Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTEK PENGELASAN KAPAL

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘Praktek Pengelasan Kapal’


Pada Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan
Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Dosen Pengampu :

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga ‘Makalah
Praktek Pengelasan Kapal’ ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Makalah sederhana ini disusun guna memenuhi salah satu syarat tugas Ujian Tengah
Semester pada semester III di Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan Fakultas Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro Semarang. Dalam penyusunan makalah ini sempat mengalami
berbagai macam masalah, tapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing Bapak Sulaiman, AT, MT yang telah membantu kami dengan
memberikan penjelasan-penjelasan mengenai hal yang berhubungan dengan tugas ini.
2. Pemandu dan Teman-teman kami yang telah memberi dukungan, baik berupa materi
maupun moral.
3. Dan semua pihak yang membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Tujuan dibuat makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang pengelasan dan cacat
yang timbul pada hasil pengelasan pada pipa di kapal . Dengan harapan mahasiswa dapat
mengaplikasikannya dalam profesinya pada masa yang akan datang.
Segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan saya terima dengan
senang hati demi kesempurnaan karya tulis ini dan semoga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi
saya agar kelak dapat membuat karya tulis dengan lebih baik lagi.
Semoga Makalah Praktek Pengelasan Kapal ini memberikan manfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan pembaca.

Semarang, 17 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

RINGKASAN........................................................................................................... iii

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.4 Manfaat dan Tujuan ................................................................................. 3

Bab II LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan ....................................................................................... 4


2.2 Macam-macam Las………………………………………… ............ 5
2.2.1 Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc Welding) ......... 5
2.2.2 Las Listrik Dengan Elektroda Berselaput (SMAW) ............ 5
2.2.3 Las Listrik GMAW / MIG ................................................... 7
2.2.4 Las Listrik Submerged ......................................................... 8
2.3 Posisi Pengelasan ............................................................................... 8

Bab III PEMBAHASAN

3.1 Cacat Las Crack ................................................................................. 10


3.2 Cacat Las Porosity ............................................................................. 12

Bab IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 14


4.2 Saran .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

ii
RINGKASAN

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas sebagai medianya. Pengelasan merupakan hal yang penting
dan harus diperhatikan dalam kegiatan industri yang mengaitkan baja atau besi.
Khususnya pada perindustrian kapal khususnya kapal baja, pengelasan ini sangat
penting karena tanpa adanya pengelasan maka baja yang di gunakan sebagai bahan
pembuatan kapal tidak akan tersambung.
Namun seringkali pengelasan sangat rentan terhadap kecacatan, hal ini
dikarenakan proses ini maka logam disekitar lasan mengalami siklus termal cepat yang
menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini erat sekali hubunganya dengan terjadinya
cacat las yang secara umum mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan
kontruksi material yang dilas.
Sebagai juru las kapal harus menguasai ilmu tentang pengelasan kapal
bagaimana faktor yang menyebabkan kecacatan las, dan bagaimana cara untuk
menanggulanginya. Sehingga industri atau pabrik di bidang yang bersangkutan tidak
mengalami kerugian yang lebih besar.
Pengelasan merupakan pekerjaan yang rumit, sehingga tak terelakan lagi
dengan terjadinya kecacatan pada lasan. Sehingga perlu dilakukannya pengetahuan
yang tinggi tentang pengelasan, dimana kecacatan las dapat terjadi karena berbagai
faktor seperti posisi mengelas dan lain-lain. Sehingga juru las harus mempunyai
keahlian untuk mencegah terjadinya cacat tersebut, dan juru las juga harus
mengetahui cacat-cacat yang terjadi pada lasan serta bagaimana cara untuk
menanggulanginya.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan pipa baja di dalam negeri sampai saat ini cukup tinggi, terutama dalam
menunjang industry perkapalan, industri otomotif, industri makanan dan minuman, peralatan
kantor, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Pembentukan pipa dilakukan dengan proses
pembentukan dan pengelasan dilakukan pada sambungannya. Dalam pengelasan hal yang
memang terjadi perhatian lebih adalah ketika proses penyambungan logam las ditargetkan
karena rentan cacat las yang terbentuk. Walaupun cacat las memang tidak direncanakan dalam
proses pengelasan, aktualnya sering terjadi ketika pengelasan.

Cacat las secara aktual sering terjadi dalam sambungan las, diantaranya retak (crack)
dan incomplete penetration yaitu cacat yang disebabkan distribusi arus induksi panas yang
tidak merata. Kecuali itu juga terjadi porositas yaitu cacat oleh udara atau gas yang terkurung
oleh las, sehingga terjadi rongga besar atau kecil. Salah satu jenis pengelasan yang banyak
dipakai untuk mengelas pipa baja adalah pengelasan frekuensi tinggi (high frequency welding).
Besarnya arus listrik pengelasan adalah salah satu dari parameter pengelasan yang dapat
mempengaruhi hasil pengelasan pipa baja karbon. Makin tinggi arus listrik dalam pengelasan,
makin tinggi pula penetrasi serta kecepatan pencairan. Arus listrik yang besar juga dapat
memperkecil percikan butiran dan meningkatkan penguatan mekanis. Tetapi dengan tingginya
arus listrik maka akan memperlebar daerah HAZ

Pada pengelasan selalu akan terjadi proses thermal yang dapat ditunjukkan dengan
terjadinya perubahan struktur mikro pada daerah HAZ (Heat Affected Zone), daerah panas ini
dipengaruhi oleh jenis material, input panas, dan kecepatan pendinginan. Kecepatan
pendinginan seluruh permukaan terjadi tidak seragam, hal ini disebabkan karena pemberian
panas terjadi hanya pada salah satu sisi saja, sehingga terjadi tegangan sisa. Pengembangan
yang terjadi akibat pemanasan setempat pada pipa baja karbon akan terhalang, Hal ini
disebabkan oleh panas yang terserap oleh material sehingga jangkauan panas semakin pendek.
Besarnya tegangan yang terjadi pada proses pengelasan tergantung pada jenis pengelasan, jenis
material, proses pengelasan, dan proses pendinginan

Dalam penelitian ini penulis ingin mengamati sifat fisis dan mekanis hasil sambungan
las pada pipa baja akibat cacat porositas dan incomplete penetration yang terbentuk dari
pengelasan frekuensi tinggi (high frequency electric welding).

1
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini ada kala-nya di sertai dengan
tekanan dan material tambahan(filler material).

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara
3000 –4000 SM. Sesudah energi listrik dengan mudahnya di gunakan, teknologi pengelasan
maju dengan sangat pesat, dan hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis
pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya
pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting.
Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka
sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konsturksi las
merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.

Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang


lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat
dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting
dalam masyarakat industri modern.

Adapun Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi meliputi :

Perpipaan, konstruksi baja, bejana tekan, pipa pejal, lempengan logam dan
sejenisnya Selain untuk pembuatan, proses pengelasan dapat juga dipergunakan untuk
merepair/menyempurnakan, misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada proses pengecoran.
Adapun fungsi lainnya yaitu membuat lapisan las pada perkakas mem-pertebal bagian-bagian
yang sudah aus, dan macam - macam reparasi lainnya.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tulisan yang saya buat ini bertujuan untuk menguraikan / menjelaskan perbandingan
pengecekan hasil las pada pipa kapal, macam-macam cacat las pada sambungan pipa.

2
1.3 RUMUSAN MASALAH
Beberapa jurnal internasional telah menyajikan hasil penelititian untuk menganalisis
ketangguhan sambungan las dan kekuatan mekanis pada proses pengelasan satu dan dua tahap
dengan temperatur yang bervariasi (PWHT-post weld heat tratment). Kemudian penulis
melakukan penelitian hasil pengelasan produk sambungannya pipa baja langsung dari produksi
manufaktur untuk mengetahui karakteristik sifat mekanis dan struktur mikro.

1.4 MANFAAT DAN TUJUAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

A. Sebagai pelengkap literatur pada penelitian yang sejenisnya dalam rangka


pengembangan teknologi khususnya bidang pengelasan.
B. Sebagai informasi bagi pengelas untuk meningkatkan kualitas hasil pengelasan.
C. Sebagai informasi penting guna meningkatkan pengetahuan bagi peneliti dalam bidang
pengujian bahan, pengelasan, dan bahan teknik.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENDAHULUAN

Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis
sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Ada beberapa macam
proses yang dapat digolongkan kadalam proses Ias Iistrik antara lain yaitu :

1. Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya:


o Las listrik dengan elektroda karbon tunggal.
o Las listrik dengan elektroda karbon ganda.

2. Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnnya:

 Las–listrik dengan elektroda berselaput


 Las iistrik TIG (Tungsten Inert Gas)
 Las Iiarik submerged

Prinsip-Prinsip Las Listrik :

Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam
menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi antara ujung
elektroda dan benda kerja dapat mancapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagian
bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E) dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang
dinyatakan delam satuan, panas joule atau kalori seperti rumus dibawah ini :

H=ExIxt

dimana :

H = panas dalam satuan joule

E = tegangan listrik delam volt

I = kuat arus dalam amper

t = waktu dalam detik

4
2.2 Macam-macam Las

2.2.1 Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc Welding)

Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan
tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi.

Arc Welding

2.2.2 Las Listrik Dengan Ekktroda Berselaput ( SMAW)

Las tistrik ini menggunakan Elektroda berselaput sebagai bahan tambah. Busur listrik yang
terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian
bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang
melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistri dan daerah Ias di sekitar busur listrik
terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi
permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.

Gbr. Dibawah ini adalah sirkuit Ias listrik dengan elektroda berselaput dimana G adalah sumber
tenaga arus searah dan elektroda dihubungkan ke terminal negetif sedang bahan ke terminal
positif.

Sirkuit Las Listrik

Dalam Gbr. Dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari elektroda ke bahan dasar
dimana gas dari pembakaran selaput elektroda melindungi daerah ini.

5
Pemindahan Cairan Logam dari Elektroda ke Base Metal

Las Iistrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur
listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar adalah marupakan sumber
panas untuk pengelasan. Titik cair dari alektroda wolfram sedemikian tingginya sampai
3410o sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai Ias dilengkapi dangan
nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah Ias dari pengaruh luar
pada saat pangelasan.

Sebagai bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke
busur lirtrik yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.

Sebagai gas pelindung dipakai argon, helium ateau campuran dari kedua gas tersebut yang
pemekaiannya tergsntung dari jenis logem yang akan dilas.

Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air yang bersirkulasi. Proses Ias listrik TIG
ditunjukkan pada Gbr dibawah ini

Las SMAW

6
2.2.3 Las Listrik GMAW / MIG

Las listrik GMAW / MIG adalah las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya Arus Listrik

Elektrodanya adalah merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang gerakannya diatur
oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motorl listrik.

Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai Ias dilengkapi
dengan nosal logam untuk menyemburkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas malalui
selang gas.

Gas yang dipakai adalah C02 untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon atau campuran argon
dan helium untuk pengelasan Aluminium dan baja tahan karat

Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik
dimaksudkan pengelasan secara manual sedangkan otomatik adalah pengelasan di mana
seluruh pekerjaan Ias dilaksanakan secara otomatik. Proses Ias MIG ditunjukkan pada Gbr. di
bawah ini. dimana elektroda keluar melalui tangkai las bersama dengan gas pelindung.

Las GMAW

7
2.2.4 Las Listrik Submerged

Las listrik submerged yang umumnya otamatik atau semi otomatik menggunakan fluksi
serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik diantara ujung elektroda dan
bahan dasar berada didalam timbunan fluksi serbuk sehingga tidak terjadi sinar las keluar
separti biasanya pada Ias listrik lainnya. Dalam hal ini operator Ias tidak perlu menggunakan
kaca pelindung mata (helm Ias).

Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan membeku menutup Iapisan Ias.
Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-
terak Ias. Elektroda yang merupakan kawat tanpa selaput berbentuk gulungan (rol) digerakkan
maju oleh pasangan roda gigi. pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik dapat diatur
kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan .

Las Submerged

2.3 Posisi Pengelasan

Posisi mengelas terdiri dari empat macam yaitu:

1. Posisi di Bawah Tangan

Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada permukaan rata/datar
dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º – 20º terhada garis vertikal
dan 70º – 80º terhadap benda kerja.

2. Posisi Tegak (Vertikal)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau kebawah.
Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau
menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º – 15º
terhada garis vertikal dan 70º – 85º terhadap benda kerja.

8
3. Posisi Datar (Horisontal)

Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda
kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat
miring sekitar 5º – 10º terhada garis vertikal dan 70º – 80º kearah benda kerja.

4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)

Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat
mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain:
Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja
terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º – 20º terhada garis vertikal
dan 75º – 85º terhadap benda kerja

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 CACAT LAS CRACK

Crack pada pipa, Jenis cacat ini dapat terjadi baik pada logam las (weld metal) daerah
pengaruh panas (HAZ) atau pada daerah logam dasar (parent metal). Retak adalah pecah-pecah
pada logam las, baik searah maupun transversal terhadap garis las, yang ditimbulkan oleh
tegangan internal. Retak pada logam las dapat mencapai logam dasar, atau retak seluruhnya
terjadi pada logam dasar disekitar las. Retak merupakan cacat las yang berbahaya jika memiliki
daerah yang luas, namun jika retak halus yang disebut retak mikro umumnya tidak berbahaya.
Retak kadang terbentuk ketika las mulai memadat dan umumnya diakibatkan oleh unsur-unsur
yang getas (baik besi ataupun elemen paduan) yang terbentuk sepanjang serat perbatasan.
Pemanasan yang lebih merata dan pendinginan yang lebih lambat akan mencegah timbulnya
retak “panas”.

Cacat las ini biasanya terjadi karena beberapa hal :

1. Takik / notch
2. Tegangan ( stress )
3. C equivalent < 0.41 %
4. Penghilangan tegangan ( stress relief ).
5. Martensit di h.a.z
6. Pertumbuhan kristal ( crystal growth )
7. Kandungan ferrite < 5% dan > 12 % ( untuk stainless steel )
8. Ketidak sesuaian material ( reheat crack )
9. Stress Corrosion Cracking ( S.C.C ) ,Cl2 , C, H2 , caustic
10. Shrinkage ( pengkerutan )

10
Akibat dari cacat las ini adalah fatal.

Cara penanggulangannya yakni:

1. Diadakan analisa kegagalan ( failure analysis ) untuk mengetahui penyebab retak


secara akurat.
2. Jika retak berada didalam jalur las , digaouging , di kampuh ulang . distel dan dilas
sesuai wps repair ( disesuaikan dengan hasil F.A )
3. jika retak keluar kampuh, maka seluruh material ( base metal ) diganti baru, weld repair
disesuaikan dengan hasil F.A.

CONTOH PADA PIPA :

11
3.2 CACAT LAS POROSITY

Cacat Las Porositas adalah salah satu jenis cacat pengelasan yang disebabkan karena
terkontaminasinya logam las dalam bentuk gas yang terperangkap sehingga di dalam logam las
terdapat rongga- rongga.

Porositas merupakan cacat las yang cukup umum, tetapi juga cukup mudah untuk
memperbaikinya. Porositas terjadi dalam bentuk lubang bulat, yang disebut spherical porosity,
Jika lubangnya memanjang disebut wormholes atau piping.

Kemungkinan Penyebab terjadinya Porositas pada las-lasan :

1. Mengelas dengan kondisi logam pengisi terkontaminasi dengan air, cat, lemak, minyak,
dan lem yang dapat menyebabkan terbentuknya dan melepaskan gas bila terjadi
pengelasan.
2. Kampuh Las yang kotor oleh air, minyak, cat dan kotoran-kotoran yang lain yang dapat
menyebabkan terbentuknya gas bila terjadi pengelasan.
3. Selang gas yang terjepit atau rusak sehingga tidak memberikan suplay shielding gas
yang cukup.
4. Aliran gas terlalu tinggi. Aliran gas yang terbuka lebar yang menghasilkan kecepatan
aliran gas yang tinggi menciptakan turbulensi dan dapat menarik udara luar ke zona
lasan. Selain itu, itu adalah pemborosan gas dan menambah biaya yang tidak perlu
untuk suatu proyek.
5. Elektroda SMAW, elektroda FCAW, dan las busur terendam (SAW) fluks yang
menyerap kelembaban dalam lingkungan yang tidak dilindungi. Untuk mengatasi
kelembaban dalam proses pengelasan, standard cukup jelas tentang penggunaan
pengering dan oven untuk menyimpan bahan-bahan ini.
6. Lapisan galvanisasi dapat membuat masalah. Zinc meleleh pada sekitar 420 derajat C
dan titik didih sekitar 920 derajat celcius. Pada temperatur pengelasan jauh melebihi
2.000 derajat C terjadi perubahan seng (zink) dari solid menjadi gas dalam sepersekian
detik.
7. Kelembaban udara sekitar juga dapat menyebabkan masalah, seperti terjadinya embun
pagi.

12
8. Penyalahgunaan senyawa antispatter, semprotan, atau gel bisa menjadi penyumbang
utama porositas. Bila digunakan secara berlebihan, bahan antispatter menjadi
kontaminan, mendidih menjadi gas bila terkena suhu tinggi las busur.
9. Hembusan angin/udara yang dapat mengganggu aliran shielding gas selama proses
pengelasan. Aliran udara ini jika melebihi dari 4 sampai 5 mil per jam, dapat
mempengaruhi proses pengelasan.

CONTOH PADA PIPA :

13
BAB IV.
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi banyak sekali. Misalnya industri


perkapalan, industri jembatan, bangunan gedung dan lain sebagainya. Disamping untuk
pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk mereparasi misalnya untuk lubang,
membuat lapisan keras dan lain-lain. Pengalasan bukan tujuan utama dari sebuah konstruksi,
tetapi merupakan sarana untuk mencapai efisiensi penyambungan konstruksi supaya menjadi
lebih baik. Rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian
antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan sekitarnya. Prosedur
pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak kendala yang
harus diatasi dimana penanggulangannya memerlukan bermacam-macam cara.

Sedapat mungkin dalam perencanaan konstruksi bangunan dan mesin dengan


sambungan las harus direncanakan pula tentang cara pengelasannya, pemeriksaan, bahan las,
dan jenis las yang dipergunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin
yang direncanakan. Setelah sambungan las dalam kapal selesai, maka hasil pengelasan harus
diperiksa dengan pengamatan yang meliputi bentuk las seperti lebar, tinggi, dan bentuk
gelombangnya, panjang kaki, adanya takik, adanya lubang dan lain-lain. Untuk bagian yang
penting perlu diadakan pengujian permukaan dengan cara penembus, serbukmagnit dan
sebagainya. Dan kualitas sambungan sangat tergantung pada keterampilan juru las yang
melakukanya. Karena itu biasanya biro klasifikasi meminta persyaratan atau kualitas tertentu
untuk juru las yang akan melakukan pekerjaan las tersebut.

4.2 SARAN

a. Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baik dan tidak
mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih rendah.
b. Pengawasan pada saat proses pengelasan perlu dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya kesalahan prosedur pada proses pengelasan tersebut.
c. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perlakuan panas baik sebelum pengelasan
(preheat) atau sesudah pengelasan (PWHT / Post Weld Heat Treatment) untuk
memperbaiki kekuatan sambungan las

14
DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Las
 https://eryhartoyo.files.wordpress.com/2013/04/lean-duplex-porosity-formed-surface-
breaking.jpg
 http://kawatlas.jayamanunggal.com/jenis-cacat-las/
 http://kiteklik.blogspot.co.id/2011/01/pemeriksaan-cacat-pada-logam.html
 https://prezi.com/4wvbzenj8rgd/pemeriksaan-cacat-las-pada-pipa-menggunakan-
phased-array-ult/
 http://id.wikipedia.org/wiki/Las

15

Anda mungkin juga menyukai