempurung kelapa. arang
tempurung adalah hasil daril pembakaran tempurung kelapa,
tempurung kelapa merupakan limbah (sisa pengolaan) dari
rumah tangga atau industri yang menggunakan kelapa
sebagai bahan utama. Keberadaanya banyak terdapat
disekitar kita, dan pemanfaatannya kebanyakan hanya
sebagai bahan kayu bakar.
E. Pengujian workability (slump)

uji slump merupakan suatu uji empiris ata metode yang


digunakan untuk menentukan konsistensi atau kekuatan dari
campuran beton segar. Uji slump bertujuan untuk mengetahui
kelebihan, kekurangan, atau kecukupan air yang digunakkan dalam
pembuatan beton.

15
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton yang
dinyatakan dalam (mm) dan ditentukan dengan alat kerucut abrams
(SNI 03-1972-1990). Uji slump mengacu pada (SNI 1972-2008), beton
dengan nilai slump kurang dari 15 mm mungkin tidak cukup plastis dan
beton yang nilai slump lebih dari 230 mm mungkin tidak cukup kohesif
untuk pengujian ini.

Pada pengujian ini menggunakan corong baja yang berbentuk


konus berlubang pada kedua ujungnya, atau disebut juga kerucut
abrams.bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10
cm dan tinggi 30 cm.

C. Perawatan beton

Hidrasi pada semen terjadi karena adanya air yang


dicampurkan kedalam adukan beton. Kondisi ini harus dipertahankan
agar reaksi hidrasi kimiawi terjadi dengan sempurna. Jikan beton
terlalu cepat mengering, maka akan terjadi retak pada permukaanya.
Hal ini berpengaruh pada kekuatan beton, kekuatan beton akan
berkurang karena retak ini. Kondisi rawatan rawatan beton yang baik
dapat dicapai dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. water (standar curing)

Perawatan ini dilakukan dengan menggunakan media


air. Beton direndam didalam air selama waktu yang diperlukan
untuk menggunakan beton tersebut.

2. exposed atmosfer

Disini beton dibiarkan setelah dibuka dari cetakan


didalam ruangan menurut temperature ruangan tersebut.

16
3. sealed atau wropping

Perawatan beton dengan cara membalut dan menutupi


semua permukaan beton. Beton dilindungi dengan karung
basah, atau kertas perawatan tanah, agar uap air yang terdpat
dalam beton tidak hilang.

4. steam curing (peratawatan uap)

Perawatan dengan uap seringkali digunakan untuk


beton yang dihasilkan dari pabrik. Temperature perawatan uap
ini 80-150°c. dengan tekanan udara 76 mmHg dan biasanya
lama perawatan satu hari.

D. Pengujian kuat tekan beton

Menurut SNI 03-1974-2011 kuat tekan beton adalah besarnya


beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur
bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan.

Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah


berbentuk kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm. nilai kuat tekan beton dapat
ditentukan degan persamaan sebagai berikut :

P
f’c = ………………………………
A
dimana : f’c = kuat tekan (Mpa)
P = beban maksimum

A = luas penampang (mm2 ¿

17
Menurut ASTM C-39 (1993), pengujian kuat tekan memiliki
toleransi waktu yang telah di atur sedemikian rupa sehingga sehingga
dihrapkan pada saat melakukan pengetesan, tidak melebihi atau
kurang dari waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan table 2.4
berikut :

Tabel 2.4 tolerasi waktu agar pengujian kuat tekan tidak keluar
dari batasan waktu yang telah ditentukan (ASTM C-39-1993).

Umur pengujian Toleransi waktu yang diizinkan


24 jam 0,5 jam atau 2,1 %
3 hari 2 jam atau 2,8 %
7 hari 6 jam atau 3,6 %
28 hari 20 jam atau 3,0 %
90 hari 48 jam atau 2,2 %
Sumber : Penulis, 2023

Pengujian kuat tekan beton pada dilakukan umumnya pada


umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Jumlah hari pengujian kuat
tekan beton diestimasi dengan cara membagi hasil kuat tekan beton
pada umur tertentu dibagi dengan koefisien kuat tekan beton sesuai
jumlah umur pengujian.

Estimasi kuat tekan dilakukan terhadap kuat tekan umur 28 hari


:

ƒ( saat pengujian)
ƒ (estimasi 28 hari) =
koefisien

dimana: ƒ (estimasi 28 hari) = kuat tekan estimasi 28 hari (kg/cm 2)

ƒ (saat pengujian) = kuat tekan saat pengujian (kg/cm2)

18
koefisien beton = koefisien dari umur beton

Tabel 2.5 perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai


umur

Umur
7 14 21 28
(hari)
Koefisien 0,65 0,88 0,95 1,00
Sumber : Tjokrodimiljo, 2007

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton,


yaitu :

1. factor air semen (FAS) dan kepadatan.

Fungsi dari faktor air semen yaitu :

a. untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan


pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
b. sebagai pelicin campuran kelikir, pasir dan semen agar
lebih mudah dalam pencetakan beton

kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air


semennya. Semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu beton,
namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak berarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS minimum yang
diberikan sekitar 0.4 dan maksimum 0.65 (Mulyono, 2004)

2. umur beton

Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan


bertambahnya umur beton tersebut. Perbandingan kuat tekan

19
pada berbagai umur peraturan beton bertulang Indonesia
1971.

3. jenis dan jumlah semen

Jenis semen berpengaruh terhadap kuat tekan beton,


sesuai dengan tujuan penggunaannya. Jenis-jenis semen
dapat sesuai SK SNI S-04-1989-F.

4. sifat agregat

Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap


kekuatan beton adalah :

a. kekasaran permukaan : pada agregat dengan


permukaan kasar akan terjadi ikatan yang baik antara
pasta semen dengan agregat tersebut.
b. kekerasan agregat kasar
c. gradasi agregat.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium DINAS PUPR
kabupaten banggai. waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama 3
bulan, mulai dari bulan juni sampai bulan agustus 2023.

B. JENIS PENELITIAN
jenis penlitian ini merupkan jenis penelitian eksperim. Benda uji
yang dijadikan acuan yaitu beton normal dengan kandungan abu
arang tempurung 0%, Dan beton dengan variasi abu arang tempurung
8%, 9%, 10% dari berat pasir. Peneliti membandingkan kuat tekan
beton normal dengan beton yang mengandung abu arang tempurung.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah abu arang tempurung bisa
digunakan sebagai bahan campuran pada beton atau tidak.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer
merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan. berikut ini
merupakan data yang dibutuhkan dalam penitian ini yaitu :
1. analisis saringan agregat
2. berat jenis dan penyerapan
3. pemeriksaan kadar air agregat
4. pemeriksaan berat isi agregat
5. perencanaan campuran beton
6. pengujian (slump)
7. uji kuat tekan beton
C. SUMBER DATA
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa buku-buku yang berhubungan dengan beton dan

21
jurnal-jurnal dari peneliti sebelumnya yang kemudian di pakai sebagai
acuan dan referensi dalam penelitian ini.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Tahapan awal dalam penelitian ini yaitu pemeriksaan agregat.
Agregat yang digunakan dalam penelitian agregat kasar berupa kelikir
dan agregat halus berupa pasir.
Setelah data-data pemeriksaan agregat didapatkan, maka lanjut
dengan menghitung kebutuhan agregat kasar, agregat halus, semen
dan air untuk beton normal dan variasi beton abu arang tempurung
8%, 9%,10%.
Setelah itu, dilakukan pembuatan adukan beton normal, dan
beton variasi abu arang tempurung, pada proses pembuatan adukan
beton ini terdapat proses tes slump. proses ini dilakukan untuk
mengetahui apakah slump yang didapat sesuai dengan yang
direncanakan, jika sesuai maka adukan sesuai dengan mix design.
Jika slump yang didapat belum sesuai maka, campuran beton diaduk
lagi hingga benar-benar merata kemudian dilakukan lagi tes slump.
Setelah adukan telah melewati uji slump maka dilakukan
pencetakan adukan beton, cetakan adukan beton dalam penelitian ini
yaitu kubus. Kemudian adukan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24
jam beton dikeluarkan dari cetakan kubus, kemudian ditimbang
nilainya, dicatat dan ditandai. Setelah itu dilakukan perawatan didalam
bak berisis air selama 28 hari.
Setelah perendaman selesai, maka diangatlah beton umur 28
hari. Kemudian dilakukan penjemuran sampai beton kering, kemudian
dilakukan pengujian kuat tekan beton.

22
E. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

mulai

Persiapan bahan

Pemeriksaan
baagrPengujianpeng

Agregat kasar Agregat halus

Memenuhi
syarat

Pembuatan benda uji

Pengujian slump

Perawatan benda uji

Pengujian kuat tekan

selesai

23
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

American society for testing and material, (1993). ASTM C39, 1993,
standar test method for compressive strength of cylindrical
concrete specimens (AASHTO T22)
Badan standar nasional Indonesia, (1989) : SK SNI S-04-1989-F.
spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan
logam). Bandung.
Badan standar nasional Indonesia, (2000) : SNI 03-2834-2000 tentang
tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
Badan standar nasional Indonesia, (2002) : SNI 03-2847-2002 Tentang
tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
Dodo Riyanto(1), Hendra cahyadi(2), Rida Respati(3), (2018). Pengaruh
pemakaian arang batok kelapa terhadap kuat tekan beton K225.
Media ilmiah teknik sipil.
Mulyono (2004). Teknologi beton. Penerbit ANDI Yogyakrta
Standar nasional Indonesia (2008) : SNI 1972-2008. Tentang cara uji
slump
Tjokrodimuljo, (2007). Teknologi beton. Biro penerbit Yogyakarta

24

Anda mungkin juga menyukai