urnal
TEKNIK SIPIL
Abstrak
Artikel ini membahas pengaruh penggunaan mineral tambahan pada campuran beton berdasarkan hasil analisis
waktu layan. Analisis waktu layan dimodelkan sebagai fungsi dari karakteristik bahan mentah dan campuran
beton yang digunakan. Dasar perhitungan waktu layan bangunan beton adalah kerusakan beton yang diakibat-
kan oleh korosi baja tulangan. Dari hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan silicafume
pada campuran beton adalah metode paling efektif untuk meningkatkan waktu layan bangunan beton. Selain itu,
penambahan silicafume, slag, dan fly ash pada campuran beton membuat beton lebih ramah terhadap lingkun-
gan.
Abstract
This paper discussed about the effects of mineral additions on mix-design of concrete based on service life
analysis. The service life analysis was modeled as function of raw material characteristics and mix-design of
concrete. The deterioration of concrete structure that caused by corrosion became consideration of service life
analysis in this paper. The results of simulation show that adding silicafume to mix-design concrete is most ef-
fective method to increase the service life of concrete structure. Furthermore, adding silicafume, slag, and fly
ash to mix-design of concrete make concrete more friendly to global environment.
Catatan : Usulan makalah dikirimkan pada 05 April 2005 dan dinilai oleh peer reviewer pada tanggal 02 Juni 2005 - 25 Juli
2005. Revisi penulisan dilakukan antara tanggal 29 Juli 2005 hingga 02 Agustus 2005.
kerusakan itu dapat terjadi secara mendadak. keawetan bahan yang diijinkan adalah dua parameter
Kerusakan tersebut dapat terjadi sebelum waktu layan yang penting untuk menghitung waktu layan suatu
rencananya terpenuhi. Kondisi ini sangat berbahaya bahan. Parameter yang pertama bergantung pada
bagi orang banyak karena bangunan prasarana umum pendefinisian mekanisme kerusakan yang mungkin
umumnya terbuat dari beton. Karena itu, kerusakan terjadi berdasarkan kondisi lingkungan dimana lokasi
beton akibat penurunan keawetannya membuat bahan digunakan. Pengaruh kondisi lingkungan di
ketakutan masyarakat umum di Jepang (Kobayashi, sekitar bangunan beton yang dapat menyebabkan
1999). kerusakan adalah perubahan temperatur dan
kelembaban, serangan zat-zat kimia yang berbahaya,
Belajar dari peristiwa di Jepang, pembangunan abrasi, dan sebagainya.
prasarana umum yang sedang dilaksanakan saat ini
sudah seharusnya jika memperhitungkan keawetan Kerusakan pada beton selain disebabkan oleh
beton yang digunakan. Peningkatan keawetan beton pengaruh kondisi lingkungan di sekitarnya juga dapat
tidak selalu berarti memperbesar biaya proyek. Dari disebabkan dari dalam beton itu sendiri. Penyebab
hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kerusakaan dari dalam beton sendiri umumnya adalah
penggunaan fly ash, slag dan silicafume pada pemakaian bahan dasar yang di bawah standar, dan
campuran beton dapat meningkatkan keawetan beton. proses pembuatan yang tidak benar. Karena itu, fungsi
Selain itu, penggunaan fly ash, slag, dan silicafume perubahan keawetan beton terhadap waktu harus
pada beton lebih ekonomis dibandingkan dengan dimodelkan berdasarkan bahan-bahan dasar yang
menaikkan unit berat semen. digunakan, dan campuran betonnya.
Artikel ini membahas pengaruh penggunaan mineral Pada kenyataannya, suatu struktur beton dapat
tambahan pada campuran beton dari hasil analisis mengalami penurunan keawetannya diakibatkan oleh
waktu layan bangunan beton. Analisis waktu layan lebih dari satu penyebab kerusakan secara bersamaan.
bangunan beton hanya didasarkan pada kerusakan Akan tetapi, mekanisme dari masing-masing
beton akibat korosi baja tulangan. Korosi baja kerusakan yang terjadi pada beton adalah kompleks.
tulangan tersebut diakibatkan oleh infiltrasi ion Cl– ke Oleh karena itu, untuk mempermudah pemodelan,
dalam beton. Fokus dari artikel ini membuat model fungsi perubahan keawetan beton terhadap waktu
untuk menganalisis waktu layan bangunan beton. didefinisikan berdasarkan satu penyebab kerusakan
Studi literatur terhadap hasil-hasil penelitian yang yang paling dominan pada kondisi lingkungan dimana
berhubungan dengan korosi baja tulangan dilakukan bangunan beton berada. Sebagai studi awal tentang
untuk mendefinisikan parameter-parameter yang waktu layan beton, pada artikel ini dibahas tentang
diperlukan oleh model yang dibuat. Analisis waktu prediksi waktu layan bangunan beton berdasarkan
layan yang dimodelkan pada artikel ini dapat infiltrasi ion Cl– yang menyebabkan korosi baja
menghitung masa layan bangunan beton berdasarkan tulangan. Hasil studi ini dapat digunakan untuk
komposisi campuran beton yang digunakan karena memprediksi waktu layan bangunan beton yang
parameter-parameter dari berbagai aspek telah dapat berada di sekitar garis pantai.
didefinisikan.
3. Mekanisme Korosi pada Baja Tulangan
2. Waktu Layan Bangunan Beton Beton
Jika tidak terjadi bencana alam yang besar atau Pada kondisi basa di permukaan baja terdapat lapisan
kesalahan perencanaan struktur maka waktu layan pasif baja yang tipis. Lapisan pasif baja ini berguna
suatu bangunan ditentukan oleh bahan konstruksi yang untuk melindungi baja dari korosi. Lapisan pasif baja
digunakan. Misalnya, bangunan beton yang sebagian tersebut menjadi hilang jika kondisi di sekeliling baja
besar menggunakan beton dan baja tulangan, waktu berubah menjadi asam. Beton adalah bahan yang
layannya ditentukan oleh waktu layan dari beton dan bersifat alkali, pH beton sekitar 12-13 sehingga baja
baja tulangan. Beton selain berfungsi sebagai bahan tulangan di dalam beton aman terhadap korosi.
struktural juga berfungsi sebagai pelindung keawetan
baja tulangan yang ada di dalamnya. Karena itu, Beton secara makro terlihat sebagai material yang kuat
kualitas beton itu sendiri sangat berpengaruh besar dan masif, tetapi jika dilihat secara mikro maka beton
pada waktu layan bangunan beton. adalah material yang berpori dengan diameter yang
kecil. Pori-pori di dalam beton pada umumnya adalah
Waktu layan suatu bahan adalah waktu dari bahan menerus. Pori-pori seperti itu dinamakan pori-pori
selesai diproduksi sampai waktu dimana bahan sudah kapiler. Pori-pori kapiler berdiameter 3nm−2µm
mengalami kerusakan dan tidak dapat berfungsi (Hanehara, 1993). Unsur atau senyawa di sekitar beton
dengan baik. Keawetan suatu bahan mengalami dapat berinfiltrasi atau berdifusi ke dalam beton
penurunan dengan bertambahnya umur bahan. Fungsi melalui pori-pori kapiler karena ada perbedaan
perubahan keawetan bahan terhadap waktu dan batas konsentrasi. Misalnya bangunan beton di sekitar
pantai, ion Cl− dari air laut dapat berdifusi ke dalam korosi dari baja tulangan dalam beton diilustrasikan
beton karena konsentrasi ion Cl− di luar beton lebih pada Gambar 1.
tinggi daripada di dalam beton.
4. Pemodelan Waktu Layan Bangunan
Salah satu penyebab korosi pada baja tulangan di Beton
dalam beton adalah infiltrasi ion Cl− ke dalam beton.
Setelah ion Cl− berinfiltrasi sampai ke permukaan Kerusakan beton akibat korosi baja tulangan
baja tulangan dan mampu menghilangkan lapisan tergantung dari kecepatan reaksi korosi. Kecepatan
pasif baja, permukaan baja tulangan mulai dapat reaksi korosi dapat diukur dari berat senyawa hasil
melepaskan elektron dan berubah Fe2+. Bagian korosi. Jika diasumsikan berat jenis dari baja dan
permukaan baja tersebut menjadi anode dari senyawa hasil korosi adalah hampir sama maka
elektrokimia korosi. Elektron yang dilepaskan dari kecepatan reaksi korosi dapat dihitung dari
reaksi anode menyebabkan gas O2 dan H2O yang perbandingan berat senyawa hasil korosi dengan
terdapat di atas permukaan baja yang masih tertutup waktu. Perhitungan ini dapat diperoleh dari
oleh lapisan pasifnya bereaksi dan membentuk ion pengukuran berat senyawa hasil korosi baik di
OH−. Bagian ini dinamakan katode dari elektrokimia laboratorium maupun di lapangan. Karena itu, artikel
korosi. Kedua ion itu membentuk Fe(OH)2 sebagai ini memodelkan kerusakan bangunan beton akibat
bentuk awal senyawa hasil korosi. Perbandingan korosi baja tulangan dalam hubungan antara berat
volume antara Fe dan Fe(OH)2 adalah kira-kira 2.5 senyawa hasil korosi dengan waktu, seperti yang
kali. Ekspansi dari hasil korosi dapat menyebabkan diperlihatkan pada Gambar 2 (Sudjono, 2005).
keretakan selimut beton. Proses infiltrasi ion Cl− dan
(a) Difusi ion Cl− pada beton (b) Proses korosi baja tulangan
t1 t2 t3
waktu (tahun)
Gambar 2. Model kerusakan bangunan beton akibat korosi (Sudjono, 2005)
Menurut Gambar 2, kerusakan bangunan beton akibat pada permukaan agregat dengan pasta semen. Akibat
korosi baja tulangan dibagi dalam tiga periode proses. ‘efek dari dinding’ partikel-partikel semen tidak dapat
TI adalah periode belum terjadi reaksi korosi, yaitu menempel pada permukaan agregat sehingga senyawa
dari waktu bangunan beton selesai dibangun sampai hasil hidrasi pun tidak dapat mengisi ruangan di
dengan waktu dimana ion Cl− mencapai permukaan sekitar permukaan baja tulangan. Hal itu
baja tulangan. TII adalah periode yang diawali menyebabkan zona transisi lebih berpori. Volume
hilangnya lapisan pasif baja dan reaksi korosi mulai pori-pori dan tebal dari zona transisi tergantung dari
terjadi sampai dengan waktu dimana senyawa hasil kualitas beton. Karena itu, TII adalah tebal kumulatif
korosi mengisi semua rongga yang ada di zona transisi pori-pori di zona transisi dibagi dengan kecepatan
dan siap untuk memberikan tekanan pada selimut reaksi korosi, seperti yang dimodelkan pada
beton. TIII adalah periode dimana senyawa hasil korosi persamaan di bawah ini (Sudjono, 2005).
memberikan tekanan pada selimut beton sampai
ρttz v
dengan waktu dimana keretakan besar dan parah TII = (4)
terjadi di permukaan beton. Waktu layan bangunan 1 .5 r
beton adalah jumlah waktu dari ketiga periode seperti
yang dituliskan di bawah ini.
dimana, ρ adalah berat jenis dari senyawa hasil korosi
Tlayan = TI + TII + TIII (7.85mg/mm3), ttz adalah tebal zona transisi pada
(1)
permukaan baja tulangan (mm), v adalah proporsi
TI tergantung dari waktu difusi ion Cl− dari luar beton volume pori-pori di zona transisi (tanpa satuan), r
untuk mencapai permukaan baja tulangan. Kualitas adalah kecepatan reaksi korosi (mg/mm2/tahun), dan
beton sangat berpengaruh pada TI. Waktu difusi ion 1.5 adalah faktor perbesaran volume dari senyawa
Cl− dihitung berdasarkan persamaan Fick II. hasil reaksi korosi.
Berdasarkan persamaan Fick II itu, TI dapat dihitung
dari pemodelan persamaan di bawah ini (Sudjono, Hubungan lebar celah keretakan dengan berat
2005). senyawa hasil korosi dapat dibuat berdasarkan hasil
pengukuran di laboratorium. TIII adalah waktu dimana
2
1 ⎛c⎞ kinerja bangunan beton mengalami penurunan akibat
TI = ⎜ ⎟ (2) keretakan. Jika lebar celah keretakan yang
Dcl ⎝k⎠ menyebabkan penurunan kinerja bangunan diketahui
maka perhitungan TIII dapat dimodelkan. TIII adalah
dimana, Dcl adalah koefisien difusi ion Cl−, c adalah berat senyawa hasil korosi per luas yang dapat
tebal selimut beton, dan k adalah konstanta tanpa menimbulkan bangunan beton rusak dibagi dengan
satuan. Nilai k adalah sangat tergantung dari kecepatan difusi dari oksigen.
perbandingan antara konsentrasi ion Cl− di permukaan
beton dengan konsentrasi ion Cl− di dalam beton yang M − M tr
dapat mengakibatkan hilangnya lapisan pasif baja TIII = (5)
tulangan.
r
Reaksi korosi sangat bergantung pada tersedia gas O2 dimana, M adalah berat total dari senyawa hasil korosi
di dalam beton. Gas O2 di dalam beton adalah hasil (mg/mm2), Mtr adalah berat dari senyawa hasil korosi
difusi dari gas O2 yang ada di permukaan beton. yang mengisi pori-pori di zona transisi (mg/mm2), dan
Karena itu, kecepatan reaksi korosi baja tulangan r adalah kecepatan reaksi korosi (mg/mm2/tahun).
beton dapat diasumsikan sama dengan kecepatan
difusi gas O2 ke dalam beton. Jika koefisien difusi gas 5. Pemodelan Parameter Yang Digunakan
O2 adalah DO2 dengan satuan mm2/tahun, tebal selimut
beton adalah c dengan satuan mm dan konsentrasi gas Pada artikel ini memodelkan parameter-parameter
O2 di permukaan beton adalah CO2 dengan satuan mg/ yang digunakan dengan melakukan studi literatur
mm3, maka kecepatan reaksi korosi tulangan beton r hasil-hasil penelitian tentang sifat dan karakteristik
dalam satuan (mg/mm2/tahun) dapat dituliskan seperti beton, serta kerusakan beton akibat korosi. Data yang
Persamaan 3. Persamaan 3 ini adalah hasil diperoleh kemudian diolah untuk mendefinisikan
modifikasi dari persamaan yang diusulkan oleh Japan bentuk persamaan dan nilai konstanta dari masing-
Concrete Institute (Sudjono, 2005). masing parameter-parameter.
beton. Persamaan dari perubahan konsentrasi ion Cl− dimana, w0 adalah W/C dari campuran beton, cT
awal di permukaan beton terhadap jarak dari garis adalah faktor reduksi akibat pengaruh jenis semen, R
pantai dapat dimodelkan seperti di bawah ini adalah faktor reduksi akibat pengaruh penggunaan
(Sudjono, 2004). mineral tambahan, dan k adalah faktor reduksi akibat
pengaruh penggunaan zat kimia tambahan. Unit satuan
⎡ ⎛ X ⎞
b
⎤ untuk koefisien difusi yang digunakan pada artikel ini
C 0 ( X ) = C 0 × exp ⎢a⎜⎜ ⎟⎟ ⎥ (6) adalah mm2/tahun.
⎢⎣ ⎝ X 0 ⎠ ⎥⎦
Semen Portland normal (OPC) digunakan sebagai
dimana, C0 adalah konsentrasi ion klorida awal di laut standar pengukuran, maka nilai cT dari semen OPC
(kg/m3), a adalah parameter akibat pengaruh kuat adalah 1.0. Semen portland kuat awal tinggi (HPC)
angin, b adalah parameter akibat pengaruh topografi mempunyai kecepatan reaksi lebih cepat daripada
daerah, X adalah jarak bangunan dari garis pantai OPC sehingga dapat diasumsikan semen HPC
(km) dan X0 adalah perkiraan jarak terjauh dari mempunyai koefisien difusi yang lebih kecil dari
jangkauan ion Cl− (km). OPC, yaitu cT=0.90. Sedangkan untuk semen portland
panas sedang dan rendah mempunyai kecepatan reaksi
Jika diasumsikan nilai C0=9kg/m3, nilai parameter hidrasi yang lebih lambat daripada semen OPC tetapi
a=−2.0, nilai parameter b=0.3, dan perkiraan jarak menghasil mikro struktur yang lebih masif. Karena itu,
terjauh dari jangkauan ion Cl− adalah X0=2km, maka nilai cT dari semen portland panas sedang dan rendah
perubahan konsentrasi ion Cl− awal terhadap jarak diasumsikan lebih kecil dari HPC dan OPC yaitu
dari garis pantai ditunjukkan pada Gambar 3. Pada cT=0.80.
gambar ini konsentrasi ion Cl− awal sejauh 2km dari
pantai diperkirakan 1.218kg/m3. Penggunaan zat kimia tambahan mengakibatkan
pengurangan unit berat air sehingga dapat
meningkatkan kualitas beton baik pada waktu basah
10
maupun keras. Jika tanpa digunakan zat kimia
Konsentrasi ion Cl (kg/m3)
micro-filler effect dan reaksi pozzolan tersebut, mikro dimana, Wcorr adalah berat senyawa hasil korosi per
struktur beton menjadi lebih masif. Presentasi satuan luas (mg/mm2), ρ adalah berat jenis baja
penambahan silicafume yang optimal adalah 10% dari (7.85mg/mm3), φ adalah ekspansi senyawa hasil
unit berat semen. Karena itu, faktor reduksi dari korosi, c adalah tebal selimut beton (mm), Db adalah
penambahan silicafume lebih dari 10% diasumsikan diameter baja tulangan (mm), Wδ adalah lebar celah
konstan. keretakan (mm), α adalah faktor akibat pengaruh tebal
selimut beton dan diameter baja tulangan, β adalah
5.3 Koefisien difusi gas O2 faktor akibat pengaruh kualitas beton, α0 adalah berat
senyawa hasil korosi pada saat keretakan awal terjadi,
Koefisien difusi gas O2 juga didasarkan pada kualitas β0 adalah faktor reduksi dari diameter baja, γ0 adalah
beton dengan umur minimal 28 hari. Proses difusi dari faktor reduksi dari kualitas beton. Faktor-faktor
gas O2 dan ion Cl− pada prinsipnya adalah sama yaitu reduksi di atas masing-masing dihitung dengan
akibat perbedaan konsentrasi. Tetapi perbedaannya persamaan-persamaan empirik di bawah ini.
adalah kondisi dari pori-pori dalam beton. Ion Cl−
α = (0.0007 Db − 0.04)c + (− 0.066Db + 5.92)
dapat berinfiltrasi ke dalam beton jika kondisi pori-
pori adalah terisi oleh air, sedangkan gas O2 adalah (10a)
sebaliknya. Kondisi pori-pori beton tergantung pada
kelembaban relatif beton. Pada artikel ini, kelembaban β = 0.0016 f c′ + 1.0037 (10b)
relatif beton diambil sekitar 60%, yaitu kelembaban
relatif rata-rata beton di sekitar laut. Persamaan regresi
dari data pengukuran dapat dimodelkan seperti pada α 0 = 0.0003c 1.5558 (10c)
Persamaan 8.
⎡ ⎛ 2.0 ⎞⎤
( )
DO 2 = cT × k × r × ⎢ 2.0 × 10 7 exp⎜⎜ − ⎟⎥
⎟ (8)
β 0 = 3.8865Db −0.537 (10d)
⎢⎣ ⎝ w0 ⎠⎥⎦
γ 0 = 0.0049 f c′ + 0.8539 (10e)
Karena jenis semen, mineral tambahan dan zat kimia
tambahan mempunyai pengaruh terhadap mikro
dimana, adalah kuat tekan beton.
struktur dari pasta semen dalam beton, maka
pemodelan parameter cT, k dan r untuk koefisien difusi
5.5 Kuat tekan beton
gas O2 dapat diasumsikan sama dengan pemodelan
untuk koefisien difusi ion Cl−, seperti yang Kuat tekan beton diperlukan untuk menghitung berat
ditunjukkan pada Tabel 1. senyawa hasil korosi yang dapat menyebab bangunan
beton rusak. Kuat tekan beton tergantung dari kualitas
5.4 Berat senyawa hasil reaksi korosi pasta semen, agregat halus dan agregat kasar.
Penambahan agregat bertujuan untuk mengurangi unit
Hubungan berat senyawa hasil reaksi korosi per luas
berat dari semen agar beton lebih ekonomis, tetapi
permukaan baja dengan lebar celah keretakan yang
akibatnya kekuatan beton lebih rendah kekuatan pasta
ditimbulkannya selain dapat dicari dengan hasil
semen atau mortar. Jika kuat tekan mortar dari semen
pengukuran juga dapat dicari dengan hasil FEM
portland normal ditetapkan sebagai kuat tekan standar
program. Persamaan regresi dari data hasil analisis
beton (f’p) maka kuat tekan dari sembarang beton (f’c)
FEM tersebut ditunjukkan seperti di bawah ini (Iba,
dapat dimodelkan dalam bentuk perkalian faktor-
2000).
faktor koreksi dari bahan yang digunakan dengan kuat
tekan standar tersebut. Prediksi kuat tekan beton dapat
ρ c + Db
Wcorr = (α 0 β 0 γ 0 + αβ Wδ ) dimodelkan seperti persamaan di bawah ini (Noguchi,
π (ϕ − 1) 3Db + 5c (9)
2001).
Jenis semen a b K T
Semen portland normal 0.838 -0.353 400 0.435
Semen portland kuat awal tinggi 0.843 -0.321 500 0.254
Semen portland panas rendah 1.127 -0.739 300 0.195
Proporsi air semen (W/C) Berat jenis agregat Berat jenis agregat
≤ 2.40 > 2.40
> 0.45 0.05 0.05
≤ 0.45 0.04 0.03
adalah luas permukaan jenis dari mineral tambahan Semua campuran beton direncanakan mempunyai
(cm2/g), dan p adalah presentasi penggunaan mineral slump sekitar 8cm dan kadar udara 6%. Campuran
tambahan terhadap unit berat semen (%). Penambahan beton tanpa mineral tambahan dinamakan campuran
slag, fly ash dan silicafume dengan menggantikan beton normal. Pada artikel ini, pada penambahan
sebagian bagian dari agregat umumnya dapat mineral tambahan W/C campuran beton normal 45%
meningkatkan kuat tekan beton. dipertahankan sehingga penambahan mineral
tambahan mengakibatkan perbandingan W/(C+P)
6. Campuran Beton dan Nilai Parameter menjadi kecil dan rasio agregat halus (s/a) harus
Yang Digunakan diperkecil. W/C 45% dipilih karena merupakan
batasan perencanaan campuran beton untuk bangunan
6.1 Campuran beton beton di sekitar pantai yang diberikan oleh peraturan
beton. Hasil perhitungan campuran beton standar
Artikel ini melakukan simulasi waktu layan dari ditunjukkan pada Tabel 9.
berbagai campuran beton. Sebagai studi kasus dalam
artikel ini campuran beton dengan variasi dari W/C, 6.2 Nilai parameter yang digunakan
jenis mineral tambahan, dan presentasi penambahan
mineral tambahan. Komposisi kimiawi dari semen dan Nilai parameter yang digunakan dapat dihitung
mineral tambahan yang digunakan ditunjukkan pada berdasarkan karakteristik bahan-bahan yang
Tabel 6. Kombinasi dari semen dan mineral tambahan digunakan dan campuran beton. Hasil perhitungan
yang menjadi studi kasus pada artikel ini ditunjukkan koefisien difusi ion Cl–, koefisien difusi gas O2, kuat
pada Tabel 7. Sifat fisik dari agregat halus dan kasar tekan, dan batas maksimum berat senyawa korosi
yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 8. Fine yang menimbulkan lebar celah keretakan 0.5mm
modulus (FM) dari agregat halus yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 10. Berat senyawa korosi
diasumsikan 2.80. tersebut dihitung berdasarkan baja tulangan dengan
diameter 19mm dan tebal selimut beton 50mm. Selain
Campuran beton direncanakan menurut metode yang itu, konsentrasi ion Cl– yang dapat melarutkan lapisan
diusulkan oleh Japan Society of Civil Engineers pasif baja tulangan adalah 0.9kg/m3. Tebal zona
(Machida, 1999). AE water reducing admixture transisi dan volume pori-porinya diambil konstan
digunakan untuk mengatur kualitas beton basah. untuk semua campuran beton, yaitu 35µm dan 20%.
Tabel 6. Sifat fisik dan komposisi kimiawi dari semen dan mineral tambahan
W/C p(%)
(%)
Slag Fly ash Silicafume
7. Hasil Simulasi dan Diskusi bangunan beton dengan tebal selimut beton pada garis
pantai. Dari hasil simulasi ini menunjukkan bahwa
7.1 Hubungan waktu layan dengan W/C dan tebal waktu layan bangunan beton hanya sekitar 16 tahun
selimut beton jika dipakai W/C=45% dan tebal selimut beton 50mm.
Untuk mencapai waktu layan 25 tahun, bangunan
Pada simulasi mengasumsikan setelah bangunan beton dapat dibangun dengan beberapa alternatif,
beton selesai dibangun tidak ada keretakan pada seperti W/C=40% dan tebal selimut beton 50mm, W/
permukaan beton. Proses difusi dari ion Cl–, gas O2 C=45% dan tebal selimut beton 70mm, dan W/C=65%
dan H2O hanya melalui pori-pori di dalam beton. dan tebal selimut beton 110mm. Dari hasil simulasi
tersebut dapat diketahui bahwa bangunan beton harus
Gambar 4 menunjukkan hubungan waktu layan direncanakan dengan W/C 40% dan tebal selimut
bangunan beton dengan tebal selimut beton dan letak beton 50mm atau W/C 45% dan tebal selimut 70mm.
bangunan beton itu terhadap garis pantai. Gambar 4 Hasil tersebut sesuai dengan persyaratan peraturan
(a) adalah grafik dari hubungan waktu layan beton.
130 130
Tebal selimut beton (mm)
110
90 90
70 W/C=35% 70
W/C=40%
W/C=45%
W/C=45%
50 W/C=55%
50 W/C=55%
W/C=65%
W/C=65%
30 30
0 25 50 75 100 125 150 175 200 0 25 50 75 100 125 150 175 200
Waktu layan bangunan (tahun) Waktu layan bangunan (tahun)
(a) Bangunan pada garis pantai (b) Bangunan pada 250m dari garis pantai
Gambar 4. Hubungan waktu layan dengan W/C dan tebal selimut beton
Gambar 4(b) menunjukkan dari grafik hubungan silicafume kemudian susul oleh slag, dan yang
waktu layan bangunan pada 250m dari garis pantai terakhir adalah fly ash. Jika presentasi penambahan
dengan tebal selimut beton. Bangunan beton pada 10% mineral tambahan dan tebal selimut beton 50mm
250m dari garis pantai dapat dibangun dengan maka waktu layan untuk OPC saja, OPC dan slag
beberapa alternatif, seperti W/C=45% dan tebal (SL), OPC dan fly ash (FA), dan OPC dan silicafume
selimut beton 40mm, W/C=55% dan tebal selimut (SF) masing-masing adalah 16.0 tahun, 18.6 tahun,
beton 65mm, W/C=65% dan tebal selimut beton 17.8 tahun dan 80.0 tahun. Terlihat sekali bahwa
75mm. Semakin jauh dari garis pantai, bangunan penambahan silicafume sangat efektif sekali. Hal ini
beton dapat dibangun dengan W/C>45%. W/C dari disebabkan oleh partikel silicafume sangat halus
campuran beton ditentukan oleh gaya dan momen sehingga berfungsi sebagai micro-filler di antara
yang bekerja pada bangunan beton tersebut. partikel-partikel semen, serta reaksi pozzolan yang
terjadipun lebih cepat daripada slag dan fly ash. Untuk
7.2 Pengaruh jenis mineral tambahan pada waktu mencapai waktu layan bangunan beton 25 tahun dapat
layan digunakan beberapa alternatif, yaitu W/C=45%
dengan penambahan slag atau fly ash 20% dan tebal
Upaya lain untuk meningkatkan ketahanan beton selimut beton 50mm, W/C=45% dengan penambahan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya adalah silicafume 5% dan tebal selimut 30mm. Slag, fly ash,
dengan menambahkan mineral tambahan. Penggunaan dan silicafume adalah hasil produk sampingan dari
mineral tambahan seperti slag, fly ash dan silicafume industri. Karena itu, pemakaiannya selain berfungsi
dapat memperkecil volume pori-pori kapiler karena untuk meningkatkan keawetan beton juga solusi
reaksi pozzolan-nya dengan Ca(OH)2 di dalam beton. penanganan limbah industri.
Gambar 5 menunjukkan hubungan waktu layan 7.3 Pengaruh presentasi penambahan mineral
bangunan dan tebal selimut beton tanpa atau dengan tambahan pada waktu layan
mineral tambahan. W/C 45% dipilih sebagai W/C
campuran beton standar. Gambar 5(a) menunjukkan Gambar 6 menunjukkan pengaruh presentasi
hubungan waktu layan bangunan dan tebal selimut penambahan slag pada waktu layan bangunan beton.
beton dengan penambahan mineral tambahan p=10%, Gambar 6(a) adalah grafik yang menunjukkan
sedangkan Gambar 5(b) dengan penambahan mineral pengaruh presentasi penambahan slag yang berbeda
tambahan p=20%. Arti simbol huruf yang digunakan pada waktu layan bangunan beton yang berada di garis
dalam gambar sebagai berikut: SL adalah slag, FA pantai. Slag yang mempunyai sifat yang hampir
adalah fly ash dan SF adalah silicafume. menyerupai C2S dan ukuran partikel semen yang lebih
halus dari semen portland sehingga slag dapat
Penggunaan mineral tambahan dapat memperpanjang ditambahkan dalam presentasi yang besar. Semakin
waktu layan dibandingkan jika hanya semen Portland besar presentasi penambahan semakin besar pengaruh
saja. Pada presentasi penambahan yang sama, terhadap waktu layan. Presentasi penambahan slag
pengaruh terbesar terhadap waktu layan diberikan oleh yang optimum dapat sampai 50% dari berat semen,
tetapi perlu diingat bahwa presentasi penambahan 40% atau tetap mempertahankan W/C=45% dengan
slag yang besar akan berakibat reaksi hidrasi menambah slag 73kg.
berlangsung lebih lambat.
Gambar 7 menunjukkan pengaruh presentasi
Gambar 6(b) adalah grafik yang menunjukkan penambahan fly ash pada waktu layan bangunan
perbandingan antara penambahan slag dan semen. beton. Gambar 7(a) adalah grafik yang menunjukkan
Dari gambar tersebut diketahui bahwa tebal selimut perbandingan pengaruh presentasi penambahan fly ash
beton 50mm dan campuran beton W/C=45% dengan yang berbeda. Penambahan fly ash memberikan
penambahan slag 20% dan 30% masing-masing pengaruh pada waktu layan yang lebih kecil dari slag.
memberikan waktu layan 25 tahun dan 27.6 tahun. Hal ini disebabkan oleh komposisi kimiawi fly ash
Apabila campuran beton normal dengan W/C=45% sebagian besar adalah SiO2 dan reaksi pozzolan fly ash
dijadikan dasar perbandingan maka dengan tebal berjalan lambat jika hanya dalam kondisi alkali beton
selimut 50mm untuk mencapai waktu layan 25 tahun saja. Gambar 7(b) adalah grafik yang menunjukkan
dapat dilakukan dengan menambah semen portland antara penambahan fly ash dan semen. Penambahan
46kg sehingga W/C campuran beton berubah menjadi 20% fly ash pada campuran beton W/C=45% hanya
130 130
70 70
50 50
30 30
0 25 50 75 100 125 150 175 200 0 25 50 75 100 125 150 175 200
Waktu layan bangunan (tahun) Waktu layan bangunan (tahun)
(a) Bangunan pada garis pantai (p=10%) (b) Bangunan pada garis pantai (p=20%)
130 130
Tebal selimut beton (mm)
110
Tebal selimut beton (mm)
110
90 90
70 p=0% 70
p=5% W/C=40%
p=10% W/C=35%
50 p=20% 50 W/C=45%+SL20%
p=30% W/C=45%+SL30%
30 30
0 25 50 75 100 125 150 175 200 0 25 50 75 100 125 150 175 200
Waktu layan bangunan (tahun) Waktu layan bangunan (tahun)
(a) Perbandingan presentasi penambahan (b) Perbandingan antara penambahan slag
yang berbeda (W/C=45%) dan semen
memberikan waktu layan sekitar 20 tahun jika tebal penambahan silicafume hanya optimum 10%,
selimut beton yang digunakan adalah 50mm. Karena sedangkan jika lebih besar dari 10% tidak memberikan
itu, penambahan fly ash hanya dapat digunakan untuk pengaruh yang signifikan. Hal ini terlihat bahwa
bangunan beton di daerah pantai jika dalam bentuk grafik p=10% sama dengan grafik p=20% pada
beton pracetak. Gambar 8(a). Gambar 8(b) menunjukkan bahwa
campuran beton W/C=45% ditambah dengan
Gambar 8 menunjukkan pengaruh presentasi silicafume 5% mempunyai masa layan bangunan yang
penambahan silicafume pada waktu layan bangunan lebih besar daripada campuran beton dengan W/
beton. Gambar 8(a) adalah grafik yang menunjukkan C=40%, dan campuran beton W/C=45% ditambah
perbandingan dari presentasi penambahan silicafume dengan silicafume 10% mempunyai waktu layan yang
yang berbeda, sedangkan Gambar 8(b) adalah grafik lauh lebih besar daripada campuran beton W/C=35%.
yang menunjukkan perbandingan antara penambahan Untuk mencapai waktu layan bangunan beton 25
silicafume dan semen. Penambahan silicafume sangat tahun dengan tebal selimut 50mm hanya cukup
efektif sekali untuk meningkatkan keawetan bangunan menambahkan 18kg pada campuran beton W/C=45%.
beton terhadap kerusakan akibat korosi baja tulangan. Jika dibandingkan dengan semen, penambahan
Penambahan silicafume hanya 5% saja memberikan silicafume lebih sedikit.
penambahan waktu layan yang signifikan. Presentasi
110
Tebal selimut beton (mm)
110
90 90
70 70
p=0% W/C=40%
p=5% W/C=35%
50 50
p=10% W/C=45%+FA10%
p=20% W/C=45%+FA20%
30 30
0 25 50 75 100 125 150 175 200 0 25 50 75 100 125 150 175 200
(a) Perbandingan presentasi penambahan (b) Perbandingan antara penambahan fly ash
yang berbeda (W/C=45%) dan semen
130 130
Tebal selimut beton (mm)
110
Tebal selimut beton (mm)
110
90 90
70 70
W/C=40%
p=0%
W/C=35%
50 p=5% 50
W/C=45%+SF5%
p=10%
W/C=45%+SF10%
p=20%
30 30
0 25 50 75 100 125 150 175 200 0 25 50 75 100 125 150 175 200
Waktu layan bangunan (tahun) Waktu layan bangunan (tahun)
(a) Perbandingan presentasi penambahan yang (b) Perbandingan antara penambahan silicafume
berbeda (W/C=45%) dengan W/C
Analisis waktu layan yang diusulkan pada artikel ini Iba, S., 2000, “Study on Life Cycle Cost of Concrete
dapat menilai keoptimalan campuran beton dari segi Structure”, Master Thesis, Waseda University,
waktu layan dan keawetan. Jika harga bahan dan Tokyo, (dalam Bahasa Jepang).
pengaruh bahan terhadap lingkungan maka penilaian
campuran beton terhadap biaya dan lingkungan dapat Kobayashi, I., 1999, “Concrete is Dangerous”, Iwaba
dinilai. Di masa depan, penilaian pengaruh bangunan shinsho, Tokyo, (dalam Bahasa Jepang).
beton terhadap lingkungan menjadi sangat penting
karena perubahan lingkungan berakibat besar pada Machida, A., et. al., 1999, “Construction Materials”,
kesehatan makhluk hidup. Ohmsha, Tokyo, (dalam Bahasa Jepang).
Daftar Pustaka
Bambang, S., 2004, “Pemanfaatan Perkerasan Beton
pada Jalan Tol”, Proc. Seminar Sehari Inovasi
Teknologi Beton di Indonesia, Jakarta, 2004,
pp. I1-I18.