Disusun oleh :
1. Syirva Maulidya (0619040034)
2. Ika Pramestiani (0619040035)
3. Faris Dawwas (0619040036)
4. Maulana Sintiya C. (0619040038)
5. Anni Intan Faricha (0619040041)
6. Wildan Alfarizy R. (0619040059)
7. Devina Bianca R. H. (0619040060)
8. Muhammad Iskandar (0619040061)
9. Jeanny Marine A. P. V. K. (0619040062)
10. Fiqih Baktian R. (0619040065)
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikanNya, sehingga kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum pengecoran berjudul
“Sand Mold Casting“. Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk
menemukan kecacatan yang terjadi dalam hasil coran. Kami dengan setulus hati
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Widya Emilia Primaningtyas, ST, MT
selaku dosen Teknik Pengecoran Logam yang telah membimbing kami sebagai
penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum pengecoran ini. Kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dalam penyusunan lapporan ini kami sebagai penulis menyadari
pengetahuan dan pengalaman masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini bisa
menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, sektor industri mengalami
kemajuan yang berkelanjutan khususnya pada bidang manufaktur. Terdapat
berbagai macam dan jenis produk hasil dari proses manufaktur, terutama dari
proses pengecoran atau casting. Dalam dunia perindustrian, proses pengecoran
digunakan untuk menghasilkan benda kerja dengan bentuk yang rumit. Produk
yang dihasilkan dapat diproduksi secara massal menggunakan proses pengecoran
logam.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum pengecoran adalah sebagai berikut.
6
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum pengecoran adalah sebagai berikut.
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Proses Penempaan (Forging)
Penempaan merupakan suatu pengerjaan logam yang tertu dan mempunyai
asal usul dari pandai besi pada jaman dahulu. Proses penempaan walaupun telah
mengalami kemajuan dalam teknologinya seperti menggunakan mesin sentrik dan
hidrolis sebagai lengan dari pandai besi dan peralatan lainnya tetapi pada
prinsipnya tetap sama. Prinsip penempaan adalah pengerjaan secara panas pada
logam yang dilaksanakan dengan cara pemukulan dengan palu atau penekanan
yang dihasilkan oleh mesin proses atau proses pengerjaan loga menjadi bentuk
yang berguna dengan menggunakan penekanan dimana gaya yang diperoleh
dengan cara menekan dengan beban yang ada kepermukaan logam. Pengerjaan
yang paling biasa dan sederhana yang dilakukan dari semua proses penempaan
yaitu memakai cara penekanan. Proses ini dilakukan dengan cara mengurangi
ukuran lebar dan tebal benda kerja dengan cara penekanan yang berarti membuat
ukuran benda kerja menjadi panjang. Dua jenis pengerjaan yang dilakukan yaitu
dengan pengerjan pengerjaan panas dan pengerjaan dingin yang dibatasi dengan
temperatur rekristalisasi yaitu (0,4 – 0,6) Tm°K. Sebagian proses tempa dilakukan
dalam keadaan panas walaupun beberapa logam dapat ditempa dalam keadaan
dingin. Proses penempaan dibagi dalam dua kategori, yaitu :
8
kecil benda kerja. Contoh proses penempaan dengan cara ini yang paling
sederhana adalah penekanan (up setting) bongkahan silindris diantara dua
plat datar. Terdapat tiga jenis pengoperasian yang diklasifikasikan sebagai
penempaan cetakan terbuka (open-die forging), yaitu:
9
2.2. Cacat pada Coran
Memproduksi harus melalui banyak proses dan di dalam proses tersebut
banyak faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cacat coran. Seperti
produk-produk metalurgis lainnya, hasil pengecoran memiliki voids, inklusi dan
ketidaksempurnaan lainnya yang berpengaruh pada kualitas coran. Cacat coran
merupakan bentuk “irregularities” yang tidak diinginkan. Ada beberapa cacat
yang dapat diabaikan atau ditoleransi, ada juga yang harus dieliminasi demi
menjaga fungsi. Ketidaksempurnaan tersebut dapat dinilai sebagai cacat (defect)
sehingga dapat mempengaruhi spesimen tersebut dibuang (rejected) atau didaur
ulang (recycled). Secara umum, asal dari cacat coran dapat berasal dari tiga sektor
yaitu desain pengecoran, teknik manufaktur, dan teknik aplikasi. Sebuah cacat
dapat muncul dari satu penyebab yang jelas atau dari kombinasi beberapa
penyebab sehingga diperlukan adanya pengukuran—pengukuran untuk mencegah
terjadinya cacat coran.
10
3. Retakan
4. Permukaan kasar
5. Salah alir
6. Kesalahan ukuran
7. Inklusi dan struktur tak seragam
8. Deformasi
9. Cacat-cacat tak nampak
11
BAB III
RANCANGAN PENGECORAN
3.1. Cetakan
ss
Ukuran cetakan : 15 x 15 x 12 cm
Ukuran Mangkok : ∅8, Tinggi 4 cm
12
Tembaga. Selain itu pemilihan Aluminium sebagai molten metal juga
dipertimbangkan berdasarkan sifat dan karakteristiknya, sebagai berikut.
1. Sifat-sifat penting yang dimiliki alumunium sehingga banyak
digunakan sebagai material teknik:
Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1gr/
cm³)
Tahan korosi
Penghantar listrik dan panas yang baik
Mudah di fabrikasi/di bentuk – Kekuatannya rendah tetapi
pemaduan (alloying) kekuatannya bisa ditingkatkan.
2. Sifat fisik
Tabel 3.1 Sifat Fisik Aluminium 1Tabel 3.1 Sifat Fisik Aluminium 2
Wujud Padat
Massa jenis 2,70 gram/cm3
Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm3
Titik lebur 660,32℃
Titik didih 2792 K, 2519 ℃, 4566℉
Struktur Kristal FCC
Densitas pada 20℃ (sat. 103kg/m3)
2.698
2.698
Titik Cair℃ 660.1
Koefisien mulur panas kawat 20℃ –
23.9
100℃ (10-6/K)
Konduktifitas panas 20℃ - 400℃ (W/(m
238
K)
3. Sifat mekanik
Tabel 3.2 Sifat Mekanik Aluminium
13
3.3. Langkah-Langkah
Pada proses pengecoran logam , cetakan yang dibuat harus memenuhi
syarat-syarat pendukung ketepatan material cetakan tersebut baik untuk
digunakan, dan pada percobaan ini ialah menggunakan tanah liat. Beberapa faktor
tanah liat yang baik untuk cetakan :
14
supaya pembentukan cetakan dapat dipermudah, dalam proses ini
diharapkan apron dan sarung tangan digunakan, agar tetap aman dan
terjaga kebersihannya.
2. Cetakan kayu ditaruh di atas alas rata kemudian tanah liat dimasukan
kecetakan kayu sampai penuh, ditambah masker wajah selalu
digunakan supaya tidak ada material yang mengenai area wajah. Setelah
itu mangkok ditaruh ditengah cetakan kayu dan diatas tanah liat dengan
mangkok sudah terisi tanah liat sebelumnya.
15
4. Jika sudah dirasa pas dan rata maka dilakukanlah proses pembakaran.
Proses pembakaran di lakukan dengan cara tradisional dan bahan bakar
yang digunakan kayu bakar. Dalam proses ini diharap baju safety,
faceshield anti panas, kacamata safety, dengan masker penutup wajah
digunakan, supaya asap/material kecil yang beterbangan tersaring
sebelum terhirup / terkena anggota tubuh lain.
Alat dan bahan serta alat pelindung diri yang diperlukan, sebagai berikut :
Bahan:
1. Tanah Liat
2. Aluminium
3. Mangkok
Alat:
1. Kelengkapan APD
2. Kompor
3. Centong Penuang
4. Tungku Peleburan
5. Tang Penjepit
6. LPG
16
7. Selang Regulator
8. Jangka Sorong
9. Alat tulis (Buku Pensil)
10. Amplas
11. Papan Rata
12. Cetakan Kayu Persegi Empat
1. Baju Safety
2. Kacamata Googles / Kacamata Safety
3. Sepatu Safety
4. Masker Wajah
5. Faceshield Anti Panas
6. Sarung Tangan Kain
7. Sarung Tangan Plastik
8. Appron Anti Panas
17
4. Jika Alumunium sudah mencair, selanjutnya tutup atas dapur dibuka
dan cairan alumunium dibersihkan dari dari kotoran seperti ampas
yang ada dalam cairan menggunakan centong penyaring.
5. Jika sudah bersih dari kotoran selanjutnya lalu cairan alumunium
diambil menggunakan centongan penuang. Sebelum cairan dituang,
dihangatkan terlebih dahulu cetakan permanen dengan cara
diletakkan di samping tungku pembakaran, jangan terkena api secara
langsung. Hal ini bertujuan agar cetakan tidak mengalami keretakkan
saat pengecoran dan agar logam timah menyebar dengan rata
keseluruh cetakan dan terhindar terjadinya percikkan dan letupan
cairan logam yang panas yang membahayakan saat melakukan
proses pengecoran. Kemudian dituangkan secara perlahan kedalam
lubang cetakan tanah liat yang sudah di siapkan.
6. Proses terakhir yaitu pengunci cetakan dibuka dan dilihat hasil
prosesnya.
18
BAB IV
Pada gambar hasil akhir tersebut, terdapat cacat coran yaitu cacat porosity
(pinhole). Cacat ini merupakan cacat berupa lubang lubang kecil yang terlihat di
permukaan coran. Pinhole dalam coran baja ini yang menjadi faktor penyebab
19
utamanya yaitu reaksi antara logam cair dan cetakan. Logam bereaksi dengan
kelembaban bebas dalam pasir cetak dan menghasilkan hidrogen yang berdifusi
ke dalam logam cair. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor :
- Penggunaan pasir dengan kadar air yang tinggi.
- Absorpsi dari gas hidrogen atau karbon monoksida dalam molten metal.
- Cetakan tidak diperbaiki saat pasir cetak melekat pada pola saat ditarik.
20
- Pola logam harus dipanaskan terlebih dahulu.
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum ini menggunakan pengecoran open dies, dimana ada
cope (cetakan bagian atas) dan ada drag (cetakan bagian bawah). Material yang
digunakan dalam pengecoran ini yaitu aluminium sebagai molten metal. Namun
pada proses pengecoran logam terdapat kecacatan pada hasil coran yaitu cacat
porosity (pinhole), cacat permukaan kasar karena cetakan rontok, dan cacat
permukaan karena pelekat.
5.2. Saran
Dalam praktikum pengecoran ini masih terdapat banyak kecacatan yang
diakibatkan oleh banyak faktor, serta pembuatan laporan juga tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu kami berharap supaya pada praktikum selanjutnya bisa
menjadi lebih baik dan selalu melakukan pencegahan terhadap kecacatan yang
akan terjadi pada hasil coran.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Lampiran 1
Pembagian Jobdesc Kelompok 4
No Nama NRP Tugas
-Mengerjakan laporan
bagian dasar teori
1 Syirva Maulidya 0619040034
- Menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan
-Merencanakan dan
pembuatan cetakan
2 Ika Pramestiani 0619040035 -Mengerjakan laporan
bagian hasil dan
pembahasan
-Merencanakan dan
pembuatan cetakan
3 Faris Dawwas 0619040037 -Mengerjakan laporan
bagian hasil dan
pembahasan
-Merencanakan molten
metal yang akan
digunakan
4 Maulana Sintiya C. 0619040038
-Mengerjakan laporan
bagian kesimpulan dan
saran
-Mengerjakan laporan
bagian langkah kerja
5 Anni Intan Faricha 0619040041 -Mengkoordinir kerja
kelompok supaya dapat
berjalan dengan baik
-Mengerjakan laporan
bagian pendahuluan
6 Wildan Alfarizy R. 0619040059
-Membuat video
dokumentasi
-Mengerjakan laporan
bagian pendahuluan
Devina Bianca P. R.
7 0619040060 -Mendokumentasikan
H
praktikum yang
dilakukan
-Mengerjakan laporan
bagian pendahuluan
8 M. Iskandar 0619040061
-Pelaksanaan praktikum
di lapangan
24
-Pengerjaan laporan
Jeanny Marine bagian dasar teori
9 0619040062
A.P.V.K -Menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan
-Mengerjakan laporan
bagian langkah kerja
10 Fiqih Baktian R. 0619040065
-Pelaksanaan praktikum
di lapangan
25