Skala kekerasan dalam pengujian ini dinyatakan dengan notasi HK dan HV dan cara pengukuran dari
kedua metode ini juga hampir sama. Metode Knopp dan Vickers ditujukan untuk benda uji berukuran
kecil. Perbedaannya ada pada penggunaannya yaitu metode Knoop digunakan untuk pengujian material
getas misalnya keramik.
Metode Knoop
Mesin ini menggunakan diamond dengan sudut 136 derajat antara segi-segi dan gaya secara
otomatis dipakai oleh sebuah lever (pengungkit). Gaya dapat diubah disesuaikan dengan material yang
diuji, dan ukuran permukaan pada identasi yang diukur menggunakan mikroskop dengan shutters, dan
jarak direkam oleh counter; hardness number (HV) diperoleh dari grafik yang diambil dari gaya hitung,
bentuk identer dan pembesaran mikroskop.
Kekerasan bahan dengan menggunakan metode Vickers dapat dihitung dengan persamaan (2-6)
dengan, HV adalah kekerasan Vickers, P adalah beban indentor (kgf), dan d adalah panjang diagonal
indentasi (mm).
Indeks kekerasan menggunakan metode knoop yang ditunjukkan seperti diperlihatkan dalam
persamaan (2-7)
= P/Cp+ . L2.
Skema plot tegangan-regangan dengan tegangan luluh (y), tegangan bukti (0,2 persen) dan
tegangan tarik (TS)
Pengetahuan tentang kekuatan luluh suatu bahan sangat penting saat mendesain
komponen, karena hal tersebut umumnya mewakili batas atas tekanan yang dapat diterapkan.
Melebihi kekuatan luluh ini tentu saja akan menyebabkan distorsi permanen komponen. Contoh
aplikasinya adalah menghitung beban maksimum pada kawat dan kabel dalam tegangan, cakram
berputar dan bejana bertekanan.
Sangat sedikit desain yang mengizinkan deformasi plastik dari sebuah komponen itu
terjadi dan untuk alasan ini mendesain tegangan hingga melewati tegangan tariknya adalah tidak
umum atau tidak wajar. Namun, hal ini berguna untuk mengapresiasi interval tegangan antara
luluh dan kegagalan suatu material sehingga faktor keamanan yang sesuai dapat
dipertimbangkan untuk menghindari kegagalan besar akibat kelebihan beban komponen.
3.3.3 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik Rm (juga kekuatan robek) adalah nilai karakteristik material untuk
evaluasi perilaku kekuatan. Kekuatan tarik adalah tegangan tarik mekanis maksimum yang
dengannya spesimen dapat dimuat. Jika kekuatan tarik terlampaui, material gagal: penyerapan
gaya berkurang sampai spesimen material akhirnya robek. Namun material mengalami deformasi
plastis (residual) sebelum mencapai nilai kekuatan tarik yang sebenarnya.
Kekuatan tarik Rm ditentukan dengan uji tarik (misalnya, sesuai dengan seri standar ISO
6892 (untuk bahan logam), atau ISO 527 rangkaian standar (untuk plastik dan komposit)).
Ini dihitung dari gaya tarik maksimum yang dicapai F m dan permukaan penampang spesimen
pada awal pengujian:
Kekuatan tarik Rm = maximum tensile force Fm / specimen cross-section surface S0
Kekuatan tarik ditentukan dalam MPa (megapascal) atau N/mm².
Dalam diagram tegangan-regangan (juga kurva tegangan-regangan), tegangan tarik
spesimen diplotkan pada perubahan relatif panjangnya dalam uji tarik.
Kurva ini dapat digunakan untuk menentukan nilai karakteristik yang berbeda untuk
material yang akan diuji; misalnya, perilaku elastis atau kekuatan tarik. Pada diagram tegangan-
regangan, kuat tarik adalah nilai tegangan maksimum yang dicapai pada uji tarik setelah
dilakukan kenaikan tegangan tarik.
Kekuatan Tarik dengan Berbagai Tingkat Pengerasan Material
Untuk bahan logam dengan yield point yang disebutkan, gaya tarik maksimum
didefinisikan sebagai gaya yang dicapai tertinggi setelah upper yield point. Gaya tarik
maksimum setelah melebihi kekuatan luluh juga dapat berada di bawah titik leleh untuk bahan
dengan pengerasan kerja lemah, oleh karena itu kekuatan tarik dalam hal ini lebih rendah dari
nilai untuk kekuatan luluh atas.
Gambar kurva tegangan regangan di sebelah kanan menunjukkan kurva dengan tingkat
pengerasan kerja yang tinggi (1) dan dengan tingkat pengerasan kerja yang sangat rendah (2)
setelah titik leleh. Sebaliknya, untuk plastik dengan titik leleh dan tegangan susulan, kekuatan
tarik sesuai dengan tegangan pada titik leleh.
3.3.4 Kekerasan (hardness)
Sebagai definisi, kekerasan merupakan kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis yang sifatnya terlokalisasi pada suatu material yang dapat disebabkan oleh tusukan
maupun goresan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material, diperlukan adanya suatu
pengujian kekerasan. Pengujian kekerasan dilakukan dengan cara digores atau ditusuk dengan
material lainnya yang sifatnya lebih keras dibanding material yang diuji. Oleh karena itu
diciptakanlah skala Mohs yang menentukan tingkat kekerasan suatu material dengan skala 1-10,
nilai 1 untuk yang terlunak yaitu talc dan yang terkeras adalah intan yaitu pada index 10. Cara
pengujian kekerasan material telah bertahun- tahun diuji yaitu dengan menggunakan indentor
kecil yang ditekan pada permukaan benda uji dibawah kondisi terkontrol dari pembebanan dan
laju penggunaan. Setelah ditusuk, kedalaman atau ukuran indentasi akan dihitung . Semakin
lunak suatu material maka hasil indentasi memiliki kedalaman dan ukuran yang besar dan
semakin kecil pula indeks kekerasannya dan sebaliknya, jika kedalaman dan ukuran hasil
indentasi kecil maka material yang diuji semakin tinggi sifat kekerasannya dan indeks kekerasan
semakin besar.
Di masa ini, pengujian kekerasan adalah yang paling banyak dilakukan dibanding pengujian
lainnya. Hal ini dikarenakan :
1. Pengujian yang dilakukan murah dan sederhana, dalam artian tidak perlu mempersiapkan
specimen khusus dan alat pengujiannya relative murah
2. Pengujian kekerasan tidak merusak benda yang diuji. Hal ini dikarenakan material yang
diuji tidak mengalami fraktur ataupun deformasi secara plastis melainkan hanya
menghasilkan sebuah lubang kecil saja.
3. Sifat mekanik lainnya dari suatu material dapat diperkirakan dari pengujian kekerasan,
seperti kekuatan tarik dan lainnya.
Uji Rockwell Hardness Test
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell merupakan yang paling banyak dilakukan.
Ini dikarenakan pengujiannya yang sederhana dan tidak memerlukan kemampuan khusus dalam
pengoperasiannya. Beberapa skala yang berbeda dihasilkan dari penggunaan variasi indentor dan
tingkat pembebabanan yang berbeda. Indentor yang digunakan dalam pengujian ini ada dua yaitu
kerucut berbahan intan dan bola baja yang dikeraskan dengan ukuran 1/16, 1/8, ¼, dan ½ inci
dan sebuah indentor berlian untuk material yang lebih keras.
Cara pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dilakukan dengan dua
kali pembebanan yaitu dengan beban minor terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan beban
mayor. Penggunaan beban minor ditujukan untuk memperbesar akurasi pengukuran. Metode
Rockwell sendiri terdiri atas dua yaitu Pengujian Rockwell dan Superficial Rockwell. Pengujian
Rockwell dilakukan dengan cara memberikan beban minor sebesar 10 kg dilanjutkan dengan
memberikan beban mayor dengan variasi pembebanan sebesar 60, 100, dan 150 kg dan diikuti
dengan alfabet. Sedangkan superficial Rockwell menggunakan beban minor sebesar 3 kg dengan
variasi pembebaban mayor sebesar 15, 30, dan 45 kg diikuti dengan alphabet N, T, W, X, dan Y .
Hasil dari pembebanan ditampilkan dengan menggunakan skala HR diikuti dengan identifikasi
skala. Misalnya adalah 80 HRB, itu artinya kekerasan Rockwell sebesar 80 pada skala B.
Pengujian kekerasan ini memiliki skala dengan kisaran 20-100. Hal ini merupakan
sebuah kelemahan dari pengujian ini karena terdapat benda dengan kekerasan mencapai angka
130 dan bahkan kurang dari 20. Apalagi jika benda uji yang digunakan terlalu tipis maka akan
mempengaruhi hasil pengukuran.
Metode Pengujian Kekerasan dengan Rockwell
Hukum Hooke
Dalam tahun 1678, Robert Hooke menyatakan bahwa jika bulu ditarik dengan paksa
tanpa melebihi batasnya, bulu bertindak sebagai kekuatan penyembuhan yang sesuai dengan
penyimpangan objek dari titik yang seimbang, tetapi dalam arah yang berbeda dari pergerakan
objek. Pernyataan tersebut telah dikenal sebagai teorema Hooke. Secara matematis, hukum
Hooke mengatakan:
Tanda negatif dari hukum Hooke adalah bahwa gaya pemulih pegas berlawanan dengan
arah deviasi pegas. Konstanta pegas (k) menunjukkan ukuran gaya pegas. Mata padang rumput
mempunyai sebuah nilai k yang besar, sedangkan beberapa sumber memiliki nilai k.
Besaran-Besaran
Terdapat berbagai jenis besaran dalam elastisitas ini, berikut ialah penjelasannya:
a. Tegangan (δ)
Tegangan merupakan adanya sebuah besarnya gaya yang telah bekerja terhadap objek di
area penampang tertentu. Secara matematis, ketegangan dirumuskan sebagai berikut:
Modulus elastisitas merupakan adanya sebuah ukuran gaya yang bekerja pada area
penampang tertentu untuk mencegat suatu objek. Dengan kata lain, mddulus Young adalah
perbandingan antara stres dan ketegangan pada suatu objek.
Nilai modul muda menunjukkan tingkat fleksibilitas objek. Semakin besar nilai modul
yang lebih muda, semakin banyak ketegangan yang diperlukan untuk mengurangi objek.
Modulus elastisitas dibentuk:
c. Regangan (e)
Regangan merupakan adanya sebuah perubahan relatif dalam ukuran objek di bawah
beban. Peregangan dihitung dengan membandingkan panjang objek dengan panjang aslinya.
Batang dibentuk secara matematis, yakni:
d. Batas Elastis
Fleksibilitas objek dibatasi oleh kekuatan tertentu. Jika gaya yang diberikan kurang dari
batas lengkungan, objek akan kembali ke bentuk aslinya ketika pria gay dilepaskan.
Namun, jika gaya melebihi batas elastisitas objek, objek tidak dapat kembali dari bentuk
semula. Objek tersebut yakni akan terus berubah bentuk.
Regangan teknik adalah perubahan panjang dibagi dengan panjang uji mula- mula
b. Tegangan sebenarnya adalah gaya tarik dibagi dengan luas penampang tiap saat
atau hubungannya dengan tegangan teknik,
Dari nilai-nilai yang didapat melalui data pengamatan dan perhitungan, kita dapat membuat
kurva uji tarik (beban – pertambahan panjang), kurva tegangan – regangan teknik dan kurva
tegangan – regangan sebenarnya, sebagai berikut:
Dengan gaya beban tarik dibagi luas penampang awal dan pertambahan panjang dibagi dengan
panjang awal, didapat:
Dan dengan gaya beban tarik yang dibagi dengan luas permuakaan tiap saat dan pertambahan
panjang dibagi dengan panjang tiap saat, didapat:
2. a.) Pada kurva uji tarik yang didapat, kita dapat membaginya menjadi tiga daerah, yaitu:
* Daerah I , adalah daerah dari titik awal hingga titik luluhnya. Merupakan daerah elastis dimana
material uji dapat kembali kembali kebentuk awalnya apabila beban tarik yang bekerja pada
material dihilangkan. Pada daerah ini berlaku hukum Hook, dimana kekuatan material ditentukan
oleh kekuatan ikatan antar atomnya. Kita pun dapat mencari modulus elastisitas material melalui
tangen sudutnya.
* Daerah II, adalah daerah dari batas luluhnya hingga tegangan maksimumnya. Pada daerah ini
material mengalami deformasi plastis homogen (universal deformation) dan peristiwa strain
hardening.
* Daerah III, adalah daerah dari titik ultimate tensile strength hingga titik patahnya. Pada daerah
ini terjadi deformasi lokal (localized deformation) yang menyebabkan necking(pengecilan
setempat) pada spesimen.
Sedangkan pada kurva tegangan – regangan sebenarnya, grafik akan tetap naik setelah kekuatan
tarik karena memperhitungkan perubahan luas penampang setiap saat. Pada daerah plastis ini
akan akan terlihat nilai tegangan dan regangan sebenarnya yang selalu lebih besar daripada
tegangan dan regangan teknis.
2.b.) Sifat-sifat mekanik yang didapat adalah :
*Batas luluh (yielding point)
*Tegangan tarik (tensile strength)
*Perpanjangan (elongation)
*Reduksi penampang (reduction of area)
*Modulus elastisitas
Dengan nilai-nilainya terdapat pada bab data dan perhitungan.
3. Kita tidak dapat langsug menghitung modulus elastisitas dari material tesebut karena data dan
grafik yang diperoleh masih dalam hubungan beban dan pertambahan panjang. Kita harus
merubahnya dulu ke dalam grafik tegangan – regangan teknik. Sehingga kita akan dapatkan
modulus elastisitasnya.
4. a)Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi adalah:
* Ketidaktelitian dan kesalahan paralaks dalam mengukur panjang dan diameter awal dan akhir
* Sulitnya mengukur diameter tiap saat ketika terjadi necking. Pencatatan yang tidak bersamaan
antara diameter necking, pembebanan, dan perpanjangan spesimen.
* Kecepatan tarik yang tidak tetap dari mesin uji universal dan tidak adanya extensometer. Selain
spesimen, mesin uji tarik pun mengalami beban tarik pula.
4. b)Modulus elastisitas dapat ditentukan dengan menghitung tangen sudut kurva elastisnya
(relatif linear) ataupun dengan persamaan:
3.4 Sifat Termal
Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan, medan listrik,
medan magnit, bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa photo listrik yang telah kita
kenal. Tanggapan padatan terhadap macam-macam tambahan energi tersebut tentulah berbeda.
Pada penambahan energi melalui pemanasan misalnya, tanggapan padatan termanifestasikan
mulai dari kenaikan temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang
masuk. Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai emisi elektron
dari permukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang kita berikan, yang tidak lain adalah
besar energi yang sampai ke permukaan metal. Dalam mempelajari sifat non-listrik material, kita
akan mulai dengan sifat thermal, yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara
thermal (pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal;
yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar posisi
keseimbangannya, dan yang kedua berupa energi kinetik yang dikandung oleh elektron-bebas.
Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap panas maka energi internal yang ada
dalam padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan
energi pada atom-atom dan elektron-bebas menentukan sifat-sifat thermal padatan. Sifat-sifat
thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik, pemuaian, dan
konduktivitas panas.
Kapasitas Panas
Kapasitas panas (heat capacity) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur padatan sebesar satu derajat K. (Lihat pula bahasan tentang
thermodinamika).
Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu a. Kapasitas panas
pada volume konstan, Cv, dengan relasi v v dT dE C = (1) dengan E adalah energi internal
padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun
energi kinetik elektron-bebas. b. Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp, dengan relasi p p dT
dH C = (2) dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam thermodinamika
karena sesungguhnya adalah amat sulit meningkatkan kandungan energi internal pada tekanan
konstan. Jika kita masukkan energi panas ke sepotong logam, sesungguhnya energi yang kita
masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada
waktu pemuaian terjadi. Pemuaian adalah perubahan volume, dan pada waktu volume berubah
dibutuhkan energi sebesar perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan
ini diambil dari energi yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan enthalpi guna
mempermudah analisis.
3.4.1 Kapasitas Panas
Kapasitas panas dari sebuah zat didefinisikan sebagai jumlah dari panas yang dibutuhkan
untuk mencapai suhu dari satu gm zat melewati satu derajat centigrade. Terdapat dua kapasitas
panas, yaitu kapasitas panas pada volume tetap (heat capacity at constant volume) (Cv) dan
kapasitas panas pada tekanan tetap (heat capacity at constant pressure) (Cp).
Jumlah dari panas yang dibutuhkan untuk mencapai suhu satu gm zat dengan satu derajat
centigrade, ketika volume dijaga tetap dan tekanan diizinkan untuk meningkat, itu disebut
kapasitas panas pada volume tetap. Demikian pula, kapasitas panas pada tekanan tetap adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk mencapai suhu satu gm zat melewati satu derajat centigrade
ketika tekanan dijaga tetap dan volume diizinkan untuk meningkat. Kedua kapasitas panas
dinyatakan sebagai berikut:
Dengan demikian kapasitas panas pada volume konstan dari benda adalah koefisien suhu dari
energi dalam pada volume tetap dan kapasitas panas pada tekanan tetap dari benda adalah
koefisien suhu dari entalpi benda pada tekanan tetap. Untuk satu mole gas, kapasitas panas pada
volume tetap dan tekanan tetap disebut masing-masing sebagai molar kapasitas panas pada
volume dan tekanan tetap.
3.4.2 Ekspansi Termal
Ekspansi termal adalah kecenderungan materi untuk perubahan volume suara dalam
menanggapi perubahan suhu . [1] Ketika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel yang mulai
bergerak lebih dan dengan demikian biasanya mempertahankan pemisahan rata-rata yang lebih
besar.
3.4.3 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah sifat fisik material atau benda yang menentukan kemampuan
untuk mengangkut panas dengan konduksi secara langsung dan tanpa pertukaran material.
Setiap materi memiliki konduktivitas termal spesifik yang menjadi ciri pengangkutan
panas, yang selalu mengalir secara spontan dan dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah. Oleh karena itu, kalor diangkut dari satu benda ke benda lain yang bersuhu lebih rendah.
Benda-benda terdiri dari atom dan molekul, oleh karena itu, ketika satu benda panas,
atom dan molekulnya bergerak cepat dan memindahkan energinya ke benda lain yang kurang
panas. Ini adalah transpor energi terus menerus hingga objek mencapai kesetimbangan termal.
Akibatnya, pengangkutan kalor dari satu materi atau benda ke benda lain juga melibatkan
pertukaran energi, dalam hal ini dihasilkan energi kinetik (energi yang dimiliki benda sesuai
dengan pergerakannya).
Namun, ada benda atau bahan yang konduktivitas termalnya rendah dan sifat kebalikan
dari konduktivitas yang dihasilkan, yaitu resistivitas termal. Artinya, semakin rendah
konduktivitas termalnya, semakin besar insulasi panasnya, misalnya logam memiliki
konduktivitas listrik yang lebih tinggi daripada gas.
Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik adalah kemampuan benda atau bahan untuk mengangkut energi
listrik dari satu benda ke benda lain. Sebaliknya, konduktivitas termal membawa panas.
Perpindahan energi kalor
Konduksi: panas diangkut melalui kontak. Logam seperti aluminium atau besi adalah
konduktor panas yang sangat baik.
Konveksi: panas ditransmisikan melalui kontak dengan transfer materi yang sama yang
memancarkan panas.
Radiasi: panas ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik, seperti panas yang
mencapai bumi melalui gelombang matahari.
Satuan pengukuran konduktivitas termal
Dalam Sistem Satuan Internasional, konduktivitas termal diukur sebagai berikut: W /
(K.m) (watt per Kelvin dan meter), yang setara dengan J / (s.K.m) (Joule per detik, Kelvin dan
meter).
Konduktivitas termal diwakili oleh huruf Yunani λ (lamda). Namun, di Amerika Serikat
itu diwakili oleh huruf k.
Konduktivitas termal dalam material
Konduktivitas termal dalam logam: logam adalah konduktor panas yang baik, di antara
yang paling umum adalah aluminium, tembaga, dan besi. Beberapa logam juga merupakan
konduktor termal dan listrik yang baik.
Misalnya, wajan aluminium ditempatkan di dapur yang menyala, ketika bersentuhan
langsung dengan api, wajan itu cepat panas dan memungkinkan memasak beberapa makanan
dilakukan.
Konduktivitas termal dalam cairan: cairan juga merupakan konduktor panas yang baik,
karena arus penghubung dihasilkan antara molekul air dan dengan cara ini molekul dingin
bercampur dengan yang panas sampai semuanya memiliki suhu yang sama.
Misalnya, jika satu sendok teh dingin dimasukkan ke dalam semangkuk sup panas, cairan
tersebut akan memanaskan peralatan makan berdasarkan suhu.
Konduktivitas termal dalam bahan adiabatik: ini adalah bahan yang sifatnya dicirikan
sebagai konduktor termal yang buruk. Bahan-bahan ini termasuk wol, kayu, kertas, plastik,
fiberglass, dan gabus.
Misalnya, kayu berfungsi sebagai penyekat panas jika diletakkan di atas gagang wajan
atau panci, agar tangan Anda tidak terbakar saat memegang benda panas tersebut.
Juga beberapa dari bahan ini digunakan dalam pembuatan rumah untuk menjaga suhu
internal dan mencegahnya berubah dengan cepat. Di musim dingin, isolator ini menjaga suhu
internal rumah tetap stabil.
3.5 Pengujian Bending
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu material yang di uji.
Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu 3 point bending dan 4
point bending.