Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STRUKTUR KOMPOSIT

DENGAN METODE LRFD

(LAOD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN)

DOSEN PENGAJAR :

WADIRIN, S.PD., M.PD

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9

LAITA FEMILIA (06121281924066)

HERNI SARI (06121181924074)

ROYHAN ROMADHON (06121181924067)

AHLUN NAZAR (06121181924010)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN 2019

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MAKALAH STRUKTUR
KOMPOSIT DENGAN METODE LRFD” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas akhir, sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh Bapak WADIRIN, S.PD.,M.PD sebagai dosen pembimbing.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam
makalah ini. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

Belitang, 15 Februari 2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu struktur yang baik dan aman dapat diwujudkan melalui kombinasi dari
perencanaan yang dilakukan dengan metode yang baik. Pencegahan terhadap segala
kemungkinan kegagalan struktur harus menjadi perhatian yang utama bagi seorang
perencana. Dalam merencanakan bangunan terdapat tiga hal yang harus di penuhi yaitu
kekuatan, estetika, dan ekonomis. Rumah Susun Sederhana Sewa atau RUSUNAWA
adalah salah satu program pembangunan yang dirintis Departemen PU yang dulunya
bernama Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) pada 2003.
Program tersebut kembali dilanjutkan Departemen PU dan Kementerian Negara
Perumahan Rakyat sejak 2005. Tujuan utama pengadaan Rusunawa ini ialah
memberikan fasilitas hunian yang layak bagi masyarakat yang kurang mampu dan juga
karena semakin tingginya tingkat kebutuhan rumah tinggal bagi masyrakat Wonosari,
Gunung Kidul tersebut. Dalam menentukan metode untuk mendesain suatu struktur
harus memperhitungkan segi ekonomis dan keamanan yang cukup, baik terhadap
kelebihan beban (over load) atau kurang kekuatan (under strength). LRFD (Load
Resistance Factor Design) adalah spesifikasi yang dikeluarkan oleh AISC (America
Institute of Steel Construction). Untuk desain konstruksi baja, berdasarkan ketahanan
metode kekuatan ultimit (Metode Plastis). 2 Penggunaan LRFD (Load Resistance Factor
Design) menjanjikan penggunaan bahan yang lebih efektif dan lebih baik untuk beberapa
kombinasi beban dan konfigurasi struktural. LRFD juga cenderung memberikan struktur
yang lebih aman dalam mengkombinasikan beban-beban (beban hidup dan beban mati)
dan memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Dalam membangun gedung-
gedung bertingkat masalah yang timbul kemudian adalah kemampuan gedung tersebut
sebagai satu kesatuan sistem yang komplek untuk menahan beban lateral yang timbul
seperti, beban angin, beban gempa, dan berat sendiri yang didukungnya. Sehingga untuk
bangunan tingkat tinggi idealnya sedapat mungkin elemen-elemen yang membentuknya
ramping tetapi cukup kuat menahan beban yang akan bekerja. Pada proyek
pembangunan gedung Rusunawa Wonosari, Gunung Kidul ini semula menggunakan
struktur portal beton pracetak (precast), oleh karena itu kami merencanakan ulang untuk
mendesain dengan konstruksi baja castellated beam komposit menggunakan metode

3
LRFD (Load Resistance Factor Design). Konstruksi komposit merupakan suatu sistem
komposit dimana terdapat kerja sama monolith antara dua macam bahan yang berbeda,
yaitu beton dan baja. Pada kerja sama ini diharapkan terjadi interaksi penuh antara baja
dan beton dengan memasang alat penghubung geser atau Shear Connector. Balok
komposit dengan profil WF sudah biasa banyak digunakan dalam perencanaan suatu
gedung. Hal ini dikarenakan keuntungan yang didapat dengan menggunakan struktur
komposit pada suatu bangunan salah satunya adalah penghematan berat baja. 3
Dibandingkan dengan profil WF biasa castellated beam memiliki karakteristik yang
lebih menguntungkan. Castellated beam adalah profil baja I, H, dan U yang bagian
badannya dipotong memanjang dengan pola zigzag. Kemudian bentuk dasar profil
diubah dengan cara menggeser atau membalik setengah bagian baja profil yang telah
dipotong dan disambung dengan las pada bagian ‘gigi-gigi’- nya. Sehingga terbentuk
profil baru dengan lubang berbentuk segienam (hexagonal), segidelapan (octagonal), dan
lingkaran (circular). (Johann Grunbaeuer 2001). Keuntungan dari castellated beam ini
yaitu, dari berat profil yang sama didapatkan profil yang lebih tinggi, lebih kaku, dan
lebih kuat menahan beban yang besar daripada profil baja biasa. Castellated beam ini
cocok digunakan untuk bentang yang lebih panjang , sehingga dapat mengurangi
kebutuhan kolom dan pondasi (Jihad Dokali Meghrief, 1997 dan Johann Grunbauer,
2001). Dengan berbagai keuntungan dari struktur komposit itu sendiri dan profil
castellated beam, maka perpaduan balok komposit dengan menggunakan castellated
beam ini diharapkan dapat menghasilkan perencanaan struktur gedung baja komposit
yang rasional dan memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan peraturan-
peraturan yang berlaku dan memperoleh hasil yang efisien tanpa mengabaikan faktor
keselamatan dan fungsi dari bangunan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana merencanakan elemen-elemen struktur baja pada bangunan Rusunawa


yg meliputi: plat beton dengan spandek, balok castellated beam komposit, dan kolom
baja?
2. Bagaimana menghitung kapasitas penampang komposit castellated beam pada
struktur baja?
3. Bagaimana merencanakan sambungan pada struktur baja di bangunan Rusunawa?

4
1.3 Batasan Masalah
1. Perencanaan plat lantai dengan menggunakan dek baja.
2. Perencanaan balok menggunakan castellated beam komposit.
3. Perencanaan kolom menggunakan baja profil WF.
4. Perencanaan sambungan antara elemen-elemen baja dengan menggunakan baut.
5. Tidak merencanakan sloof pada pelat kaki kolom.
6. Tidak meninjau metode pelaksanaan.
7. Tidak meninjau segi arsitektural.
8. Tidak meninjau aspek biaya dan manajemen konstruksi.

1.4 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan skripsi ini adalah:
1. Untuk merencanakan elemen-elemen struktur baja pada bangunan Rusunawa yg
meliputi: plat beton dengan spandek, balok castellated beam, dan kolom baja
2. Untuk menghitung kapasitas penampang komposit castellated beam pada struktur baja
3. Untuk merencanakan sambungan pada struktur baja di bangunan Rusunawa 5

1.5 Metode Pembahasan Konstruksi komposit adalah suatu sistem konstruksi yang
terdiri dari gabungan baja dan beton yang bekerja bersamaan dalam memikul gaya yang
timbul akibat beban yang bekerja. Dalam hal ini metode yang dipakai dalam
perencanaan adalah:
1. Evaluasi struktur berdasarkan pada jurnal ASCE (mengacu pada AISCLRFD), LRFD
dan SNI-03-1729-2002
2. Beban gempa dihitung berdasarkan pada SNI-03-1726-2012
3. Pembebanan dihitung berdasarkan pada SNI 2847-2013
4. Analisa struktur menggunakan program bantu Staad-Pro
5. Perencanaan komposit dengan metode Load Resistance Factor Design (LRFD)

5
BAB II
KAJIAN TEORI

1. STRUKTUR KOMPOSIT DENGAN METODE LRFD


Struktur komposit (Composite) merupakan struktur yang terdiri dari dua material
atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga
menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik. Umumnya srtuktur komposit berupa :

1. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar 1.a/d).

2. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar 1.b/c).

3. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar 1.e).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Macam-macam Struktur Komposit

Perencanaan komposit mengasumsi bahwa baja dan beton bekerja sama dalam
memikul beban yang bekerja, sehingga akan menghasilkan desain profil/elemen yang
lebih ekonomis. Dismping itu struktur komposit juga mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya adalah lebih kuat (stronger) dan lebih kaku (stiffer) dari pada struktur non-
komposit.
Metode Load and Resistance Factor Design (LRFD) sebenarnya merupakan suatu
metode yang baru dan telah lama diperkenalkan, namun di Indonesia relatif masih jarang
disentuh oleh kalangan akademisi maupun praktisi di lapangan, Oleh sebab itu pada
makalah ini mencoba sedikit membahas penggunaan metode LRFD.

B. Metode LRFD.

Dalam perencanaan struktur baja dikenal dua macam filosofi desain yang sering
digunakan, yaitu desain tegangan kerja (oleh AISC diacu sebagai Allowable Stress
Design, ASD) dan desain keadaan batas (oleh AISC diacu sebagai LRFD). LRFD
merupakan suatu perbaikan terhadap perencanaan sebelumnya, yang memperhitungkan
secara jelas keadaan batas, aneka ragam faktor beban dan faktor resistensi, atau dengan
kata lain LRFD menggunankan konsep memfaktorkan, baik beban maupun resistensi.

Desain ASD telah lama dikenal dan digunakan sebagai filosofi utama dalam
perencanaan struktur baja selama + 100 tahun. Dalam desain tegangan kerja, fokus
perencanaan terletak pada kondisi-kondisi beban layanan (tegangan-tegangan unit yang
mengasumsikan struktur elestis) yang memenuhi persyaratan keamanan (kekauatan yang
cukup) bagi struktur tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1986 di Amerika Serikat


diperkenalkanlah suatu filososfi desain yang baru, yaitu desain keadaan batas yang
disebut LRFD. Metode ini diperkenalkan oleh Amrican Institute of Steel Construction
(AISC), dengan diterbitkannya dua buku “Load and Resistance Factor Design
Spesification for Structural Steel Buildings” (yang dikenal sebagai LRFD spesification)
dan Load and Resistance Factor Design of Steel Construction (LRFD manual) yang
menjadi acuan utama perencanaan struktur baja dengan LRFD.

LRFD adalah suatu metode perencanaan struktur baja yang mendasarkan


perencaannya dengan membandingkan kekuatan struktur yang telah diberi suatu faktor

resistensi (  ) terhadap kombinasi beban terfaktor yang direncanakan bekerja pada

struktur tersebut ( iQi ). Faktor resistensi diperlukan untuk menjaga kemungkinan


kurangnya kekuatan struktur, sedangkan faktor beban digunakan untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya kelebihan beban.
B. Metode Pelaksanaan Stuktur Komposit.

Perancangan balok komposit disesuaikan dengan metode yang digunakan di


lapangan. Ada dua metode yang biasanya digunakan dalam pelaksanaan dilapangan yaitu
dengan pendukung (perancah) dan atau tanpa pendukung.

Jika tanpa pendukung, balok baja akan mendukung beban mati primer selama beton
belum mengeras. Beban mati sekunder serta beban-beban lain akan didukung oleh balok
komposit yang akan berfungsi jika beton telah mengeras dan menyatu dengan baja.

Dengan pendukung, selama beton belum mengeras beban mati primer akan dipikul
oleh pendukung. Setelah beton mengeras dan penunjang dilepas maka seluruh beban akan
didukung oleh balok komposit.

beff beff

b’ b1’ b2’ b3’

L1 L2 L3

Gambar 2. Lebar Effektif Struktur Komposit


C. Lebar Effektif.

Dalam struktur komposit, konsep lebar effektif slab dapat diterapkan sehingga akan
memudahkan perencanaan. Spesifikasi AISC/LRFD telah menetapkan lebar effektif
untuk slab beton yang bekerja secara komposit dengan balok baja, sebagai berikut :

1. Untuk gelagar luar (tepi).

beff < L/8 dengan L = Panjang bentang.

beff < L1/2 + b’ dengan b’ = jarak dari as balok ke tepi slab.

2. Untuk gelagar dalam.

beff < L/4 dengan L = Panjang bentang.

beff < (L1 + L2)/2 L1 = jarak antar as balok.

Lebar effektif yang dipakai dipilih yang terkecil.

D. Kekuatan Batas Penampang Komposit.

Kekuatan batas penampang komposit bergantung pada kekuatan leleh dan sifat
penampang balok baja, kekuatan ‘slab’ beton dan kapasitas interaksi alat penyambung
geser yang menghubungkan balok dengan ‘slab’.

Kekuatan batas yang dinyatakan dalam kapasitas momen batas memberi pengertian
yang lebih jelas tentang kelakuan komposit dan juga ukuran faktor keamanan yang tepat.
Faktor keamanan yang sebenarnya adalah rasio kapasitas momen batas dengan momen
yang sesungguhnya bekerja.

beff 0,85 f’c 0,85 f’c

t a C g.n Cc
Cs
g.n. d1 d”2 d’2

d T T
Fy Fy Fy

(a) (b) (c)

Gambar 3. Distribusi tegangan pada kapasitas momen ultimit.

Untuk menentukan besarnya kekuatan batas beton dianggap hanya menerima


tegangan desak, walaupun sesungguhnya beton dapat menahan tegangan tarik yang
terbatas.

Prosedur untuk menentukan besarnya kapasitas momen ultimit, tergantung apakah


garis netral yang terjadi jatuh pada ‘slab’ beton atau jatuh pada gelagar bajanya. Jika
jatuh pada ‘slab’ dikatakan bahwa ‘slab’ cukup untuk mendukung seluruh gaya desak,
dan apabila garis netral jatuh pada gelagar baja dikatakan ‘slab’ tidak cukup mendukung
beban desak, atau dengan kata lain bahwa ‘slab’ hanya menahan sebagian dari seluruh
gaya desak dan sisanya didukung oleh gelagar baja.

1. Garis netral jatuh di irisan ‘slab’ (Gambar 3.b).

Harga gaya tekan batas : C = 0,85 f’c . beff . a

Harga gaya tarik batas : T = As . Fy

Dengan menyamakan antara harga C dan T maka didapat harga a, yaitu sebesar :

As Fy
0,85. f 'c .beff
a= <t

d1 = d/2 + t - a/2

Dengan demikian didapat kapasitas Momen Batas Mu = C . d1 = T . d1

dengan : C = gaya tekan pada balok baja.

f’c = tegangan ijin tekan beton

beff = lebar effektif plat.


t = tebal plat.

Contoh 1

Tentukan kapasitas momen batas penampang komposit pada gambar 4. Jika diketahui,
‘slab’ dari beton dengan f’c = 3 Ksi, dan profil baja W21x44 (dengan As = 13 in2, d =
20.66 in, bf = 6.5 in, dan tf = 0.45 in2) dengan Fy = 36 Ksi, dan n = 9.

a. Tentukan Kapasitas Momen.

b. Hitung dan gambarkan tegangan yang terjadi, jika momen beban hidup = 560 Kft.

30’

3 x 10’

beff 0,85 f’c

4.5” a C

d1

W21x44 T
Fy

Gambar 4. Penampang Komposit

Penyelesaian :

a. Menentukan kapasitas Momen.

Lebar effektif :

beff = 30 . 12 / 4 = 90 in.

beff = (10 + 10) . 12 / 2 = 120 in.

dengan demikian dipakai lebar effektif = 90 in.

Letak garis netral :

As Fy 13.36
0,85. f 'c .beff
a= = 0.85.3.90 = 2,06 in < t = 4,5 in.

karena a < t, maka garis netral terletak pada ‘slab’ beton.

Besarnya gaya C = T = 13 . 36 = 468 Kips.

Jarak d1 = 20,66/2 + 4,5 - 2,06/2 = 13,8 in.

Besarnya kapasitas Momen : Mu = 468 . 13,8 = 6458,4 Kip-in. = 538,2 Kft.

b. Tegangan yang terjadi pada komposit.

Tanpa dukungan (sebelum beton mengering), baja akan mendukung beton.

Is = 1/12 . 6,5 . 20,663 - 1/12 . 6,05. 19,763 = 886,78 inc4.

Berat beton (plat) = 4,5/12 . 10 . 0,15 = 0,5625 K/ft

Berat balok baja = 0,0600 K/ft

Berat total q = 0,6225 K/ft


MD = 1/8 . q . l2 = 1/8 . 0,62252 . 302 = 70,031 Kft

I s 886,78
Sa = Sb = ya = 10,33 = 85,845 inc3.

M D 70,03112
.
S
fa = fb = a = 85,845 = 9,789 Ksi.

Tanpa dukungan (Setelah beton mengering, ada tambahan ML = 560 Kft).

Ic = (1/12 . 90 . 2,043) / 9 = 7,0747

(90 . 2,04 . 1,022) / 9 = 21,2242

Is = 886,7800

13 . 12,792 = 2126,5933

Ic = 3041,6695 inc4

Is 3041,6695
Sa = ya = 2 ,04 = 1491,014 inc3.

Is 3041,6695
St = yt = 2 ,46 = 1236,452 inc3.

Is 3041,6695
Sb = yb = 23,12 = 131,560 inc3.

MD 56012
.
fa = nSa = 9.1491,014 = 0,501 Ksi.

MD 56012
.
ft = St = 1236,452 = 5,435 Ksi.

MD 56012
.
S
fb = b = 131,56 = 51,079 Ksi.
Dengan dukungan (setelah terjadi komposit, MD + ML = 630,031 Kft)

MD 630,03112
.
fa = nSa = 9.1491,014 = 0,563 Ksi.

MD 630,03112
.
S
ft = t = 1236,452 = 6,115 Ksi.

MD 630,03112
.
fb = Sb = 131,56 = 57,467 Ksi.

0,501 0,501 0,563

9,789 5,435 4,354 6,115

+ =

9,789 51,079 60,868 57,467

a. Tanpa pendukung b. Dengan Pendukung

Gambar 5. Tegangan soal nomor 1

2. Garis netral jatuh di irisan baja (Gambar 3.c).

Jika tinggi blok tegangan a yang diperoleh melampaui tebal plat (t) distribusi tegangan
akan seperti Gambar 3.c, dengan demikian didapat gaya tekan batas pada plat beton
sebesar :

Cc = 0,85 f’c beff t

dengan, Cc = gaya tekan pada balok baja.

f’c = tegangan ijin tekan beton

beff = lebar effektif plat.


t = tebal plat.

Gaya tekan pada balok baja diatas garis netral sebesar Cs = As . Fy , dengan demikian
berdasarkan prinsip kesetimbangan didapat gaya tarik batas T’ sebesar :

C’ = Cc + Cs

dan juga T’ = As . Fy - Cs

Jika C’ besarnya sama dengan T’ maka didapat :

Cc + Cs = As . Fy - Cs

As Fy  Cc
maka Cs = 2

As Fy  0,85. f 'c .beff . t


dan Cs = 2

Dengan menyertakana gaya tekan Cc dan Cs kapasitas batas Mu pada kasus ini dapat
ditentukan yaitu sebesar :

Mu = Cc . d’2 + Cs . d”2

Contoh 2

Jika soal pada nomor 1 dirubah profil bajanya dengan W21x111 (A s = 32,7 inc2, d =
21,51 inc, bf = 12,34 inc, dan tf = 0,875 inc), maka :

a. Hitung Kapasitas Momen.

b. Hitung dan Gambar Tegangan yang terjadi pada Komposit

Penyelesaian :

a. Menentukan kapasitas Momen.

Lebar effektif :
beff = 30 . 12 / 4 = 90 in.

beff = (10 + 10) . 12 / 2 = 120 in.

dengan demikian dipakai lebar effektif = 90 in.

Letak garis netral :

As Fy 32 ,7.36
0,85. f 'c .beff
a= = 0.85.3.90 = 5,13 in > t = 4,5 in.

karena a > t, maka garis netral terletak pada daerah baja.

Gaya desak beton Cc = 0,85 . f’c . beff . t = 0,85 . 3 . 90 . 4,5 = 1032,75 Kips.

Gaya desak baja Cs = (As . Ff - Cc)/2 = (1177,2 - 1032,75)/2 = 72,225 Kips.

Letak garis netral baja tarik terhadap sisi bawah, misal = y, maka :

y (12,34 . 0,875 + 19,76 . 0,875 + 0,63 . 12,34) = 12,34 . 0,875 . 0,4379 +

19,76 . 0,875 . 10,755 + 0,63 . 12,34 . 21,195

35,8617 y = 355,4563

y = 9,91 inc.

Gambar 6. Letak garis netral pada baja

Jarak d1 = 21,51 - 9,91 + 4,5/2 = 13,58 inc.

d2 = 21,51 - 9,91 - 0,63/2 = 11,285 inc.

Besarnya kapasitas Momen :

Mu = Cc . d1 + Cs . d2 = 1032,75 . 13,85 + 72,25 . 11,285


= 1511, 647 Kips-inc. = 1259,9 Kft.

b. Tegangan yang terjadi pada komposit.

Tanpa dukungan (sebelum beton mengering), baja akan mendukung beton.

Is = 1/12 . 12,34 . 21,513 - 1/12 . 11,465. 19,763 = 2862,767 inc4.

Berat beton (plat) = 4,5/12 . 10 . 0,15 = 0,5625 K/ft

Berat balok baja = 0,1320 K/ft

Berat total q = 0,6945 K/ft

MD = 1/8 . q . l2 = 1/8 . 0,69452 . 302 = 78,13 Kft

Is 2862 ,767
y
Sa = Sb = a = 10,755 = 266,180 inc3.

M D 78,1312
.
S
fa = fb = a = 266,180 = 3,522 Ksi.

Tanpa dukungan (Setelah beton mengering, ada tambahan ML = 560 Kft).

Ic = (1/12 . 90 . 4,53) / 9 = 75,937

(90 . 4,5 . 2,882) / 9 = 373,248

Is = 2862,767

32,7 . 10,1252 = 3352,261

Ic = 6664,214 inc4

Is 6664 ,214
Sa = ya = 5,31 = 1299,067 inc3.

Is 6664 ,214
St = yt = 0,63 = 10578,117 inc3.
Is 6664 ,214
Sb = yb = 20,88 = 319,167 inc3.

MD 56012
.
fa = nS a = 9.1299 ,067 = 0,575 Ksi.

MD 56012
.
ft = St = 10578,117 = 0,6353 Ksi.

MD 56012
.
fb = Sb = 319,167 = 21,055 Ksi.

0,575 0,575 0,652

3,522 0,071 0,635 0,071 4,157 0,08 0,725

+ =

3,522 21,055 24,577 23,992

a. Tanpa pendukung b. Dengan Pendukung

Gambar 7. Tegangan soal nomor 2

Dengan dukungan (setelah terjadi komposit, MD + ML = 630,031 Kft)

MD 638,1312
.
fa = nSa = 9.1299 ,067 = 0,652 Ksi.
MD 638,1312
.
S
ft = t = 10578,117 = 0,724 Ksi.

MD 638,1312
.
fb = Sb = 319 ,167 = 23,992 Ksi.

E. Alat Penyambung Geser (Shear Connector).

Gaya geser horisontal yang timbul antara ‘slab’ beton dan balok baja selama
pembebanan harus ditahan agar penampang komposit bekerja secara monolit, atau
dengan kata lain agar terjadi interaksi antara ‘slab’ beton dan balok baja. Untuk
menjamin adanya lekatan antara beton dan balok baja maka harus dipasang alat
penyambung geser mekanis (shear Connector) diatas balok yang berhubungan dengan
‘slab’ beton. Disamping itu fungsi dari pada shear Connector adalah untuk menahan /
menghindari terangkatnya ‘slab’ beton sewaktu dibebani.

a. Stud connector b. Channal connector c. Spiral connector

Gambar 6. Macam-macam Shear Connector dan bentuknya.

Dalam merencanakan alat samabung geser dapat dilaksanakan berdasarkan :

1. Kuat desak beton : Cmax = 0,85 f’c . beff . ts

2. Kuat tarik baja : Tmax = As Fy

dipilih yang terbesar sehingga menghasilkan jumlah alat sambung geser yang lebih
banyak. Banyaknya alt sambung geser yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
Cmax Tmax
N = Qn = Qn

dengan Qn adalah kekuatan satu alat sambung geser.

Macam-macam shear Connector yang ada dipasaran sampai dengan saat ini sangat
banyak macam dan bentuknya, diantaranya adalah :

1. Connector dari ‘Stud’ baja berkepala (Gambar 6.a).

Qn = 0,5 A f ' c . Ec < A F


sc sc bu

dengan, Qn = Kekuatan satu stud, kips. Fbu = Kuat tarik stud, ksi

Asc = Luas penampang stud, inci2. f’c = Kuat tekan beton, ksi.

Ec = Modulus Elastis Beton, ksi

2. Connector berbentuk ‘Cannal’ (Gambar 6.b).

Qn = 0,3 (t + 0,5 t ) L f ' c . Ec


f w c

dengan, Qn = Kekuatan satu stud, kips. Fbu = Kuat tarik stud, ksi

Lc = Panjang kanal, inci. f’c = Kuat tekan beton, ksi.

tf = Tebal flen kanal, inci. Ec = Modulus Elastis Beton, ksi

tw = Tebal badan kanal, inci.

3. Connector berbentuk ‘Spiral’ (Gambar 6.c).

Contoh 3
Gunakan soal nomor 2, kemudian rencanakan ‘shear connector’ nya, jika diketahui E c
= 29000 Ksi.

Penyelesaian :

Gaya Geser Baja : Cmax = As . Fy = 32,7 . 36 = 1177,2 Kips.

Gaya Geser Beton : Tmax = 0,85 . f’c . beff . t = 0,85 . 3 . 90 . 4,5 = 1032,75 Kips

Gaya geser baja yang dipakai = 1177,2 Kips.

Misal dipakai ‘stud’ diameter 3/4 “ dengan panjang 3”, maka h/d = 3/0,75 = 4

Untuk h/d > 4, maka : Qn = 0,5 Asc f ' c . Ec

= 0,5 (0,25 .  . 0,752) 3.29000

= 82,96 Kips

Cmax 1177 ,2
Jumlah ‘stud’ yang dibutuhkan = Qu = 82 ,96 = 14,19 buah  15 buah.

Digunakan ‘stud’ sebanyak 15 buah untuk setengan bentang.

Gambar 9. Letak pemasangan ‘stud’


F. Desain dengan LRFD (Load dan Resistance Factor Design).

Untuk sebuah balok komposit berlaku  Mp > Mu dengan  = 0,85. Secara umum,
desain harus dimulai dengan mengasumsikan letak garis netral berada pada ‘slab’ beton,
dengan demikian luas As yang dibutuhkan untuk penampang baja tersebut adalah :

Mu
d a
 . Fy   ts  
As = 2 2
Daftar Pustaka
http://eprints.umm.ac.id/21068/2/jiptummpp-gdl-nevofahmir-42407-2-babi.pdf

Anda mungkin juga menyukai