Anda di halaman 1dari 21

BAB III

SIFAT MAGNETIK MATERIAL


3.1 Pendahuluan
3.1.1 Perspektif Sejarah Material
Sejak dahulu, material sudah menjadi bagian integral dari kebudayaan dan peradaban
manusia; sebagai conytoh, zaman Besi, dan zaman Perunggu. Teknologi-teknologi mutakhir
masa kini sangat bergantung pada material. Semuanya memanfaatkan perangkat, produk dan
system yang terbuat dari material. Setiap bagian dari kehidupan kita tidak lepas dari peranan
material seperti transportasi, pakaian, bangunan, komunikasi, produk pangan dan hiburan. Hasil
temuan dari para ilmuwan dan ahli teknologi selama ini telah menyempurnakan material,
sehingga orang dapat membuat produk yang lebih baik. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan
dan perkembangan dari kehidupan manusia berkaitan dengan kemampuan untuk membuat dan
merekayasa material untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Manusia pertama yang berada di Bumi mengenal sedikit jenis material, yaitu material
yang secara alami berada di alam seperti batu, kayu, kulit dan sebagainya. Seiring dengan
berjalannya waktu, mereka mulai melakukan beberapa Teknik untuk memproduksi suatu
material yang memiliki sifat lebih unggul daripada material lainnya. Material baru ini meliputi
tembikar dan logam. Lebih lanjut, sifat dari suatu material dapat diubah dengan memberikan
perlakuan panas dan dengan memberikan substansi lain. Pemanfaatan suatu material disesuaikan
dengan sifat-sifat yang ada pada material tersebut melalui proses seleksi.
Pada 10 tahun terakhir para ilmuwan menemukan hubungan sifat-sifat material dengan
elemen struktur material, sehingga menghasilkan puluhan ribu jenis material yang memiliki sifat-
sifat yang berbeda.
3.1.2 Pengertian Ilmu dan Teknologi Material
Alam menyediakan berbagai jenis material dan sumber potensial yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup manusia. Jauh sebelum revolusi
industry manusia telah menyadari bahwa pemanfaatan material mampu mengubah peradaban
manusia, oleh sebab itu, peranan material menjadi sangat penting dan terus berkembang
mengikuti perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Material-material Teknik adalah material yang dapat digunakan langsung maupun
melalui proses perlakuan dan menjadi material baku seperti sebuah produk yang bermanfaat.
Keragaman kebutuhan manusia akan sebuah produk dengan kualitas maupun kuantitas yang baik
membutuhkan pula keragaman dari material-material Teknik sebagai material bakunya.
Walaupun, semua material diperoleh dari alam tetapi untuk memudahkan dalam pemilihannya,
maka material Teknik digolongkan berdasarkan pemakaiannya sebagai produk jadi maupun
sebagai material baku.
Disiplin dari ilmu material meliputi penyelidikan terhadap hubungan yang muncul diantar
struktur dan sifat-sifat material. Sedangkan rekayasa material adalah dasar suatu ilmu untuk
merekayasa struktur dari suatu material untuk menghasilkan sifat-sifat yang dihasilkan.
- Ilmu material merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur
material dengan sifat-sifat material
- Rekayasa material berkaitan dengan dasar hubungan struktur dan sifat material,
mendesain struktur material untuk mendaptkan sifat-sifat yang diinginkan.
- Struktur material merupakan pengaturan/susunan elemen-elemen didalam material.
Prinsip yang paling berharga bagi para ilmuwan adalah bahwa sifat material ditentukan
oleh struktur internal dari material tersebut. Struktur internal material terdiri dari atom yang
berhubungan dengan atom yang berada di sebelahnya (atom tetangganya) dalam kristal,
molekul, dan mikrostruktur. Atom-atom ini tersusun antara satu dengan yang lainnya
membentuk suatu bidang yang luas dan saling bertumpuk yang disebut sebagai microscopic
yang dapat diamati dengan menggunakan miksroskop, sedangkan benda-benda yang dapat
dilihat dengan mata telanjang disebut macroscopic.
Adapun, tinjauan struktur dari material terdiri dari:
- Struktur sub atomic, yaitu struktur yang ditinjau dari susunan electron dengan inti
- Level atom, yang ditinjau dari pengaturan atom atau molekul satu sama lain
- Mikroskopik, ditinjau dari kumpulan-kelompok atom
- Makroskopik, ditinjau dari struktur yang bisa dilihat secara kasat mata
- Sifat material, dapat diamati dari kemampuan material menerima perlakuan dari luar.
Sifat-sifat material pada dapat dikelompokkan atas 6 kategori, yaitu :
1. Sifat Mekanik berkaitan dengan bentuk material karena adanya pemberian gaya atau
beban, contohnya meliputi modulus elastisitas dan kekuatan (strength), kekakuan
(stiffness), keuletan (ductile), ketangguhan (toughness), kekerasan (hardness).
2. Sifat Kelistrikan berhubungan dengan hambatan listrik, konduktivitas listrik, dan
kosntanta dielektrik yang didapatkan dengan memberikan stimulus berupa medan listrik.
3. Sifat Panas (thermal) berhubungan dengan kapasitas panas dan konduktivitas termal yang
diperoleh dengan memberikan stimulus berupa panas.
4. Sifat Magnetik menggambarkan respon suatu material terhadap medan magnet yang
biasanya dipresentasikan dengan menggunakan kurva hysteresis.
5. Sifat Optik menggambarkan bagaimana respon suatu material terhadap medan
elektromagnetik atau radiasi cahaya. Sifat optic ini dipresentasikan dalam indek refraksi
dan refleksi.
6. Sifat Deteriorative menunjukkan kereaktifan secara kimia dari suatu material.
3.1.3 Klasifikasi Material
Material dapat kategorikan dengan berbagai cara, salah satunya didasarkan pada ikatan
atom dan struktur. Berdasarkan kategori tersebut ini material dapat diklasifikasikan menjadi
material logam, polimer, dan keramik. Selain itu, terdapat dua kelompok material yang cukup
penting dalam rekayasa material yaitu komposit dan semikonduktor. Klasifikasi material Teknik
sebagai berikut :
1. Logam
Logam dikenal karena memiliki sifat listrik dan konduktivitas termalnya yang
tinggi. Hal ini dikarenakan electron valensinya tidak terikat, tetapi dapat meninggalkan
atom “induknya”. Dalam material logam beberapa elektronnya mudah bergerak sehingga
dengan memimandahakan muatan listrik dan energi termal. Selain itu, logam juga
memiliki sifat tidak tembus cahaya, hal ini dikarenakan respon dari electron bebas
tersebut terhadap getaran elektromagnetik pada frekuensi cahaya. Pada umumnya, logam
dapat dipoles sehingga terlihat mengkilat, relative berat, sangat kuat, dan bentuknya dapat
dirubah.
2. Keramik
Keramik merupakan senyawa yang mengandung unsur logam dan non-logam
seperti dalam bentuk nitride, oxide, dan carbide. Contoh material keramik; mulai dari
semen pada beton, gelas, isolator listrik, serta magnet permanen. Material ini memiliki
sifat tahan terhadap listrik, tahan terhadap suhu tinggi dan lingkungan yang buruk
daripada logam dan polimer. Selain itu, keramik memiliki sifat keras namun mudah
pecah.
3. Polimer
Pada umumnya, polimer adalah campuran senyawa organic yang secara kimia
berbahan dasar karbon, hydrogen, dan elemen non-logam lainnya. Bahkan, mereka
memiliki struktur molekul sangat besar. Sifat material ini antara lain: densitas rendah,
sangat fleksibel, dan mudah dibentuk. Pada umumnya, polimer dikenal sebagai plastic
merupakan material pemantul cahaya yang kurang baik, transparan dan transluen.
4. Komposit
Lebih dari satu tipe material komposit yang telah dibuat. Sebuah komposit di
desain untuk menunjukkan kombinasi dari sifat/karakteristik terbaik dari masing-masing
komponen material. Serat kaca (fiber glass) merupakan salah satu contoh yang sangat
umum, dimana serat gelas dilekatkan kedalam material polimer.
5. Semikonduktor
Semikonduktor mempunyai sifat listrik diantara konduktor dan isolator. Bahkan,
karakteristik listrik material ini sangat peka terhadap adanya atom pengotor. Karena
konsentrasi dari atom pengotor dapat dikontrol melalui bagian spasial yang sangat kecil.
6. Biomaterial
Material yang dipakai pada komponen-komponen yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia supaya dapat menggantikan bagian tubuh yang rusak atau sakit.
3.1.4 Kebutuhan Material Modern
Meskipun kemajuan yang sangat pesat dalam mengembangkan dan memahami material
dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, masih terdapat tantangan teknologi yang
membutuhkan pengalaman luas dan spesialis di bidang ini. Beberapa penghargaan diberikan
untuk menghormati para ilmuwan karena berhasil menemukan hal baru dalam bidang material
yang memudahkan kita sekarang ini.
Energi nuklir memberikan harapan baru sebagai sumber energi, tetapi energi ini
menimbulkan banyak masalah; mulai dari pemilihan material yang dipakai sebagai bahan bakar
sampai fasilitas untuk pembuangan limbah nuklir, sehingga untuk mengatasi masalah ini
diperlukan solusi yang lebih cermat.
Kualitas lingkungan hidup bergantung pada kemampuan kita untuk mengontrol polusi air
dan udara. Salah satu Teknik untuk mengendalikan polusi adalah dengan menggunakan beberapa
jenis material. Salah satu pemakaian energi terbesar adalah sector transportasi. Oleh sebab itu,
kebutuhan teknologi untuk membuat efisiensi bahan bakar meningkat diantaranya; dengan
mengurangi berat dari kendaraan (mobil, kapal laut, peswat terbang, dan kereta api),
meningkatkan pengaturan pemanasan mesin; sehingga tidak terlalu banyak panas yang terbuang,
pemilihan material yang sangat kuat, densitas yang rendah, atau dengan material ketahanan
terhadap suhu yang tinggi.
3.2 Sifat-Sifat Material Teknik
Sifat-sifat khas material Teknik perlu dikenal dengan baik karena material tersebut
digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Sifat-sifat material yang diinginkan sangat banyak,
antara lain:
1. Sifat mekanik, melipuiti: kekuatan, kekakuan, kekerasan, keliatan, keuletan, dan
kekuatan impak, dan lain-lain.
2. Sifat listrik, meliputi: hantaran listrik dielektrisitas, dan lain-lain
3. Sifat magnet mencakup permeabilitas, koersivitas, histerisis, dan lain-lain
4. Sifat termal meliputi: panas jenis pemuaian, konduktivitas, dan lain-lain
5. Sifat kimia meliputi: reaksi kimia, segregasi, ketahanan korosi, dan lain-lain
6. Sifat fisik meliputi: ukuran, densitas, struktur, dan lain-lain
7. Sifat teknologi, mencakup mampu mesin,mampu keras, dan lain-lain
Kebanyakan sifat-sifat tersebut diatas ditentukan oleh perbandingan atom yang
membentuk bahan, yaitu unsur dan komposisinya.
Sifat mekanik material yaitu: hubungan antara responsa tau deformasi bahan terhadap
beban yang bekerja. Sifat mekanik material tersebut, antar lain: 1. Kekuatan, 2. Kekerasan, 3.
Elastisitas, 4. Plastisitas, plastisitas adalah kapasitas untuk mengalami deformasi dengan
pengerjaan panas atau dingin, 5. Keuletan, kemampuan untuk mengalami deformasi plastis
dingin, biasanya dengan tension, 6. Kelunakan, kapasitas untuk mengalami deformasi dalam
semua arah, biasanya dengan deformasi dingin seperti hammering dan squeezing, 7.
Ketangguhan, kapasitas untuk menahan shock loads, 8. Kerapuhan, kecenderungan patah tanpa
terlihat deformasi plastis disebut kerapuhan.
3.3 Macam-macam Sifat Mekanik Material
3.3.1 Kekuatan (strength)
Kekuatan adalah kemampuan material dalam menahan beban pakai tanpa pecah. Beban
tersebut bisa tarik, tekan atau geser.

mesin uji kekerasan Vickers

Skala kekerasan dalam pengujian ini dinyatakan dengan notasi HK dan HV dan cara pengukuran dari
kedua metode ini juga hampir sama. Metode Knopp dan Vickers ditujukan untuk benda uji berukuran
kecil. Perbedaannya ada pada penggunaannya yaitu metode Knoop digunakan untuk pengujian material
getas misalnya keramik.

Metode Knoop

Skema uji kekerasan Vickers


Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk piramida dengan sudut puncak 136 derajat
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers (HV) didefenisikan
sebagai hasil bagi (koefision) dari beban uji (F) dalam newton yang dikalikan dengan angka factor 0.102
dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.

Mesin ini menggunakan diamond dengan sudut 136 derajat antara segi-segi dan gaya secara
otomatis dipakai oleh sebuah lever (pengungkit). Gaya dapat diubah disesuaikan dengan material yang
diuji, dan ukuran permukaan pada identasi yang diukur menggunakan mikroskop dengan shutters, dan
jarak direkam oleh counter; hardness number (HV) diperoleh dari grafik yang diambil dari gaya hitung,
bentuk identer dan pembesaran mikroskop.

Kekerasan bahan dengan menggunakan metode Vickers dapat dihitung dengan persamaan (2-6)

HV= 1.8544. P/d2

dengan, HV adalah kekerasan Vickers, P adalah beban indentor (kgf), dan d adalah panjang diagonal
indentasi (mm).

Indeks kekerasan menggunakan metode knoop yang ditunjukkan seperti diperlihatkan dalam
persamaan (2-7)

HK = Beban (Kgf)/ (luas dari tekanan piramida (mm 2)

= P/Cp+ . L2.

3.3.2 Kekuatan Luluh


Sebagai bahan yang terus menerus meregang (nilai regangan naik), tegangan juga
meningkat (baca, naik). Sebelum mencapai titik tegangan luluh (juga disebut kekuatan luluh
(yield) atau batas elastis), bahan akan berubah bentuk secara elastis dan akan kembali ke bentuk
aslinya saat tegangan yang diterapkan dihilangkan. Setelah tegangan luluh terlampaui, maka
deformasi tidak dapat dibalik (atau menjadi plastik), alias menghasilkan perubahan bentuk
permanen.
Kekuatan tarik, atau tegangan tarik ultimat, adalah ukuran tegangan tarik maksimum
dari suatu bahan yang dapat bertahan sebelum mengalami kegagalan. Baik kekuatan luluh
maupun kekuatan tarik diukur dalam satuan gaya per satuan luas (sama dengan satuan
tekanan). Dalam sistem SI, satuannya adalah newton per meter persegi (N/m 2) atau pascals (Pa).
Nilai tipikal untuk banyak material umum dikutip dalam MPa (106 Pa).
Bagaimana Keduanya Diukur
Seperti dalam kasus pengukuran kekakuan, kekuatan luluh dan kekuatan tarik bisa ditentukan
dari teknik kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari uji tarik uniaksial. Secara
sederhana, kekuatan luluh adalah tegangan di mana kemiringan kurva tegangan-regangan
mulai menyimpang dari linieritas (garis lurus). Kekuatan tarik adalah tegangan maksimum
pada kurva ini (gambar 1). Pengukuran nilai-nilai ini dari kurva tegangan-regangan tipikal adalah
ditunjukkan pada Gambar
Dalam material nyata, seringkali sulit untuk menentukan titik secara akurat dimana kurva
tegangan-regangan menjadi non-linier. Karena itu, titik luluh sering didefinisikan sebagai
tegangan pada beberapa nilai sembarang regangan plastik (biasanya 0,2 persen atau 0,002).
Kekuatan luluh 0,2 percent offset (atau lebih sering disebut tegangan bukti 0,2 persen) adalah
ditentukan dengan mencari perpotongan kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar terhadap
kemiringan awal kurva dan yang memotong sumbu x pada 0,002 (0,2 persen). Konstruksi ini
juga ditunjukkan pada Gambar

Skema plot tegangan-regangan dengan tegangan luluh (y), tegangan bukti (0,2 persen) dan
tegangan tarik (TS)

Pengetahuan tentang kekuatan luluh suatu bahan sangat penting saat mendesain
komponen, karena hal tersebut umumnya mewakili batas atas tekanan yang dapat diterapkan.
Melebihi kekuatan luluh ini tentu saja akan menyebabkan distorsi permanen komponen. Contoh
aplikasinya adalah menghitung beban maksimum pada kawat dan kabel dalam tegangan, cakram
berputar dan bejana bertekanan.
Sangat sedikit desain yang mengizinkan deformasi plastik dari sebuah komponen itu
terjadi dan untuk alasan ini mendesain tegangan hingga melewati tegangan tariknya adalah tidak
umum atau tidak wajar. Namun, hal ini berguna untuk mengapresiasi interval tegangan antara
luluh dan kegagalan suatu material sehingga faktor keamanan yang sesuai dapat
dipertimbangkan untuk menghindari kegagalan besar akibat kelebihan beban komponen.
3.3.3 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik Rm (juga kekuatan robek) adalah nilai karakteristik material untuk
evaluasi perilaku kekuatan. Kekuatan tarik adalah tegangan tarik mekanis maksimum yang
dengannya spesimen dapat dimuat. Jika kekuatan tarik terlampaui, material gagal: penyerapan
gaya berkurang sampai spesimen material akhirnya robek. Namun material mengalami deformasi
plastis (residual) sebelum mencapai nilai kekuatan tarik yang sebenarnya.
Kekuatan tarik Rm ditentukan dengan uji tarik (misalnya, sesuai dengan seri standar ISO
6892 (untuk bahan logam), atau ISO 527 rangkaian standar (untuk plastik dan komposit)). 
Ini dihitung dari gaya tarik maksimum yang dicapai F m dan permukaan penampang spesimen
pada awal pengujian:
Kekuatan tarik Rm = maximum tensile force Fm / specimen cross-section surface S0
Kekuatan tarik ditentukan dalam MPa (megapascal) atau N/mm². 
Dalam diagram tegangan-regangan (juga kurva tegangan-regangan), tegangan tarik
spesimen diplotkan pada perubahan relatif panjangnya dalam uji tarik.
Kurva ini dapat digunakan untuk menentukan nilai karakteristik yang berbeda untuk
material yang akan diuji; misalnya, perilaku elastis atau kekuatan tarik. Pada diagram tegangan-
regangan, kuat tarik adalah nilai tegangan maksimum yang dicapai pada uji tarik setelah
dilakukan kenaikan tegangan tarik.
Kekuatan Tarik dengan Berbagai Tingkat Pengerasan Material
Untuk bahan logam dengan yield point yang disebutkan, gaya tarik maksimum
didefinisikan sebagai gaya yang dicapai tertinggi setelah upper yield point. Gaya tarik
maksimum setelah melebihi kekuatan luluh juga dapat berada di bawah titik leleh untuk bahan
dengan pengerasan kerja lemah, oleh karena itu kekuatan tarik dalam hal ini lebih rendah dari
nilai untuk kekuatan luluh atas.
Gambar kurva tegangan regangan di sebelah kanan menunjukkan kurva dengan tingkat
pengerasan kerja yang tinggi (1) dan dengan tingkat pengerasan kerja yang sangat rendah (2)
setelah titik leleh. Sebaliknya, untuk plastik dengan titik leleh dan tegangan susulan, kekuatan
tarik sesuai dengan tegangan pada titik leleh.
3.3.4 Kekerasan (hardness)
Sebagai definisi, kekerasan merupakan kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis yang sifatnya terlokalisasi pada suatu material yang dapat disebabkan oleh tusukan
maupun goresan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material, diperlukan adanya suatu
pengujian kekerasan. Pengujian kekerasan dilakukan dengan cara digores atau ditusuk dengan
material lainnya yang sifatnya lebih keras dibanding material yang diuji. Oleh karena itu
diciptakanlah skala Mohs yang menentukan tingkat kekerasan suatu material dengan skala 1-10,
nilai 1 untuk yang terlunak yaitu talc dan yang terkeras adalah intan yaitu pada index 10. Cara
pengujian kekerasan material telah bertahun- tahun diuji yaitu dengan menggunakan indentor
kecil yang ditekan pada permukaan benda uji dibawah kondisi terkontrol dari pembebanan dan
laju penggunaan. Setelah ditusuk, kedalaman atau ukuran indentasi akan dihitung . Semakin
lunak suatu material maka hasil indentasi  memiliki kedalaman dan ukuran yang besar dan
semakin kecil pula indeks kekerasannya dan sebaliknya, jika kedalaman dan ukuran hasil
indentasi kecil maka material yang diuji semakin tinggi sifat kekerasannya dan indeks kekerasan
semakin besar.
Di masa ini, pengujian kekerasan adalah yang paling banyak dilakukan dibanding pengujian
lainnya. Hal ini dikarenakan :
1. Pengujian yang dilakukan murah dan sederhana, dalam artian tidak perlu mempersiapkan
specimen khusus dan alat pengujiannya relative murah
2. Pengujian kekerasan tidak merusak benda yang diuji. Hal ini dikarenakan material yang
diuji tidak mengalami fraktur ataupun deformasi secara plastis melainkan hanya
menghasilkan sebuah lubang kecil saja.
3. Sifat mekanik lainnya dari suatu material dapat diperkirakan dari pengujian kekerasan,
seperti kekuatan tarik dan lainnya.
Uji Rockwell Hardness  Test
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell merupakan yang paling banyak dilakukan.
Ini dikarenakan pengujiannya yang sederhana dan tidak memerlukan kemampuan khusus dalam
pengoperasiannya. Beberapa skala yang berbeda dihasilkan dari penggunaan variasi indentor dan
tingkat pembebabanan yang berbeda. Indentor yang digunakan dalam pengujian ini ada dua yaitu
kerucut berbahan intan dan bola baja yang dikeraskan dengan ukuran 1/16, 1/8, ¼, dan ½ inci
dan sebuah indentor berlian untuk material yang lebih keras.
Cara pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dilakukan  dengan dua
kali pembebanan yaitu dengan beban minor terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan beban
mayor. Penggunaan beban minor ditujukan untuk memperbesar akurasi pengukuran. Metode
Rockwell sendiri terdiri atas dua yaitu Pengujian Rockwell dan Superficial Rockwell. Pengujian
Rockwell dilakukan dengan cara memberikan beban minor sebesar 10 kg dilanjutkan dengan
memberikan beban mayor dengan variasi pembebanan sebesar 60, 100, dan 150 kg dan diikuti
dengan alfabet. Sedangkan superficial Rockwell menggunakan beban minor sebesar 3 kg dengan
variasi pembebaban mayor sebesar 15, 30, dan 45 kg diikuti dengan alphabet N, T, W, X, dan Y .
Hasil dari pembebanan ditampilkan dengan menggunakan skala HR diikuti dengan  identifikasi
skala. Misalnya adalah 80 HRB, itu artinya kekerasan Rockwell sebesar 80 pada skala B.
Pengujian kekerasan ini memiliki skala dengan kisaran 20-100. Hal ini merupakan
sebuah kelemahan dari pengujian ini karena terdapat benda dengan kekerasan mencapai angka
130 dan bahkan kurang dari 20. Apalagi jika benda uji yang digunakan terlalu tipis maka akan
mempengaruhi hasil pengukuran.
Metode Pengujian Kekerasan dengan Rockwell

Tabel Skala pada pengujian dengan Metode Rockwell dan Superficial


Rockwell
Uji Brinnel Hardness Test
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel menggunakan indentor berbentuk bola
dengan diameter 10 mm dan terbuat dari baja yang dikeraskan maupun Tungsten Karbida (WC).
Tekanan yang diberikan selama pengujian berkisar antara 500-3000 kg dengan kenaikan
pembebanan sebesar 500 kg. selama pengujian, indentor ditahan selama 10 hingga 30 detik pada
permukaan benda uji. Hasil pengukuran indentasi diterjemahkan kedalam skala HB. Hasil
indentasi dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop rendah daya yang menggunakan skala di
bagian lensa mata. Pengukuran menggunakan metode Brinnel hanya memakai satu variasi
pembebanan saja, tidak seperti Rockwell. Dalam melakukan pengujian, ketebalan dari sepesimen
juga harus diperhatikan serta jangan sampai menekannya di daerah pinngir dari benda uji (tekan
di tengah- tengah benda uji).

pengujian Kekerasan dengan Brinell

Rumus Untuk Menentukan indeks HBN


3.3.5 Elastisitas
Pengertian Elastisitas merupakan adanya sebuah sifat dari suatu objek untuk kembali ke
bentuk aslinya segera setelah gaya dalam objek tersebut dihapus. Objek yang dapat kembali ke
bentuk aslinya setelah melepas gaya yang diberikan disebut sebagai objek elastis.
Jika Anda menarik pegas, pegas akan kembali ke ukuran aslinya segera setelah tarikan
dihapus. Sebaliknya, benda yang tidak dapat kembali ke bentuknya setelah kekuatan tertentu
disebut sebagai benda plastik. Contoh benda plastik adalah lumpur, plastik, dan tanah liat.
Fleksibilitas yang sempurna hanya masalah pembenaran dan beberapa bahan tetap elastis bahkan
setelah cacat yang sangat kecil. Dalam bidang ini, tingkat elastisitas material ditentukan oleh dua
jenis parameter material.

Hukum Hooke

Dalam tahun 1678, Robert Hooke menyatakan bahwa jika bulu ditarik dengan paksa
tanpa melebihi batasnya, bulu bertindak sebagai kekuatan penyembuhan yang sesuai dengan
penyimpangan objek dari titik yang seimbang, tetapi dalam arah yang berbeda dari pergerakan
objek. Pernyataan tersebut telah dikenal sebagai teorema Hooke. Secara matematis, hukum
Hooke mengatakan:

Tanda negatif dari hukum Hooke adalah bahwa gaya pemulih pegas berlawanan dengan
arah deviasi pegas. Konstanta pegas (k) menunjukkan ukuran gaya pegas. Mata padang rumput
mempunyai sebuah nilai k yang besar, sedangkan beberapa sumber memiliki nilai k.

Besaran-Besaran

Terdapat berbagai jenis besaran dalam elastisitas ini, berikut ialah penjelasannya:

a. Tegangan (δ)

Tegangan merupakan adanya sebuah besarnya gaya yang telah bekerja terhadap objek di
area penampang tertentu. Secara matematis, ketegangan dirumuskan sebagai berikut:

b. Modulus Elastisits (Modulus Young)

Modulus elastisitas merupakan adanya sebuah ukuran gaya yang bekerja pada area
penampang tertentu untuk mencegat suatu objek. Dengan kata lain, mddulus Young adalah
perbandingan antara stres dan ketegangan pada suatu objek.

Nilai modul muda menunjukkan tingkat fleksibilitas objek. Semakin besar nilai modul
yang lebih muda, semakin banyak ketegangan yang diperlukan untuk mengurangi objek.
Modulus elastisitas dibentuk:
c. Regangan (e)

Regangan merupakan adanya sebuah perubahan relatif dalam ukuran objek di bawah
beban. Peregangan dihitung dengan membandingkan panjang objek dengan panjang aslinya.
Batang dibentuk secara matematis, yakni:

d. Batas Elastis

Fleksibilitas objek dibatasi oleh kekuatan tertentu. Jika gaya yang diberikan kurang dari
batas lengkungan, objek akan kembali ke bentuk aslinya ketika pria gay dilepaskan.

Namun, jika gaya melebihi batas elastisitas objek, objek tidak dapat kembali dari bentuk
semula. Objek tersebut yakni akan terus berubah bentuk.

3.3.6 Deformasi Plastis


Jika plot tegangan versus regangan linier, sistem dikatakan dalam keadaan elastis.
Namun, ketika tegangan tinggi, plot melewati lompatan kecil pada sumbu. Ini adalah batas di
mana ia menjadi deformasi plastis. Batas ini dikenal sebagai kekuatan luluh material. Deformasi
plastis sebagian besar terjadi karena pergeseran dua lapisan padatan. Proses geser ini tidak bisa
dibalik. Deformasi plastis terkadang dikenal sebagai deformasi ireversibel, tetapi beberapa mode
deformasi plastis sebenarnya dapat dibalik. Setelah lompatan kekuatan luluh, plot tegangan
versus regangan menjadi kurva mulus dengan puncak. Puncak kurva ini dikenal sebagai
kekuatan tertinggi. Setelah kekuatan pamungkas, material mulai "leher" membuat kerapatan
yang tidak merata sepanjang. Hal ini membuat area dengan kepadatan sangat rendah pada
material sehingga mudah pecah. Deformasi plastik digunakan dalam pengerasan logam untuk
mengemas atom secara menyeluruh.
Apa perbedaan antara Deformasi Elastis dan Deformasi Plastis?
- Perbedaan utama antara deformasi elastis dan deformasi plastis adalah deformasi elastik selalu
dapat dibalik, dan deformasi plastis tidak dapat diubah kecuali untuk beberapa kasus yang sangat
jarang terjadi.
- Dalam deformasi elastis, ikatan antar molekul atau atom tetap utuh, tetapi hanya mengubah
panjangnya; Fenomena deformasi plastis, seperti pergeseran pelat terjadi akibat fisi total ikatan.
- Deformasi elastis memiliki hubungan linier dengan tegangan, sedangkan deformasi plastis
memiliki hubungan lengkung yang memiliki puncak.
3.3.7 Keuletan
Dalam ilmu material, keuletan adalah kemampuan bahan padat untuk mengalami
peregangan sebelum menjadi putus di bawah tegangan tarik; ini sering ditandai oleh kemampuan
materi untuk meregang menjadi kawat. Karakteristik keuletan dan kelenturan
suatu material juga tergantung pada suhu dan tekanan.
3.3.8 Ketangguhan
Ketangguhan (toughness) menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap energi tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang
diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja pada suatu kondisi tertentu.
3.3.9 Tegangan dan Regangan Sebenarnya
a. Tegangan teknik adalah gaya tarik dibagi dengan luas penampang mula-mula atau nilai
tegangan yang mengasumsikan luas penampangnya tetap.

                    
Regangan teknik adalah perubahan panjang dibagi dengan panjang uji mula- mula 

                                                
b. Tegangan sebenarnya adalah gaya tarik dibagi dengan luas penampang tiap saat
                                         
atau hubungannya dengan tegangan teknik,

Regangan sebenarnya adalah berubahnya panjang spesimen ataupun berubahnya   luas


penampang dari kondisi semula.

Dari nilai-nilai yang didapat melalui data pengamatan dan perhitungan, kita dapat membuat
kurva uji tarik (beban – pertambahan panjang), kurva tegangan – regangan teknik dan kurva
tegangan – regangan sebenarnya, sebagai berikut:

 Dengan gaya beban tarik dibagi luas penampang awal dan pertambahan panjang dibagi dengan
panjang awal, didapat:
 
Dan dengan gaya beban tarik yang dibagi dengan luas permuakaan tiap saat dan pertambahan
panjang dibagi dengan panjang tiap saat, didapat:

2. a.) Pada kurva uji tarik yang didapat, kita dapat membaginya menjadi tiga daerah,  yaitu:
* Daerah I , adalah daerah dari titik awal hingga titik luluhnya. Merupakan daerah elastis dimana
material uji dapat kembali kembali kebentuk awalnya apabila beban tarik yang bekerja pada
material dihilangkan. Pada daerah ini berlaku hukum Hook, dimana kekuatan material ditentukan
oleh kekuatan ikatan antar atomnya. Kita pun dapat mencari modulus elastisitas material melalui
tangen sudutnya.
* Daerah II, adalah daerah dari batas luluhnya hingga tegangan maksimumnya. Pada daerah ini
material mengalami deformasi plastis homogen (universal deformation) dan peristiwa strain
hardening.

* Daerah III, adalah daerah dari titik ultimate tensile strength hingga titik patahnya. Pada daerah
ini terjadi deformasi lokal (localized deformation) yang menyebabkan necking(pengecilan
setempat) pada spesimen.

Sedangkan pada kurva tegangan – regangan sebenarnya, grafik akan tetap naik setelah kekuatan
tarik karena memperhitungkan perubahan luas penampang setiap saat. Pada daerah plastis ini
akan akan terlihat nilai tegangan dan regangan sebenarnya yang selalu lebih besar daripada
tegangan dan regangan teknis.
2.b.) Sifat-sifat mekanik yang didapat adalah :
*Batas luluh (yielding point)  
*Tegangan tarik (tensile strength)
*Perpanjangan (elongation)
*Reduksi penampang (reduction of area)
*Modulus elastisitas
Dengan nilai-nilainya terdapat pada bab data dan perhitungan.

3. Kita tidak dapat langsug menghitung modulus elastisitas dari material tesebut karena data dan
grafik yang diperoleh masih dalam hubungan beban dan pertambahan panjang. Kita harus
merubahnya dulu ke dalam grafik tegangan – regangan teknik. Sehingga kita akan dapatkan
modulus elastisitasnya.
                                   
4. a)Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi  adalah:
* Ketidaktelitian dan kesalahan paralaks dalam mengukur panjang dan diameter awal dan akhir
* Sulitnya mengukur diameter tiap saat ketika terjadi necking. Pencatatan yang tidak bersamaan
antara diameter necking, pembebanan,  dan perpanjangan spesimen.
* Kecepatan tarik yang tidak tetap dari mesin uji universal dan tidak adanya extensometer. Selain
spesimen, mesin uji tarik pun mengalami beban tarik pula.
4. b)Modulus elastisitas dapat ditentukan dengan menghitung tangen sudut kurva elastisnya
(relatif linear) ataupun dengan persamaan:
3.4 Sifat Termal
Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan, medan listrik,
medan magnit, bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa photo listrik yang telah kita
kenal. Tanggapan padatan terhadap macam-macam tambahan energi tersebut tentulah berbeda.
Pada penambahan energi melalui pemanasan misalnya, tanggapan padatan termanifestasikan
mulai dari kenaikan temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang
masuk. Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai emisi elektron
dari permukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang kita berikan, yang tidak lain adalah
besar energi yang sampai ke permukaan metal. Dalam mempelajari sifat non-listrik material, kita
akan mulai dengan sifat thermal, yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara
thermal (pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal;
yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar posisi
keseimbangannya, dan yang kedua berupa energi kinetik yang dikandung oleh elektron-bebas.
Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap panas maka energi internal yang ada
dalam padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan
energi pada atom-atom dan elektron-bebas menentukan sifat-sifat thermal padatan. Sifat-sifat
thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik, pemuaian, dan
konduktivitas panas.
Kapasitas Panas
Kapasitas panas (heat capacity) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur padatan sebesar satu derajat K. (Lihat pula bahasan tentang
thermodinamika).
Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu a. Kapasitas panas
pada volume konstan, Cv, dengan relasi v v dT dE C = (1) dengan E adalah energi internal
padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun
energi kinetik elektron-bebas. b. Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp, dengan relasi p p dT
dH C = (2) dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam thermodinamika
karena sesungguhnya adalah amat sulit meningkatkan kandungan energi internal pada tekanan
konstan. Jika kita masukkan energi panas ke sepotong logam, sesungguhnya energi yang kita
masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada
waktu pemuaian terjadi. Pemuaian adalah perubahan volume, dan pada waktu volume berubah
dibutuhkan energi sebesar perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan
ini diambil dari energi yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan enthalpi guna
mempermudah analisis.
3.4.1 Kapasitas Panas
Kapasitas panas dari sebuah zat didefinisikan sebagai jumlah dari panas yang dibutuhkan
untuk mencapai suhu dari satu gm zat melewati satu derajat centigrade. Terdapat dua kapasitas
panas, yaitu kapasitas panas pada volume tetap (heat capacity at constant volume) (Cv) dan
kapasitas panas pada tekanan tetap (heat capacity at constant pressure) (Cp).
Jumlah dari panas yang dibutuhkan untuk mencapai suhu satu gm zat dengan satu derajat
centigrade, ketika volume dijaga tetap dan tekanan diizinkan untuk meningkat, itu disebut
kapasitas panas pada volume tetap. Demikian pula, kapasitas panas pada tekanan tetap adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk mencapai suhu satu gm zat melewati satu derajat centigrade
ketika tekanan dijaga tetap dan volume diizinkan untuk meningkat. Kedua kapasitas panas
dinyatakan sebagai berikut:

Dengan demikian kapasitas panas pada volume konstan dari benda adalah koefisien suhu dari
energi dalam pada volume tetap dan kapasitas panas pada tekanan tetap dari benda adalah
koefisien suhu dari entalpi benda pada tekanan tetap. Untuk satu mole gas, kapasitas panas pada
volume tetap dan tekanan tetap disebut masing-masing sebagai molar kapasitas panas pada
volume dan tekanan tetap.
3.4.2 Ekspansi Termal
Ekspansi termal adalah kecenderungan materi untuk perubahan volume suara dalam
menanggapi perubahan suhu . [1] Ketika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel yang mulai
bergerak lebih dan dengan demikian biasanya mempertahankan pemisahan rata-rata yang lebih
besar.
3.4.3 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah sifat fisik material atau benda yang menentukan kemampuan
untuk mengangkut panas dengan konduksi secara langsung dan tanpa pertukaran material.
Setiap materi memiliki konduktivitas termal spesifik yang menjadi ciri pengangkutan
panas, yang selalu mengalir secara spontan dan dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah. Oleh karena itu, kalor diangkut dari satu benda ke benda lain yang bersuhu lebih rendah.
Benda-benda terdiri dari atom dan molekul, oleh karena itu, ketika satu benda panas,
atom dan molekulnya bergerak cepat dan memindahkan energinya ke benda lain yang kurang
panas. Ini adalah transpor energi terus menerus hingga objek mencapai kesetimbangan termal.
Akibatnya, pengangkutan kalor dari satu materi atau benda ke benda lain juga melibatkan
pertukaran energi, dalam hal ini dihasilkan energi kinetik (energi yang dimiliki benda sesuai
dengan pergerakannya).
Namun, ada benda atau bahan yang konduktivitas termalnya rendah dan sifat kebalikan
dari konduktivitas yang dihasilkan, yaitu resistivitas termal. Artinya, semakin rendah
konduktivitas termalnya, semakin besar insulasi panasnya, misalnya logam memiliki
konduktivitas listrik yang lebih tinggi daripada gas.
Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik adalah kemampuan benda atau bahan untuk mengangkut energi
listrik dari satu benda ke benda lain. Sebaliknya, konduktivitas termal membawa panas.
Perpindahan energi kalor
 Konduksi: panas diangkut melalui kontak. Logam seperti aluminium atau besi adalah
konduktor panas yang sangat baik.
 Konveksi: panas ditransmisikan melalui kontak dengan transfer materi yang sama yang
memancarkan panas.
 Radiasi: panas ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik, seperti panas yang
mencapai bumi melalui gelombang matahari.
Satuan pengukuran konduktivitas termal
Dalam Sistem Satuan Internasional, konduktivitas termal diukur sebagai berikut: W /
(K.m) (watt per Kelvin dan meter), yang setara dengan J / (s.K.m) (Joule per detik, Kelvin dan
meter).
Konduktivitas termal diwakili oleh huruf Yunani λ (lamda). Namun, di Amerika Serikat
itu diwakili oleh huruf k.
Konduktivitas termal dalam material
Konduktivitas termal dalam logam: logam adalah konduktor panas yang baik, di antara
yang paling umum adalah aluminium, tembaga, dan besi. Beberapa logam juga merupakan
konduktor termal dan listrik yang baik.
Misalnya, wajan aluminium ditempatkan di dapur yang menyala, ketika bersentuhan
langsung dengan api, wajan itu cepat panas dan memungkinkan memasak beberapa makanan
dilakukan.
Konduktivitas termal dalam cairan: cairan juga merupakan konduktor panas yang baik,
karena arus penghubung dihasilkan antara molekul air dan dengan cara ini molekul dingin
bercampur dengan yang panas sampai semuanya memiliki suhu yang sama.
Misalnya, jika satu sendok teh dingin dimasukkan ke dalam semangkuk sup panas, cairan
tersebut akan memanaskan peralatan makan berdasarkan suhu.
Konduktivitas termal dalam bahan adiabatik: ini adalah bahan yang sifatnya dicirikan
sebagai konduktor termal yang buruk. Bahan-bahan ini termasuk wol, kayu, kertas, plastik,
fiberglass, dan gabus.
Misalnya, kayu berfungsi sebagai penyekat panas jika diletakkan di atas gagang wajan
atau panci, agar tangan Anda tidak terbakar saat memegang benda panas tersebut.
Juga beberapa dari bahan ini digunakan dalam pembuatan rumah untuk menjaga suhu
internal dan mencegahnya berubah dengan cepat. Di musim dingin, isolator ini menjaga suhu
internal rumah tetap stabil.
3.5 Pengujian Bending
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu material yang di uji.
Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu 3 point bending dan 4
point bending.

Anda mungkin juga menyukai