I.1. Pendahuluan
Perkembangan pesat pembangunan ditujukan dalam rangka peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan diarahkan pada peningkatan kuantitas perumahan dan
diikuti fasilitas penunjang, seperti perkantoran, sekolah, serta fasilitas umum lainnya. Setiap
ekspansi proses pembangunan selalu menghasilkan dampak bagi lingkungan. Peningkatan
jumlah air limbah, air limbah rumah tangga (domestic sewage) dan air limbah industri (non-
domestic sewage), merupakan salah salah produk hasil yang dapat memberikan efek negatif bagi
stabilitas daya dukung lingkungan. Kurangnya perhatian terhadap pencemaran akibat air limbah
merupakan masalah yang sangat ironis, terutama di negara berkembang. Penggunaan anggaran
belanja total dari pemerintah maupun swasta untuk penanggulangan pencemaran jauh lebih kecil
dibandingkan untuk pembangunan sarana dan infrastruktur wilayah sehingga ketersediaan
langsung sumber air bersih yang sesuai dengan standar baku mutu semakin sulit ditemui.
Efek samping air limbah menyebabkan:
a. Peningkatan akumulasi penyakit sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia
b. Kerugian pada sektor ekonomi karena air limbah menimbulkan kerusakan pada satu elemen
barang atau bangunan, serta kematian pada hewan dan tumbuhan.
c. Penurunan kualitas lingkungan seperti degradasi kualitas air, tanah, dan udara (seperti
timbulnya bau busuk) sehingga stabilitas lingkungan terganggu.
Industri maupun rumah tangga diperkenankan membuang air limbah ke lingkungan melalui
standar persyaratan yang berlaku. Pernyataan tersebut memberikan satu pernyataan bahwa
tidak semua industri dan rumah tangga mencemari lingkungan karena lingkungan merupakan
media akhir pembuangan air limbah. Pengolahan sesuai dengan karakteristik air limbah
mencegah dampak akumulasi polutan berbahaya di lingkungan. Pengolahan air limbah didukung
oleh strategi produksi bersih akan memberikan dampak perbaikan efisiensi dan performansi
lingkungan yang baik. Produksi bersih adalah usaha peningkatan produktivitas melalui
pemberian tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air;
peningkatan performansi lingkungan melalui reduksi sumber pembangkit limbah dan emisi;
serta reduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus produk ramah lingkungan dan
efektif dari segi biaya (Indrasti dan Fauzi, 2009).
Pengolahan air limbah selalu bersinergi dengan sistem penyaluran air limbah membentuk
elemen tidak terpisahkan di dalam sistem pengelolaan air limbah. Sistem penyaluran berfungsi
sebagai sarana untuk memompa dan mengangkut air limbah dari sumber penghasil menuju
pengolahan (Linsley dan Franzini, 1986). Sistem penyaluran air limbah sangat penting
diperhatikan karena merupakan elemen yang vital terhadap kelancaran pengolahan air limbah.
Ruang lingkup perencanaan sistem penyaluran adalah dekripsi lokasi perencanaan, kriteria
perencanaan, penentuan jalur perpipaan, penentuan debit air limbah, perencanaan dimensi
saluran, dan perencanaan perletakkan perlengkapan saluran.
Sebagai pelengkap informasi, peta Kota Banyuasih (Gambar I.1) diberikan secara detil sehingga
dapat memberikan gambaran umum perencanaan. Peta dibuat dalam skala 1:11.500 (cm). Selain
perumahan, kota ini dilengkapi sarana pendukung yang cukup memadai bagi penduduknya,
seperti perkantoran, sekolah, rumah sakit, mesjid, dan terminal bis. Data sekunder sarana-sarana
tersebut tersaji di Tabel 3.3 pada Modul TPSA.
Tugas Praktikum-1 (Pertemuan ke-2) - Lanjutan
Setelah sistem penyediaan air bersih telah berhasil dibuat, permasalahan lingkungan lain di
Kota Banyuasih adalah buruknya sanitasi lingkungan, terutama pengelolaan air limbah. Dari data
di atas, instalasi pengolahan air limbah domestik (IPAL) skala perkotaan diharapkan segera
dibangun dengan tahap awal adalah perencanaan sistem penyaluran air limbah dari sumber
menuju rencanan lokasi IPAL. Data sekunder debit perencanaan air limbah diperoleh dari debit air
bersih pada setiap blok wilayah pelayanan. Perencanaan pipa air limbah terbagi menjadi empat
tahap perhitungan, yaitu penentuan debit, dimensi pipa, volume air limbah dan debit
penggelontoran, dan penanaman pipa.
b) Kedalaman aliran
− Kedalaman aliran minimum dalam saluran harus diperhitungkan karena air limbah
mengandung partikel padatan yang belum hancur.
− Kedalaman minimum berkisar antara 7,5-10 cm.
− Perencanaan kedalaman aliran minimum harus mampu membawa partikel padatan
tersebut mengikuti aliran pada kecepatan minimum.
− Kedalaman aliran maksimum sebesar 80% dari diameter saluran.
Tabel I.3. Kecepatan aliran minimum saat debit puncak berdasarkan daya pembilasan
Kecepatan self cleansing
Diameter
(m/detik)
(mm)
n = 0,0013 n = 0,015
200 0,47 0,41
250 0,49 0,42
300 0,50 0,44
375 0,52 0,45
450 0,54 0,47
(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum)
d) Persamaan aliran
Pendekatan hidrolika pada saluran tertutup (closed conduit) dibutuhkan dalam menentukan
dimensi saluran. Persamaan-persamaan hidrolika tersebut disajikan pada Tabel I.4-I.7.
Perhitungan debit air limbah meliputi debit rata-rata (Qr), debit minimum (Qmin), debit
maksimum (Qm), debit infiltrasi, dan debit puncak (Qp). Persamaan untuk mencari jenis debit
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel I.4. Persamaan hidrolika perpipaan air limbah
Nama Formula Keterangan
0,5
𝐶 = 1,107 (𝑅𝑒 )
Chezy Re = Bilangan Reynolds
𝑣 = 𝐶 (𝑅 𝑆)0,5
C = koefisien (tergantung jenis
157,6
Bazin 𝐶= formula)
1,81 + 𝐾/𝑅
R = jari-jari hidrolis (m)
0,00155 1
23 + (
𝑆
)+( )
𝑁 v = keepatan aliran (m/detik)
Ganguillet-Kutter 𝐶= S = kemiringan/slope
𝑁 23 + 0,00155
1 + 0,5 [ ]
𝑅 𝑆 K = koefisien Bazin
Hazen William 𝑄 = 0,2785 𝐶 𝐷2,63 𝑆 0,54 N = koefisien Ganguillet-Kutter
𝑅1/6 D = diameter pipa (m)
𝐶=
𝑛 n = koefisien kekasaran Manning
1 2/3 0,5 HL = kehilangan tekan/head loss
Manning 𝑣= 𝑅 𝑆
𝑛 (m)
1 2/3 0,5
𝑄= 𝑅 𝑆 𝐴 f = faktor friksi
𝑛
g = gaya gravitasi (m/detik2)
𝐿 𝑣2
Darcy Weisbach 𝐻𝐿 = 𝑓
𝐷 2𝑔
(Sumber: Giles et al., 1994)
− Departemen Pekerjaan Umum juga telah mengeluarkan standar penggunaan air bersih
untuk sektor non-domestik dengan mengacu pada analisis terakhir fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi pada daerah perencanaan. Tabel I.9−I.11 menjelaskan standar kebutuhan
air bersih non-domestik berdasarkan kategori kota tipe metro/I (>1.000.000 jiwa),
besar/II (500.000−1.000.000 jiwa), sedang/III (100.000−500.000 jiwa), kecil/IV
(20.000-100.000 jiwa), dan desa/V (<20.000 jiwa).
Tabel I.8. Standar pemakaian air bersih setiap hari berdasarkan jenis bangunan
Pemakaian air rata-rata Jangka waktu
No. Jenis bangunan sehari pemakaian air rata- Keterangan
(L) rata sehari (jam)
1. Perumahan mewah 250 8-10 Setiap penghuni
2. Rumah biasa 160-250 8-10 Setiap penghuni
250 L (mewah)
3. Apartemen 200-230 8-10 180 L (menengah)
120 L (sederhana - satu orang)
4. Asrama 120 8 Sederhana - satu orang
Setiap tempat tidur pasien
>1000 (mewah)
Catatan: 8 L (pasien luar)
5. Rumah sakit 500-1000 (menengah) 8-10
120 L (staf/pegawai)
350-500 (umum)
160 L (keluarga pasien)
6. Sekolah dasar 40 5 100 L (guru)
7. SMP 50 6 100 L (guru)
SMA dan lebih
8. 80 6 100 L (guru/dosen)
tinggi
9. Rumah-toko 100-200 8 160 L (penghuni)
10. Gedung kantor 100 8 Setiap pegawai
Toserba (toko serba Pemakaian air hanya untuk kakus,
11. ada, departemen 3 7 belum termasuk untuk bagian
store) restoran.
60 (buruh pria) Per orang, setiap giliran (bila kerja
12. Pabrik/industri 8
100 (buruh wanita) lebih dari 8 jam sehari)
Setiap kedatangan atau
13. Stasiun/terminal 3 15
keberangkatan penumpang
14. Restoran 30 5 160 L (penghuni)
160 L (penghuni)
100 L (pelayan)
15. Restoran umum 15 7 70% dari jumlah tamu perlu 15
L/orang untuk kakus, cuci tangan,
dan sebagainya.
16. Gedung eksibisi 30 5 Bila penggunaan siang dan malam,
pemakaian air dihitung per
penonton.
17. Bioskop 10 3
Jam pemakaian air dalam tabel
untuk satu kali pertunjukkan.
30 L/tamu (pedagang besar)
18. Toko pengecer 40 6
150 L/staf atau 5 L/hari/m2 lantai
Untuk setiap tamu.
19. Hotel 250-300 10 120-150 L (staf)
200 L (penginapan)
Gedung Berdasarkan jumlah jemaah setiap
20. 10 2
peribadatan hari.
Untuk setiap pendatang yang
21. Perpustakaan 25 6
membaca di tempat.
22. Bar 30 6 Setiap tamu.
23. Perkumpulan sosial 30 Setiap tamu.
24. Kelab malam 120-350 Setiap tempat duduk.
Gedung
25. 150-200 Setiap tamu.
perkumpulan
26. Laboratorium 100-200 8 Setiap staf.
(Sumber: Morimura, 2000)
Tabel I.9. Kebutuhan air non-domestik untuk jenis kategori kota tipe I, II, III, dan IV
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 L/siswa/hari
Rumah sakit 200 L/tempat tidur/hari
Puskesmas 2000 L/unit/hari
Mesjid 3000 L/unit/hari
Kantor 10 L/pegawai/hari
Pasar 12000 L/ha/hari
Hotel 150 L/tempat tidur/hari
Rumah makan 100 L/tempat duduk/hari
Komplek militer 60 L/jiwa/hari
Kawasan industri 0,2-0,8 L/detik/ha
Kawasan pariwisata 0,1-0,3 L/detik/ha
Tabel I.10. Kebutuhan air non-domestik untuk jenis kategori kota tipe V
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 L/siswa/hari
Rumah sakit 200 L/tempat tidur/hari
Puskesmas 2000 L/unit/hari
Mesjid 3000 L/unit/hari
Mushalla 2000 L/unit/hari
Pasar 12000 L/ha/hari
Komersial/industri 10 L/ hari
(Sumber: Ditjen Cipta Karya PU, 1996)
c) Debit rata-rata
− Debit rata-rata air limbah (Qr) merupakan kumulatif debit rata-rata kontribusi segmen
pipa hulu.
− Debit rata-rata setiap segmen pipa (Qr) dapat terdiri atas debit satu atau beberapa sumber
air limbah melalui persamaan berikut:
Qr1 . a1 Qr2 . a2
QrA QrC
d) Debit minimum
− Debit minimum air limbah (Qmin) terjadi saat kecepatan air limbah juga minimum. Bila
debit minimum tidak diketahui, maka kondisi kedalaman berenang dapat tidak tercapai,
terdapat endapan di dalam pipa, dan akan terjadi proses pembusukan bahan organik di
dalam air limbah.
− Debit minimum dihitung melalui persamaan berikut:
− Jumlah populasi ekuivalen adalah jumlah penduduk ekuivalen yang setara dengan debit
rata-rata dari sumber air limbah dan dilayani oleh satu segmen pipa per 1000 jiwa. Nilai
PE diketahui melalui persamaan berikut:
𝑄𝑟𝑛 𝑎𝑛
𝑃𝐸 = (I − 5)
𝑄𝑟
𝑄𝑚 = 5 𝑃𝐸1,2 𝑓𝑚 𝑄𝑟 (I − 6)
Keterangan:
Qm = debit maksimum air limbah (L/detik)
fm = faktor harian maksimum = 1,25−2
f) Debit infiltrasi
− Debit infiltrasi (Qinf.) adalah penambahan debit air limbah akibat infiltrasi air tanah, air
permukaan, dan air hujan ke dalam saluran yang masuk melalui sambungan-sambungan
atau celah pipa.
− Besar debit infiltrasi merupakan akumulasi dari debit infiltrasi permukaan (surface) dan
infiltrasi saluran.
− Debit infiltrasi permukaan (QS) diketahui dari persamaan berikut:
𝑄𝑆 = 𝐶𝑟 𝑃𝐸 𝑄𝑟 (I − 7)
Keterangan:
QS = debit infiltrasi permukaan (L/adetik)
Cr = 0,1−0,3
g) Debit puncak
− Debit puncak merupakan debit pemakaian air bersih terbesar dalam satu jam selama satu
hari. Dengan deskripsi lain, debit puncak air limbah adalah kondisi ketika air limbah
dihasilkan pada kondisi maksimum dalam satu hari. Debit puncak diperlukan untuk
menentukan perencanaan dimensi saluran air limbah pada kondisi puncak.
− Debit puncak diketahui dari persamaan berikut:
𝑄𝑝 = 𝑄𝑚 + 𝑄𝑖𝑛𝑓. (I − 9)
Dengan demikian,
𝑄𝑝 = 𝑄𝑚 + 𝑄𝑆 + 𝑄𝑙𝑟 (I − 10)
Tugas Praktikum-2 (Pertemuan ke-3)
Perencanaan Debit Air Limbah
1. Buat tabel sesuai dengan contoh Tabel I.14.
2. Isi kolom ke-1 untuk nomor node bagian hulu (upstream) dan hilir (downstream).
3. Isi kolom ke-2 dengan panjang segmen berdasarkan jarak antar node.
4. Isi kolom ke-3 untuk kode blok pelayanan pada setiap segmen.
5. Isi kolom ke-4 untuk luas blok pelayanan berdasarkan Tabel 1.1 di Modul TPSA.
6. Isi kolom ke-5 untuk jenis peruntukkan sesuai kode blok pelayanan, seperti permukiman,
sekolah, rumah sakit, mesjid, dan lain-lain.
7. Isi kolom ke-6 untuk debit air bersih setiap daerah pelayanan dari data perencanaan sistem
penyediaan air bersih pada modul TPSA untuk tahun perencanaan 2049.
8. Isi kolom ke-7 untuk debit air bersih pada setiap daerah pelayanan setelah ditambahkan nilai
kehilangan air. Nilai kehilangan air (KH) diperoleh dari Tabel 3.5 pada modul TPSA.
9. Isi kolom ke-8 untuk debit air bersih jam puncak. Faktor harian maksimum mengacu pada
Tabel 3.5 (Modul TPSA). Lihat prosedur l - m pada Tugas 3.3 (Modul TPSA).
10. Isi kolom ke-9 untuk debit air limbah domestik (Qd) berdasarkan Persamaan (I-1). Pilih nilai
80% dari debit air bersih (Qam).
11. Isi kolom ke-10 untuk penduduk ekuivalen berdasarkan Persamaan I-5.
12. Isi kolom ke-11 untuk nilai PE kumulatif dari PE setiap blok pelayanan. Nilai PE kumulatif
tergantung dari pola aliran perencanaan air limbah.
13. Isi kolom ke-12 untuk debit minimum berdasarkan Persamaan (I-4).
14. Isi kolom ke-13 untuk debit harian maksimum berdasarkan Persamaan (I-6).
15. Isi kolom ke-14 untuk debit infiltasi permukaan berdasarkan Persamaan (I-7).
16. Isi kolom ke-15 untuk debit infiltasi saluran berdasarkan Persamaan (I-8).
17. Isi kolom ke-16 untuk debit puncak berdasarkan Persamaan (I-10).
Bentuk saluran sebaiknya menggunakan bentuk penampang hidrolik terbaik dengan luas
penampang minimum, tetapi mampu mengalirkan debit maksimum (Sukarto, 1999). Beberapa
faktor penentu pemilihan jenis saluran adalah:
a) Luas penampang saluran
b) Kemiringan saluran
c) Kekasaran saluran
d) Kondisi aliran
e) Belokan atau rintangan lainnya.
f) Karakteristik efluen
Selain dari Tabel I.13, formula praktis penentuan kemiringan pipa adalah:
2
𝑆𝑚𝑖𝑛 = atau 𝑆𝑚𝑖𝑛 = 0,01 𝑄 0,667 (I − 11)
3𝐷
Keterangan:
Smin = kemiringan minimum pipa (m/m)
D = diameter pipa (mm)
Q = debit aliran air limbah (L/detik)
Kemiringan muka tanah lebih curam daripada kemiringan pipa minimal dapat digunakan
sebagai kemiringan rancangan selama kecepatan aliran di bawah kecepatan maksimum.
Penentuan kemiringan pipa ditentukan oleh beberapa faktor pertimbangan, yaitu:
a) Sifat pengaliran air limbah adalah aliran terbuka secara gravitasi. Dengan demikian,
kemiringan pipa sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran.
b) Kemiringan harus diusahakan sekecil mungkin, tetapi mampu memberikan kecepatan yang
diharapkan sehingga galian dapat dilakukan seminimal mungkin.
c) Kemiringan diperoleh dari perbedaan ketinggian antara dua tempat dibagi dengan jarak dua
tempat tersebut.
d) Kemiringan pipa dibutuhkan bila kemiringan dibuat berdasarkan kebutuhan kecepatan
minimum.
e) Kemiringan pipa terbesar pada batas yang diizinkan perlu diketahui agar kecepatan
maksimum tidak terlampaui sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada saluran.
Tabel I.14. Penentuan debit air limbah
Jalur pipa
(nomor
Panjang Blok pelayanan Debit air
Debit air bersih
Debit air PE
Qinf.
node)
segmen bersih
(L/detik)
limbah
PE
kumulatif Qmin Qm (L/detik) Qp
-1- (jiwa) (L/detik) (L/detik) (L/detik)
(m) (L/detik) (L/detik) (jiwa)
Luas Jenis (+ kehilangan Debit jam -10- -12- -13- -16-
Dari Ke
-2- Kode
(ha) peruntukan
-6-
air) puncak (Qjp)
-9- -11- QS Qlr
-3- -14- -15-
-4- -5- -7- -8-
a
1 2 Kolom 3–6 a+b
b Persamaan (I-4), (I-6),
diperoleh dari
data sekunder c a+b+c (I-7), (I-8), dan (I-10)
2 3 modul TPSA d +d
𝑄𝑟 𝑛 𝑎𝑛 e a+…+d
3 6 𝑃𝐸 = f +e+f+
𝑄𝑟
g g
h
5 6 h+i
i
a+…g+
6 7 j
h+i+j