Anda di halaman 1dari 19

MODUL KULIAH DAN PRAKTIKUM-1

TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


I. P E R E N C A N A A N S IST E M P E N Y A L U R A N A IR L IM B A H

I.1. Pendahuluan
Perkembangan pesat pembangunan ditujukan dalam rangka peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan diarahkan pada peningkatan kuantitas perumahan dan
diikuti fasilitas penunjang, seperti perkantoran, sekolah, serta fasilitas umum lainnya. Setiap
ekspansi proses pembangunan selalu menghasilkan dampak bagi lingkungan. Peningkatan
jumlah air limbah, air limbah rumah tangga (domestic sewage) dan air limbah industri (non-
domestic sewage), merupakan salah salah produk hasil yang dapat memberikan efek negatif bagi
stabilitas daya dukung lingkungan. Kurangnya perhatian terhadap pencemaran akibat air limbah
merupakan masalah yang sangat ironis, terutama di negara berkembang. Penggunaan anggaran
belanja total dari pemerintah maupun swasta untuk penanggulangan pencemaran jauh lebih kecil
dibandingkan untuk pembangunan sarana dan infrastruktur wilayah sehingga ketersediaan
langsung sumber air bersih yang sesuai dengan standar baku mutu semakin sulit ditemui.
Efek samping air limbah menyebabkan:
a. Peningkatan akumulasi penyakit sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia
b. Kerugian pada sektor ekonomi karena air limbah menimbulkan kerusakan pada satu elemen
barang atau bangunan, serta kematian pada hewan dan tumbuhan.
c. Penurunan kualitas lingkungan seperti degradasi kualitas air, tanah, dan udara (seperti
timbulnya bau busuk) sehingga stabilitas lingkungan terganggu.
Industri maupun rumah tangga diperkenankan membuang air limbah ke lingkungan melalui
standar persyaratan yang berlaku. Pernyataan tersebut memberikan satu pernyataan bahwa
tidak semua industri dan rumah tangga mencemari lingkungan karena lingkungan merupakan
media akhir pembuangan air limbah. Pengolahan sesuai dengan karakteristik air limbah
mencegah dampak akumulasi polutan berbahaya di lingkungan. Pengolahan air limbah didukung
oleh strategi produksi bersih akan memberikan dampak perbaikan efisiensi dan performansi
lingkungan yang baik. Produksi bersih adalah usaha peningkatan produktivitas melalui
pemberian tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air;
peningkatan performansi lingkungan melalui reduksi sumber pembangkit limbah dan emisi;
serta reduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus produk ramah lingkungan dan
efektif dari segi biaya (Indrasti dan Fauzi, 2009).
Pengolahan air limbah selalu bersinergi dengan sistem penyaluran air limbah membentuk
elemen tidak terpisahkan di dalam sistem pengelolaan air limbah. Sistem penyaluran berfungsi
sebagai sarana untuk memompa dan mengangkut air limbah dari sumber penghasil menuju
pengolahan (Linsley dan Franzini, 1986). Sistem penyaluran air limbah sangat penting
diperhatikan karena merupakan elemen yang vital terhadap kelancaran pengolahan air limbah.
Ruang lingkup perencanaan sistem penyaluran adalah dekripsi lokasi perencanaan, kriteria
perencanaan, penentuan jalur perpipaan, penentuan debit air limbah, perencanaan dimensi
saluran, dan perencanaan perletakkan perlengkapan saluran.

I.2. Kriteria Perencanaan


Sistem penyaluran air limbah direncanakan untuk mengalirkan air limbah sesuai dengan
fluktuasi debit. Berdasarkan fluktuasi debit, kuantitas air limbah dalam kondisi minimum dan
maksimum dapat diperhitungkan. Kuantitas air limbah pada kondisi puncak perlu diketahui
untuk mengetahui diameter saluran yang mampu mengalirkan seluruh air limbah, sedangkan
kuantitas air limbah pada kondisi minimum diketahui untuk menghitung kebutuhan air selama
penggelontoran.

I.2.1. Pengaliran Air Limbah


Beberapa kriteria pengaliran air limbah harus diperhatikan selama perencanaan sistem
penyaluran air limbah, yaitu:
a) Pengaliran air limbah dapat terbagi atas:
− Pengaliran terbuka dengan sistem pengaliran secara gravitasi.
− Pengaliran bertekanan akibat adanya gaya luar, misal akibat dari tekanan hidrolis dan
pemompaan.
b) Perencanaan pengaliran diusahakan bersifat gravitasi. Pengaliran bertekanan dapat
dijadikan alternatif bila kondisi tidak memungkinkan.
c) Kecepatan pengaliran harus mampu mencapai kecepatan self-cleansing pada kisaran 0,6-3
m/detik tanpa mengakibatkan penggerusan pada dinding saluran.
d) Aliran harus mampu membawa material meskipun dalam kondisi debit minimum.
e) Kondisi pengaliran diusahakan unsteady uniform flow.
f) Durasi air limbah sampai ke instalasi pengolahan tidak boleh lebih dari 18 jam untuk
menghindari korosif akibat penguraian bahan organik yang menghasilkan senyawa asam,
seperti H2S dan NH4.
I.2.2. Faktor Pertimbangan Perencanaan Saluran Air Limbah
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam perencanaan air limbah, antara lain:
a) Jangka waktu perencanaan; perencanaan harus memperhitungkan fasilitas pelayanan dan
proyeksi jumlah penduduk pada masa datang dalam waktu tertentu.
b) Jumlah penduduk terlayani; proyeksi jumlah penduduk harus diperkirakan dalam
perencanaan daerah pelayanan melalui penentuan faktor-faktor pengaruh perubahan jumlah
penduduk pada rentang waktu tertentu. Berbagai macam metode perhitungan proyeksi
jumlah penduduk, antara lain aritmatika, geometri, dan increamental increase (Tabel I.1).
c) Keadaan sosial ekonomi
d) Kualitas air limbah; jumlah air limbah mempengaruhi jenis penyaluran dan pengolahan untuk
perencanaan sekarang dan masa depan.
e) Pilihan antara terpisah dan tercampur; air limbah seharusnya tidak diperkenankan untuk
dicampur dengan air hujan, tetapi dapat dicampur pada kondisi tertentu berdasarkan
beberapa faktor di lapangan sehingga membutuhkan konstruksi tersendiri.
f) Pembagian wilayah; satu sistem membutuhkan pembagian wilayah pelayanan untuk
mengalirkan air limbah menuju instalasi pengolahan.
g) Denah sistem pengumpulan; perencanaan penyaluran air limbah membutuhkan perhitungan
antara penggunaan pengaliran secara gravitasi atau pompa. Bila pengaliran secara gravitasi
dipilih, maka jarak dan kedalaman galian perlu diperhitungkan secara detil.

Tabel III.1. Metode proyeksi jumlah penduduk


Metode Rumus Keterangan
Pn = proyeksi pada tahun n
P0 = jumlah penduduk pada awal
Aritmatika 𝑃𝑛 = 𝑃0 + (𝑛 𝑑)
tahun perhitungan
n = tahun ke 1, 2, 3, …
d = rasio kenaikan rata-rata
penduduk
Geometri 𝑃𝑛 = 𝑃0 (1 + 𝑟)𝑛
r = rasio pertambahan penduduk
rata-rata
X = rasio jumlah penduduk dari
Incremental 𝑛(𝑛 + 1)𝑌 data pertumbuhan
𝑃𝑛 = 𝑃0 (𝑛 𝑋) + [ ]
increase 2 Y = rasio jumlah penduduk dari
data awal

I.2.3. Susunan Jaringan Perpipaan Air Limbah


Di dalam konfigurasi perpipaan air limbah, pipa dibagi menjadi empat jenis berdasarkan
kriteria diameter, yaitu pipa persil, pipa service, pipa lateral, dan pipa induk. Deskripsi dari jenis
pipa tersebut tersaji pada Tabel I.2.
Gambar I.1 Denah Kota Banyuasih
Tabel I.2. Jenis pipa air limbah
Jenis pipa Deskripsi
a) Pipa persil menyalurkan air limbah dari instalasi plambing bangunan ke
pipa service.
b) Diameter pipa persil berkisar 4-6 inchi (100-150 mm).
Pipa persil c) Ukuran pipa persil harus sama atau lebih besar dari pipa plambing utama.
d) Kemiringan saluran minimum dianjurkan sebesar 2%
e) Teknik penyambungan pipa persil dengan pipa service menggunakan tee
dengan sudut 45ᵒ atau lebih.
a) Pipa service menyalurkan air limbah dari pipa persil ke pipa lateral.
Pipa service b) Diameter pipa service berkisar antara 6-8 inchi (150-200 mm).
c) Pipa service diharapkan mampu melayani 50 sambungan rumah.
a) Pipa lateral menyalurkan air limbah dari pipa service ke pipa induk.
b) Untuk sistem jaringan penyaluran air limbah skala kecil, pipa service dapat
berfungsi sebagai pipa lateral, sedangkan pipa lateral dapat berkembang
Pipa lateral menjadi pipa induk pada jaringan skala besar.
c) Ukuran pipa lateral tergantung dari jumlah pipa service (debit air limbah
dialirkan dari kondisi hidrolis yng diinginkan).
d) Diameter pipa lateral sekitar 12 inchi (300 mm)
a) Pipa induk merupakan pipa penyalur air limbah terakhir menuju instalasi
Pipa induk pengolahan air limbah atau tempat pembuangan akhir.
b) Ukuran pipa induk tergantung dari jumlah populasi di daerah pelayanan.

Tugas Praktikum-1 (Pertemuan ke-2)


Deskripsi Wilayah
Kota Banyuasih berada pada ketinggian 385−410 m di atas permukaan laut. Topografi tanah
pada kota tersebut menurun dari utara ke selatan. Secara geografis, Kota Banyuasih dibatasi oleh:
− Sebelah utara : Waduk Utara dan Jalan Tol Banyuasih.
− Sebelah selatan : Waduk Selatan
− Sebelah timur : SIL Bypass Timur
− Sebelah barat : SIL Bypass Barat
Luas administratif Kota Banyuasih sebesar 545 ha. Luas area setiap fungsi lahan dapat dilihat di
Tabel 1.1 pada Modul Teknik Pengelolaan Suplai Air (TPSA). Umumnya, kota ini sebagian besar
difungsikan sebagai permukiman. Kepadatan permukiman pada kota tersebut diperkirakan sebesar
400, 450, dan 500 jiwa/ha. Asumsi pemakaian air bersih di permukiman tersaji pada tabel berikut:

Kepadatan Asumsi pemakaian air bersih


No. Kode di peta Sarana kota
(jiwa/ha) (L/jiwa/hari)
1. A dan B Permukiman 500 220
2. C dan D Permukiman 450 200
3. C Permukiman 400 150

Sebagai pelengkap informasi, peta Kota Banyuasih (Gambar I.1) diberikan secara detil sehingga
dapat memberikan gambaran umum perencanaan. Peta dibuat dalam skala 1:11.500 (cm). Selain
perumahan, kota ini dilengkapi sarana pendukung yang cukup memadai bagi penduduknya,
seperti perkantoran, sekolah, rumah sakit, mesjid, dan terminal bis. Data sekunder sarana-sarana
tersebut tersaji di Tabel 3.3 pada Modul TPSA.
Tugas Praktikum-1 (Pertemuan ke-2) - Lanjutan
Setelah sistem penyediaan air bersih telah berhasil dibuat, permasalahan lingkungan lain di
Kota Banyuasih adalah buruknya sanitasi lingkungan, terutama pengelolaan air limbah. Dari data
di atas, instalasi pengolahan air limbah domestik (IPAL) skala perkotaan diharapkan segera
dibangun dengan tahap awal adalah perencanaan sistem penyaluran air limbah dari sumber
menuju rencanan lokasi IPAL. Data sekunder debit perencanaan air limbah diperoleh dari debit air
bersih pada setiap blok wilayah pelayanan. Perencanaan pipa air limbah terbagi menjadi empat
tahap perhitungan, yaitu penentuan debit, dimensi pipa, volume air limbah dan debit
penggelontoran, dan penanaman pipa.

Rekapitulasi Data Sekunder dan Penentuan Jalur Perpipaan


1. Rekapitulasi data sekunder dari perencanaan sistem penyediaan air bersih Kota Banyuasih
pada modul TPSA berupa:
- Luas area blok pelayanan (Tabel 1.1)
- Data jumlah penduduk tahun 2010-2019 (Tabel 2.1)
- Hasil data proyeksi tahun 2019, 2034, 2049;
- Total kebutuhan air bersih non-domestik tahun 2019, 2034, dan 2049 (Tabel 3.4)
- Total kebutuhan air bersih domestik tahun 2019, 2034, dan 2049 (Tabel 3.7)
Ulas setiap data penyediaan air bersih di atas sebagai salah satu data sekunder di dalam
perencanaan penyaluran air limbah.
2. Lihat pada Gambar I.2. Perhatikan garis kontur dan tentukan rencana lokasi IPAL. Pilih lokasi
IPAL berdasarkan perletakkan lokasi dekat dengan badan air sebagai media tampung efluen
air limbah dan perencanaan jenis pengaliran secara gravitasi di dalam pipa.
3. Buatlah jalur pipa air limbah (branching system) untuk mengakomodasi seluruh blok
pelayanan.
4. Buatlah node jalur dengan jarak 150−200 meter. Node bukan manhole, tetapi titik pemisahan
pipa menjadi beberapa segmen.
5. Tentukan arah pelayanan setiap blok pada segmen pipa. Buat garis panah menuju node yang
dituju di dalam peta.

I.2.4. Tinjauan Hidrolis Pengaliran Air Limbah


Tinjauan hidrolis untuk pengaliran air limbah difokuskan pada kecepatan aliran, kedalaman
aliran, debit perencanaan pipa, dan persamaan aliran terpilih.
a) Kecepatan aliran
− Kecepatan aliran di dalam pipa berkisar 0,6-3 m/detik.
− Kecepatan aliran maksimum air limbah yang tidak mengandung pasir adalah 3 m/detik,
sedangkan aliran yang mengandung pasir dianjurkan pada kisaran 2-2,4 m/detik.
− Batas kecepatan aliran tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan penggerusan
pada pipa belum terjadi sehingga ketahanan pipa dapat dijaga.
− Berdasarkan aturan dari Departemen Pekerjaan Umum mengenai Tata Cara Rancangan
Sistem Jaringan Perpipaan Air LImbah Terpusat tentang Pedoman Perencanaan,
kecepatan minimal aliran di dalam pipa berdasarkan daya pembilasan (tractive force)
pipa pada koefisien kekasaran Manning (n) sebesar 0,013 dan 0,015 dapat mencapai 0,4
m/detik (Tabel I.3).

b) Kedalaman aliran
− Kedalaman aliran minimum dalam saluran harus diperhitungkan karena air limbah
mengandung partikel padatan yang belum hancur.
− Kedalaman minimum berkisar antara 7,5-10 cm.
− Perencanaan kedalaman aliran minimum harus mampu membawa partikel padatan
tersebut mengikuti aliran pada kecepatan minimum.
− Kedalaman aliran maksimum sebesar 80% dari diameter saluran.

Tabel I.3. Kecepatan aliran minimum saat debit puncak berdasarkan daya pembilasan
Kecepatan self cleansing
Diameter
(m/detik)
(mm)
n = 0,0013 n = 0,015
200 0,47 0,41
250 0,49 0,42
300 0,50 0,44
375 0,52 0,45
450 0,54 0,47
(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum)

c) Debit perencanaan pipa


Debit maksimum dan minimum dalam perencanaan pipa tergantung dari:
− Sumber air limbah
− Tingkat pemakaian air bersih
− Curah hujan dan infiltrasi
− Jenis material saluran dan penyambungan bangunan pelengkap

d) Persamaan aliran
Pendekatan hidrolika pada saluran tertutup (closed conduit) dibutuhkan dalam menentukan
dimensi saluran. Persamaan-persamaan hidrolika tersebut disajikan pada Tabel I.4-I.7.

I.3. Perencanaan Debit

Perhitungan debit air limbah meliputi debit rata-rata (Qr), debit minimum (Qmin), debit
maksimum (Qm), debit infiltrasi, dan debit puncak (Qp). Persamaan untuk mencari jenis debit
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel I.4. Persamaan hidrolika perpipaan air limbah
Nama Formula Keterangan
0,5
𝐶 = 1,107 (𝑅𝑒 )
Chezy Re = Bilangan Reynolds
𝑣 = 𝐶 (𝑅 𝑆)0,5
C = koefisien (tergantung jenis
157,6
Bazin 𝐶= formula)
1,81 + 𝐾/𝑅
R = jari-jari hidrolis (m)
0,00155 1
23 + (
𝑆
)+( )
𝑁 v = keepatan aliran (m/detik)
Ganguillet-Kutter 𝐶= S = kemiringan/slope
𝑁 23 + 0,00155
1 + 0,5 [ ]
𝑅 𝑆 K = koefisien Bazin
Hazen William 𝑄 = 0,2785 𝐶 𝐷2,63 𝑆 0,54 N = koefisien Ganguillet-Kutter
𝑅1/6 D = diameter pipa (m)
𝐶=
𝑛 n = koefisien kekasaran Manning
1 2/3 0,5 HL = kehilangan tekan/head loss
Manning 𝑣= 𝑅 𝑆
𝑛 (m)
1 2/3 0,5
𝑄= 𝑅 𝑆 𝐴 f = faktor friksi
𝑛
g = gaya gravitasi (m/detik2)
𝐿 𝑣2
Darcy Weisbach 𝐻𝐿 = 𝑓
𝐷 2𝑔
(Sumber: Giles et al., 1994)

Tabel I.5. Koefisien Bazin dan Ganguillet-Kutter


Jenis Saluran K n
Saluran semen permukaan halus 0,11 0,113
Saluran beton/batu kali 0,21 0,0127
Saluran dari puing-puing 0,83 0,0363
Saluran alami kondisi baik 1,54 0,0316
Saluran alami kondisi sedang 2,36 1,0324
Saluran alami kondisi buruk 3,17 0,0704
(Sumber: Giles et al., 1994)

Tabel I.6. Koefisien Hazen-Williams


Jenis saluran K
Pipa lurus dan sangat halus 140
Pipa besi cor halus (smooth cast-iron pipe) 130
Pipa besi cor rata-rata, pipa baja terpaku baru 110
Vitrified sewer pipe 110
Pipa besi cor, beberapa tahun diperbaiki 100
Pipa besi cor, kondisi buruk 80
(Sumber: Giles et al., 1994)

Tabel I.7. Koefisien kekasaran Manning


Jenis saluran K
Pipa besi 0,012 − 0,015
Pipa PVC 0,011 − 0,013
Pipa tanah liat/lempung 0,011 − 0,015
Pipa beton 0,012 − 0,016
Pipa pas bata 0,012 − 0,017
(Sumber: Giles et al., 1994)
a) Debit air limbah domestik
− Debit ini dihasilkan dari seluruh aktivitas peruntukkan lahan rumah hunian dan dibuang
ke saluran pengumpul.
− Penentuan debit air limbah domestik dihitung melalui persamaan:

𝑄𝑑 = (60 − 80)% 𝑄𝑎𝑏 (I − 1)


Keterangan:
Qd = debit air limbah domestik (L/detik atau m3/detik)
Qab = debit air bersih (L/detik)
Qab bervariasi sesuai dengan peruntukkan lahan. Kebutuhan penggunaan air bersih sesuai
dengan pemakaian air rata-rata dalam satu hari untuk permukiman berdasarkan rumah
sederhana, rumah mewah, dan apartemen ditampilkan pada Tabel I.8.

b) Debit air limbah non-domestik


− Debit ini dihasilkan dari aktivitas peruntukkan lahan komersial dan sosial, seperti
sekolah, perkantoran, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, pasar tradisional, sarana
pengumpulan transportasi, dan pertokoan.
− Penentuan debit air limbah non-domestik dihitung melalui persamaan:

𝑄𝑛𝑑 = (60 − 80)% 𝑄𝑘𝑑 (I − 2)


Keterangan:
Qnd = debit air limbah non-domestik (L/detik)
Qkd = kebutuhan non-domestik (L/jiwa/hari)

− Departemen Pekerjaan Umum juga telah mengeluarkan standar penggunaan air bersih
untuk sektor non-domestik dengan mengacu pada analisis terakhir fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi pada daerah perencanaan. Tabel I.9−I.11 menjelaskan standar kebutuhan
air bersih non-domestik berdasarkan kategori kota tipe metro/I (>1.000.000 jiwa),
besar/II (500.000−1.000.000 jiwa), sedang/III (100.000−500.000 jiwa), kecil/IV
(20.000-100.000 jiwa), dan desa/V (<20.000 jiwa).
Tabel I.8. Standar pemakaian air bersih setiap hari berdasarkan jenis bangunan
Pemakaian air rata-rata Jangka waktu
No. Jenis bangunan sehari pemakaian air rata- Keterangan
(L) rata sehari (jam)
1. Perumahan mewah 250 8-10 Setiap penghuni
2. Rumah biasa 160-250 8-10 Setiap penghuni
250 L (mewah)
3. Apartemen 200-230 8-10 180 L (menengah)
120 L (sederhana - satu orang)
4. Asrama 120 8 Sederhana - satu orang
Setiap tempat tidur pasien
>1000 (mewah)
Catatan: 8 L (pasien luar)
5. Rumah sakit 500-1000 (menengah) 8-10
120 L (staf/pegawai)
350-500 (umum)
160 L (keluarga pasien)
6. Sekolah dasar 40 5 100 L (guru)
7. SMP 50 6 100 L (guru)
SMA dan lebih
8. 80 6 100 L (guru/dosen)
tinggi
9. Rumah-toko 100-200 8 160 L (penghuni)
10. Gedung kantor 100 8 Setiap pegawai
Toserba (toko serba Pemakaian air hanya untuk kakus,
11. ada, departemen 3 7 belum termasuk untuk bagian
store) restoran.
60 (buruh pria) Per orang, setiap giliran (bila kerja
12. Pabrik/industri 8
100 (buruh wanita) lebih dari 8 jam sehari)
Setiap kedatangan atau
13. Stasiun/terminal 3 15
keberangkatan penumpang
14. Restoran 30 5 160 L (penghuni)
160 L (penghuni)
100 L (pelayan)
15. Restoran umum 15 7 70% dari jumlah tamu perlu 15
L/orang untuk kakus, cuci tangan,
dan sebagainya.
16. Gedung eksibisi 30 5 Bila penggunaan siang dan malam,
pemakaian air dihitung per
penonton.
17. Bioskop 10 3
Jam pemakaian air dalam tabel
untuk satu kali pertunjukkan.
30 L/tamu (pedagang besar)
18. Toko pengecer 40 6
150 L/staf atau 5 L/hari/m2 lantai
Untuk setiap tamu.
19. Hotel 250-300 10 120-150 L (staf)
200 L (penginapan)
Gedung Berdasarkan jumlah jemaah setiap
20. 10 2
peribadatan hari.
Untuk setiap pendatang yang
21. Perpustakaan 25 6
membaca di tempat.
22. Bar 30 6 Setiap tamu.
23. Perkumpulan sosial 30 Setiap tamu.
24. Kelab malam 120-350 Setiap tempat duduk.
Gedung
25. 150-200 Setiap tamu.
perkumpulan
26. Laboratorium 100-200 8 Setiap staf.
(Sumber: Morimura, 2000)
Tabel I.9. Kebutuhan air non-domestik untuk jenis kategori kota tipe I, II, III, dan IV
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 L/siswa/hari
Rumah sakit 200 L/tempat tidur/hari
Puskesmas 2000 L/unit/hari
Mesjid 3000 L/unit/hari
Kantor 10 L/pegawai/hari
Pasar 12000 L/ha/hari
Hotel 150 L/tempat tidur/hari
Rumah makan 100 L/tempat duduk/hari
Komplek militer 60 L/jiwa/hari
Kawasan industri 0,2-0,8 L/detik/ha
Kawasan pariwisata 0,1-0,3 L/detik/ha

Tabel I.10. Kebutuhan air non-domestik untuk jenis kategori kota tipe V
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 L/siswa/hari
Rumah sakit 200 L/tempat tidur/hari
Puskesmas 2000 L/unit/hari
Mesjid 3000 L/unit/hari
Mushalla 2000 L/unit/hari
Pasar 12000 L/ha/hari
Komersial/industri 10 L/ hari
(Sumber: Ditjen Cipta Karya PU, 1996)

Tabel I.11. Kebutuhan air non-domestik untuk kategori lain


Sektor Nilai Satuan
Bandar udara 10 L/jiwa/hari
Pelabuhan 50 L/jiwa/hari
Stasiun KA dan terminal bis 10 L/jiwa/hari
Kawasan industri 0.75 L/hari/ha
(Sumber: Ditjen Cipta Karya PU, 1996)

c) Debit rata-rata
− Debit rata-rata air limbah (Qr) merupakan kumulatif debit rata-rata kontribusi segmen
pipa hulu.
− Debit rata-rata setiap segmen pipa (Qr) dapat terdiri atas debit satu atau beberapa sumber
air limbah melalui persamaan berikut:

𝑄𝑟𝐶 = 𝑄𝑟𝐴 + 𝑄𝑟𝐵 + (𝑄𝑟1 𝑎1 ) + (𝑄𝑟2 𝑎2 ) + (𝑄𝑟𝑛 𝑎𝑛 ) (I − 3)


Keterangan:
QrA,B,C = debit rata-rata pada segmen pipa A, B, C, dan seterusnya (L/detik)
Qr1,2,n = debit pada daerah 1, 2, hingga n (L/detik/ha)
a1,2,n = luas daerah 1, 2, 3, hingga n (ha)
Daerah pelayanan C

Qr1 . a1 Qr2 . a2
QrA QrC

Qr3 . a3 Qr4 . a4 Qr3 . a3


QrB

Gambar I.2. Contoh penetapan debit rata-rata

d) Debit minimum
− Debit minimum air limbah (Qmin) terjadi saat kecepatan air limbah juga minimum. Bila
debit minimum tidak diketahui, maka kondisi kedalaman berenang dapat tidak tercapai,
terdapat endapan di dalam pipa, dan akan terjadi proses pembusukan bahan organik di
dalam air limbah.
− Debit minimum dihitung melalui persamaan berikut:

𝑄𝑚𝑖𝑛 = 0,2 𝑃𝐸1,2 𝑄𝑟 (I − 4)


Keterangan:
Qmin = debit minimum air limbah (L/detik)
PE = jumlah populasi ekuivalen terlayani (jiwa)

− Jumlah populasi ekuivalen adalah jumlah penduduk ekuivalen yang setara dengan debit
rata-rata dari sumber air limbah dan dilayani oleh satu segmen pipa per 1000 jiwa. Nilai
PE diketahui melalui persamaan berikut:

𝑄𝑟𝑛 𝑎𝑛
𝑃𝐸 = (I − 5)
𝑄𝑟

e) Debit harian maksimum


− Debit maksimum (Qm) merupakan debit harian air limbah tertinggi dibandingkan debit
harian secara umum.
− Debit maksimum dihitung melalui persamaan berikut:

𝑄𝑚 = 5 𝑃𝐸1,2 𝑓𝑚 𝑄𝑟 (I − 6)
Keterangan:
Qm = debit maksimum air limbah (L/detik)
fm = faktor harian maksimum = 1,25−2
f) Debit infiltrasi
− Debit infiltrasi (Qinf.) adalah penambahan debit air limbah akibat infiltrasi air tanah, air
permukaan, dan air hujan ke dalam saluran yang masuk melalui sambungan-sambungan
atau celah pipa.
− Besar debit infiltrasi merupakan akumulasi dari debit infiltrasi permukaan (surface) dan
infiltrasi saluran.
− Debit infiltrasi permukaan (QS) diketahui dari persamaan berikut:

𝑄𝑆 = 𝐶𝑟 𝑃𝐸 𝑄𝑟 (I − 7)
Keterangan:
QS = debit infiltrasi permukaan (L/adetik)
Cr = 0,1−0,3

− Debit infiltrasi saluran (Qlr) diketahui dari persamaan berikut:


𝐿
𝑄𝑙𝑟 = ( )𝑞 (I − 8)
1000 𝑖𝑛𝑓.
Keterangan:
Qlr = debit infiltrasi saluran (L/detik)
L = panjang segmen pipa (m)
qinf = nilai infiltrasi saluran = 1−3 L/detik/1000 panjang pipa

g) Debit puncak
− Debit puncak merupakan debit pemakaian air bersih terbesar dalam satu jam selama satu
hari. Dengan deskripsi lain, debit puncak air limbah adalah kondisi ketika air limbah
dihasilkan pada kondisi maksimum dalam satu hari. Debit puncak diperlukan untuk
menentukan perencanaan dimensi saluran air limbah pada kondisi puncak.
− Debit puncak diketahui dari persamaan berikut:

𝑄𝑝 = 𝑄𝑚 + 𝑄𝑖𝑛𝑓. (I − 9)

Dengan demikian,

𝑄𝑝 = 𝑄𝑚 + 𝑄𝑆 + 𝑄𝑙𝑟 (I − 10)
Tugas Praktikum-2 (Pertemuan ke-3)
Perencanaan Debit Air Limbah
1. Buat tabel sesuai dengan contoh Tabel I.14.
2. Isi kolom ke-1 untuk nomor node bagian hulu (upstream) dan hilir (downstream).
3. Isi kolom ke-2 dengan panjang segmen berdasarkan jarak antar node.
4. Isi kolom ke-3 untuk kode blok pelayanan pada setiap segmen.
5. Isi kolom ke-4 untuk luas blok pelayanan berdasarkan Tabel 1.1 di Modul TPSA.
6. Isi kolom ke-5 untuk jenis peruntukkan sesuai kode blok pelayanan, seperti permukiman,
sekolah, rumah sakit, mesjid, dan lain-lain.
7. Isi kolom ke-6 untuk debit air bersih setiap daerah pelayanan dari data perencanaan sistem
penyediaan air bersih pada modul TPSA untuk tahun perencanaan 2049.
8. Isi kolom ke-7 untuk debit air bersih pada setiap daerah pelayanan setelah ditambahkan nilai
kehilangan air. Nilai kehilangan air (KH) diperoleh dari Tabel 3.5 pada modul TPSA.
9. Isi kolom ke-8 untuk debit air bersih jam puncak. Faktor harian maksimum mengacu pada
Tabel 3.5 (Modul TPSA). Lihat prosedur l - m pada Tugas 3.3 (Modul TPSA).
10. Isi kolom ke-9 untuk debit air limbah domestik (Qd) berdasarkan Persamaan (I-1). Pilih nilai
80% dari debit air bersih (Qam).
11. Isi kolom ke-10 untuk penduduk ekuivalen berdasarkan Persamaan I-5.
12. Isi kolom ke-11 untuk nilai PE kumulatif dari PE setiap blok pelayanan. Nilai PE kumulatif
tergantung dari pola aliran perencanaan air limbah.
13. Isi kolom ke-12 untuk debit minimum berdasarkan Persamaan (I-4).
14. Isi kolom ke-13 untuk debit harian maksimum berdasarkan Persamaan (I-6).
15. Isi kolom ke-14 untuk debit infiltasi permukaan berdasarkan Persamaan (I-7).
16. Isi kolom ke-15 untuk debit infiltasi saluran berdasarkan Persamaan (I-8).
17. Isi kolom ke-16 untuk debit puncak berdasarkan Persamaan (I-10).

I.4. Perencanaan Dimensi Pipa

Bentuk saluran sebaiknya menggunakan bentuk penampang hidrolik terbaik dengan luas
penampang minimum, tetapi mampu mengalirkan debit maksimum (Sukarto, 1999). Beberapa
faktor penentu pemilihan jenis saluran adalah:
a) Luas penampang saluran
b) Kemiringan saluran
c) Kekasaran saluran
d) Kondisi aliran
e) Belokan atau rintangan lainnya.
f) Karakteristik efluen

Beberapa faktor harus diperhatikan dalam pemilihan bahan saluran, yaitu:


a) Kondisi lapangan (keadaan topografi tanah, kemiringan, dan lain-lain).
b) Karakteristik aliran dalam pipa.
c) Ketahanan terhadap gesekan asam basa dan korosi.
d) Kekuatan struktur atau konstruksi.
e) Kemudahan dalam pemasangan dan pemeliharaan.
f) Kemudahan tersedia di pasaran dalam berbagai ukuran.
g) Harga terjangkau.
Pemilihan bahan pipa harus dipertimbangkan dengan cermat mengingat air limbah banyak
mengandung bahan yang mengganggu kekuatan pipa. Demikian pula selama pengangkutan dan
pemasangan, kemudahan serta kekuatan fisik diperlukan secara memadai sehingga faktor di atas
diperhatikan secara menyeluruh.
Bahan jenis pipa air limbah di pasaran antara lain besi baja (Cast Iron Pipe/CIP, Ductile Iron
Pipe/DIP, Fabricated Steel Pipe), asbes (Asbestos Cement Pipe/ACP), beton (concrate pipe), tanah
liat (clay pipe), dan plastik (Poly Vynil Cloride/PVC). Jenis profil saluran berbentuk bulat
lingkaran, elips, segi empat, dan semi sirkuler.

Tabel I.12. Pemilihan jenis pipa air limbah


Jenis pipa
Perbandingan
ACP Clay Concrate PVC Steel DIP
Umur alat + - + - ++ ++
Harga + ++ - ++ - -
Pemasangan + ++ - ++ + +
Ketahanan terhadap bahan kimia + + + + - -
Ketahanan terhadap korosif + + + + - -
Suku cadang dan kelengkapan ++ - - ++ + +
Standar ukuran ++ - - ++ ++ ++
Diameter + - - - ++ ++
Ketahanan terhadap pengguna + - + + ++ ++
Ketahanan terhadap beban - - + - ++ ++

I.5. Perletakkan Pipa

Perletakkan pipa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


a) Jaringan jalan
b) Tinggi muka air tanah
c) Jenis, kondisi, dan topografi tanah
d) Sistem perpipaan yang telah ada (air bersih, listrik, telepon, dan lain-lain)
e) Faktor kekuatan pipa melalui penerimaan beban
f) Bangunan yang akan dilayani.
Kemiringan pipa minimal diperlukan agar diperoleh kecepatan pengaliran minimal pada saat
dijalankan melalui daya pembilasan sendiri (tractive force) untuk mengurangi gangguan endapan
di dasar pipa. Kemiringan pipa minimal praktis untuk berbagai diameter atas dasar kecepatan
0,60 m/detik saat pengaliran penuh adalah:
Tabel I.13. Kemiringan minimal pipa
Diameter Kemiringan minimal (m/m)
(mm) n = 0,013 n = 0,015
200 0,0033 0,0044
250 0,0025 0,0033
300 0,0019 0,0026
375 0,0014 0,0019
450 0,0011 0,0015
(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum)

Selain dari Tabel I.13, formula praktis penentuan kemiringan pipa adalah:
2
𝑆𝑚𝑖𝑛 = atau 𝑆𝑚𝑖𝑛 = 0,01 𝑄 0,667 (I − 11)
3𝐷
Keterangan:
Smin = kemiringan minimum pipa (m/m)
D = diameter pipa (mm)
Q = debit aliran air limbah (L/detik)
Kemiringan muka tanah lebih curam daripada kemiringan pipa minimal dapat digunakan
sebagai kemiringan rancangan selama kecepatan aliran di bawah kecepatan maksimum.
Penentuan kemiringan pipa ditentukan oleh beberapa faktor pertimbangan, yaitu:
a) Sifat pengaliran air limbah adalah aliran terbuka secara gravitasi. Dengan demikian,
kemiringan pipa sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran.
b) Kemiringan harus diusahakan sekecil mungkin, tetapi mampu memberikan kecepatan yang
diharapkan sehingga galian dapat dilakukan seminimal mungkin.
c) Kemiringan diperoleh dari perbedaan ketinggian antara dua tempat dibagi dengan jarak dua
tempat tersebut.
d) Kemiringan pipa dibutuhkan bila kemiringan dibuat berdasarkan kebutuhan kecepatan
minimum.
e) Kemiringan pipa terbesar pada batas yang diizinkan perlu diketahui agar kecepatan
maksimum tidak terlampaui sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada saluran.
Tabel I.14. Penentuan debit air limbah
Jalur pipa
(nomor
Panjang Blok pelayanan Debit air
Debit air bersih
Debit air PE
Qinf.
node)
segmen bersih
(L/detik)
limbah
PE
kumulatif Qmin Qm (L/detik) Qp
-1- (jiwa) (L/detik) (L/detik) (L/detik)
(m) (L/detik) (L/detik) (jiwa)
Luas Jenis (+ kehilangan Debit jam -10- -12- -13- -16-
Dari Ke
-2- Kode
(ha) peruntukan
-6-
air) puncak (Qjp)
-9- -11- QS Qlr
-3- -14- -15-
-4- -5- -7- -8-
a
1 2 Kolom 3–6 a+b
b Persamaan (I-4), (I-6),
diperoleh dari
data sekunder c a+b+c (I-7), (I-8), dan (I-10)
2 3 modul TPSA d +d

𝑄𝑟 𝑛 𝑎𝑛 e a+…+d
3 6 𝑃𝐸 = f +e+f+
𝑄𝑟
g g
h
5 6 h+i
i
a+…g+
6 7 j
h+i+j

Tabel I.15. Penentuan dimensi pipa air limbah


Jalur Pipa
Panjang
(Nomor Qfull D Qfull v
pipa QP QP/Qfull vfull R Slope vfull
node)
-2-
d/D awal (m)
(mm) akhir vP/vful puncak
-1- (m3/detik) (m/detik) (m/detik)
-4- -5- (m3/detik) (m3/det) -16- (m/det.)
-3- -7- -10- -14-
-6- Hit. Pasaran Tanah Min. Standar -15- -17-
Dari Ke (m)
-8- -9- -11- -12- -13-
Gambar I.3. Grafik design of main sewers
(Sumber: Qasim, 1999)
Tugas Praktikum-2 (Pertemuan ke-3)
Penentuan dimensi pipa air limbah
1. Buat tabel sesuai dengan contoh pada Tabel I.15.
2. Isi kolom ke-1 dengan nomor node pada segmen pipa.
3. Isi kolom ke-2 dengan panjang segmen berdasarkan jarak antar node.
4. Isi kolom ke-3 untuk debit puncak hasil perhitungan pada kolom ke-16 pada Tabel I.14.
5. Tentukan nilai rasio ketinggian air dan diameter pipa [proporsional depth (d/D)] sebesar 0,8
pada kolom ke-4.
6. Isi kolom ke-5 untuk nilai rasio Qp/Qfull pada grafik design of main sewers (Gambar I.3).
7. Tentukan nilai Qfull awal pada kolom ke-6 melalui persamaan berikut:
𝑄𝑃
𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙 awal =
𝑄𝑃 Τ𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙
8. Tentukan kecepatan aliran (v) asumsi antara 0,6−3 m/detik pada kolom ke-7.
9. Tentukan diameter (D hitung) pada kolom ke-8 melalui persamaan:
4 (𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙 awalΤ𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙 asumsi)
𝐷 hitung = ඨ
𝜋
10. Isi kolom ke-9 dengan diameter pasaran.
11. Tentukan jari-jari hidrolis (R) menggunakan persamaan dimensi optimum pipa berbentuk
lingkaran melalui persamaan: 𝑅 = 0,25 𝑑 pada kolom ke-10
12. Isi kolom ke-11 dengan kemiringan (slope) tanah melalui persamaan:
elevasi tanah 𝑛𝑜𝑑𝑒 1 − elevasi tanah 𝑛𝑜𝑑𝑒 2
Slope tanah =
𝐿
13. Isi kolom ke-12 untuk kemiringan (slope) minimum pipa menggunakan Persamaan (I-11).
14. Isi kolom ke-13 dengan standar kemiringan pipa pada Tabel I.13. Kosongkan kolom apabia
diameter pasaran tidak tercantum di dalam standar. Bandingkan kemiringan minimum pipa
hasil perhitungan dan standar. Bila kemiringan hasil perhitungan tidak memenuhi standar,
ubahlah diamater pipa. Perhatikan perubahan diameter pipa untuk segmen pipa selanjutnya.
15. Isi kolom ke-14 untuk kecepatan full (vfull) menggunakan persamaan:
1
𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙 = 𝑅2/3 𝑆 1/2
𝑛
16. Isi kolom ke-15 untuk Qfull akhir menggunakan persamaan:
1
𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝜋 (𝐷 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛)2 𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
4
17. Tentukan vP/vfull pada kolom ke-16 dari grafik design of main sewers (Gambar I.3)
18. Isi kolom ke-17 untuk kecepatan puncak (vP) menggunakan persamaan
𝑣𝑃
𝑣𝑃 = ቆ ቇ 𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙

Anda mungkin juga menyukai