INSAN WISESO
NRP 3105 100 097
Dosen Pembimbing :
Ir. R. Soewardojo, MSc.
Ir. Isdarmanu, MSc.
2.3 Aksi Komposit Gambar 2.3 Perbandingan antara balok yang mengalami
Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul defleksi dengan dan tanpa aksi komposit.(Sumber Salmon & Johnson
beban seperti pada pelat beton dan balok baja sebagai penyangganya 1991)
(gambar 2.3.a) dihubungkan secara menyeluruh dan mengalami defleksi
sebagai satu kesatuan seperti dalam gambar (2.3.b). Sedangkan pada balok komposit, pada bidang pertemuan
Pada balok non komposit (gambar 2.3.a) pelat beton dan antara pelat beton dan balok baja dipasang alat penghubung geser
balok baja tidak bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan karena sehingga pelat beton dan balok baja bekerja sebagai satu kesatuan.
tidak terpasang alat penghubung geser, sehingga masing-masing Pada bidang kontak tersebut bekerja gaya geser vertikal dan horisontal,
memikul beban secara terpisah. Apabila balok non komposit mengalami dimana gaya geser horisontal tersebut akan menahan perpanjangan serat
defleksi pada saat dibebani, maka permukaan bawah pelat beton akan bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.
tertarik dan mengalami perpanjangan sedangkan permukaan atas dari Pada dasarnya aksi komposit pada balok komposit dapat
balok baja akan tertekan dan mengalami perpendekan. Karena tercapai atau tidaknya tergantung dari penghubung gesernya. Biasanya
penghubung geser tidak terpasang pada bidang pertemuan antara pelat penghubung geser diletakkan disayap atas profil baja. Hal ini bertujuan
beton dan balok baja maka pada bidang kontak tersebut tidak ada gaya untuk mengurangi terjadinya slip pada pelat beton dengan balok
yang menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat baja.(Qing Quan Liang,2004)
atas balok baja. Dalam hal ini, pada bidang kontak tersebut hanya
bekerja gaya geser vertikal.
BAB III 3.2.1 Pengumpulan Data
METODOLOGI - Data Umum Bangunan
1.Nama Gedung :Gedung Sekolah Terang Bangsa,
3.1 Bagan Alir Peneyelesaian Tugas Akhir Semarang
2.Fungsi : Sekolah
Mulai 3.Zone Gempa :2
4.Jumlah Lantai : 8 Lantai
5.Tinggi Gedung : 30 m
Pengumpulan Data 6.Struktur Utama : Struktur Beton Bertulang
- Data Modifikasi
Studi Literatur
1.Nama Gedung : Gedung Sekolah Terang Bangsa
2.Fungsi : Sekolah
Perencanaan Struktur Sekunder
3.Zone Gempa :2
4.Jumlah Lantai : 10 Lantai
5.Tinggi Gedung : 40 m
Preliminary Desain dan Pembebanan
6.Struktur Utama : Komposit Baja-Beton
7.Dimensi Bangunan : 48 m x 48 m
WF 600.200.12.20
gambar teknik ini dengan menggunakan program bantu AutoCAD.
WF 600.200.12.20
W F 2 5 0 .1 2 5 .5 .8
150
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
A 1,55
= = = 3,09 buah = 4 buah
As 0,5024
Jarak antar tulangan tarik per-meter = 1000mm/4 = 250 mm
600
6000
Jadi, dipasang tulangan tarik Ø 8-250
b.Beban Mati
Gambar 4.2 Potongan A – A tangga
- Pelat lantai bondex = 10,1kg/m2
Hasil Perhitungan :
- Beban Finishing = 94 kg/m2
Balok Tangga WF 150.100.6.9 3
- Pelat beton t = 9 cm = 0,09 m.2400 kg/m = 216 kg/m2+
Balok Bordes WF 150.100.6.9
= 320,1kg/m2
Balok Penumpu Bordes WF 250.125.5.8
Tulangan Ø 8 – 250mm
90 mm
4.2.Perencanaan Struktur Lantai Plat Bondex t = 0,75 mm
Karena Pyc > Tc, maka PNA pada web, berlaku persamaan. Persayaratan :
Mu ≤ φMn
Pyc − Tc 381250 − 18849,56 6000140 Kgcm ≤ 0,85 . 8979949,869 Kgcm
Ts = = 6000140 Kgcm ≤ 7632957,38 Kgcm.......OK
2 2
= 181200,22 Kg
¾ Perencanaan Penghubung Geser
Gaya pada sayap, Tf = bf . tf . fy Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud:
= 20,1 . 2 . 2500 ds = 16 mm
= 100500 Kg Asc = 200,96 mm2
fu = 410 Mpa = 41 kg/mm2
Pyc − Tc Ec = w1,5 .0,041. fc ' = 24001,5.0,041 25
Gaya pada badan, Tw = − Tf
2 = 24102,979 Mpa
= 181200,22 – 100500 Qn = 0,5.Asc. fc'.Ec = 0,5.200,96 25.24102,979
= 80700,22 Kg
= 77998,274 N
= 7799,827 kg/stud
Jarak garis netral dari tepi bawah sayap :
Syarat : Qn ≤ Asc.fu
Tw 80700,22 7799,827 kg/stud ≤ 200,96.41
aw = =
fy.tw 2500.1,2 7799,827 kg/stud ≤ 8239,36 kg/stud...................ok
= 26,9 cm Jumlah stud untuk setengah bentang :
¾ Menenentukan Jarak Gaya yang Bekerja dari Centroid T 381250
N= = = 48,87 = 50 buah
Qn 7799,827
(Tf .0,5tf ) + (Tw(tf + 0,5aw))
d2 = Jadi, dibutuhkan 100 buah stud untuk seluruh bentang.
Tf + Tw Jarak seragam (P) dengan 2 stud pada masing-masing lokasi :
(100500.0,5.2) + (80700,22.(2 + 0,5.26,9)) L 800
= P= = = 8 cm
100500 + 80700,22 N 100
= 7,435 cm Jarak maksimum (Pmaks) = 8.tplatbeton...............LRFD-15.6
= 8 x 9 cm = 72 cm BAB VI
Jarak minimum = 6.(diameter) ......................LRFD-15.6 SAMBUNGAN
= 6 x 1,6 cm = 9,6 cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 8 cm sebanyak 100 buah 6.1 Sambungan Antara Balok Induk Interior dengan Kolom
untuk masing-masing bentang Sambungan antara balok induk interior dengan kolom
direncanakan dengan menggunakan baut (rigid connection)
5.2. Perencanaan Kolom Komposit Balok Induk Melintang : WF 600 x 200 x 12 x 20
Dari hasil output ETABS v9.2.0 diperoleh gaya – gaya yang Kolom Kingcross : KC 500 x 200 x 10 x 16
bekerja pada kolom C 11 lantai 2 adalah :
Pu = 423955 Kg K 50 0.200 .10.16 K 500. 2 00.1 0.16
90
Vuy = 8855,71 Kg
Kolom komposit direncanakan dengan menggunakan profil K L 80.80.8
L 80 .80.8 W F 600.200.12.20
700
500
φ12 - 200
D E T A IL S A M B U N G A N B . IN D U K IN T E R IO R
700
D E N G A N K O LO M
4φ22
Gambar 6.1 Sambungan Balok Interior – Kolom
6.2 Sambungan Antara Balok Induk Eksterior dengan Kolom
Gambar 5.1 Penampang Kolom Komposit Sambungan antara balok induk eksterior dengan kolom
direncanakan dengan menggunakan baut (rigid connection)
Balok Induk Melintang : WF 500 x 200 x 9 x 14
Kolom Kingcross : KC 500 x 200 x 10 x 16
K 5 0 0 .2 0 0 .1 0 .1 6 K 5 0 0 .2 0 0 .1 0 .1 6
BAB VII
W F 5 0 0 .2 0 0 .9 .1 4 PERENCANAAN PONDASI
90
L 7 0 .7 0 .7
L 7 0 .7 0 .7 W F 5 0 0 .2 0 0 .9 .1 4
7.1 Perencanaan Pondasi Kolom
80 80 496
B aut φ 20
80 240 80 240 Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen struktur
80 80
pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai elemen
B aut φ 20
304 terakhir yang meneruskan beban ke tanah.
Pondasi pada gedung Terang Bangsa ini direncanakan memakai
T 4 0 0 .4 0 0 .1 6 .2 4
pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA
Beton. Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai
T 4 0 0 .4 0 0 .1 6 .2 4
berikut:
500
• Diameter : 500 mm
Gambar 6.2 Sambungan Balok Eksterior – Kolom
6.3 Sambungan Kolom – Kolom • Tebal : 90 mm
Sambungan kolom - kolom direncanakan pada lantai 2. • Type : A3
Berdasarkan SNI 1729 pasal 15.5.2 gaya – gaya yang bekerja pada • Allowable axial : 166,21 ton
kolom C 11 adalah sebagai berikut : • Bending Momen crack : 14 ton m
Pu = 423955 Kg • Bending Momen ultimate : 21 ton m
Mux = 1,5.fy.Zx = 1,5.2500.2428,06
= 9105225 Kgcm Diambil tiang pancang dengan kedalaman (D) 20 m dari
Kolom : KingCross 500 x 200 x 10 x 16 perhitungan yang ditabelkan (terlampir), didapat nilai daya dukung satu
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2 tiang pancang :
fu = 4100 kg/cm2 P 1tp = 100083 kg × 0,894 = 89474,202 kg = 89,474 ton
Jadi diambil P 1tp = 89,474 ton (dari daya dukung tanah)
K 5 0 0 .2 0 0 .1 0 .1 6 BAB VIII
B aut φ 24 PENUTUP
A
B aut φ 30
A
P e la t t = 1 6 m m
8.1 Kesimpulan
P e la t t = 1 6 m m
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat
K o lo m 7 0 0 x 7 0 0
diambil kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti
perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-
beban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban
D E T A IL S A M B U N G A N K O L O M
DENGAN KOLOM
terpusat.
2. Analisa balok dihitung terhadap kontrol lendutan, kontrol
penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol
Gambar 6.3 sambungan kolom – kolom geser.
3. Prinsip dasar bahwa struktur sekunder menjadi beban pada DAFTAR PUSTAKA
struktur utama, dan setelah itu dilakukan analisa struktur utama
dengan bantuan program yaitu ETABS versi 9.2. 1. Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder, Atanu.1999.
4. Dilakukan kontrol terhadap balok utama dengan anggapan balok Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitek 2.
adalah balok baja dianggap sebagai struktur komposit dengan Bandung : PT. Pradinya Paramita.
pelat pada saat komposit. Dimana balok menerima beban dari 2. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
struktur sekunder yang harus dilakukan kontrol meliputi : kontrol Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral 3. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan
buckling dan kontrol geser. Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
5. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang 4. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan
meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur 5. Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pembebanan Indonesia
kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur. Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
6. Rigid connection adalah tipe sambungan yang cocok untuk jenis 6. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain
bangunan baja seperti ini. Selain memiliki kekakuan yang lebih Dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : Ir. Wira
stabil juga lebih mudah dalam pelaksanaan di lapangan. M.S.CE. Jakarta : Erlangga.
7. Dari hasil pehitungan didapatkan data-data perencanaan sebagai 7. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1996. Struktur Baja Desain
berikut : Dan Perilaku Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir.Mc.Prihminto
Tebal Pelat Atap : 9 cm Widodo. Jakarta : PT.Gramedia.
Tebal Pelat Lantai : 9 cm 8. Smith, J,C,1996. Structural Steel Desain LRFD Approach Second
Dimensi Kolom : 70 x 70 cm Edition. John Wiley & Sons, Inc : United States of Amerika.
Profil kolom : K 500.200.10.16 9. Suprobo,Priyo.2000.Desain Balok Komposit Baja-Beton. Surabaya :
Profil Balok Induk Eks. : WF 500.200.9.14 ITS Press.
Profil Balok Induk Int. : WF 600.200.12.20 10. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya
Profil Balok Anak : WF 350.175.6.9 : ITS.
8.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan
perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi,
dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh
sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu
dalam pelaksanaannya.