Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang praktikum

Dalam praktikum Material Teknik pelaksanaannya mengacu pada :

1. Visi dan Misi Universitas Singaperbanngsa Karawang


2. Visi dan Misi Fakultas Teknik Universitas Singapebangsa Karawang
3. Visi dan Misi Program Studi Diploma-III Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas SingaPerbangsa karawang dan
4. Pedoman Akademik

1.2. Tujuan dan manfaat praktikum

Mengacu pada Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Praktikum yang ada di


Fakultas Teknik Universitas SingaPerbangsa Karawang tujuan dan manfaat praktikum
antara lain:

1. Tujuan praktikum adalah untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa


bagaimana implementasi skala laboratorium dari teori-teori mata kuliah yang
diajarkan.
2. Mengenalkan kepada mahasiswa alat-alat atau instrument yang dipakai dalam
praktek nyata yang berkaitan dengan mata kuliah Material Teknik.
3. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menggunakan alat-alat
atau instrument seperti dalam butir 1 (satu).
4. Meningkatkan kompetensi mahasiswa terhadap mata kuliah Material Teknik.

1.3. Prasarat praktikum


Mengacu pada Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Praktikum yang ada di
Fakultas Teknik Universitas SingaPerbangsa Karawang prasarat praktikum antara
lain:
1. Mahasiswa sedang atau telah mengikuti mata kuliah teori yang berkaitan
dengan mata kuliah praktikum.
2. Mahasiswa telah mendaftarkan mata kuliah praktikum dengan menuliskan di
Kartu Rencana Studi (KRS).
3. Mahasiswa telah memenuhi syarat administrative sesuai dengan ketemtuan
Fakultas Teknik.

1.4. Tata Tertib Praktikum


2

Tata tertib praktikum Material Teknik yang harus di laksanakan oleh


Praktikan selama pelaksanaan praktikum adalah:
1. Praktikan dianggap mengundurkan diri bila terlambat 15 menit dari jadual
praktikum yang sudah ditentukan.
2. Praktikan tidak dibenarkan selama praktikum berlangsung:
Merokok
Memakai sandal
Memakai Topi dan jaket
3. Praktikan berkewajiban menjaga ketertiban kebersihan dan kerapihan
4. Praktikan berkewajiban mengembalikan peralatan pada tempat semula dan
menjaga keutuhan
5. Praktikan berkewajiban mengganti peralatan yang rusak akibat kelalaian.
6. Praktikan berkewajiban membuat laporan praktikum setelah selesai
melakukan praktikum.
7. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor di meja kerja. Pada akhir kerja,
praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang bersih.
8. Jangan meminjam alat dari meja lain. Jika memerlukan peralatan tambahan,
harap meminjam kepada laboran yang bertugas, dan mencatatnya pada buku
peminjaman.
9. Jika ada peralatan rusak atau pecah, harus segera dilaporkan untuk diketahui
dan mendapat gantinya. Kelalaian melaporkan akan dikenakan sanksi.
10. Peralatan-peralatan besar untuk pemakaian bersama terletak di luar meja
kerja, di dalam ruang laboratorium. Harap dipergunakan dengan
bertanggungjawab
11. Di luar ketentuan di atas dianggap mengundurkan diri.

1.5. Sistem Penilaian


Kriteria penilaian mata kuliah praktikum Material Teknik mengacu pada
petunjuk teknis dan pelaksanaan praktikum antara lain:
1. Kriteria penilaian Mata Kuliah Praktikum Material Teknik sebagai berikut:
Absensi : 10%
Quiz : 10%
Proses bimbingan pembuatan Laporan Praktikum : 20%
Pelaksanaan atau hasil Praktikum : 30%
Laporan Hasil Praktikum dan Presentasi Praktikum : 30%
2. Jika salah satu dari 4 (empat) komponen nilai praktikum seperti pada butir 1
(satu), praktikan tidak mengikutinya tanpa alasan yang jelas dan logis,
dianggap praktikan tersebut mengundurkan diri dan memperoleh nilai E.
3. Tidak ada ujian perbaikan dalam mata kuliah Praktikum Material Teknik.
3

1.6. Tata tulis risalah laporan hasil praktikum


Praktikan setelah selesai melaksanakan praktikum Material Teknik
berkewajiban membuat Laporan Hasil praktikum dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Laporan dibuat oleh masing-masing kelompok pada kertas A4 (dikumpulkan 1
minggu setelah praktikum)
2. Laporan hasil Praktikum terdiri dari:
- Cover
- Lembar Pengesahan
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- Daftar Gambar
- Daftar Tabel
- Setiap Bab terdiri dari :
1.1. Judul Praktikum
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Landasan Teori
1.4. Alat dan Bahan
1.5. Prosedur/Pelaksanaan Praktikum
1.6. Pengamatan
1.7. Pembahasan/Diskusi
- Daftar Pustaka
- Daftar Lampiran
4

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1. Tempat Pelaksanaan


Dalam praktikum Material Teknik dilaksanakan di Laboratorium Proses
Produksi dan Laboratorium Ilmu Dasar Fakultas Teknik Universitas SingaPerbangsa
Karawang

2.2. Teori Praktikum


Praktikum Material Teknik dilaksanakan sebanyak 6 modul yang terdiri dari:
1. Uji Impak
2. Jo Miny Test
3. Dye Penetran
4. Metalografi
5. Pembuatan Komposit
6. Korosi
7. Pengujian Tarik
Landasan Teori praktikum Material Teknik sudah terlampir di dalam setiap
modul yang akan dilaksanakan.

2.3. Modul Praktikum


2.3.1. Modul -1 : UJI IMPAK

I.2. Tujuan

Pengujian Impak termasuk pengujian beban statik dengan tujuan :

1. Mengetahui sifat beberapa material terhadap pembebanan tiba-tiba.


2. Dapat membedakan material liat dan getas
3. Mengetahui Temperature Transisi suatu material
4. Mengetahui harga impak suatu material.

I.2. Dasar Teori

Ketangguhan suatu material diukur dengan jumlah energy yang dapat diserap
oleh material terse but sampai patah.
5

Gambar (1-1) Mesin Uji Impak

Pada prakteknya, ketangguhan beberapa material ternyata dipengaruhi secara

langsung oleh temperature tempat dimana material tersebut bekerja. Kondisi ini

menyebabkan material yang ulet mengalami patah getas pada temperature lainnya.

Begitu juga sebaliknya, dan sebagai tambahan tedapat pula material material yang

tidak mengalami fenomena ini. Untuk mengetahi karakteristik perubahan sifat-sifat

tadi maka dilakukan pengujian impak, dimana akan dihasilkan hubungan antara energi

yang diserap untuk mematahkan material pada temperature yang bersangkutan. Besar

energi potensial maksimum yang dimiliki oleh bandul :

Ep = m.g.h ....(I-1)
Dimana :

m : massa bandul (kg)

g : Konstanta grafitasi

h : Posisi bandul terhadap titik terendah


6

Jika seluruh energy bandul diserap oleh specimen uji, maka posisi bandul

setelah membentur specimen yaitu pada titik terendah. Dengan begitu besar energy

yang diserap specimen setelah dibentur bandul (dengan melihat gambar 1-1)

HI = m.g.(h h) ..(I.2)

Semakin mudah specimen uji patah (getas) maka harga impak semakin kecil

dan sebaliknya semakin sulit specimen patah harga impaknya semakin besar.

Gambar (1-2) Jenis uji impak berdasarkan arah dan posisi beban impak

Pengujian impak termasuk dalam katagoi pengujian merusak (destructive test).


Pada pengujian ini terdapat dua macam metoda pengujian, yaitu:

1. Metoda Charpy

2. Metoda Izod
7

Gambar (1-3) Dimensi standar specimen uji impak dan metoda pengujian

Perbedaan kedua metode ini dapat dilihat pada gambar (1 -2) dan (1-3),
tertutama posisi specimen uji dan arah beban impak.

Kedua jenis metoda tersebut di atas menggunakan specimen yang ditakik


(notch). Dimensi dari kedua specimen untuk masing-masing metoda pengujian telah
distandarkan, dimana metoda Charpy merupakan metoda yang biasa digunakan di
Amerika Serikat dan Izod lebih banyak dipakai di daerah Inggris. Spesimen dengan
metoda charpy memiliki dimensi bujursangkar dengan panjang sisi 10 cm dan sudut
takik 450 serta kedalaman takikan sebesar 2 mm. Sudut takikan haruslah juga
berbentuk radius dengan jari-jari 0,25 mm. Dengan diketahui berat bandul ssebelum
dan sesudah pemukulan, dapatlah diperhitungkan Harga Impak dari material uji.

Uji Impak ini selain untuk mengetahui harga impak material, yang paling
utama adalah untuk mengetahui temperature transisi material. Temperature transisi
adalah temperature dimana material mengalami perubahan harga impak yang sangat
besar atau temperature peralihan ulet getas. Untuk beberapa jenis logam besar
energi yang diserap specimen dapat berubah terhadap temperature. Cara menentukan
temperature transisi material dapat dilakukan dengan melakukan uji impak. Prosedur
8

pengujian dapat diikuti sebagai berikut: Disiapkan specimen uji dengan jumlah yang
cukup besar untuk meningkatkan ketelitian. Dilakukan pengujian setiap specimen
fungsi temperature mulai dari temperature rendah sampai temperature operasi
material yang akan diuji, seperti logam yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
kapal yang akan melewati lautan Antartika dan Laut Merah. Dari data-data hasil
pengujian ini maka dibuat grafik Temperature pengujian vs Harga Impak. Dari
grafik ini baru dapat ditentukan temperature transisi material.

Gambar 1.4. : Grafik Temperature Pengujian Vs Harga Impak

Gambar 1.5.: Temperature Transisi Untuk Beberapa Jenis Logam


9

Data temperature transisi material sangat dibutuhkan dalam pemilihan bahan


dmana peralatan yang akan dibuat dioperasikan pada range temperature yang cukup
besar.

Tidak semua logam memiliki temperature transisi. Ada tidaknya temperature


transisi sangat ditentukan oleh jenis material dan struktur atomnya terutama struktur
Kristal. Dengan melihat gambar (1-5) bahwa logam yang memiliki sel satuan FCC
tidak memiliki temperature transisi.

Jika diamati secara spesifik prosentasi kadar karbon pada materialbesi-karbon


akan mempegaruhi temperature transisi. Dari gambar (1-6) dapat disimpulkan untuk
baja karbon, semakin besar kadar karbon material semakin getas.

Gambar 1.6. Pengaruh kadar pada baja karbon terhadap temperature transisi

I.3. Tugas Sebelum Praktikum

1. Bagaimana standar pengujian impak dengan metoda Izod


10

2. Jelaskan cara mendapatkan harga impak dan beberapa posisi bandul yang
diketahui dan perbedaan ketinggian hasil pemukulan.

3. Apa yang dimaksud dengan temperature transisi dan berikan contoh material
yang memiliki dan tidak memiliki temperature transisi.

4. Jelaskan bagaimana prosedur untuk mengetahui temperature transisi dengan


pengujian impak

5. Berapa temperature transisi material yang telah mengalami uji impak pada
gambar (1-4)

I.4. Prosedur Pengujian

1. Haluskan permukaan specimen

2. Lakukan uji coba pengujian tampa menggunakan specimen

3. Ukur dimensi specimen

4. Letakan specimen pada temperature yang diinginkan (biarkan hingga


temperature specimen mencapai temperature yang diinginkan).

5. Set jarum penunjuk energy pada posisi nol

6. Angkat bandul pemukul dan kunci pada tempatnya

7. Letakkan specimen pada dudukkan specimen

8. Lepaskan bandul pemukul

9. Catatlah besar energy yang ditunjukkan oleh mesin

10. Lakukan pengujian untuk temperature yang sama.

I.5. Literature

1. Callister, Jr., William D., Material Science and Engineering an Introduction,


Third Edition, John Wiley & Sons, 1994.
11

2.3.1. Modul-2 : UJI JOMINY & UJI KERAS

2.1. Tujuan Pengujian

Tujuan dari pengujian adalah :

1. Untuk memahami prinsip dasar uji keras


2. Untuk mengetahui sifat mampu keras dari logam
3. Bagaimana membuat dan menggunakan hardenability band

2.2. Dasar Teori

Sifat mampu keras merupakan salah satu besaran yang menyatakan sifat
teknologi material, terutama baja karbon. Definisi hardenability yaitu kemampuan
suatu logam untuk dikeraskan pada proses perlakuan panas. Sifat-sifat ini sangat
dipengaruhi oleh banyak dan jenis unsure pemadu yang ditambahkan ke dalam baja
bersnagkutan. Untuk beberapa logam yang banyak dipakai secara umum data-data
sifat mampu kerasnya sudah tersedia dalam buku referensi.

Untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik besi dan paduannya dapat dilakukan


dengan mengubah struktur mikro. Pengubahan struktur mikro dapat dilakukan dengan
heta treatment. Yang termasuk dalam kelompokmini adalah : Normalizing, Annealing,
Quenching dan tempering. Normalizing yaitu pemanasan sampai temperature
austenisasi dilanjutkan pendinginan dalam udara atmosfer. Annealing yaitu
pemanasan sampai temperature austenisasi dilanjutkan pendinginan dengan cara
tungku pemanas dimatikan tanpa mengeluarkan benda kerja dalam tungku. Quenching
yaitu pemanasan sampai temperature austenisasi dan dilanjutkan pendinginan cepat
dengan menggunakan media pendingin tertentu. Tempering yaitu pemanasan sampai
dibawah temperature austenisasi dan dilanjutkan dengan menggunakan media
pendingin tertentu.

Jika dilihat pada diagram fasa besi-karbon, fasa-fasa yang dapat terbentuk
pada paduan ini, adalah : Besi , , , senyawa karbida dan pearlite. Komposisi fasa-
fasa yang terbentuk dapat diatur dengan mengatur bentuk / distribusi butir tidak dapat
diprediksi dari diagram fasa. Karena diagram fasa dibuat dengan asumsi, proses
pendinginan sangat rendah (isothermal). Bentuk struktur mikro hanya fungsi
komposisi karbon saja.
12

Gambar 4.1. Range temperature heat treatmen pada diagram fasa besi karbon dan
Prediksi struktur mikro besi karbon dari diagram Fe C

Untuk memprediksi struktur mikro yang terjadi pada suatu proses heat
treatmen digunakan diagram CCT (Continuos Cooling Transformation). Sumbu X
menyatakan waktu dan sumbu Y menyatakan temperature, jadi kemiringan kurva
13

merupakan laju pendinginan. Laju pendinginan rendah dinyatakan dengan kurva CCT
yang landai (proses annealing) sedangkan laju pendinginan tinggi dinyatakan dengan
kurva yang curam (proses quenching).

2.3. Uji Mekanik

Dalam uji jominy untuk mengetahui kekuatan mekanik specimen uji dilakukan
ui keras. Umumnya uji keras yang banyak dipakai dalam uji jominy adalah
menggunakan mesin Rockwell. Salah alasannya, kemudahan dalam pengujian. Data
hasil pengukuran langsung dapat dibaca pada jarum penunjuk, tanpa melakukan
pengukuran lubang yang terbentuk dengan mikroskop. Tetapi ketelitiannya kurang
dibandingkan jenis mesin uji keras yang lain.

Gambar 4.3. Gambar mesin uji keras Rockwell

Sebenarnya mesin ui keras yang lain dapat juga digunakan seperti Mohs, shore
sclerecope, Brinnell, Vickers, Knoop dan Rockwell. Prinsip dasar uji keras adalah
ketahanan material terhadap deformasi plastis. Ketahanan yang tinggi maka
kekerasannya tinggi dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan cara pemberian beban,
metoda uji keras dapat dibagi menjadi 3:

1. Metode dinamik : bola dijatuhkan kepermukaan material, seberapa besar


energy yang diserap material menyatakan kekerasan suatu material, mesin uji
keras yang termasuk dalam kelompok ini adalah shore sclerocope tester.
14

Pantulan bola baja yang tinggi berarti energy yang diserap material kecil
(kekerasannya tinggi) dan begitu berarti pula sebaliknya.

2. Metode gores : ke dalam goresan pada material menyatakan kekerasan suatu


material. Umumnya digunakan untuk emngetahui kekerasan material yang
getas seperti keramik. Mesin uji keras yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Mohs tester (skala pengukuran 1 9, dimana 1 kekerasan tanah liat dan
9 kekerasan intan). Untuk material yang keras sulit tergores dan sebaliknya
material yang lunak mudah tergores (contoh : lantai keramik plaza memiliki
kekerasan skala mohs 7/.

3. Metoda tekan: Besar hasil penekanan menyatakan kekerasan material. Mesin


uji keras yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Brinnell, Vickers, Knoop
dan Rockwell. Mesin uji untuk jenis ini hampir sama, perbedaan yang paling
besar adalah penetratornya.

3.1. Kekerasan Dengan Metode Brinnel

Skala Brinell identornya berbentuk bola baja. Pemilihan ukuran


identor dan beban sangat ditentukan dengan material yang akan diuji
pada table di 2.1 dan table 2.2.. Terlihat hubungan antara beban
penekanan, material dan diameter indentor.

Tabel 2.1. : Hubungan Beban Penekanan, Material dan Diameter


Indentor

Tabel 2.2. : Hubungan antara material dengan beban


15

Harga kekerasan Brinell dapat dihitung dengan rumus berikut:

Pengukuran diameter lubang yang terbentuk menggunakan mikroskop


khusus (dilensa terdapat mistar dengan skala micrometer). Secara teori
Kekerasan adalah besar beban persatuan luas penekanan.

3.2. Kekerasan Dengan Metode Vickers

Vickers menggunakan penetrator pyramid intan. Lubang yang


terbentuk
16

Gambar 4.5. Prinsip uji keras mesin a) Knoop, b) Brinnell dan c)


Vickers

Berbentuk pyramid yang diukur adalah kedua diagonal lubang. Untuk


perhitungan yang diambil adalah diagonal rata-rata. Uji keras jenis ini
yang dapat mengukur kekerasan fasa yaitu Vickers mikro hardness.
Menggunakan penetrator dengan ukuran yang sangat kecil (mikro)
sehingga dapat mengukur kekerasan fasa yang ada dalam butir.
Syaratnya bahwa specimen harus telah dietsa supaya dapat dilihat fasa-
fasa yang ingin diuji.

Prinsip Kerjanya metode Kekerasan Vickers:

a. Menggunakan indentor piramida intan. Sudut puncak


piramida 136o beban yang dipakai diatas 5 kg

b. Bila bebanya dibawah 5 kg yaitu sampai 25 mg cara ini


disebut metode mikro Vickers.
17

Cara pengukuran :

Dimana,

HV = Angka kekerasan Vickers

F = Beban (kgf)

d = diagonal (mm)

Gambar 4.6. Gambar indentor dari Vickers


18

3.3. Kekerasan dengan metode Knoop

Kekerasan Knoop mesin ujinya sama dengan Vickers. Untuk


mengganti dari kekerasan Vickers ke knoop cukup mengganti
penetratornya saja. Lubang yang terbentuk berpenampang jajaran
genjang, yang diukur adalah diagonal terpanjang saja. Kelebihan uji
keras knoop adalah : pengukuran akan lebih cepat, karena diagonal
yang diukur satu saja dan lubang yang terbentuk pengukuran lebih
teliti (material dengan kekerasan yang sama, panjang diagonal knoop
lebih besar dari diagonal Vickers). Mesin kekerasan yang diproduksi
dewasa ini sudah dilengkapi table konversi panjang diagonal / diameter
lubang dengan kekerasannya (harga kekerasan tidak perlu dihitung dari
rumus, cukup dengan table saja). Mesin uji keras Rockwell
menggunakan penetrator kerucut intan dan bola baja. Jenis skala
pengukuran untuk uji keras lebih kurang 26 buah mulai dari jenis A
K. Pemilihan skala ini sangat ditentukan oleh material yang akan
diukur.
19

Gambar 4.7. Gambar berbagai Metode Indentasi dan Persamaannya.

2.4. Transformasi Fasa pada Proses Quenching

Salah satu cara untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik seperti kekuatan adalah
dengan transformasi martensit, karena martensite meruapakan fasa yang keras pada
paduan besi. Transformasi martensite salah satunya dapat dilakukan dengan perlakuan
panas quenching yaitu pendinginan dengan labu tertentu setelah mencapai
temperature austenisasi homogeny. Transformasi fasa selama proses quenching yang
bias terjadi:

Sementite + Ferit + Pealite

Pealite

Martensite

Martensite + sisa

Martensite + sementite + pearlite

Transformasi fasa yang akan terjadi tergantung dari unsure pemadu dan laju
pendinginan. Laju pendinginan yang rendah membuat material bertambah lunak
karena terbentuknya fasa yang lunak seperti ferit dan pearlite yang kasar. Sifat
20

mekanik logam tidak saja dipengaruhi oleh jenis fasa yang terjadi setelah perlakuan
panas juga ukuran, bentuk butir dan distribusi fasa. Karbida yang tersebar merata pada
batas butir dapat membuat logam betambah kuat.

Secara garis besar bahwa uji jominy dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu,
Pemanasan specimen sampai temperature austenisasi homogeny. Pendinginan dengan
cara penyemprotan salah satu ujung specimen dan tahap ketiga pengukuran kekerasan
specimen uji. Pengukuran uji keras menggunakan mesin Rockwell.

Gambar 4.6. Tungku pemanas

Dengan cara penyemprotan salah satu ujung specimen dan tahap ketiga pengukuran
kekerasan specimen uji. Pengukuran uji keras menggunakan mesin Rockwell.
21

Gambar 4.7. Dimensi standard specimen uji dan mesin jo miny dan
Data hasil uji jominy diplot pada diagram CCT, diagram hardenability
dan harden ability band.
22

2.5. Tugas Sebelum Praktikum

1. Gambarkan diagram fasa Fe Fe3C dan uraikan struktur mikronya mulai dari
cair sampai temperature kamar untu AISI 1045

2. Apa yang dimaksud dengan st 37 dan AISI 1045

3. Apa yang akan anda peroleh dari pengujian ini.

4. Mengapa dalam uji jomny yang disemprot pendingin hanya permukaan ujung
specimen saja, jelaskan?

5. Mengapa dalam uji jominy selalu dilakukan pengujian kekerasan

2.6. Prosedur Pengujian

1. Siapkan specimen uji yang akan diuji

2. Ukur diameter, panjang specimen uji

3. Siapkan peralatan uji jominy yaitu mesin uji jominy dan tungku pemanas

4. Spesimen uji dipanaskan dalam tungku sampai temperature austenisasi ditahan


beberapa lama (lama holding time 30 menit)

5. Spesimen yang telah memerah dikeluarkan dalam tungku dan dipindahkan


pada diatas bak uji jominy, ditempatkan pada dudukannya dalam posisi
mengantung vertical, jangan lupa tungku dimatikan.

6. Nosel pendingin diatur posisi / jarak terhadap ujung specimen

7. Lakukan pendinginan specimen dengan menyemprotkan air melalui nosel


sampai specimen dingin

8. Spesimen dilepaskan dari dudukannya dan dibuat salah satu bidang datar
membujur sepanjang specimen dengan kikir

9. Lakukan uji keras sepanjang bidang datar dikonsultasikan dengan sisten dosen
atau setiap interval 1/16 inci)

10. Buat kurva kekerasan vs posisi ukur


23

2.6. Literature

1. Dieter, G.E., Mechanical Metallurgy, Mc Graw Hill Book Co, 1986

2. Callister, Jr., William D., Material Csience and Engineering an Introduction,


Third Edition, John Wiley & Sons, 1994.

2.3.3. Modul-3 : PEMERIKSAAN DYE PENENTRANT

3.1.Tujuan

Metoda pemeriksaan ini dipakai untuk mendeteksi retakan atau cacat


dipermukaan suatu bahan yang tidak dapat diamati oleh mata.

3.2. Teori Dasar

Proses pengelasan dan pengecoran logam melibatkan proses pencairan


dan pempembekuan, karena itu selalu ada kemungkinan ditemuinya cacat
lasan dan pengecoran yang terbentuk pada waktu pembekuan logam ataupun
dari proses pengelasan dan pengecoran itu sendiri. Supaya hasil pengelasan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang dipakai,
maka cacat yang ada harus diketahui lokasi, ukuran dan orientasinya.
Identifikasi cacat-cacat tersebut dapat dilakukan dengan metoda pemeriksaan
yang disebut pemeriksaan tak merusak (non destructive test, NDT).

Pemeriksaan tak merusak adalah jenis pemeriksaan kualitas material


atau kualitas lasan yang dilakukan tanpa harus merusak material, hal ini untuk
membedakannya dari pemekrisaan merusak seperti uji tarik dan uji keras.
Dengan bantuan standar yang tretntu, maka informasi yang diperoleh dari
pemekrisaan tak merusak dapat digunakan untuk menentukan apakah cacat
yang ada masih dalam batas yang diijinkan atau tidak.

Jenis-jenis pemeriksaan tak merusak yang adalah pemerisaan amatan


(visual inspection), pemekrisaan dengan cairan penembus (dye penentrant
test), pemeriksaan dengan tekanan (pressure test), pemeriksaan dengan arus
24

eddy (eddy current), pemeriksaan serbuk makget (magnetic particle test),


pemekrisaan dengan gelombang suara (ultrasonic test) dan pemekrisaan
dengan radiografi (radiographic test). Metoda-metoda pemeriksaan tersebut
tidak hanya digunakan untuk memeriksa cacat luar (permukaan) tetapi juga
cacat dalam.

Cacat pada lasan dan pengecoran dapat dibagi atas beberapa bagian,
yaitu rongga udara(porosity), pengotor (inclusion), pencampuran terak (slag),
ketidaksempurnaaan pencairan (incomplete fusion), retakan (crack),
ketidaksempurnaan penetrasi (lack of penetration), lipatan (overlap) dan
undercut.

Pada praktikum yang akan dilaksanakan adalah metoda pemeriksaan


tidak merusak Dye penetran. Metoda pemeriksaan ini akan memberikan
informasi mengenai adanya retakan secara visual. Hal tersebut dapat diperoleh
dengan mempergunakan suatu alat bantu berupa cairan yang memiliki warna
specific, antara lain: merah atau suatu komponen warna yang akan berpendar
di bawah sinar ultraviolet.

Pertanyaann berikut adalah bagaimana menyimpulkan bahwa suatu


bahan atau komponen, mempunyai suatu retakan. Gambar 2-1. Menjelaskan
prinsip suatu pemeriksaan dye penentran.

Gambar 2.1. Prinsip kerja Pemeriksaan Dye Penentran

Pada gambar di atas dipeerlihatkan suatu benda yang mempunyai


retakan. Sudah barang tentu, retakan tersebut cukup tipis sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata.
25

Pada permukaan benda, disemprotkan cairan penetran yang bila ada


retakan akan masuk ke dalam celah retakan tersebut. Dengan memebrsihkan
permukaan dari cairan penetran yang berada di dalam catakan dan hal ini
belum dapat dilihat dengan mata.

Langkah selanjutnya adalah menyemprotkan spray dari developer di


permukaan yang sama, dimana developer tersebut mempunyai warna yang
sangat berbeda dan kontras dibandingkan warna dari penentran yang
dipergunakan. Umumnya warna yang dimiliki adalah putih. Developer ini
mampu menarik atau menterap penetran didalam retakan keluar kembali ke
permukaan. Dengan demikian maka bagian developer diatas retakan akan
berubah warna. Bila penetran yang dipergunakan berwarna merah, maka
bagian tersebut akan menjadi merah pula.

Bila dipergunakan penetran yang berwarna fluorescent, maka dengan


bantuan sinar ultraviolet akan terlihat warna kuning kehijauan diatas retakan.

Jadi jelas disini, bahwa informasi didapat secara visual. Untuk


mendokumentasikan retakan, perlu metoda pemeriksaan ini dilengkapi
dengan peralatan fotografi.

3.3. Prosedur Pemeriksaan

1. Persiapkan bahan yang akan diperiksa, cairan penetran dan developer

2. Bersihkan permukaan bahan dari kotoran, gemuk maupun karat dengan


lap, cairan pembersih maupun perlatan lainnya.

3. Semprotkan cairan penetran tunggu sekitar 5 menit dan bersihkan


kembali dengan lap pembersih

4. Semprotkan developer tunggu kurang lebih 5 menit

5. Buatlah sketch foto bila terdapat retakan pada bahan

3.4. Data Pemeriksaan

1. Catat nama komponen

2. Jelaskan fungsi komponen


26

3. Jelaskan cara kerja komponen

4. Buat sketch / gambar komponen dan kerusakannya.

4.5. Pertanyaan dan Diskusi

1. Apakah syarat dari suatu cairan penetran?

2. Bagaimana memperkirakan besar cacat ?

3. Mengapa karat-karat dipermukaan harus dibersihkan?

4. Mengapa diperlukan waktu untuk menunggu setelah penetran


disemprotkan ke permukaan.

4.6. ULTRASONIC TESTING

Ultrasonic Testing merupakan salah satu metode NDT yang banyak


digunakan untuk mendeteksi adanya diskontinuitas seperti cacat dalam, cacat
permukaan dan cacat dekat permukaan (Subsurface) dari peralatan yang
terbentuk dari logam ataupun paduan (Alloy). Diskontinuitas atauppun cacat
tersebut bias berupa crack, incomplete penetration, slag inclusion dll. Prinsip
kerjanya adalah dengan memanfaatkan rambatan gelombang ultrasonic yang
dikeluarkan oleh transducer pada benda kerja dan kemudian gelombang
baliknya ditangkap oleh receiver. Gelombang yang diterima ini dapatdiukur
intensitasnya, waktu perambatan atau resonansi yang ditimbulkan sehingga
pada umumnya pemeriksaan ultrasonic ini didasarkan pada perbedaan

intensitas gelombang yang diterima serta waktu perambatannya.


27

Gambar 2.2. Energi suara yang dipantulkan

Sifat sifat gelombang ultrasonic adalah :


1. Perambatan yang lurus
2. Kemungkinan rambatan suara pada arah tertentu
3. Dapat membias sebagaimana sinar
4. Memungkinkan penyesuaian gelombang suara pada material.
SISTEM PEMERIKSAAN DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN
SEBELUM PENGUJIAN.
Sistem yang digunakan untuk pemeriksaan adalah Contact Testing, contac
ttesting adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menempelkan langsung
transducer ke permukaan benda kerja. Informasi yang diperlukan
sebelum melakukan pengujian adalah:
1. Jenis Logam Induk
2. Geometri sambungan las3. Proses pengelasan4. Lokasi dan panjang las yang
diuji

2.3.4. Modul-4 : Metalografi

4.1. Tujuan Pengujian : Untuk mempelajari


struktur logam maupun material lainnya dengan
bantuan mikroskop optik
4.2. Landasan Teori
28

Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari


karakteristik mikro struktur suatu logam, paduan logam dan material
lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material tersebut. Ada
beberapa metode yang dipakai, yaitu : mikroskopik (optik maupun
elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron),analisis (X-ray
fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada
praktikum metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan
metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metalografi makroYaitu pengamatan struktur dengan perbesaran
10 100 kali
2. Metalografi mikroYaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di
atas 100 kaliSebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan
mikroskop maka diperlukanpreparasi sampelTahapan kerja
preparasi sampel :
1. Penentuan Wilayah Kerja Sampel
Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu
diperhatikan wilayahdaerah kerja sampel yang akan diamati
yang biasanya disebut sebagai bidangorientasi dasar, yaitu :
a. bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu
deformasi panas bidang
b. planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki
lua permukaan yang paling besar dan yang paling sering
bersinggungan dengan rol
c. bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng
planar dan sejajar dengan arah pengerjaan.
2. Pemotongan sample
Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan :
a. pematahan : untuk bahan getas dan keras
b. pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis
dan lunak
c. penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari
350 HB
29

d. pemotongan abrasie.electric discharge machining :


untuk bahan dengan konduktivitas baik dimana
sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih
dahulu sebelumdipotong dengan memasang catu
listrik antara elektroda dan sampel
3. Pemasangan sampel (monting)
Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu
kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah
dan berongga. Caranya adalahdengan meletakkan
sampel ke dalam cetakan mounting, lalu memasukkan
resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan
mounting harus memiliki sifat :

a. tak bereaksi dengan sampel

b. kekentalannnya sedang dalam bentuk cair dan bebas


udara pada bentuk padatnya

c. adhesi yang baik dengan sampel

d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan


sampele kemampuan susut yang renda. Permukaan
sampel yang akan diuji harus ada di bagian bawah.
Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan
mounting telah siap dan sampel telah siap
dipreparasi dengan langkah berikutnya.

4. Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan
menghaluskan permukaan sampel yang akan diamati.
Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu
dengn memakai amplas kasar hingga amplas halus (no #
tinggi).Pengamplasan kasar dilakukan dengan
menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #,
30

sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas


dengan nomor lebih tinggi dari 180 #. Pengamplasan
dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas
dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan
langsung dengan bagian kertas amplas yang kasar,
kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah.
Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan
sampel dan kertas amplas yang memungkinkan
terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruh
imikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan
dengan caramengaliri air. Apabila ingin mengganti arah
pengamplasan, sampeldiusahakan berada pada
kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.
Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya
goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya
sampel siap dipoles.

5. Pemolesan
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan
melicinkan permukaan sampel yang akan diamati
setelah pengamplasan. Seperti halnya

4.3. Alat dan Bahan :


1. Sampel
2. amplas
3. mikroskop optik
4. zat etsa
5. alkohol
6. zat etsa
7. autosol
8. abrasive
9. resin
4.4. Prosedur Percobaan :
a) penentuan wilayah kerja sampel
31

b) pemotongan sampel
c) mounting
d) pengamplasan
e) pemolesan
f) etching
g) pengamatan dengan mikroskopoptik
h) selesai

2.3.5. Modul-5 : Membuat Material Komposit

5.1. Tujuan
1. Mempelajari proses pembuatan komposite dengan teknik wet hand
lay up.
2. Mempelajari pengaruh dan cara penyusunan (stacking sequence)
composite terhadap sifat mekanik (Uji keras)

5.2. Teori Dasar


Komposite adalah gabungan dua material atau lebih dengan
memanfaatkan sifat unggulnya untuk memperoleh material yang
diinginkan. Teknologi material terus dikembangkan, untuk
mendapatkan material dengan kekuatan lebih dan dengan bahan yang
lebih efisien dapat dilakukan dengan teknologi kompodite. Komposit
terdiri dari dua komponen yaitu matriks dan penguat. Matriks
berfungsi sebagai pengikat, pelindung terhadap pengaruh lingkungan
Kelebihan matrial composite adalah sifat mekanik spesifik
yang tinggi, ketahanan korosi yang tinggi, mudah dibuat dan serat
dapat diatur sesuai dengan arah pembebanan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap sifat composite adalah sifat dari matriks dan
penguatnya, fraksi volume matriks dan penguatnya, proses pembuatan,
dan interface antara matriks dan penguat.
Untuk membuat composite ada beberapa metode yang
digunakan, bergantung pada matriks yang ingin digunakan, termoset
atau termoplas. Pembuatan composite dengan matriks termoset adalah
wet hand lay up, spray up, pregreg lay up, compression molding, liquid
molding, pultrusion dan filament winding. Sedangkan pembuatan
composite dengan matriks termoplas adalah pregreg lay up.
32

Metode pembuatan composite yang paling mudah digunakan


adalah wet hand lay up. Pada pembuatan composite dengan metode ini
menggunakan perform yang kemudian dituangkan resin sambil ditekan
dengan roll. Walaupun metode ini mudah dilakukan, namun kelemahan
dari metode ini adalah produk yang dihasilkan bisa berbeda
kualitasnya kerena pengaruh gaya penekanan yag berbeda-beda.
Karakteristik material komposit mencakup karakteristik sifat
fisik, mekanik, atau termal. Karakteristik sifat dilakukan salah satunya
melalui uji keras. Sifat-sifat mekanik matrial komposit ini dapat
diprediksi jika kita mengetahui sifat-sifat material penyusunnya,
matriks dan fibernya.
5.3. Tugas Sebelum Praktikum
1. Jelaskan fungsi dari matriks dan fiber?
2. Sebutkan jenis-jenis matriks dan fiber?
3. Jelaskan prinsip kerja metode pegujian untuk mengetahui sifat
mekanik minimal 3 jenis metode?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan komposit?
5. Kelebihan dan kekuarangan dari jenis composite dan jelaskan
aplikasi komposit di dalam penggunaan material teknik

5.4. Prosedur Pembuatan Komposite


1. Buatkan gambar design yang akan dibuat (Buat model) bisa dari
kayu bisa dari tripleks.
2. Siapkan alat dan bahan, serat gelas, resin, katalis dan talk
3. Sesudah siap cetakan (mold) campaurkan bahan (lihat gambar)

Perbandingnya adalah 200 gram talk kemudian dicampur dengan


resin 200 gram dan diaduk kemudian diteteskan 10 20 tetes
katalis.
4. Pastikan permukaan cetakan bersih, kemudian dilapisi Mirror
Glaze Mold biar mudak dilepas.
33

5. Oleskan campuran tadi pakai kuas di cetakan body. Setelah


lapisan 1 selesai biarkan 10 menit sampai agak kering kemudian
tempelkan serat gelas cukup selapis tiap bagian. Setelah semua
dilapisi serat gelas olesin lagi dengan campuran tadi. Sebelum
mengeras sekita 25 menit atau agak kering lepaskan dari cetakan.
6. Setelah lapisan 1 agak kering. Buat lapisan ke 2 dan seterusnya
campuran cukup resin dan katalis dengan perbandingan 100 ml
ditambah 10 12 tetes kemudian tempelkan serat gelas ke semua
sisi. Buatlah lapisan 3 lapis serat gelas.
7. Tunggu sampai semua benar-benar kering sekita 6 8 jam

2.3.6. Pengujian Tarik

6.1. Tujuan Pengujian

Pengujian tarik terhadap suatu benda uji akan menghasilkan


suatu diagram tarik, yaitu diagram beban tarik terhadap perubahan
panjang. Diagram tersebut kemudian diubah menjadi diagram tegangan
regangan.

6.2. Teori Dasar

Informasi tentang beberapa sifat mekanik dari material akan


diperoleh dari pengujian tarik antara lain :

- Kekuatan (Strength) : kekuatan tarik (tensile strength)


Batas luluh (yield point)
- Keuletan (Ductility) : perpanjangan (elongation)
Reduksi penampang
Dalam pengujian tarik ini akan dapat pula diamati
beberapa fenomena yang terjadi dalam deformasi antara lain :
- Elastisitas
- Fenomena luluh
- Palstisitas
- Bidang patah

6.3. Langkah Percobaan

- Bentuk batang uji dibuat menurut standar


- Ukur kekerasan dari specimen tarik
- Ukur kekerasan dari specimen tarik
34

- Ukur panjang dan diameter specimen (tebal, lebar untuk specimen


bentuk pelat)
- Perkirakan beban tertinggi yang dapat diberikan sebagai tahanan dan
reaksi dari bahan terhadap beban luar (berikan factor keamanan untuk
hal ini, ditentukan oleh assisten)
- Siapkan mesin tarik yang akan digunakan
- Catat skala beban pada mesin tarik
- Catat kecepatan grafikk dan kecepatan penarikan
- Jelaskan mesin tarik dan catat diameter setiap penambahan beban
- Setelah terjadi pengecilan setempat, catat diameter terkecil pada setiap
pengurangan beban
- Setelah pecobaan, ukur diameter pada bagian yang putus dan ukur
panjang uji setelah putus
- Ukur kekerasan pada bagian yang mengalami pengecilan diameter
seragam

6.4. Data Pengujian Tarik

- Jenis Mesin Tarik : ..


- Beban pada skala penuh :
- Panjang uji awal = Lo = mm
- Diameter awal = Do = mm
- Tebal awal = to = mm
- Lebar awal = Wo = mm
- Kekerasan awal =
- Kecepatan tarik = mm/menit
- Kecepatan kertas = mm/menit
- Diameter patahan = mm
- Tebal patahan = mm
- Lebar patahan = mm
35

- Panjang uji setelah patahan = mm


- Kekerasan setelah pengujian =

2.3.7. LAJU KOROSI (CORROSTION RATE)

Judul Praktikum : Proses Korosi

Tujuan :

Memahami proses korosi, menentukan laju korosi dan faktor-faktor


yang mempengaruhi korosi pada beberapa jenis material
Dasar Teori
Korosi adalah rusaknya material biasanya logam, karena terjadi
reaksi dengan lingkungannya. Sebenarnya yang bukan logam pun
terjadi juga korosi hanya tidak terkenal seperti pada logam.
Umumnya korosi disebabkan oleh terjadinya peristiwa kimia
dan terbanyak adalah elektrokomia, Yang terkorosi adalah yang
bermuatan positif (anoda).
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi.
Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada
korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana
besi mengalami oksidasi.

Fe(s) Fe2+(aq) +2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi


itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)


atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq)
36

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi


membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai
katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu.
Ketika terjadinya korosi pada suatu logam, mekanisme
penyerangan ditimbulkan oleh proses elektrokimia. Proses
elektrokimia dapat digambarkan sebagai proses pengaliran electron
antara kutub anoda ke katoda. Pada kutub anoda terjadi proses oksidasi
dimana electron dilepaskan dan mengalir ke kutub katoda melalui
elektrolit. Dengan adanya arus listrik ini mengakibatkan permukaan
logam terkikis, sehingga selama proses ini berlangsung akan terjadi
pelarutan logam di dalam elektrolit. Pada kutub anoda electron
dibebaskan sehingga mengakibatkan perubahan bentuk logam menjadi
ion logam. Ion logam ini akan larut dalam elektrolit yang selanjutnya
akan mengalir ke katoda. Gambar tentang pergerakan ion ditunjukkan
pada gambar gambar 1.1.

Gambar 1.1. Proses Aliran Arus Listrik Antara Kutub Anoda dan
Katoda

Laju Korosi
37

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan


penurunan kualitas bahan terhadap waktu.
Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2 cara yaitu:
1. Metode kehilangan berat
2. Metode Elektrokimia

Metode kehilangan berat


Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan
mengukur kekurangan berat akibat korosi yang terjadi.Metode ini
menggunakan jangka waktu penelitian hingga mendapatkan jumlah

kehilangan akibat korosi yang terjadi.


Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji
(objek yang ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya),
kekurangan berat dari pada berat awal merupakan nilai kehilangan
berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam rumus untuk
mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan
suistinable dapat dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek
diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah tersebut) juga
dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.

Metode Elektrokimia

Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi


dengan mengukur beda potensial objek hingga didapat laju korosi yang
terjadi, metode ini mengukur laju korosi pada saat diukur saja dimana
memperkirakan laju tersebut dengan waktu yang panjang
(memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara satu waktu dengan
waktu lainnya berbeda).
Kelemahan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan
secara pasti laju korosi yang terjadi secara akurat karena hanya dapat
mengukur laju korosi hanya pada waktu tertentu saja, hingga secara
umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat ditreatmen tidak dapat
diketahui. Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat
mengetahui laju korosi pada saat di ukur, hingga waktu pengukuran
tidak memakan waktu yang lama
38

Alat dan Bahan


Bahan
1. Sample 1: Baja Karbon Rendah
2. Sample 2: Baja Karbon Tinggi
3. NaCl
Peralatan
1. Ampelas Kasar
2. Ampelas Halus
3. Vernier Caliper
4. Timbangan
5. Gelas Kimia
6. pH Indicator
7. 3 gelas plastik dan seutas tali

Prosedur Penentuan Laju Korosi


1. Gosok seluruh bagian permukaan ketiga sample dengan ampelas
sampai mengkilap, lakukan dengan ampelas kasar terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan yang halus.
2. Setelah semua permukaan ketiga sample terlihat mengkilap, ukur luas
penampang dan ketebalannya masing-masing dan catat nilainya.
3. Timbang ketiga sample untuk menentukan berat awal, catat nilainya.
(catat 2 angka desimal)
4. Kemudian persiapkan ketiga gelas plastik, ikat masing-masing sample
dengan tali dan ujung tali lainnya diikat dengan sepotong lidi. Beri
jarak agar pada saat sample dimasukkan, berada dalam keadaan
berdiri.
5. Masukkan larutan NaCl masing-masing sekitar 100 ml ke dalam tiap
gelas dan beri tanda pada gelas plastik untuk tiap jenis larutan.
6. Catat harga pH untuk tiap larutan dengan menggunakan pH indicator.
7. Masukkan ketiga sample dan catat waktu pada saat sample
dimasukkan.
8. Setelah direndam selama 90 jam, angkat ketiga specimen dan
bersihkan dengan air yang mengalir dan jangan digosok.
39

9. Hitung berat akhir ketiga sample dan catat harganya.


10. Hitung pH akhir masing-masing larutan dan catat harganya.
11. Hitung laju korosi tiap sample.

Literature

1. Vlan vlack, Terjemahan Sriati Djaprie, Ilmu dan teknologi Bahan


Penerbit Erlangga.
2. Callister, Materials Science And Engineering, John Wiley & Sons, INC
40

BAB IV

PENUTUP

Dalam menyelesaikan modul praktikum Mtaerial teknik ini banyak sekali kekurangan
sehingga perlu pengembangan sesuai dengan ilmu dan teknologi yang sedang berkembang,
karena itu sebagai penyusun modul ini kami menunggu saran-saran untuk arah yang lebih
baik.
41

LEMBAR KERJA
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL DAN METALOGRAFI

KELOMPOK

NAMA NPM TTD

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tanggal Pengujian : .

Karawang, .. Assisten Dosen


Dosen Penanggung Jawab
42

(Ratna Dewi Anjani. ST. MT) ()

Program Studi : .
TAHUN AJARAN : .

UJI JOMINY & UJI KERAS

I. Tujuan Praktikum
1. .
2. .
3. .
4. .
5. .

II. Prosedur Pengujian Jominy


1. .
2. .
3. .
4. .
5. .
6. .
7. .
III. Data Pengujian Jominy
Jenis mesin : ..
Standar pengujian : ..
No. Posisi/Jarak dari Ujung yang Tercelup Kekerasan HRC
43

1.
2.
3.
4.
5.

Laju Pendinginan : ..

Dimensi Benda Kerja : ..

Diameter : ..

Panjang : ..

Gambar specimen lengkap dengan dimensinya :

IV. Buat Grafik hasil percobaan saudara (jarak dari ujung Quench vs Kekerasan)
Jawab :

V. Jika kurva dari hasil uji Jominy ini merupakan kurva hardenability dari
material yang diuji, coba jelaskan apakah logam ini memiliki sifat mampu keras
yang baik atau tidak
Jawab :
44

VI. Untuk mengetahui kualitas lasan dilakukan pengujian keras berurutan


disepanjang penampang las, mulai dari daerah logam induk weld metal
logam induk setiap jarak 1 mm dengan menggunakan uji keras vicker micro
hardnes diperoleh data sebagai berikut

Posisi
Pengujian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

d1 (m)
50 53 54 38 20 18 17 10 11 10 17 22 30 35
d2 (m)
51 50 53 39 21 15 16 9 11 11 15 21 32 37

Dengan menggunakan rumus-rumus yang ada pada table (jenis-jenis uji keras
dengan metoda tusuk, pada lembaran lampiran) hitung kekerasannya pada
setiap titik-titik pengujian dengan menggunakan skala kekerasan Vickers, beban
penekan penetrator 200 gram. Kemudian dilanjutkan dengan membuat grafik
kekerasan vs jarak titik-titik pengujian (dimana jarak antara setiap titik
pengujian adalah 1 mm)
Jawab :
45

VII. Coba sebutkan alasan-alasannya mengapa pemakaian uji keras Rockwell lebih
praktis dibandingkan dengan uji keras Vickers.
Jawab :

VIII. Apa yang dimaksud dengan kurva hardenability dan hardenability band
Jawab :

IX. Faktor apa saja yang mempengaruhi sifat mampu keras material
Jawab :

X. Kesimpulan

1. ..
2. ..
3. ..
4. ..
5. ..
46

UJI IMPAK

I. Tujuan Praktikum
1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
II. Prosedur Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pengujian Impak
Jenis Mesin : .
Standar pengujian : .

Bahan/Temp. P L t h T Luas Energi HI Permukaan


Uji mm mm mm mm 0
C Mm2 Joule Joule/mm2 patahan

Nilai Praktek : ..
47

IV. Jelaskan bagaimana mesin uji ini bekerja sehingga dapat mengetahui kekuatan
impak suatu material, sebaiknya dengan gambar sketsa.
Jawab :

V. Tentukan berapa temperature transisi baja karbon dengan kandungan karbon


0.11% dan berapa temperature transisi baja karbon dengan kandungan 0.67%
(lihat gambar 1-6)
Jawab ;
48

VI. Jelaskan bagaimana prosedur pengujian untuk mengetahui temperature transisi


material.
Jawab :
1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
VII. Dari referensi dapat disimpulkan bahwa adanya temperature transisi dapat
mempengaruhi kualitas material. Untuk baja karbon bagaimana menghilangkan
temperature transisi.
Jawab :

VIII. Buat kurva harga impak dengan temperature dari pengujian anda dan
analisalah hasil pengujian.
Jawab :
49

IX. Jelaskan perbedaan antara patah ulet dan patah getas


Jawab :

X. Apa kegunaan temperature transisi pada perencanaan suatu elemen mesin


Jawab :

XI. Mengapa Aluminium tidak memiliki temperature transisi


Jawab :
50

XII. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga impak


Jawab:

XIII. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
51

DYE PENENTRANT

I. Tujuan Praktikum
1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
II. Prosedur Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pengujian Dye penentran
Jenis Dye Penentran: .
Standar pengujian : .

Sketsa benda uji dan posisi retak Keterangan


52

IV. Jelaskan metode Non Destrutic Test untuk melihat cacat permukaan
Jawab ;

VII. Jelaskan metode Non Destrutive Test untuk melihat cacat di dalam material
Jawab ;

V. Apa keuntungan dan kerugian pemekriksaan tanpa merusak


1.
2.
3.
4.
5.

VI. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
53

UJI TARIK

I. Tujuan Praktikum
1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
II. Prosedur Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pengujian Uji Tarik
Jenis mesin : .
Standar pengujian : .
Data Pengujian -1 :
- Beban pada skala penuh : ..
- Panjang uji awal = Lo = mm
- Diameter awal = Do = mm
- Tebal awal = to = mm
- Lebar awal = Wo = mm
- Kekerasan awal =
- Kecepatan tarik = mm/menit
- Kecepatan kertas = mm/menit
- Diameter patahan = mm
- Tebal patahan = mm
- Lebar patahan = mm
- Panjang uji setelah patahan = mm
- Kekerasan setelah pengujian =

Data Pengujian -2
No. Di (ti) Li Ai Pi = Pi/Ao e = L/Lo = Pi/Ai = ln Ao/Ai
54

mm mm Mm2 Kg (kgf/mm2 kgf/mm2

IV. Jelaskan pengertian-pengertian berikut ini :


- Tegangan teknik dan regangan teknik
- Tegangan sebenarnya rengangan sebenarnya, serta buatlah diagram
diagram tersebut dari pengujian tarik yang dilakukan
Jawab :

V. Nyatakan serta berikan interprestasi atas hasil pengujian tersebut


Jawab:

VI. Apakah dari pengujian yang dilakukan anda dapat langsung menghitung
modulus elastisitas dari bahan tersebut
Jawab:
55

VII. Sebutkan pula kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan adakah cara lain
untuk menentukan modulus elastisitas dengan menggunakan mesin uji yang
diterapkan tersebut
Jawab :

VIII. Berikan kesimpulan dari percobaan tersebut


Jawab:

PENENTUAN LAJU KOROSI

I. Tujuan Praktikum
56

1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
II. Prosedur Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pengujian Penentuan Laju Korosi
Berat Berat Luas
Jenis Jenis Waktu Ph Laju korosi (r)
No. Awal Akhir permukaan
material Larutan (Jam) Larutan mm/year
(gr) (gr) (mm2)

IV. Bagaimana menentukan Laju korosi (r)


Jawab:

V. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya korosi


Jawab:
57

VI. Jelaskan jenis-jenis Korosi


Jawab:

VII. Jenis korosi apakah yang terjadi pada benda kerja


Jawab :

VIII. Jelaskan cara-cara perlindungan korosi


Jawab:

IX. Berikan kesimpulan dari percobaan tersebut


Jawab :

PEMBUATAN MATERIAL KOMPOSIT

I. Tujuan Praktikum
58

1. ....
2. ....
3. ....
4. ....
5. ....
II. Prosedur Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pembuatan Material Komposit

Ketebalan Kekerasan
No. Posisi serat Komposisi komposit
(mm) (HRc)

VI. Gambarkan Posisi serat gelas material yang dibuat


Jawab:

VII. Jelaskan struktur material composite yang anda buat


Jawab :

VIII. Jelaskan kesimpulan yang saudara ambil mengenai posisi serat dengan
kekerasan atau sifat mekanik
Jawab:

PEMERIKSAAN METALOGRAFI

I. Tujuan Praktikum
1. ....
59

2. ....
3. ....
4. ....
5. ....

II. Prosedur Pengujian


1.
2.
3.
4.
5.
6.
III. Data Pemeriksaan Metalografi
Jenis Tungku : .....................................................
Kapasitas : .....................................................
Jenis Perlakuan Panas : .....................................................
Tungku
Media Jumlah Struktu
N o. Bahan Suhu Waktu Etsan Pembesaran
0 Pendingin Butir Mikro
C menit
1
2
3

IV. Gambarkan diagram keseimbangan Fe Fe3C selengkap mungkin.

V. Gambarkan diagram TTT untuk baja hypoeutektoid, baja eutektoid dan baja
hipereutektoid.
VI. Jelaskan jenis- jenis proses perlakuan panas

VII. Hitunglah jumlah butir pada sruktur mikro hasil percobaan

VIII. Jelaskan hubungan struktur mikro dengan sifat mekanik


60

Anda mungkin juga menyukai