Anda di halaman 1dari 7

SUSUNAN PADUAN

a. Definisi
Suatu paduan (alloy) adalah campuran bahan yang memiliki sifat-sifat logam, terdiri dari
dua atau lebih komponen (unsur), dan sedikitnya satu komponen utamanya adalah logam.
Suatu sistem paduan adalah suatu sistem yang terdiri dari semua paduan yang dapat
terbentuk dari beberapa unsur dengan semua macam komposisi yang mungkin dapat
dibuat.
Paduan dapat diklasifikasikan menurut sturkturnya dan sistem paduan diklasifikasikan
menurut Diagram Keseimbangannya (Diagram fasenya)

Suatu paduan dapat berupa susunan yang homogen (jika terdiri dari satu fase tunggal)
atau campuran (jika terdiri dari beberapa fase).
Fase (phase) adalah bagian dari material. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain
dengan melihat keadaan fisiknya, ada fase gas, cair, dan padat. Bagian material dengan
komposisi kimia yang berbeda dan Struktur lattice yang berbeda dikatakan sebagai fase
yang berbeda. Pada paduan dalam keadaan padat ada tiga kemungkinan macam fase,
yaitu :
1. Logam murni
Pada kondisi ekuilibrium suatu logam murni akan mengalami perubahan fase dari
padat ke cair pada suatu temperatur tertentu, dinamakan titik cair, dan perubahan
ini berlangsung pada temperatur yang tetap hingga seluruh perubahan selesai
(lihat kurva pendinginan pada gambar 4.1). demikian juga halnya dengan
perubahan fase yang lain (bila ada), berlangsung pada suatu temperatur konstan
tertentu.
2. Compound (senyawa)
Compound atau senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu yang tetap. Compound memiliki sifat dan struktur yang
sama sekali berbeda dari unsur-unsur pembentuknya. Compound juga memiliki
titik lebur/beku tertentu yang tetap, seperti halnya pada logam murni.
Ada tiga macam compound yang sering dijumpai yaitu :

a. Intermetallic compound, biasanya terbentuk dari logam-logam yang sifat


kimianya sangat berbeda dan kombinasinya mengikuti aturan valensi kimia.
Ikatan atom-atomnya sangat kuat (ionik atau kovalen), sehingga sifatnya seperti
non-metal, keuletan rendah, konduktifitas listrik juga rendah dan struktur
kristalnya kompleks.
Contoh : CaSe, Mg2Pb, Mg2Sn, Cu2Se.
b. Interstitial compound, biasanya terbentuk dari logam-logam transisi seperti
Scandium (Sc), Titanium (Ti), Tantalum (Ta), Wolfram (W) dan besi (Fe) dengan
Hidrogen (H), Oksigen (O), Carbon (C), Boron (B) dan Nitrogen (N). Kelima
unsur ini diameter atomnya sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam lattice
kristla logam di atas secara interstitial. Senyawa interstitial bersifat metalik,
komposisi kimia mungkin dapat bervariasi dalam daerah yang sempit, titik
leburnya tinggi dan sangat keras.
Contoh : Fe3C, TiC, TaC, W2C, Fe4N, CrN, TiH.
c. Electron compound, senyawa ini dapat terbentuk di antara logam-logam Tembaga
(Cu), Emas (Au), Perak (Ag), Besi (Fe) dan Nickel (Ni) dengan logam-logam
Cadmium (Cd), Magnesium (Mg), Timah putih (Sn), Seng (Zn) dan Aluminium
(Al). Senyawa ini terjadi dengan kompossi kimia sedemikian rupa sehingga
mendekati perbandingan jumlah-elektron-valensi dengan jumlah-atom yang
tertentu.
contoh elektron compound
ELECTRON-ATOM

ELECTRON-ATOM

ELECTRON-

RATIO 3:2

RATIO 21:13

ATOM

(BCC STRUCTURE)

(COMPLEX CUBIC)

RATIO 7:4
(CPH

AgCd

Ag2Cd3

STRUCTURE)
AgCd3

AgZn

Cu2Al3

Ag2Al3

Cu2Al

Cu3Sn4

AuZn3

AuMg

AuZn

Cu3Si

FeAl

FeZn

FeZn2

Cu2Sn

3.

Cu2Zn

Ag3Sn

Solid solution (larutan padat)

Suatu larutan terdiri dari dua bagian yaitu solute (terlarut) dan solvent (pelarut).
Solute merupakan bagian yang lebih sedikit, sedang solvent adalah bagian yang lebih
banyak.
Biasanya jumlah solute yang dilarutkan oleh solvent merupakan fungsi temperatur, makin
meningkat dengan naiknya temperatur. Ada tiga kemungkinan kondisi larutan yaitu
Larutan dikatakan tidak jenuh bila jumlah solute yang terlarut masih di bawah jumlah
yang mampu dilarutkan oleh solvent pada temperatur dan tekanan yang dimaksud. Jika
jumlah solute yang larut tepat mencapai batas kelarutannya dalam solvent, dikatakan
sebagai larutan jenuh. Larutan lewat jenuh terjadi bila jumlah solute yang larut telah
melampaui batas kelarutannya pada temperatur dan tekanan tersebut..
Dalam keadaan lewat jenuh ini larutan berada dalam kondisi tidak ekuilibrium, ia tidak
stabil. Dalam jangka waktu lama atau dengan penambahan sedikit energi saja cenderung
akan menjadi stabil, mencapai ekuilibrium, dengan terjadinya pengendapan/pemisahan
solute, sehingga larutan menjadi larutan jenuh.
Suatu solid solution (larutan padat) adalah larutan dalam keadaan padat, terdiri dari dua
atau lebih jenis atom yang berkombinasi dalam satu jenis space lattice. Biasanya
kelarutan (solubility) dalam keadaan padat jauh lebih rendah daripada kelarutan pada
keadaan cair.
Larutan padat mempunyai titik beku yang berbeda dari titik beku solvent yang murni.
Pada umunya larutan tidak membeku pada satu temperatur tertentu, tetapi pembekuan
terjadi pada suatu daerah temperatur tertentu (range of temperature). Pembekuanya tidak
terjadi pada temperatur konstan, pembekuan berlangsung bersamaan dengan penurunan
temperatur .
Ada dua jenis larutan padat :
- Larutan padat substitusional

Pada larutan padat jenis ini atom solute menggantikan tempat (substitusi) atom solvent
dalam struktur lattice solvent. Keseluruhan sistem merupakan seri kontinyu dari larutan
padat, semua komposisi akan selalu merupakan larutan padat.
Pada alloy system ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
1. Crystal structure factor. Complete solid solubility, kemampuan membentuk larutan
padat dengan segala komposisi (kelarut-padatan lengkap), tidak akan terjadi bila
kedua unsurnya, solute dan solvent, struktur kristalnya tidak sama.
2. Relative size factor. Terbentuknya suatu larutan padat akan mudah terjadi bila
perbedaan diameter atom tidak terlalu besar, tidak lebih dari 15%.
3. Chemical affinity factor. Makin besar chemical affinity antara dua logam makin kecil
kemungkinannya membentuk suatu larutan padat lebih cenderung akan terjadi
senyawa.
4. Relative-valence factor. Bila solute metal memiliki valensi berbeda dari solvent maka
jumlah elektron valensi per atom, disebut juga electron ratio akan berubah. Dan
struktur kristal lebih peka terhadap penurunan electron ratio daripada terhadap
kenaikan electron ratio. Jadi dengan kata lain logam bervalensi lebih rendah dapat
melarutkan lebih banyak logam bervalensi lebih tinggi daripada sebaliknya. Misalnya
dalam sistem paduan aluminium-nickel, keduanya fcc, relative size factor 14%.
Aluminium bervalensi lebih tinggi, kelarutannya dalam nickel dapat mencapai 5%,
tetapi aluminium hanya mampu melarutkan hanya 0,04% nickel.
Dengan memperhatikan keempat faktor di atas akan dapat ditentukan estimasi kelarutan
suatu logam dalam logam lain. Perlu diperhatikan bahwa dengan relative size factor yang
kurang menguntungkan saja dapat dipastikan bahwa kelarutan akan sangat terbatas. Bila
relative size factor menguntungkan barulah ketiga faktor lain akan ikut menentukan
derajat kelarutan suatu logam dalam logam lain.
- Interstitial solid solution
Larutan ini terbentuk bila atom dengan diameter yang sanagt kecil dapat masuk
(menyisip) di rongga antaratom dalam struktur lattice dari solvent dengan diameter atom
yang besar. Karena celah (rongga) antar atom dalam suatu struktur lattice sangat kecil
maka hanya atom yang sangat kecil, dengan radius kurang dari satu Angstrom, yang

dapat menyisip dan membentuk larutan padat interstisial. Atom tersebut adalah hidrogen
(0,46 A), boron (0,97), carbon (0,71) dan oksigen (0,60).
Larutan padat interstisial biasanya mempunyai kelart-padatan sangat terbatas, dan
biasnya juga tidak penting, kecuali larutan padat karbon dalam besi, yang sangat banyak
mempengaruhi struktur dan sifat baja.

Gambar 4.3. Schematic representation of both types of solid solutions (a) Substituonal
(b) Interstitial
Distorsi ini akan mengganggu gerakan dislokasi pada bidang slip dan karenanya adanya
solute atom akan menaikkan kekuatan suatu paduan. Hal ini merupakan salah satu dasar
penguatan logam dengan pemaduan.
Berbeda dengan intermetallic dan interstitial compound, larutan padat mudah dipisahkan,
diuraikan, mencair pada daerah temperatur tertentu.
Pada skema di bawah dapat dilihat bagaimana kemungkinan struktur suatu paduan.

Gambar 4.4 Possible alloy structure

Latihan soal
A. Pilihan ganda
1. Disebut apakah perubahan fase dari padat ke cair akan terjadi pada temperatur
tertentu ?
a. Titik leleh
b. Titik beku
c. Titik cair
d. Titik transisi
2. Apa persamaan compound dan logam murni?
a. memiliki titik lebur/beku tertentu yang tetap
b. memiliki titik cair tertentu yang tetap
c. memiliki titik lebur/beku tertentu yang berubah
d. tidak memiliki titik lebur/beku
3. Dalam keadaan lewat jenuh ini larutan berada dalam kondisi apa?
a. Ekuilibrium
b. Tidak ekuilibrium
c. Beku
d. Mencair
4. larutan padat dibedakan menjadi berapa?
a. 4
b. 2
c.3

d. 6

5. larutan padat dibedakan menjadi apa saja?


a. larutan padat substitusional dan substitutional solid solution
b. substitutional solid solution dan larutan padat interstisial
c. larutan padat substitusional dan elimination solid solution.
d. larutan padat interstisia dan larutan padat eliminasional
B. Esai
1. Apa perbedaan antara susunan paduan yang berupa homogen dan susunan paduan
yang berupa campuran (mixture) !
2. sebutkan tiga macam compound yang sering dijumpai?
3. sebutkan kemungkinan kondisi larutan pada larutan padat !
4. sebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan pada alloy sistem !
5. apa yang dimaksud dengan compound?

Jawaban :
Pilihan ganda
1 C.
2.A
3.B
4.B
5.B
Esai
1. Jika berupa susunan yang homogen paduan akan terdiri dari satu fase tunggal dan
bila berupa campran paduan akan terdiri dari beberapa fase.
2. 1. Intermetallic compound
2. Interstitial compound
3. Electron compound
3. tidak jenuh (unsaturated), jenuh (saturated) , dan lewat jenuh (supersaturated)
4. a. Crystal structure factor
b. Relative size factor
c. Chemical affinity factor
d. Relative-valence factor
5. Compound atau senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu yang tetap

Anda mungkin juga menyukai