Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MATERIAL TEKNIK

OLEH:
RENALDI RANDALONGI
NIM : F 331 18 011
KELAS : B(TM 3)

TEKNIK MESIN UNIVERSITAS TADULAKO


2018 \ 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmatnya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan baik dan sesuai
dengan prosedur.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian dalam mata kuliah
material teknik, dengan makalah ini saya harus mencari teori tentang polimer
secara lengkap, dan menulisnya dalam bentuk makalah sebagai referensi.dengan
harapan agar makalah ini bisa dijadikan acuan bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan teknik,khususnya mahasiswa teknik mesin.
Penulis mengakui adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menyempurnakan penulisan makalah ini.

.
Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang

Ilmu yang mempelajari karakteristik struktural dan susunan dari suatu logam atau
paduanlogam dalam hubungan dengan suatu analisis kimia dan logam ataupun paduan logam.
Biasanya tidak melalui suatu keseluruhan potongan logam yang ditawarkan padaindustri untuk
keperluan lainya dan dengan melakukan pengujian metalografi maka dapatdilakukan berbagai
jenis perubahan pada suatu material setelah mengetahui karekteristiknya disebabkan oleh heterogen
atau logam metalografi dari suatu
Dengan ini terdapat berbagai jenis bahan yang digunakan pada proses manufaktur.Namun,
sebelum diketahui atau di gunakan dalam industri atau bagian lainnya, krakteristikstruktur atau
susunan dari logam atau paduannya yang akan dipakai atau
Dari hal inilah, orang mulai mencoba untuk melakukan uji metalografipada suatumaterial. Sehingga dengan
cara ini dapat diperoleh bahan dengan sifat-sifat yang sesuaidengan tujuan tertentu untuk memenuhi
kebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Untuk itu, pengujian metalografi sangat berguna dalam berbagai dunia industri, terutamapada
industri logam dan otomotif. Karena kebutuhan akan logam ini semakin meningkat,maka banyak
industri manufaktur menyuplai bahan logam yang ada di pasaransan telahmelalui berbagai proses
pengujian bahan. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa pengujianmetalografi sangat berperan bagi dunia
industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencarimaterial yang memiliki sifat dan karakteristik yang
baik
B.Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya metamografi adalah sebagai berikut :

1)Menjelaskan langkah-langkah pengujian Metalografi.

2)Mengetahui bahan dan alat yang digunakan pada pengujian metalografi.

3)Mengetahui bentuk-bentuk fasa dari logam

4)Menganalisa ukuran butir dan membbandingkan dengan grain size ASTM.

5)Menjelaskan hubungan antara struktur mikro dan karakteristik butir terhadap bahan.

6)Mampu melakukan pengujian metalografi.


BAB II
PENBAHASAN

A.KLASIFIKASI DAN SIFAT MATERIAL

Bahan / material merupakan kebutuhan bagi manusia mulai zaman dahulu sampai sekarang.
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan bahan seperti pada transportasi,
rumah, pakaian, komunikasi, rekreasi, produk makanan dll.

Perkembangan peradaban manusia juga bisa diukur dari kemampuannya memproduksi dan
mengolah bahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (jaman batu, perunggu dsb).

Pada tahap awal manusia hanya mampu mengolah bahan apa adanya seperti yang tersedia
dialam misalnya : batu, kayu, kulit, tanah dsb. Dengan perkembangan peradaban manusia bahan
- bahan alam tsb bisa diolah sehingga bisa menghasilkan kualitas bahan yang lebih tinggi.

Pada 50 tahun terakhir para saintis menemukan hubungan sifat - sifat bahan dengan elemen
struktur bahan. Sehingga bisa diciptakan puluhan ribu jenis bahan yang mempunyai sifat - sifat
yang berbeda.

Material adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
Berdasarkan pengertian tersebut maka material teknik adalah material yang digunakan untuk
menyusun sebuah benda dan digunakan untuk perekayasaan dan perancangan di bidang teknik.

Material teknik dapat diklasifikasikan menjadi 6 :


 Logam
 Keramik
 Polimer
 Komposit
 Semikonduktor.
 Biomaterial.
1).LOGAM

gambar logam

Logam adalah material yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dengan
sifat konduktor yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi, mempunyai titik didih tinggi,
keras, mengkilap, tidak tembus cahaya, dan dapat dideformasi sehingga banyak digunakan pada
banyak konstruksi.

Jenis logam juga terbagi mnjadi 2 jenis yaitu logam ferro dan non ferro.dan jenis material
teknik yang dipakai secara luas dalam teknologi modern adalah baja. Baja adalah material logam
yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik. Material ini kuat dan
siap dibentuk menjadi bermacam-macam keperluan teknik. Material ini berspektrum luas dan
mempunyai kemampuan berdeformasi secara permanen yang merupakan modal penting dalam
menentukan harga tegangan luluh pada berbagai beban.

2).Keramik

Keramik merupakan campuran antara unsur logam dan nonlogam, kebanyakan dalam
bentuk oksida, nitrida dan karbida. Material yang termasuk dalam kelompok ini tersusun
atas clay, semen dan gelas. Material ini bersifat insulator terhadap listrik dan panas dan lebih
tahan pada temperatur tinggi dan lingkungan yang berat daripada logam dan polymer. Sifat
mekanik material ini keras namun getas.
gambar keramik
3).Polymer

Polimer adalah molekul rantai panjang yang mengandung beberapa ikatan mer. Mer dalam
sebuah polimer adalah sebuah molekul hidrokarbon tunggal seperti etilen (C2H4). Karet dan
plastik termasuk dalam kelompok ini. Kebanyakan berupa senyawa organik yang secara kimia
tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan nonlogam lainnya. Density yang rendah dan
fleksibilitas yang tinggi merupakan ciri khas material ini. Pemakaian plastik juga sangat luas,
mulai peralatan rumah tangga, interior mobil, kabinet radio/televisi, sampai konstruksi mesin.

gambar polymer
4).Komposit

Komposit merupakan material hasil kombinasi dari dua material atau lebih, yang sifatnya
sangat berbeda dengan sifat masing-masing material asalnya. Komposit selain dibuat dari hasil
rekayasa manusia, juga dapat terjadi secara alamiah, misalnya kayu, yang terdiri dari serat
selulose yang berada dalam matriks lignin. Komposit saat ini banyak dipakai dalam konstruksi
pesawat terbang, karena mempunyai sifat ringan, kuat dan non magnetik.

Perkembangan teknologi material telah melahirkan suatu material jenis baru yang
dibangun secara bertumpuk dari beberapa lapisan. Material ini lah yang disebut material
komposit. Material komposit terdiri dari lebih dari satu tipe material dan dirancang untuk
mendapatkan kombinasi karakteristik terbaik dari setiap komponen penyusunnya. Pada dasarnya,
komposit didefinisikan sebagai campuran makroskopik dari serat dan matriks. Serat merupakan
material yang (umumnya) jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan
tarik.Sedangkan matriks berfungsi untuk melindungi serat dari efek lingkungan dan kerusakan
akibat benturan.

gambar komposit
B.Diagram Fasa/ Diagram Kesetimbangan Fasa

 Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam
keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga
struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan
berlainan.

 Tujuan pemaduannya adalah untuk memperbaiki sifat logam

 Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan
aus, ketahanan lelah, dll.

 Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda dalam struktur atau komposisi
dari daerah lainnya.

 Fasa sama artinya dengan bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan
kimia yang seragam.

 Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara fasa, komposisi
dan temperatur.

 Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi tentang fasa-fasa yang ada
dalam suatu material pada variasi temperatur, tekanan dan komposisi.

 Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan kesetimbangan (kondisinya adalah
pendinginan yang sangat lambat). Diagram ini dipakai untuk mengetahui dan memprediksi
banyak aspek terhadap sifat material.

!).Diagram Fasa
 Istilah – Istilah

ú Komponen
ú Solid solution (larutan Padat)
ú Batas kelarutan
ú Fase
ú Struktur Mikro
ú Kesetimbangan Fase
2).Komponen
Komponen adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu
- Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn

Solid Solution ( Larutan Padat )


Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa atom, minimal dua atom yang berbeda, atom
terlarut menempati posisi substitusi atau interstisi pada kisi pelarut dan struktur kristal mengikuti
struktur kristal pelarut.

Batas kelarutan (solubility limit)


Suatu logam paduan akan mempunyai maksimum konsentrasi dari atom terlarut yang akan larut
pada pelarut. Jika atom terlarut konsentrasinya melampaui batas kelarutan maka sebagian atom
tersebut tidak akan terlarut lagi. Untuk menggambarkan keadaan ini bisa dilihat contoh larutan
air gula. Jika gula yang dicampur terlalu banyak maka gula tersebut tidak akan larut lagi

3).Fase
 Fase didefinisikan sebagai sistem yang homogen yang mempunyai sifat kimia dan sifat
fisika yang seragam/uniform. Satu fase : contohnya logam murni, padatan, cairan.

 Lebih 1 fase : contohnya larutan air-gula dengan gula (larutan air-gula yang melampaui
batas kelarutan).

 Sistem fase tunggal → homogen

 Sistem 2 atau lebih fase → campuran atau sistem heterogen.

4).Struktur Mikro
 Sifat-sifat fisik suatu bahan seperti sifat mekanik tergantung dari struktur mikro. Struktur
mikro diketahui dengan observasi mikroskopik menggunakan mikroskop optik atau
mikroskop elektron. Pada logam paduan, penggolongan struktur mikro berdasarkan berapa
jumlah fase, proporsinya dan bagaimana susunannya didalam bahan. Struktur mikro
bergantung kepada jumlah elemen paduan, konsentrasinya dan perlakuan panasnya
(temperatur, lamanya pemanasan, laju pendinginan).
).Kesetimbangan Fase
 Kesetimbangan : jika sebuah sistem mempunyai energi bebas minimum pada temperatur,
tekanan dan komposisi tertentu → tidak terjadi perubahan kondisi Makin tinggi energi bebas
→ gerak atom pada bahan makin acak dan tidak teratur. Secara makro : sifat-sifat sistem
tidak berubah terhadap waktu → stabil Kesetimbangan fase : adalah kesetimbangan pada
sistem yang terdiri lebih dari 1 fase. Masing-masing fase tidak mengalami perubahan.

6).Aluminium (Al)

Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap dengan titik
cair 6600C sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat electrical dan Thermal
Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi. Chromium bersifat non magnetic. Secara
komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnianhingga 99,9 % , dan Aluminium non paduan
kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan melelui proses pengerjaan dingin
dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm2.

Sifat-Sifat Teknis Bahan


Sifat Fisik Aluminium
Table 5, menunjukan sifat fisik aluminium
Nama, Simbol, dan Nomor Aluminium, Al, 13
Sifat Fisik
Wujud Padat
Massa jenis 2,70 gram/cm3
Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm3
Titik lebur 933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF
Titik didih 2792 K, 2519 oC, 4566 oF
Kalor jenis (25 oC) 24,2 J/mol K
Resistansi listrik (20 oC) 28.2 nΩ m
Konduktivitas termal (300 K) 237 W/m K
Pemuaian termal (25 oC) 23.1 µm/m K
Modulus Young 70 Gpa
Modulus geser 26 Gpa
Poisson ratio 0,35
Kekerasan skala Mohs 2,75
Kekerasan skala Vickers 167 Mpa
Kekerasan skala Brinnel 245 Mpa

Sifat Mekanik Aluminium


Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh konsentrasi
bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh
fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam
aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini
mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika
dipadukan dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi
aluminium.

Pembentukan diagram fasa Al-Ag


 Hubungan antara temperatur, komposisi diplot untuk mengetahui perubahan fasa yang
terjadi.

 Dengan memvariasikan komposisi dari kedua unsur (0¸100%) dan kemudian dipanaskan
hingga mencair setelah itu didinginkan dengan lambat (diukur oleh dilatometer/kalorimeter),
maka akan diperoleh kurva pendinginan

 Garis liquidus = menunjukkan temperatur terendah dimana logam dalam keadaan cair atau
temperatur dimana awal terjadinya pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan.

 Garis solidus = menunjukkan temperatur tertinggi suatu logam dalam keadaan padat atau
temperatur terendah dimana masih terdapat fasa cair.
* Diagram Fasa Al – Si

Gambar di atas, memperlihatkan diagram fasa dari sistem Al-Si. Tampak fasa yang ada
untuk semua paduan Al-Si pada rentang suhu 300˚C-1500˚C, gambar sebelah kiri, dan pada
rentang 400˚C-1400˚C gambar sebelah kanan untuk berbagai macam variasi komposisi.
Pada diagram fase di atas, α (struktur kristal fcc) dan β (struktur kristal bcc) digunakan
untuk menunjukkan dua fasa yang berbeda masing-masing digunakan untuk menunjukkan fasa
Al dan Si. Dari diagram fasa di atas kita dapat menganalisa, bahwa suatu paduan senyawa yang
terdiri dari kira-kira 98% Al dan 2%Si dipanaskan secara perlahan dari suhu ruang hingga
1500˚C. Maka fasa yang terjadi selama proses pemanasan berlangsung adalah:
Suhu ruang hingga 550˚C α+β
550˚C hingga 600˚C α
600˚C hingga 660˚C α + liquid
660˚C hingga 1500˚C cairan
 Kristal tunggal terbentuk hanya pada fase liquid. Jadi dari analisa di atas, dapat disimpulkan
bahwa kristal tunggal terbentuk dengan mengkombinasikan Al dan Si masing-masing
sebesar 98% dan 2%, kemudian dipanaskan pada rentang suhu kira-kira antara suhu kamar
sampai 700˚C, hingga terbentuk fasa liquid. Setelah itu, untuk memisahkan komponen.

 Polikristal merupakan material yang memiliki banyak kristal dengan batas butir (grain
boundary) yang menyertainya serta memiliki orientasi yang acak. Dari analisa diagram fase
di atas, dapat diketahui bahwa untuk membentuk polikristal dari campuran Al dan Si, dapat
diperoleh melalui paduan komposisi Al dan Si masing-masing 98% dan 2% dengan suhu
sintering pada rentang kira-kira pemanasan dari suhu ruang sampai suhu 550˚C. Sehingga
pada kondisi ini akan didapatkan akan dua fase secara bersamaan yaitu fase α dan β.

 Polikristal terorientasi adalah polikristal yang memiliki spin (domain) searah. Hal ini dapat
diperoleh, dengan memberikan magnetic field pada material polikristal. Hingga pada
akhirnya akan didapatkan polikristal yanng memiliki spin (domain searah). Arah spin pada
material polikristal dapat dilihat melalui AFM (Atomic Force Microscope). Polikristal
terorientasi, dapat kita temukan pada fasa (α+L) atau (β+L), jadi jika kita
mengkombinasikan komponen Al:Si 98%:2% maka dapat kita sintering dari rentang suhu
antara suhu kamar sampai kira-kira pada suhu 660˚C.
A. LOGAM
Dalam kimia, sebuah logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur kimia yang
siap membentuk ion (kation). Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur yang dibedakan
oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan nonlogam.
Pengelompokan dikemukakan oleh Lavoisier, namun masih sangat sederhana, sebab
antara unsur-unsur logam sendiri masih terdapat banyak perbedaan.
Dalam tabel periodik, garis diagonal yang membedakan unsur logam dari nonlogam.
Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala disebut semi-logam. Unsur-unsur yang
termasuk metaloid adalah Boron (B), Silikon (Si), Germanium (Ge), Arsen (As), Antimon (Sb),
Telurium (Te), Polonium (Po).
Logam sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Alkali : Lithium (Li), Natrium (Na), Potassium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), Francium
(Fr).
2. Logam Alkali Tanah : Beryllium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Ca), Strontium (Sr),
Barium (Ba), Radium (Ra).
3. Logam Transisi : Lantanida dan Aktinida.
4. Logam Lainnya : Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In), Thallium (Tl), Ununtrium
(Uut), Tin (Sn), Lead (Pb), Ununquadium (Uuq), Bismuth (Bi), Ununpentium (Uup),
Ununhexium (Uuh).
Beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, timah, perak, titanium,
uranium, dan zink.
B. NONLOGAM
Nonlogam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih mudah
menarik elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Unsur-unsur yang termasuk
dalam nonlogam adalah:
1. Halogen : Fluorine (F), Chlorine (Cl), Bromine (Br), Iodine (I), Astatine (At), Ununseptium
(Uus).
2. Gas mulia : Helium (H), Neon (Ne), Argon (Ar), Krypton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn),
Ununoctium (Uuo).
3. Nonlogam lainnya : Hidrogen (H), Carbon (C), Nitrogen (N), Phosphorus (F), Oxygen (O),
Sulfur (B), Selenium (Se).
Sebagian besar nonlogam ditemukan pada bagian atas tabel periodik, kecuali hidrogen
yang terletak pada bagian kiri atas bersama logam alkali. Walaupun hanya terdiri dari 20 unsur,
dibandingkan dengan lebih dari 80 lebih jenis logam, nonlogam merupakan penyusun sebagian
besar isi bumi, terutama lapisan luarnya.
Pada tabel periodik, unsur-unsur di daerah perbatasan antara logam dan nonlogam
mempunyai sifat ganda. Misalnya unsur Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur nonlogam
yang memilki beberapa sifat logam yang disebut unsur metaloid.

C. SIFAT FISIS LOGAM


Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang gelombang dan frekuensi
yang sama sehingga logam terlihat lebih mengkilat. Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi
(Fe), dan seng (Zn).
2. Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari, sehingga logam akan
sangat panas (terbakar). Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan
energi kinetik. Hal ini menyebabkan elektron bergerak lebih cepat. Energi panas ditransferkan
melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
3. Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya terdelokalisasi bebas bergerak
di seluruh bagian struktur atom. Tembaga (Cu) sering dipakai dalam pembuatan kawat
penghantar lisrik.
4. Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah menjadi bentuk lembaran.
Sifat ini digunakan oleh pandai besi untuk membuat sepatu kuda dari batangan logam. Gulungan
baja (besi) penggiling menggunakan sifat ini saat mereka mengulung batangan baja menjadi
lembaran tipis untuk pembuatan alat-alat rumah tangga. Hal ini karena kemampuan atom-atom
logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang
baru tanpa memutuskan ikatan logam.
5. Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan sifatnya yang mudah
meregang jika ditarik. Tembaga (Cu) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kawat.
6. Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan pengecualian raksa atau
merkuri (Hg) yang berupa cairan pada suhu kamar.
7. Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang lunak dan dapat
dipotong dengan pisau.
8. Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat jika dibawa.
9. Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul, sehingga dapat
digunakan dalam pembuatan bel atau lonceng.
10. Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik, misalnya besi (Fe).
D. SIFAT FISIS NONLOGAM
Pada umumnya unsur nonlogam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Nonlogam tidak dapat memantulkan sinar yang datang sehingga nonlogam tidak terlihat
mengkilat.
2. Nonlogam tidak dapat menghantarkan panas dan listrik sehingga disebut sebagai isolator.
3. Nonlogam sangat rapuh sehingga tidak dapat ditarik menjadi kabel atau ditempa menjadi
lembaran.
4. Densitas atau kepadatannya pun relatif rendah sehingga terasa ringan jika dibawa dan tidak
bersifat diamagnetik (dapat ditarik magnet).
5. Nonlogam berupa padatan, cairan dan gas pada suhu kamar. Contohnya padatan Carbon
(C), cairan Bromin (Br) dan gas Hidrogen (H).
E. SIFAT KIMIA LOGAM
Sifat-sifat kimia logam antara lain:
1.. Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung melepaskan
elektronnya dengan mudah. Logam cenderung melepaskan elektron daripada menangkap
elektron untuk membentuk kation. Logam berikatan dengan lainnya untuk mencapai stabil.
Contohnya, Na+ Mg2+ Al3+ .
2. Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena kekuatan
ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain
tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan
atom-atomnya.Sifat titik leleh menunjukkan kekerasan logam, titik leleh yang tinggi artinya
logamnya keras, sedangkan titik leleh rendah artinya logamnya lemah. Semua logam memiliki
titik leleh yang tinggi, kecuali merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn) dan timbal
(Pb).
3. Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
4. Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk membentuk logam
hidroksida. Contonya:
logam oksida + air logam hidroksida
Na2O (s) + H2O (l) 2NaOH (aq)
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq)
5. Logam oksida bereaksi dengan asam membentuk garam dan air. Contohnya:
logam oksida + asam garam + air
MgO (s) + 2HCl (aq) MgCl 2 (aq) + H2O (l)
NiO (s) + H2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + H2O (l)

F. SIFAT KIMIA NONLOGAM


Sifat-sifat kimia yang dimiliki unsur nonlogam antara lain:
1. Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur nonlogam cenderung menangkap
elektron karena memiliki energi ionisasi yang besar untuk membentuk
anion. Contohnya, Cl- O2- N3- .
2. Umumnya unsur nonlogam memiliki titik leleh dan titik didih yang relatif rendah jika
dibandingkan dengan unsur logam.
3. Nonlogam memiliki 4 sampai 8 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
4. Nonlogam yang bereaksi dengan logam akan membentuk garam.
nonlogam + logam garam
3Br 2 (l) + 2Al (s) 2AlBr 3 (s)
5. Kebanyakan nonlogam oksida yang larut dalam air akan bereaksi membentuk
asam. Contohnya:
nonlogam oksida + air asam
CO2 (g) + H2O (l) H2CO3 (aq)
6. Nonlogam dapat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air.
nonlogam oksida + basa garam + air
CO 2 (g) + 2NaOH (aq) Na2CO3 (aq) + H2O (l)
G. PENGGUNAAN LOGAM
Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di
bidang industri, pertanian, dan kedokteran. Contohnya, merkuri yang digunakan dalam
proses klor alkali. Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting
dalam industri manufaktur dan pemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh
dengan proses elektrolisis adalah natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), aluminium (Al),
tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium dikromat, dan kalium
permanganat. Proses elektrolisis larutan natrium klorida tersebut merupakan proses klor alkali.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode (kutub positif) dan gas klor
di anode (kutub negatif).
Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat, tahan
karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam merupakan unsur penting
karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi. Pada zaman dahulu, logam tertentu,
seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin,
dan senjata.

Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa
dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, perunggu dan platina. Logam-logam tersebut
memiliki warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat dalam jumlah yang sedikit di alam,
sehingga harganya mahal. Emas dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik
sehingga banyak dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik.
Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas. Kemampuan
logam meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel,
contohnya tembaga. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut maleabilitas.
Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam
jenis barang, misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.
Sebagai konduktor panas yang baik, logam juga digunakan untuk membuat panci. Logam
bersifat kuat sehingga dapat digunakan untuk membangun rangka bangunan dan jembatan.
Logam juga dapat menimbulkan suara dering yang nyaring jika dipukul, maka logam juga dapat
digunakan dalam pembuatan bel.
Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22
sampai dengan 92. Namun logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan apabila terakumulasi
secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Beberapa logam tersebut di antaranya bersifat
membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan
logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi.
Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan mengandung
logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom Minamata, sebagai akibat
akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi.
Di Indonesia, pernah dilaporkan bahwa ikan-ikan di Teluk Jakarta juga memiliki
kandungan raksa (Hg) yang tinggi. Udang dari tambak Sidoarjo pun pernah ditolak oleh importir
dari Jepang karena dinilai memiliki kandungan Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) yang melebihi
ambang batas. Diduga logam-logam ini merupakan dampak buangan limbah industri di
sekitarnya. Kakao dari Indonesia juga pernah ditolak pada lelang internasional karena dinilai
memiliki kandungan Cd di atas ambang batas yang diizinkan. Cd diduga berasal
dari pupuk TSP yang diberikan pada tanaman di perkebunan.

H. PENGGUNAAN NONLOGAM
Belerang merupakan endapan gas belerang yang membatu. Terbentuknya belerang karena
aktifitas vulkanisme. Belerang (Su) ini banyak digunakan di berbagai macam industri, misalnya
pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban,
industri gula pasir, aki, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri
logam dan besi baja, bahan korek api, obat-obatan dan lain-lain.
Belerang atau sulfur ini tersebar di Pegunungan Ijen (Jawa Timur), Dataran Tinggi
Dieng (Jawa Tengah), dan Tangkuban Perahu (Jawa Barat).
Fosfat merupakan bahan endapan dari kotoran kelelawar dan burung. Fosfat terdapat di
daerah karst terutama di dalam gua-gua. Pemanfaatannya digunakan untuk bahan utama pupuk
fosfat. Tersebar di Bojonegoro (Jawa Timur), Ajibarang (Jawa Tengah), dan Bogor (Jawa Barat).
Contoh dari carbon (C) adalah intan atau berlian. Intan dalam tingkatan kekerasan batuan,
merupakan batuan yang mempunyai tingkatan kekerasan paling tinggi, sehingga intan bisa
digunakan untuk mengiris kaca dan marmer. Intan berasal dari endapan tumbuhan jenis pakis-
pakisan yang telah mengalami proses yang sangat panjang dan lama. Pemanfaatan utama intan
ialah digunakan sebagai perhiasan. Mineral intan tersebar di Martapura (Kalimantan Selatan),
Longiram (Kalimantan Timur), Sei Pinang (Kalimantan Tengah), dan Muara Mengkiang
(Kalimantan barat).
A. Jenis-jenis Pengujian dalam Auditing
Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional aspek-
aspek struktur pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang diperlukan
agar dapat merencanakan audit dengan efektif.
Metodologi maupun prosedur yang digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman
atas pengendalian intern telah dibahas dalam bab sebelumnya. Prosedur audit yang berhubungan
dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah:
a. Pengendalian auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha
b. Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
c. Pemeriksaan pedoman kebijakandalian pada tingn dan sistem
d. Pemeriksaan atas dokumen dan catatan
e. Pengamatan aaktifitas dan operasi satuan usaha.
2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)
Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan aktivitas kebijakan
dan prosedur pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien. Pengujian atas pengendalian
dilakukan terhadap kebijakan dn prosedur pengendalian yang diharapkan dapat mencegah autau
mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Pemahaman struktur pengendalian intern
yang diperoleh auditor digunakan dalam penetapan sisiko atas pengendalian. Jika diyakini bahwa
kebijakan dan prosedur pengendalian itu dirancang dengan efektif, kemudian dijalankan dengan
efisien maka auditor dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan
evaluasi tersebut, dapat pada tingkat rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh bahan bukti
yang diperoleh.
Bila risiko pengendalian (control risk) ditrntukan dibaawah maksimum, auditor harus
melakukan pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti yang
mendukung risiko pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh bahan bukti tersebut
adalah pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian dan pengendalian (Test of
control) memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan:
· Bagaimana penerapan kebijakan prosedur pengendalian klien ?
· Apakah kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
· Oleh siapa kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
Dengan pengujian atas pengendalian (Test of control) tujuan akan menjadi lebih khusus
dan akan lebih ekstensif. Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pengendalian intern,
pengujian atas pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam pemahaman
pengendalian intern., atau sebagai tindak lanjut dar i prosedur audit atas pemahaman
pengendalian intern.
Sifat Pengujian
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas design dan operasi pengendalian
entitas, yang mencakup jenis bahan bukti:
a. Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas.
Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi klien
melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.
b. Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)
Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit melalui inspeksi
oleh audit. Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan, dan laporan untuk
memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan tersebut lengkap, dibandingkan dengan
dokumen lain secara tepat., dan diotorisasi sebagaimana mestinya.
c. Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak menghasilkan jejak
bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas yang membutuhkan beberapa orang tertentu untuk
melaksanakan suatu tugas.
d. Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen, catatan, dan
laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan pengendalian tersebut dapat
dilakukan reperforming. Prosedur reperforming cenderung merupakan pengujian untuk menilai
akurasi mekanis kegiatan pengendalian.
3. Pengajuan substantive atas transaksi (substantive test)
Pengujian substantive meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap
kewajaran saldo-saldo laporan keuangan.
Jenis pengujian substantive:
a. Pengujian atas transaksi
b. Prosedur analitis
c. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian atas transaksi
Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur audit
untuk menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian atas transaksi
adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi dengan pantas, dicatat,
dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu
dengan benar.
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:
-Ekistence
- Completeness
- Accuracy
- Classification
- Timing
- Posting and summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam
jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah
benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan
a. Ketetapan otorisasi transaksi akuntansi
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.
Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian Atas Transaksi. Program audit
pengujian atas transaksi, biasanya mencakup:
- Bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur
pengendalian intern.
- Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern
- Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan
mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi:
a. Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
b. Menetapkan risiko pengendalian
c. Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi
tujuan audit berkait transaksi.
- Prosedur audit
- Besar sampel
- Pos/unsur yang dipilih
- Saat pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian
maupun pengujian substantive atas transaksi dan bercariasi tergantung kepada rencana risiko
pengendalian yang ditetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengndalian yang idrencanakn rendah, penekanan
akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantif atas
transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan 1, maka hanya pengujian substantive atas transaksi
yang akan digunakan. Prosedur yang juga dilakukan dalam memperoleh pemahaman
pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive
atas transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi:
- Tracing: pilih satu sampel sales invoice dan telusur ke sales journal.
- Vouching: pilih satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales journal dan telusur ke sales
invoice.
- Reperforming: periksa kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales invoices.
- Inquiring: tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.
Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh
temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan
pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan
prosedur pengendalian.
Pengujian ini pada umumnya lebih banyak menyita waktu dibanding prosedur analitis,
oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.
4. Prosedur analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab sebelumnya, mencakup perbandingan jumlah
yang dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis yang sering
dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan
data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis:
a. Memahami bidang usaha klien
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas
c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Digunakan dalam phase pengujian:
a. Sebagai pelengkap test of details.
b. Untuk memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu.
Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien, terutama untuk
akun-akun yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah
saji material, tergantung pada faktor:
- Sifat asersi
- Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
- Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
- Ketepatan harapan
Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;
a. Tahap perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang diperlukan
untuk memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)
b. Selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian terinci
atas saldo (bebaas pilih)
c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (diisyaratkan)

5. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)


Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun
neraca maupun rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian detail saldo
akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
dengan memuaskan. Metodologo perancangan pengujian detail saldo ini meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
suatu akun
Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang dapat
ditoleransi ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji yang ditoleransi
makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.
Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan,
daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa yakni bahwa salah
saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai
daripada salah saji yang sama dalam perkitraan lain.
Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories, lingkungan
atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam laporan
keuangan tahun berjalan.
b. Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan demikian
mengurangi bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas transaksi dan pengujian
teinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantif yang
dibutuhkan.
c. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatu siklus
akuntansi
Pengujian dirancang dengan ekdpektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
d. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sampel, pos/unsur
yang dipilih dan saat pengujian.

B. Perancangan Program Audit & Metodologi Pengujian dalam Laporan Keuangan


Program audit dirancang dalam tiga bagian: pengujian atas transaksi, prosedur analitis,
dan pengujian terinci atas saldo.
1. Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada
rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
2. Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan prosedur analitis
yang ekstensif dalam seluruh audit.
3. Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo
diorientasikan kepada tujuan audit. Perancangan prosedur tersebut bersifat subyaktif dan
memerlukan pertimbangan professional.
Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang
usaha
1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaanuntuk
piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke tujuan audit individual. Misalkan karena
kondisi ekonomi yang buruk dalam industry klien, auditor dapat menyimpulkan bahwa ada risiko
yang besar piutang usaha tidak tertagih.
2. Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk penjualanmaupun
penagihan dalam audit atas piutang usaha.
3. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis.
Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil
yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit. Pengujianterinci
ats saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos atau unsur yang dipilih,
dan saat pengujian.[1]
C. Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit
Tujuan pengendalian intern untuk pengendalian intern untuk penjualan, penjualan retur
dan pengurangan harga, dan penagihan mempengaruhi tujuan audit piutang usaha. Tujuan
keabsahan dalam pengendalian intern pada penjualan mempengaruhi tujuan keabsahan dalam
audit atas piutang usaha sedangkan tujuan keabsahan dalam pengendalian intern untuk penjualan
retur dan pengurangan harga dan penagihan mempengaruhi tujuan kelengkapan untuk piutan
usaha.

Ikhtisar proses audit


Tahap 1: perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Diakhir tahap 1, auditor seharusnya memperoleh rencana audit yang didefinisikan dengan
baik dan program audit yang spesifik untuk keseluruhan audit. Informasi yang diperoleh selama
perencanaan awal, perolehan informasi mengenai latar belakang dan perolehan informasi
mengenai kewajiban hokum klien digunakan terutama untuk menetapkan risiko bawaan dan
risiko audit yang dapat diterima.
Tahap 2: pengujian atas pengendalian dan transaksi
Tujuan dalam tahap 2 adalah (1) mendapatkan bukti yang mendukung kebijakan dan
prosedur pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan dan (2) untuk memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter
transaksi.
Tahap 3: melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Tujuan tahap 3 adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk
menentukan pakah saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan dengan
wajar.
Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3: prosedur analitis dan pengujian ternci
atas saldo. Prosedur analitis adalah prosedur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan
menyeluruh transaksi dan saldo. Pengujian terinci ats saldo adalah prosedur khusus yang
diarahkan untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo laporan keuangan.
Tahap 4: penyelesaian audit
Mengumpulkan bahan bukti tambahan untuk laporan keuangan, mengikhtisarkan
hasilnya, menerbitkan laporan audit dan melakukan berbagai bentuk komunikasi lain.. Tahap ini
terdiri dari:
- Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adlah kewajiban yang potensial yang
harus diungkapakan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan keuangan).
- Menelaah peristiwa kemudian. Dirancang untuk , memberikan auditor perhatian atas
peristiwa kemudian yang memerlukan pengakuan pada laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Iron ores atau bijih besi adalah bahan baku pembuatan besi yang dapat berupa senyawa
oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur sengan unsur lain misalnya silikon. Bijih besi
diolah dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi kasar adalah bahan
baku untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi tempa (wrought iron), dan (baja (steel). Ketigaa
macam bahan itu banyak dipakai dalam bidang teknik.
Blast Furnace/ Dapur tinggi pada diletakkan di dekat daerah penyimpanan atau
pengadaan bahan yang akan diolah, seperti bijih besi, bahan bakar, dan batu kapur. Tujuannya
untuk mempermudah dan mempercepat proses pengisian bahan mentah ke dalam dapur tinggi
sehingga dapat memperlancar produksi besi kasar. Dapur tinggi terdiri dari kerangka baja yang
terdiri tegal lurus dan mendekati bentuk silinder. Dapur itu mempunyai tinggi sekitar 30 meter
dan diameter sekitar 6 meter. Pada bagian dalam dapur disediakan batu tahan api dan dilengkapi
dengan alat pemasukan bahan – bahan pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawah terdapat
tempat pengumpulan besi dan terak cair. Pemanfaatan hasil produk dalam dunia teknik antara
lain :plat baja, ,mur baut, poros engkol, batang torak, roda gigi, palu/martil, alat-alat
penjepit/klem, untuk membuat pegas, pahat potong, pegas, gergaji, martl, bantalan, peluru.

Anda mungkin juga menyukai