DISUSUN OLEH:
LAITA FEMILIA
NIM : 06121281924066
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah MATERIAL NON LOGAM yang berjudul
“MATERIAL CERDAS” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas Material Non Logam, sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh bapak WADIRIN M.PD
Penulis sadar bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan
penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini, perkembangan teknologi semakin pesat guna memudahkan
pekerjaan manusia. Tetapi, masih ada yang memanfaatkan tenga manusia. Contohnya terjadi
pada Luke Lamont. Luke Lamont adalah seorang pembersih jendela pencakar langit
diMelbourne, termasuk Eureka Tower, yang merupaakn gedung tertinggi di ota
Melbourne,Australia.Pekerjaan sebagai pemberih gedung bertingkat memiliki resio yang
besar. tiongkok pernahmelaporkan kejadian yang menimpa dua pekerja pembersih kaca,
berayunan dari satu sisi kesisi yang lain seperti pendulum oleh sapuan angin kencang selama
20 menit di Greenland
Center, Xi’an, provinsi Shaanxi. Dari ketinggian 270 meter gedung pencaka
r langit yangdifungsikan sebagai pusat komersi itu, du pekerja tersebut membersihkan kaca d
lantai 12 dan15 gedung itu akhirnya meninggal.Berdasarkan pengalaman tersebut, resiko
yang dihadapi para pekerja pembersih kacagedung pencakar langit dapat dihindari dengan
meniru mekanisme yang terjadi di alam.Peniruan alam disebut dengan biomimetik atau
biomimikri. Sehingga dengan mekanismetersebut dapat membantu pekerjaan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi dari material maju atau cerdas menurut advanced material sector report
(2004) merupakan material dan modifikasi dari material yang sudah ada untuk memperoleh
performa yang superior pada satu karakter atau lebih. Material maju dapat memperlihatkan
kekuatan yang lebih besar dari material biasa, rasio densitas kekuatan yang jauh lebih tinggi,
kekerasan yang lebih besar dan lebih unggul pada sisi termal, elektrikal, optikal atau ciri-ciri
kimiawi ketika dibandingkan material tradisional.
Material cerdas adalah suatu nama yang umum untuk sekelompok berbagai zat yang
memiliki struktur maupun unsur yang berbeda. Bentuk atau struktur umum dari semua
material cerdas adalah kenyataannya bahwa dari satu atau lebih sifat yang dimilikinya
memungkinkan untuk diubah sacara bermakna dalam kondisi terkendali. Zaman sekarang
telah dianggap era material cerdas. Sebelumnya, material cerdas didefinisikan sebagai materi
yang dapat merespon lingkungan sekitarnya diwaktu yang tepat. Namun definisi material
cerdas atau maju telah diperluas untuk bahan atau material yang dapat menerima, memproses
stimulus serta merespon dengan memproduksi hal-hal yang berguna.
Pada awal mula adanya material cerdas tentunya dimulai dari nanomaterial dan
teknologi nano. teknologi nano pertama kali diteliti oleh Norio Taniguchi pada 1940,
kemudian dilanjutkan oleh fisikawan Amerika Serikat, Richard Feynman, hingga ia meraih
Nobel Fisika tahun 1965. Miniaturisasi material ke orde molekuler itu awalnya demi
memenuhi tuntutan pengecilan ukuran perangkat mikroelektronika dan komputer sesuai
keinginan pasar. Namun, material nano juga diterapkan pada beragam produk makanan, obat-
obatan, dan kosmetik.
Pemakaian material cerdas telah dipelopori oleh Bailey dan Hubbard (1985) untuk
pengendalian getaran balok kantilever. Mereka menggunakan Polyvinilide Fluoride (PVF2)
sebagai polimer piezoelektrik yang akan dilekatkan pada suatu permukaan balok kantilever
untuk mendapat perancangan getaran umpan balik. Pada tahun 1987 Crawley dan de
Luis mempresentasikan pengembangan analitis dan percobaan aktuator piezoelektrik
sebagai penggetar. Penggunaan model Polyvinide Fluoride (PVF2) yang dilekatkan pada
permukaan balok kantilever, mereka kembangkan hubungan dan pengaplikasian tegangan‐
regangan. Crawley dan de Luis dapat memprediksi displasemen balok kantilever nyata dan
susunan aktuator piezoelektrik dalam kondisi getaran resonansi. Clark et al (1991)
melakukan percobaan pada balok dengan tumpuan sederhana (simply supported) oleh
pasangan aktuator piezoelektrik yang dilekatkan dengan sisi lain dan membandingkan hasil
uji prediksi teoritis menggunakan persamaan balok satu dimensi diubah dengan memasukkan
pengaruh kristal piezoelektrik. Thompson (2000), memakai model Bailey dan Hubbart
untuk memodelkan hubungan regangan aktuator dengan voltage tegangan. Model ini
dipakai untuk pengendalian posisi ujung balok kantilever.
Material cerdas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu material cerdas
yang aktif dan material cerdas yang pasif. Fairweather (1998), mendefinisikan material
cerdas sebagai bahan yang memiliki kapasitas untuk dapat mengubah bentuk dan struktur
geometris ataupun sifat material yaitu penerapan listrik, bidang termal atau magnet, sehingga
dapat mengakuisisi kapasistas yang melekat dalam transduce energy. Bahan piezoelektrik,
SMA, Elecrostrictive, cairan ER dan bahan magneto-strictive dianggap sebagai material
cerdas yang aktif,. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai transducer
kekuatan dan aktuator. Kumar (1991) menunjukkan bahwa SMA memiliki besar kekuatan
pemulihan dalam memperbaiki strukturnya dari 700 Mpa (105 psi), yang bisa dimanfaatkan
untuk aktuisi. Demikian pula bahan piezoelektrik juga aktif dalam mengubah energi listrik
menjadi berperilaku mekanik. Bahan yang tidak aktif disebut sebagai material cerdas pasif.
Meskipun dinamakan material cerdas, material ini tidak memiliki kemampuan melekat dalam
transduce energi. Serat bahan optik adalah salah satu contoh dari material yang pasif. Bahan
tersebut bisa bertindak sebagai sensor tetapi tidak dapat bertindak sebagi aktuator ataupun
transduser.
Suatu material dapat digolongkan dalam material cerdas jika memenuhi kualisifikasi
yang terkait dalam 5 sifat berikut ini :
Sifat teknis, yaitu termasuk dalam karakteristik mekanis seperti aliran listrik,
kelelahan dan kekuatan peluruhan dan karakteristik perilaku seperti listrik, memulihkan
kerusakan, panas, dan tahan api;
Sifat teknologi, yaitu meliputi kemampuan pengelasan, manufaktur, pengolahan
termal, kapasitas tingkat limbah, otomatisasi dan perbaikan;
Kriteria ekonomi, terkait dengan bahan baku dan biaya produksi, biaya pasokan dan
ketersediaan;
Karakteristik lingkungan, yaitu termasuk fitur seperti toksisitas dan polusi; dan
Kriteria pembangunan berkelanjutan, yaitu penggunaan kembali dan kapasitas daur ulang.
Material maju dapat dihasilkan melalui modifikasi bentuk struktur ataupun ikatan
molekul suatu unsur alam hingga sifatnya menjadi jauh lebih baik, bahkan superior. Berikut
adalah penggolongan material maju yang sering digunakan :
Besi dan alloy seperti biasanya dipergunakan untuk pesawat terbang dan digunakan
sebagai bahan dasar mobil di industri pertahanan. Selain itu dikembangkan juga pada besi
amorf berdasar campuran (alloys) yang dikombinasikan dengan liquid metal yang
menghasilkan kekuatan yang lebih besar, diestimasikan akan menjadi dua sampai tiga kali
lebih kuat daripada besi terbaik. Dan juga lebih ringan daripada aluminium atau titanium
akan tetapi lebih murah daripada material komposit.
Komposit maju merupakan perpaduan dari satu atau dua material yang berbeda baik
dari sifat fisik dan kimiawinya dan menghasilkan material dengan sifat yang sangat berbeda.
Biasanya komposit ini dipergunakan untuk material bangunan yaitu semen.
Elektronik, magnetic dan material optic seperti semikonduktor dimanfaatkan sebagai
Integrated electronic circuit, devais optoelektronik dan juga untuk photovoltaic.
Medis dan dental material seperti alumina dan calcium phosphate glasses and carbon fibre
reinforced polylactic acid composites.
Material katalis.
Material untuk bahan bangunan.
Untuk dapat memanfaatkan dan mengenbangkan beberapa contoh dari material maju
diatas, maka perekayasaan material perlu dilakukan dengan mengembangkan serangkaian
teknologi, di antaranya teknologi nano: cara membuat zat berskala nanometer atau
sepersejuta milimeter. Apabila partikel renik disisipkan diantara parikel yang berukuran
mikron, maka akan menghasilkan material baru yang sangat kuat, bisa meningkatkan struktur
material yang kokoh, memiliki energi yang besar, bersifat konduktor, dapat menghantarkan
listrik dan meningkatkannya dan sifat kemagnetannya.
2. Manufaktur
Nano material
Superkonduktor dan semikonduktor untuk TIK
Alloy, komposit, polimer untuk keperluan kendaraan (mobil listrik, pesawat terbang, kapal)
3. Teknologi kesehatan
Untuk keperluan gigi palsu
Pemantauan kesehatan struktural
4. Teknologi pangan
5. Dibidang pertahanan dan ruang angkasa
6. Di industri nuklir
7. Dalam rekayasa struktural
8. Biomedis
9. Mengurangi limbah
Material maju yang juga meluas aplikasinya adalah polimer dan keramik oksida, di
antaranya digunakan membuat membran atau sistem penyaring. Pengembangan teknologi itu,
antara lain, menghasilkan sistem penyaring air laut dalam sistem destilasi dan alat cuci darah.
Berbagai aplikasi membran itu ditunjang pembuatan pori ukuran nano.
Piezoelectrics:
Piezoelectrics dapat merubah energi listrik menjadi energi mekanik dan sebaliknya.
Biasanya diaplikasikan sebagai aktuator printer inkjet, sensor, dan akselerometer.
Magnetortheological:
Sifat dari bahan ini dapat berubah ketika terkena medan magnet. Contoh penggunaannya
sebagai peredam kejut untuk mencegah getaran seismik pada jembatan dan gedung pencakar
langit.
Material yang disebut karbon, karena material ini dengan mudah kita temukan dan sangat
berguna dalam kehidupan kita. Selain arang, sebut saja salah satu contoh lain dari
penampakan material karbon adalah grafit, yang merupakan bahan utama dari pensil. Contoh
lain adalah intan atau berlian yang sangat kita kenal sebagai perhiasan. Akan tetapi, berbeda
dengan dua material karbon tersebut, material yang dikenal dengan nama carbon nanotubes
(CNT) ini mungkin masih asing di telinga kita, karena belum banyak diproduksi dalam skala
besar dan harganya yang masih sangat mahal.
Lembaran graphene yang digulung dengan arah dan diameter yang berbeda akan
menghasilkan CNT yang mempunyai struktur elektronik berbeda. Oleh karena itu, keunikan
sifat-sifat CNT terletak pada strukturnya yang spesial, dalam artian bahwa dalam sebuah
CNT secara individu bisa bersifat logam (metallic) atau semikonduktor, hanya tergantung
pada diameter dan kiralitasnya. Sifat-sifat ini ditentukan oleh struktur geometri dari CNTs
yang bergantung dari arah gulungan lembaran graphene, sama halnya jika kita bayangkan
proses menggulung kertas. Arah yang berbeda dalam menggulung lembaran graphene
menentukan struktur ikatan heksagonal dari CNTs.
Secara matematis, penentuan geometri CNTs atau kiralitas didefinisikan dalam istilah
vektor kiral. Vektor ini menentukan arah dari gulungan lembaran graphene, yang
diindikasikan dengan nilai indeks (n,m). Ada tiga bentuk struktur geometri dari CNTs, yang
menunjukkan perbedaan kiralitas, yaitu armchair (n,n), zigzag (n,0), dan selainnya adalah
chiral. Berdasarkan teori dan juga pengukuran sifat optis masing-masing CNT, struktur
armchair bersifat logam (metallic), sedangkan zigzag dan chiral bisa bersifat logam atau
semikonduktor tergantung pada nilai indeksnya.
Arah gulungan yang berbeda dari lembaran graphene menentukan struktur geometri
CNTs berbeda: (a) armchair, (b) zigzag, dan (c) chiral.
Lebih lanjut, ada dua jenis CNT jika dibedakan berdasarkan jumlah dindingnya, yaitu CNT
berdinding tunggal (single wall carbon nanotubes) yang sering disingkat SWNT dan CNT
berdinding banyak (multi wall carbon nanotubes), disingkat MWNT. Penelitian mengenai
SWNT lebih banyak diarahkan kepada aplikasi material ini untuk pembuatan berbagi
perangkat elektronika baru. Sementara itu, penelitian untuk MWNT diarahkan untuk material
superkuat.
Dua jenis CNT berdasarkan jumlah lembar dinding penyusunnya: single wall carbon
nanotubes (SWNT) dan multi wall carbon nanotubes (MWNT).
Cara membuat carbon nanotubes
Metode pancaran elektroda (Arc Discharge)
Metode ini awalnya digunakan untuk memproduksi fullerene, yang diperkenalkan oleh
professor Iijima tahun 1991. Dalam teknik ini, uap karbon dihasilkan oleh lecutan listrik di
antara dua elektrode karbon yang sudah dilapisi katalis logam seperti besi maupun nikel.
Dengan pengaturan tekanan dan katalis secara hati-hati, akan diperoleh CNT berdinding
tunggal maupun yang berdinding banyak.
Metode ini dilaporkan pertama kali oleh Richard Smalley, salah satu peraih nobel
kimia, pada tahun 1995. Dalam teknik ini, digunakan sebuah sinar laser berdaya tinggi yang
mengenai grafit dalam tungku bersuhu tinggi. Sebelum ditembak oleh laser, grafit tersebut
haruslah dilapisi logam katalis. Metode ini bisa menghasilkan CNT berdinding tunggal yang
memiliki diameter cukup besar untuk ukuran CNT, yaitu > 1.2 nanometer.
Skema metode CVD untuk sintesis CNT: (a) thermal CVD, (b) plasma-enhanced CVD
(http://www.fy.chalmers.se/atom/research/nanotubes/experimental.xml)
Aplikasi CNT
Sifat unggul yang dimiliki CNT adalah pada sifat listriknya karena bisa bersifat logam
maupun semikonduktor. Selain itu, dimensi yang kecil karena ukuran nanometer, area
permukaan yang luas, kekuatan mekanik yang sangat tinggi, massa jenis yang rendah
sehingga sangat fleksibel, membuat CNT menjadi material cerdas masa depan yang sangat
banyak potensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang teknologi, seperti nanoprobes, sensor,
elektroda pada baterai litium, peralatan elektronik (field-effect transistor dan superkapasitor),
penyimpanan hidrogen, katalis dan elektroda fuel-cell, material komposit superkuat, lapisan
tipis, hingga kapsul untuk pengiriman obat-obatan langsung ke sel.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Arkhas, Georges. 2000. Smart Material and Smart System for The Future. Canadian Millitary Journal.
Hal: 25-26.
Ikawati, Yuni. 2014. Riset Material; Langkah Maju Rekayasa Material Maju.
http://rumahpengetahuan.web.id/riset-material-langkah-maju-rekayasa-material-maju/ 28 juni
2016.
Kamila, Susmita. 2013. Introduction, Classification, and Application of Smart Materials: An Overview.
American Journal of Applied Sciences. Hal: 876-880.
Ristek. 2010. BUKU PUTIH Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK 2005-2025 Bidang
Teknologi Material Maju Edisi Revisi 2010. Jakarta : Kementerian Riset dan Teknologi Republik
Indonesia (www.ristek.go.id).
Yulianto, Totok. dkk. 2004. Simulasi Pengendalian Struktur Berbasis pada Material Cerdas. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Yogyakarta : 5 Desember 2009.
http://majalah1000guru.net/2013/05/carbon-nanotubes-material-cerdas/
https://www.thinksphysics.com/2020/06/perkembangan-material-maju-dan-material-cerdas.html?
m=1
https://warstek.com/smart-material-atau-material-cerdas-jenis-jenis-dan-aplikasi/