PROSES MANUFAKTUR
Disusun oleh:
Nama : 1. Indra Kurniadi (1600019060)
2. Rosalina M. C (1600019065)
3. M. Erfano (1600019066)
4. Afi Riabul A. (1600019090)
5. Susanva Eka I. (1600019103)
Kelas :B
Pengampu : Okka Adiyanto, S.T.P., M.Sc
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..…………………………………….............................. ii
DAFTAR ISI ………................………………………………….....……….…. iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….…. iv
BAB. I. PENDAHULUAN……....................……………….………………… 1
A. Latar Belakang ..........................………………...………………... 1
B. Tujuan ................…...................………………………………………. 1
BAB. II. PEMBAHASAN .......................….…………………………………... 2
A. Pengecoran ..........................………………...………….…………. 2
B. Pengelasan .............................…………………………………………. 4
BAB. III. METODE PENGAMATAN ..…………………….………………... 5
A. Alat dan Bahan ..........................………………...……………….... 5
B. Cara Kerja .............................……………………………………….…. 6
BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .…………….………………………. 9
A. Data Pengamatan …............................………………...……………..... 9
B. Pembahasan .............................………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ..................…………………...…….……………………. 15
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengecoran
2
Proses pengecoran dengan cetakan pasir merupakan proses yang
tertua dalam proses pembuatan dari bahan logam. • Proses ini memberikan
fleksibilitas dan kemampuan/keandalan yang tinggi. Proses pengecoran
yang menggunakan pasir sebagai bahan cetakan ini tidak lain adalah
menuangkan logam cair ke dalam rongga cetak. Pembuatan cetakan ada 2
macam yaitu cetakan pasir dengan tangan dan cetakan dengan mesin.
Cetakan terdiri dari 2 yaitu cetakan atas (kup) dan cetakan bawah (drag).
Urutan langkah pembuatan kup dan drag yaitu:
1. Dasar cetakan dibuat dari kayu, harus rata/datar atau bisa juga
menggunakan kaca sebagai alas.
2. Pola dan rangka cetak untuk drag diletakkan di atas papan kayu atau
kaca.
3. Rangka cetak harus besar sehingga tebal pasir cetak mencapai 30‐50
mm. Polayang dimaksud disini adalah setengah pola.
4. Drag diisi penuh (yang sudah diayak) kemudian dipadatkan dengan baik
(tidak boleh terlalu padat atau gembur karena coran bisa cacat).
5. Drag dibalik, permukaan cetakan ditaburi pasir kering dan halus.
Pembuatan cetakan bagian atas (kup):
1. Drag yang sudah dibalik, di atasnya dipasang setengah pola untuk kup.
2. Pemasangan sistem saluran masuk (gating system), terdiri dari cawan
tuang, saluran turun, saluran masuk, yang dibuat terpisah dari pola.
3. Pengerjaan selanjutnya sama dengan pengerjaan drag.
Kelebihan pengecoran :
1. Proses pengecoran dapat dilakukan dengan berbagai jenis logam
2. Terdapat beberapa metode pengecoran cocok untuk produksi masal
3. Dapat membentuk komponen dengan geometri yang komplek
Kekurangan pengecoran :
1. Bahaya resiko keselamatan kerja saat peleburan logam
2. Kurang ekonomis untuk produksi dalam jumlah kecil
3. Keakuratan dimensi geometric dan kerataan permukaan yang rendah
3
B. Pengelasan
Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan logam menjadi
satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga
didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara atom.
Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu
pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan
panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi
menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi.
Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas dan/atau
tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa
penambahan logam pengisi.
Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengelasan busur (arc welding, AW)
2. Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW)
3. Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW)
4. Proses pengelasan lebur yang lain.
Pengelasan padat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengelasan tempa (forge welding)
2. Pengelasan rol (roll welding, COW)
3. Pengelasan gesek (friction welding, FRW)
4. Pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding, USW)
4
BAB III
METODE PENGAMATAN
5
B. Cara Kerja
1. Pengecoran
a. Cetak permanen
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan cetakan yang akan digunakan untuk pengecoran.
3. Peleburan logam dengan mencairkan logam pada tanur atau
tunggu dengan suhu 800oC dengan oli bekas sebagai bahan
bakar
4. Penuangan logam cair kedalam cetakan
5. Pengangkatan logam dari cetakan
6. Hasil cetakan logam diletakkan kedalam tempat yang telah
disediakan
b. Cetak pasir
1. Siapkan alat dan bahan
2. Peleburan logam dengan mencairkan logam pada tanur atau
tunggu dengan suhu 800oC dengan oli bekas sebagai bahan
bakar
3. Pembuatan cetakan bagian bawah (drag) dengan meletakkan
pola kedalam cetakan kayu kemudian diisi pasir, ditumbuk
hingga padat dan rata, dibentuk, dibersihkan dan diberi bubuk
kapur
4. Pembuatan cetakan bagian atas (kup) dengan memasang selang
pada cetakan bagian bawah, kemudian cetakan kayu untuk kup
diisi pasir, ditumbuk hingga padat dan rata. Pola diambil dengan
mengangkat cetakan bagian atas
5. Pengambilan selang
6. Penuangan logam cair kedalam cetakan
7. Pengambilan logam dari cetakan
8. Hasil cetakan logam diletakkan kedalam tempat yang telah
disediakan
6
Skema aliran pengecoran
2. Pengelasan
a. Siapkan alat kemudian bersihkan benda yang akan dilas. Gunakan
palu untuk membersihkan kerak pada permukaan area benda yang
akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang maksimal
b. Letakkan bahan yang akan dilas pada tempat yang telah disediakan.
Baik itu menggunakan meja kerja atau hanya meletakkannya
dilantai. Atur kerapatan antara dua bahan. Gunakan klem jika
diperlukan.
c. Letakkan masa mesin las pada salah satu bagian bahan yang akan
dilas. Masukkan elektroda pada panel penjepit elektroda dimesin
las. Pasang kemiringan elektroda menyesuaikan dengan posisi
bahan.
d. Setelah bahan siap untuk di las, perlahan dekatkan ujung elektroda
pada bahan yang akan dilas.
e. Jarak antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangat
mempengaruhi kualitas pengelasan. Jika jarak terlalu jauh, akan
timbul percikan seperti hujan bintik-bintik api. Proses
pengelasanpun akan tidak sempurna. Jika jarak terlalu dekat, api
7
tidak menyala dengan sempurna. Dan tidak ada cukup jarak untuk
tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik adalah seperdelapan dari
tebal elektroda.
f. Dengan menggunakan masker pelindung atau kacamata las, dapat
memperhatikan bagian elektroda yang sudah mencair yang
menyatukan antara dua bahan yang dilas tersebut. Perlahan
gerakkan elektroda ke sepanjang area yang dilas.
g. Putar perlahan tang elektroda jika area yang dilas cukup luas hingga
cairan elektroda menutup rapat permukaan bagian yang akan dilas.
h. Hasil yang baik saat proses pengelasan dapat dilihat saat permukaan
yang dilas berbentuk seperti gelombang rapat dan teratur menutup
sempurna bagian yang dilas.
i. Setelah selesai, bersihkan kerak yang menutupi bagian yang dilas
dengan menggunakan palu. Periksa kembali apakah terdapat bagian
yang belum sempurna. Jika belum sempurna, ulangilah bagian yang
belum tersatukan dengan baik tersebut. Pada beberapa kasus, bahan
yang sudah dilas harus di gerinda lagi jika pengelasan tidak
sempurna. Namun jika tidak terlalu fatal, kita cukup mengelas
bagian yang belum terlas secara sempurna tersebut
8
BAB IV
A. Data Pengamatan
1. Pengecoran
a. Cetakan Permanen
9
Gambar 4.3 Penuangan logam
10
b. Cetakan Pasir
11
Gambar 4.9 Pengambilan pola dari cetakan inti
12
2. Pengelasan
13
Gambar 4.15 Proses pengelasan
B. Pembahasan
1. Pengecoran
14
fleksibilitas dan kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan cetakan
logam.
Pengecoran cetakan pasir memiliki keunggulan antara lain mudah
dalam pengoperasiannya, biayanya relatif lebih murah dan dapat membuat
benda dengan ukuran yang besar. Cetakan biasanya dibuat dengan
memadatkan pasir. Pasir yang dipakai biasanya pasir alam atau pasir buatan
yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak
mahal. Namun kekurangan dalam pengecoran dengan cetakan pasir
membutuhkan waktu yang cukup lama karena cetakan ini tidak dapat
digunakan secara berulang kali, dan untuk membuat cetakannya pun sering
terjadi kegagalan. Sedangkan K3 dilapangan tidak sesuai teori karena para
pekerja dilapangan kebanyakan tidak menggunakan perlengkapan safety
seperti masker, sarung tangun, sepatu, dan pakaian pengecoran yang
selayaknya.
2. Pengelasan
15
DAFTAR PUSTAKA
Surdia Tata, Kenji Chijiwa. 1996. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta. Cetakan
Ketujuh, PT Pradnya Paramita.
16