Spesifikasi Mesin :
Type : AMU – 10
Kapasitas : 10 ton force
MFG No : 20749
Date : May 1989
Dimensi :
Panjang : 1420 mm
Lebar : 88 mm
Tinggi : 460 mm
6
1.2.3 Laporan
Setiap praktikan harus menyerahkan setiap laporan yang telah dibuatnya
dengan data yang diperoleh selama praktikum. Laporan harus diasistensikan
kepada kepala laboratorium/asisten dan laporan dikumpul sesuai waktu yang
telah ditentukan dari kebijakan asisten maupun kepala laboratorium.
7
MODUL 1
TENSILE TEST (UJI TARIK)
Saat praktikum :
Mengisi kartu praktikum.
Mengisi lembaran kerja.
Setelah praktikum :
Mahasiswa membersihkan peralatan praktikum dan memeriksa
kelengkapannya.
Mengembalikan peralatan praktikum sesuai dengan tempat yang telah
disediakan.
Membuat laporan praktikum atau jurnal praktikum.
Mengumpulkan laporan praktikum/jurnal dan meminta tanda tangan
ke instuktur
Standar spesimen yang digunakan untuk uji tensile telah ditentukan oleh
lembaga profesional seperti American Society of Testing and Materials (ASTM),
9
British standard, JIS standard, dan SNI, setiap standarisasi memiliki variasi yang
cocok untuk material, dimensi, dan sejarah pabrikan yang berbeda-beda. Untuk uji
tensile yang akan kita lakukan, kita menggunakan standar ASTM E8. ASTM E8
adalah metode standar pengujian tensile untuk material logam.
Beberapa hal yang perlu menjadi referensi dalam uji tarik antara lain :
Sifat Elastis dan plastis
Tegangan dan Regangan
Kurva Tegangan dan Regangan Teknik
Deformasi Elastis
Deformasi Plastis
Kekuatan Mulur
Perpanjangan (Elongation)
Reduksi Penampang
Modulus Resilience
Modulus Thoughness
Persamaan tegangan dan regangan sebenarnya
Uji tarik
𝑃
Tegangan teknik (S) = (1)
𝐴0
dimana :
P = gaya maksimum (kg) pada skala gaya
𝑑0 = diamater awal spesimen
𝜋
𝐴0 = (𝐷0 )² (luas penampang spesimen)
4
Tegangan sebenarnya
Apabila Al dan Ll adalah adalah sepanjang spesimen setelah putus Ao , Lo
adalah Panjang awal pengukuran maka selama penarikan berlangsung volume
Spesimen tetap sehingga berlaku :
𝐴𝑜.𝐿𝑜
𝐴1 . 𝐿1= 𝐴0 . 𝐿0 didapat 𝐴1 = (3)
𝐿1
𝑃
𝜎= 𝐴𝑙 dengan memasukan persamaan 6 didapatkan
𝑃.𝐿𝑙
𝜎 = 𝐴𝑜.𝐿𝑜 atau 𝜎 = S (e+1) (4)
Regangan sebenarnya
𝐿𝑙−𝐿𝑜 𝐿2−𝐿1 𝐿3−𝐿2
𝜺 = ∑𝑛1 + + 𝑑𝑠𝑡
𝐿𝑜 𝐿1 𝐿2
Atau
𝐿 𝑑𝑙 𝐿
𝜀 = ∫𝑙𝑜 = 𝐿𝑛 (5)
𝐿 𝐿𝑜
Sedangkan
∆𝑙 𝐿−𝐿𝑜 𝐿
𝑒= = = 𝐿𝑜 − 1
𝐿𝑜 𝐿𝑜
𝐿
e + 1 = 𝐿𝑜 (6)
diperoleh :
𝜀 = 𝐿𝑛 (𝑒 + 1) (7)
12
Phenomena Necking
Persamaaan kurva alir dimana 𝜎 = 𝐾 𝜀 𝑛 dapat diubah menjadi persamaan
logaritma sebagai berikut :
log 𝜀 = log K + log 𝜀
Kurva logaritmanya adalah :
Dari kurva gambar 2.5 di atas dapat diperoleh harga persamaan faktor
regangan.
𝑑 (log 𝜎) 𝑑(𝑙𝑛𝜎)
n= 𝑑(log 𝜀) = 𝑑(𝑙𝑛𝜀)
𝜀 𝑑𝜎
n=𝜎 . 𝑑𝜀 (9)
𝑑𝜎 𝜎
=𝑛
𝑑𝜀 𝜀
Pada beban maksimum maka dp =0
P=𝜎. 𝑎− → 𝑑 𝑝 = 𝜎 𝑑𝐴 + 𝐴𝑑𝜎 = 0
Sehingga
𝑑𝜎 𝑑𝐴
=−
𝜎 𝐴
Volume konstan
𝑑𝑙 𝑑𝐴 𝑑𝜎
= = 𝑑𝜀 =
𝑙 𝐴 𝜎
𝑑𝜀 𝑙 𝑑𝜎
= 𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 =𝜎 (10)
𝑑𝜎 𝑑𝜀
Dial indicator
Palu plastik
Kunci pas
2. Bahan
Baja Tulangan Beton
2. Pengoperasian
a. Mengukur dimensi specimen
b. Kosongkan tekanan udara dengan membuka katup unload valve
apabila selesai, tutup kembali.
c. Memasang specimen pada mesin uji tarik. Diawali dengan
memasang bagian atas specimen, lalu bagian bawah
d. Atur posisi cekam bawah dengan menekan tombol crusshead up
atau crusshead down untuk menyesuaikan posisi specimen.
e. Buka aplikasi UTM pada computer
f. Masuk menu PREPARATION untuk mengisi jenis pengujian,
bentuk, dimensi, dan jenis material. Lalu klik CLOSE
g. Masuk menu TESTING. Atur skala grafik, beban yang dipakai,
dan waktu per keluaran data
h. Hidupkan pompa mesin uji tarik dengan menekan tombol pump
on
i. Putar katup load vlave secara perlahan untuk memulai proses uji
tarik dan sesuaikan kecepatan tarik yang diinginkan. Dibarengi
dengan mengklik START pada computer
j. Apabila specimen telah putus, klik STOP, lalu klik SAVE
k. Tutup katup load valve
l. Matikan pompa dengan menekan tombol pump off
m. Buka katup unload valve secara perlahan untuk mengeluarkan
tekanan udara dan tutup kembali
23
3. Penyelesaian
a. Ambil kertas grafik yang telah dipasang agar menjadi bahan
perbandingan
b. Keluarkan specimen dari mesin uji tarik
c. Hitung pertambahan panjang specimen
d. Matikan komputer
e. Matikan panel mesin
24
Grafik Percobaan
26
MODUL 2
TORSIN TEST (UJI PUNTIR)
Contoh beban torsi yang sering dijumpai adalah poros yang menghantarkan
daya melalui pulley, roda gigi, ataupun dengan sistem lainnya.Jika tirsi yang
dialami benda makin besar, maka benda akan melewati batas elastisitasnya. Jika
torsi yang diberikan terus bertambah akan menyebabkan benda tersebut akan
putus.
28
Bila suatu batang silinder dikenai momen puntir pada salah satu ujungnya
maka momen puntir akan dilawan oleh tegangan – tegangan geser yang terbentuk
pada penampang melintang batang. Tegangan geser pada berharga nol dan
bertambah besar secara linier terhadap jari-jari batang. Tegangan geser maksimum
di lapisan benda terluar.
Bahan logam seperti : drill, poros, baut dll, harus memiliki ketahanan
terhadap tegangan geser dan regangan geser. Mekanisme terjadinya tegangan dan
regangan geser dapat dijelaskan Gambar 2.16 berikut :
Momen Puntir ( MT )
Dihitung dengan persamaan
𝑟=1
MT = π . ∫𝑟=0 . 𝑑𝐴
𝜏 𝑎
= . ∫0 𝑟 2 𝑑𝐴
𝑟
τ = [ 𝑀𝑇 .D/2] / π 𝐷4 / 32
τ = [16𝑀𝑇 ]/ π𝐷3
Sudut Puntir ( φ )
G = ( 𝑀𝑇 .L ) / J. ϴ
1. Tegangan Geser ( τ )
2. Regangan Geser ( γ )
3. Modulus geser ( G )
𝐸
G=
2 ( 1+𝑣 )
dimana
Data Spesimen
Torsi Meter
Obeng (-)
2. Bahan
Spesimen (benda kerja) yang digunakan adalah Kuningan
2. Pengoperasian
a. Mengukur dimensi specimen
b. Memasang specimen pada mesin uji punter
c. Tandai specmen dengan spidol atau tipe x
d. Buka aplikasi PLX-DAQ pada computer
e. Reset data dan time pada software PLX-DAQ
f. Atur arah puntiran ke kiri atau ke kanan
g. Menjalankan mesin uji puntir dan dibarengi dengan mengklik
CONNECT pada computer
h. Atur putaran mesin hingga 1000 rpm
i. Apabila specimen telah putus, klik DISCONNECT, lalu SAVE
j. Setelah patah hentikan proses pemuntiran secepatnya
3. Penyelesaian
a. Ambil specimen dan ukur pertambahan panjang
b. Buat grafik Torsi vs Putaran
c. Matikan computer
d. Matikan mesin
e. Matikan panel mesin
36
Benda No.:
1 2 3 4 5
Speciment No.
Tebal / Diameter :
[mm]
Thickness/Diameter
Lebar :
[mm]
Width
Luas :
[mm2]
Area
Sudut Puntir:
(0)
Shearing Degree
Puntiran Max :
[Kgf.cm]
Max Moment
Lo :
[mm]
Lo+ΔL :
[mm]
Penguluran :
[%]
Elongation Strain
Diameter Setelah
Diuji: [mm]
37
GRAFIK PERCOBAAN
TORSION TEST
MODUL 3
DEFLEKSI TEST (UJI LENDUTAN)
- Metode Superposisi
- Teorema Maxwell
- Metode Integrasi Ganda
- Metode Luasan Momen
- Metode Energy Regangan Lentur
- Teorema Castigliano
Dalam percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode superposisi
dan metode mawell, serta aplikasi dari kedua metode tersebut
a) Metode Superposisi
Metode Superposisi merupakan metode yang praktis dan umum digunakan
untuk mendapatkan defleksi dan sudut rotasi pada balok. Konsep yang
mendasarinya cukup sederhana dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Defleksi suatu balok yang dihasikan oleh beberapa beban yang bekerja
secara simultan dapat diperoleh dengan mensuperposisikan defleksi yang
dihasilkan oleh beban yang sama yang bekerja secara terpisah.
40
diberi beban yang bekerja sekaligus pada sebuah beam, maka besarnya defleksi
dapat dihitung akibat beban – beban tersebut.
c) Teorema Maxwell
James clerk Maxwell atau lebih dikenal di dunia mekanika dengan nama
Maxwell merupakan seorang fisikawan asal Skotlandia. Dalam teorinya, Maxwell
menyatakan bahwa pada sebuah batang yang ditumpu pada kedua ujungnya diberi
satu beban, maka defleksi yang timbul pada satu titik (keadaaan) akibat beban
tersebut adalah sama dengan defleksi yang terjadi pada daerah pembebanan
pertama akibat beban sama yang bekerja pada titik pengukuran defleksi pertama.
Tumpuan
Digunakan untuk menumpu spesimen dan tumpuan ini dapat dilepas atau
dipasang beberapa buah sesuai dengan banyaknya tumpuan yang digunakan serta
dapat digeser-geser.
43
(a) (b)
Beban
Digunakan untuk membebani spesimen, sehingga terjadi defleksi pada
spesimen tersebut. Terdiri dari beberapa nilai pembebanan yaitu 50 gram, 100
gram dan 200 gram.
Frame Gelegar
Digunakan untuk tempat pemasangan peralatan uji serta spesimen yang
akan diuji.
Penggantung beban
Digunakan untuk tempat meletakkan beban.
2. Bahan :
Beam atau batang
Digunakan sebagai bahan yang akan di uji defleksinya
45
Spesifikasi :
Panjang (L) = 1200 mm
Lebar (B) = 25,44 mm
Tinggi (H) = 5,14 mm
Kemudian beban yang sama di titik B dan ukur berapa lendutan di titik A.
Posedur ini diulang dengan memilih titik A dan B yang lain dengan beban
berbeda.
𝒲 11,845
Berat per satuan panjang : (ℒ) = = 0,00987 𝑁/𝑚𝑚
1200
Dari persamaan defleksi untuk mencari nilai dari suatu defleksi akibat
beban batang itu sendiri dan beban terpusat adalah:
𝓆𝓍
𝒴= [(ℓ2 + 𝑥 4 − 2𝑙𝑥 2 )]
24𝐸𝐼
Sedangkan untuk besar defleksi dengan beban terpusat, dengan jarak dari
titik defleksi yang ingin dicari lebih kecil dari titik beban terhadap tumpuan
engsel, (perhatikan gambar di bawah)
Sedangkan untuk besar defleksi dengan beban terpusat, dengan jarak dari
titik defleksi yang ingin dicari lebih besar dari titik beban terhadap tumpuan
engsel, (perhatikan gambar di bawah)
1 𝑃𝑏𝑥 𝑃(𝑥−𝑎)3
𝒴 = 𝐸𝐼 [ (ℓ2 − 𝒷 2 − 𝓍 2 ) + ] untuk x ≥ a
6𝑙 6