Oleh :
Timotius A. W. (2015080227)
(WT.A. 006)
Teknik Industri
Universitas Pamulang
2016
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Proses
Manufaktur ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Makalah Proses Manufaktur yang saya susun ini berjudul Pemilihan
Bahan dan Pengecoran Logam. Makalah ini hadir untuk memenuhi tugas
Proses Manufaktur yang diberikan oleh Bapak Dosen Bayu Eka Febryansyah.
Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Oleh
karena itu, kami ucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari, bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat mengharapkan
masukkan, kritik dan saran dari Bapak Dosen untuk kemajuan makalah kami di
masa mendatang.
Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.
Bahan material yang dipakai dalam teknik industri terdiri dari 2 macam jenis
yaitu :
1. Bahan Konvensional
bidang teknik dimana material ini adalah didapatkan secara alamiah dari alam
yang umumnya adalah berasal dari bahan tambang. Material jenis ini dalam
pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi dan penggunaannya dalam
campuran agar kualitas dan sifat bahan tersebut dapat berubah dari semula.
Adapun untuk bahan konvensional yang digunakan dalam bidang teknik itu
a. Bahan Logam
Adalah semua bahan yang mengandung unsur logam atau terdapat sedikit unsur
logam di dalamnya dan logam tersebut belum pernah mengalami proses rekayasa
sebelumnya (masih berupa unsur bahan tambang) msekipun sudah mengalami
proses perubahan sifat namun sifat dasar dan struktur kimianya tetap terjaga.
1). Logam besi (ferro), yaitu unsur logam yang mengandung unsur besi hingga
100 %. Logam ini dibagi menjadi 2 macam yaitu baja tuang dan besi tuang.
2). Logam Bukan Besi (Non Ferro), semua logam yang tidak mengandung unsur
besi atau hanya sedikit mengandung unsur besi. Logam bukan besi
Adalah semua bahan non logam yang langsung didapat dari alam dan belum
mengalami proses rekayasa kimia sama sekali (misalnya kayu, kaca, pasir, batu,
dan sebagainya).
Adapun pengertian bahan sintetis ada beberapa macam yaitu sebagai berikut :
A. Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu material yang terbentuk
dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang
mempunyai sifat mekanik dan karakteristik ini yang berbeda dari material
pembentuknya.
B. Kroschwitz dan rekan telah menyatakan bahwa komposit adalah bahan yang
terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang berlainan digabungkan. Rosato
dan Di Matitia pula menyatakan bahwa plastik dan bahan-bahan penguat yang
biasanya dalam bentuk serat, dimana ada serat pendek, panjang, anyaman pabrik
atau lainnya. Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa bahan komposit adalah
kombinasi bahan tambah yang berbentuk serat, butiran atau cuhisker seperti
pengisi serbuk logam, serat kaca, karbon, aramid (kevlar), keramik, dan serat
C. Definisi yang lebih bermakna yaitu menurut Agarwal dan Broutman, yaitu
menyatakan bahwa bahan komposit mempunyai ciri-ciri yang berbeda untuk dan
komposisi untuk menghasilkan suatu bahan yang mempunyai sifat dan ciri
tertentu yang berbeda dari sifat dan ciri konstituen asalnya. Disamping itu
konstituen asal masih kekal dan dihubungkan melalui suatu antara muka.
Konstituen-konstituen ini dapat dikenal pasti secara fisikal. Dengan kata lain,
bahan komposit adalah bahan yang heterogen yang terdiri dari dari fasa tersebar
dan fasa yang berterusan. Fasa tersebar selalunya terdiri dari serat atau bahan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan komposit adalah suatu jenis bahan baru
hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing
bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisika dan tetap
terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit). Sedangkan jika
perpaduan ini bersifat mikroskopis (molekular level), maka disebut sebagai alloy
pengertiannya, oleh Van Vlack (1994) menjelaskan bahwa alloy (paduan) adalah
kombinasi antara dua bahan atau lebih dimana bahan-bahan tersebut terjadi
peleburan sedangkan komposit adalah kombinasi terekayasa dari dua atau lebih
bahan yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan dengan cara kombinasi
Contoh-contoh Bahan :
Bahan konvensional : Semua jenis logam yang belum mengalami rekayasa kimia
seperti besi, baja, seng, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Adapun untuk
bahan non logam contohnya adalah bahan serat tumbuhan, cotton, kayu dan lain-
lainnya.
coran produk yang sangat luas yaitu dari produk yang kecil seperti kawat dengan
diameter 0,5 mm hingga benda seberat 200 ton dan proses pengecoran adalah
metoda yang sangat cocok untuk membuat objek-objek tunggal yang pejal.
untuk membuat benda benda dengan bentuk yang paling sederhana hingga
bentuk yang paling rumit sekalipun, yang sangat sulit untuk dibuat melalui cara
konvensional yang berupa logam dapat dicirkan dan didinginkan kembali untuk
perubahannya untuk memenuhi tuntutan pemakai tanpa merubah sifat asli dari
7. Benda-benda tersebut dapat diolah dengan tingkat keakuratan yang tinggi dapat
dibuat melalui pemilihan metoda cetakan dan proses pengecoran yang tepat.
segala tipe produksi, baik untuk tipe produksi job order ( berdasarkan pesanan dan
jumlah banyak).
1. Kurang ekonomis untuk produksi dalam jumlah kecil karena banyak dan
asalnya. Disamping itu, kualitas yang diahsilkan pun belum tentu sesuai dengan
3. Massa benda yang lebih berat memungkinkan dlam pengunaannya akan sedikit
mencakup:
agar dapat menentukan atau memilih bahan yang sesuai dengan benda yang akan
dibuat.
pengerjaan yang paling cepat dan ekonomis. mengetahui standar, aturan dan
ketentuan yang ada, agar hasil rancangan dapat dibandingkan dan memenuhi
dari beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal,
Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan
kelengkapan lainnya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada
umumnya, dalam proses pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola
yang dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk
sampai kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula cetakan yang
mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi kimia dari perekat pasir tersebut.
Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas (cup) dan
bagian bawah (drag) sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat
dicabut dengan mudah dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari
pasir kuarsa yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium Silikat), dari
campuran pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan
dengan gas CO2 sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan.
Kemudian cetakan diasembling dan diklem.
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
a. Expendable mold, yang mana tipe ini terbuat dari pasir, gips, keramik,
dan bahan semacam itu dan umumnya dicampur dengan berbagai bahan pengikat
(bonding agents) untuk peningkatan peralatan. Sebuah cetakan pasir khas terdiri
dari 90% pasir, 7% tanah liat, dan 3% air. Materi-materi ini bersifat patah (bahwa,
bahan ini memiliki kemampuan untuk bertahan pada temperature tinggi logam
cair). Setelah cetakan yang telah berbentuk padat, hasil cetakan dipisahkan dari
cetakannya.
b. Permanent molds, yang mana terbuat dari logam yang tahan pada
temperature tinggi. Seperti namanya, cetakan ini digunakan berulang-ulang dan
dirancang sedemikian rupa sehingga hasil cetakan dapat dihilangkan dengan
mudah dan cetakan dapat digunakan untuk cetakan berikutnya. Cetakan logam
dapat digunakan kembali karena bersifat konduktor dan lebih baik daripada
cetakan bukan logam yang terbuang setelah digunakan. sehingga, cetakan padat
terkena tingkat yang lebih tinggi dari pendinginan, yang mempengaruhi sturktur
mikro dan ukuran butir dalam pengecoran.
c. Comosite molds, yang mana terbuat dari dua atau lebih material yang
berbeda (seperti pasir, grafit, dan logam) dengan menggabungkan keunggulan
masing-masing bahan. Pembentuk ini memiliki sifat tetap dan sebagian dibuang
dan digunakan di berbagai proses cetakan untuk meningkatkan kekuatan
pembentuk, mengendalikan laju pendinginan, dan mengoptimalkan ekonomi
keseluruhan proses pengecoran.
Pada dasarnya semua logam yang mampu dicairkan dapat dibentuk dengan
proses pengecoran. Bahan-bahnan ini umumnya memiliki titik leleh yang rendah
sampai menengah. Untuk bahan yang titik cairnya tinggi jarang dilakukan dengan
proses pengecoran. Pada parakteknya bahan-bahan logam yang umum di lakukan
pembentukan dengan proses pengecoran adalah bahan besi, alumunium, tembaga,
magnesium,timah.
a. Besi
Besi cor (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan besi yang memiliki
kadar karbon lebih dari 1,7 %. Umumnya kadar karbon ini berada pada kisaran
antara 2,4 hingga 4 %, merupakan bahan yang relatif mahal, dimana bahan ini
diproduksi dari besi kasar atau besi/baja rosok. Produk besi cor memiliki fungsi
mekanis sangat penting dan diproduksi dalam jumlah besar. Prosesnya sering
dilakukan dengan cara menambahkan unsur graphite ke dalam ladle sebagai
pengendali. paduan besi cor (alloy iron castings) bahannya telah dilakukan
penghalusan (refined) dan pemaduan besi kasar (pig iron). Produk-produk seperti
crankshaf, conecting rod dan element dari bagian-bagian mesin sebelumnya
dibuat dari baja tempa (steel forgings), sekarang lebih banyak menggunakan high-
duty alloy iron casting.
Benda-benda cor dapat membentuk bagian bentuk yang rumit
dibandingkan dengan bentuk-bentuk benda hasil tempa (wrought) kendati
diperlukan proses machining, akan tetapi dapat diminimalisir dengan memberikan
kelebihan ukuran sekecil mungkin dari bentuk yang dikehendaki (smaller
allowance), olleh karena itu produk penuangan relatif ukurannya dilebihkan
sedikit.
b. Alumunium
Maka diperlukan adanya unsur paduan lain pada logam alumunum. Logam
logam yang ditambahkan yaitu Silikon (Si). Silikon memiliki sifat mampu alir
yang baik ( fluidity ) sehingga akan memudahkan logam cair untuk mengisi
ronggarongga cetakan. Selain itu Silikon juga tahan terhadap hot tear (
perpatahan pada metal casting pada saat solidificasion karena adanya kontraksi
yang merintangi. Sifat AlSi dapat menghasilkan sifatsifat yang baik, yaitu : good
castability, good corrosion resistance, good machinability, dan good weldability
c. Tembaga
Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik
dalam keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga
150 N/mm2 dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390
N/mm2 melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan aangka
kekerasanya hanya mencapai 45 HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB
melalui pengerjaan dingin, dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan
mereduksi keuletan, walaupun demikian keuletannya dapat ditingkatkan melalui
proses annealing (lihat proses perlakuan panas) dapat menurunkan angka
kekerasan serta tegangannya atau yang disebut proses temperature dimana dapat
dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan setelah annealing.
https://nurdian25dhee.wordpress.com/2014/11/22/tugas-2-pemilihan-bahan-
dan-proses-bahan-konvensional-dan-bahan-sintetis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengecoran
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan,%20Drs.,%20ST.,
MT./1.%20Pengecoran%20logam.pdf