Anda di halaman 1dari 48

1

TATA TERTIB DAN PETUNJUK UMUM


PRAKTIKUM MEKANIKA TEKNIK (FENOMENA DASAR)

1.1 Tata Tertib


Untuk melancarkan jalannya pelaksanaan praktikum, maka bagi setiap
peserta praktikum diwajibkan untuk mengikuti tata tertib dibawah ini :
1. Telah memiliki modul praktikum, badge name dan cover laporan yang dapat
diperoleh dari asisten laboratorium fenomena dasar pada saat pengarahan awal
tentang praktikum. Bagi grup yang tidak memilikinya, tidak dibenarkan
mengikuti praktikum pada saat itu.
2. Setiap peserta praktikum diwajibkan mengenakan badge name, sepatu safety,
kaus kaki, ikat pinggang serta pakaian rapi dan sopan selama praktikum
maupun asistensi berlangsung.
3. Setiap peserta praktikum harus membawa perlengkapan saat mengikuti
praktikum, yaitu modul, resume, kalkulator, dan air minum. Bagi peserta yang
tidak membawa perlengkapan praktikum tidak dibenarkan mengikuti
praktikum.
4. Setiap peserta praktikum dilarang keras merokok, menimbulkan keributan dan
meninggalkan tempat praktikum tanpa izin asisten selama praktikum
berlangsung.
5. Peserta praktikum harus menjaga kebersihan peralatan dan mesin selama dan
setelah praktikum
6. Setiap peserta praktikum hadir 10 menit sebelum jadwal praktikum dimulai.
Bagi peserta yang terlambat tidak dibenarkan mengikuti kegiatan praktikum.
7. Setiap peserta praktikum diberikan kesempatan mengganti jadwal praktikum
dikarenakan alasan yang jelas dan dapat dimaklumi. Praktikan yang ingin
mengganti jadwal harus melapor dan menulis surat izin untuk asisten maksimal
satu hari sebelum hari praktikum.
8. Setiap peserta praktikum harus mengisi daftar absensi masuk, mengikuti
responsi, mengikuti pengarahan dari asisten dan mempersiapkan perlengkapan
praktikum sebelum pengujian dilakukan.
2

9. Setelah selesai praktikum, setiap grup menyimpan perlengkapan praktikum dan


mengisi absensi keluar.
10. Setiap peserta praktikum harus menulis laporan hasil percobaan dan harus
asistensi kepada asisten dengan waktu yang telah ditentukan.
11. Setiap asistensi laporan, lembar asistensi harus dilampirkan.
12. Laporan praktikum harus dikumpulkan kepada asisten tepat waktu dengan
waktu yang telah ditentukan. Bagi peserta yang terlambat mengumpul
laporan, maka laporan tidak akan diterima.
13. Penilaian praktikum mencakup responsi awal, resume, praktikum, sikap,
laporan dan responsi akhir.
14. Selamat mengikuti dan melaksanakan praktikum. Terima Kasih.

LABORATORIUM MEKANIKA TEKNIK (FENOMENA DASAR)


MATERIAL KEKUATAN BAHAN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3

1.2 Petunjuk Umum


1.2.1 Pendahuluan
Praktikum yang akan dilakukan di Laboratorium Mekanika Teknik
merupakan salah satu dari beberapa praktikum yang akan dilaksanakan
mahasiswa Teknik Mesin yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik
Mesin FT-USU.
Praktikum Mekanika Teknik meliputi :
1. Praktikum Tensile Test
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar.
Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi
di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan
JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana
bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus
memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly
stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain adalah
Shimadzu, Instron dan Dartec.

Gambar 1.1 Torsee’s Universal Testing Machine


4

Spesifikasi Mesin :

 Type : AMU – 10
 Kapasitas : 10 ton force
 MFG No : 20749
 Date : May 1989

2. Praktikum Torsion Test


Uji Puntir adalah pengujian yang cukup sederhana terhadap suatu kekuatan
material bahan. Cara pengujiannya dengan memuntir benda kerja sampai benda
tersebut putus. Prinsip mendasar dalam pengujian ini adalah bagaimana peran
dari sudut puntiran momen torsi yang diberikan kepada suatu benda kerja.

Gambar 1.2 Mesin Torsi Universal


Spesifikasi Mesin
 Type : RTT-50
 Kapasitas : 50 kgf.m
 MFG No : 47246
 Date : June 1989
5

3. Praktikum Deflexy Test


Pengujian defleksi adalah bentuk pengujian yang sangat sederhana
terhadap suatu bahan. Berdasarkan prinsip dan pengertian dari defleksi itu
sendiri, pengujian defleksi ini sendiri secara umum tidak membutuhkan mesin
cuma membutuhkan bahan, tumpuan dan pemberat saja selebihnya adalah
penunjang dari pengujian defleksi ini. Pada kasus-kasus kontruksi batang yang
didudukkan secara horizontal dan yang dikenai beban vertikal sangat
dibutuhkan pengujian ini untuk mengetahui ketahanan batang.
Pada pengujian defleksi yang akan dilakukan ini, semua alat dan bahan
yang akan diuji diletakkan pada suatu alat yang disebut dengan frame gelegar.
Frame gelegar ini berbentuk memanjang, yang disanggah oleh 2 tiang
penyangga serta memiliki alat ukur. Frame gelagar dimaksudkan untuk
dudukan tumpuan dan mempermudah penempatan beban yang diinginkan.

Gambar 1.3 Frame Gelegar

Dimensi :
Panjang : 1420 mm
Lebar : 88 mm
Tinggi : 460 mm
6

1.2.2 Petunjuk Pelaksanaan


Buku pedoman atau petunjuk ini berisikan 3 macam modul praktikum
mekanika teknik. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus mempelajari
teori yang terdapat didalam buku petunjuk ini guna menunjang kelancaran
praktikum. Untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin ataupun peralatan
lain serta keselamatan selama praktikum berlangsung, maka praktikan diminta
agar lebih berhati-hati, disamping meningkatkan kewaspadaan terhadap
keselamatan kerja sesama praktikan.

1.2.3 Laporan
Setiap praktikan harus menyerahkan setiap laporan yang telah dibuatnya
dengan data yang diperoleh selama praktikum. Laporan harus diasistensikan
kepada kepala laboratorium/asisten dan laporan dikumpul sesuai waktu yang
telah ditentukan dari kebijakan asisten maupun kepala laboratorium.
7

MODUL 1
TENSILE TEST (UJI TARIK)

2.1 Maksud Dan Tujuan


2.1.1 Maksud
Dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Teknik Mesin, seorang calon
sarjana harus mengikuti beberapa praktikum, salah satunya adalah Pratikum Uji
Tarik (Tensile Test). Karena merupakan syarat dalam memperoleh gelar sarjana.
Dalam perkuliahan tatap muka, mahasiswa telah mendapat ilmu tentang
bahan dan pengujiannya. Maksud dilaksanakannya percobaan ini adalah agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan diuji
secara nyata.
2.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
a. Mahasiswa dapat melakukan uji tarik material dengan benar.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan
keuletan.
c. Mahasiswa dapat menentukan modulus elastisitas dan menentukan
faktor pengerasan regang.
d. Mahasiswa dapat menganalisa data-data pengujian.
e. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengujian.

2.2 Petunjuk K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Sebelum praktikum :
 Mengunakan pakaian praktikum dan bersepatu.
 Memeriksa fasilitas/alat-alat yang digunakan untuk mendukung
praktikum.
 Mengisi kartu praktikum dan meminta tanda tangan ke instruktur.
8

Saat praktikum :
 Mengisi kartu praktikum.
 Mengisi lembaran kerja.

Setelah praktikum :
 Mahasiswa membersihkan peralatan praktikum dan memeriksa
kelengkapannya.
 Mengembalikan peralatan praktikum sesuai dengan tempat yang telah
disediakan.
 Membuat laporan praktikum atau jurnal praktikum.
 Mengumpulkan laporan praktikum/jurnal dan meminta tanda tangan
ke instuktur

2.3 Tinjauan Pustaka


Uji Tensile merupakan dasar dari pengujian keteknikan untuk
mendapatkan parameter dari suatu material. Uji tensile dilakukan dengan
memberikan beban aksial pada spesimen tensile standar dengan dimensi yang
diketahui hingga mencapai kegagalan. Jika suatu material diberikan pembebanan
secara terus menerus dengan laju pembebanan yang bertambah besar, maka
kekuatan material tersebut akan berubah. Demikian juga dengan sifat-sifat
mekanis dari material tersebut, antara lain :
 Kekuatan tarik (tensile strength)
 Kekuatan Mulur (yield strength)
 Pertambahan panjang ( elongation)
 Kekuatan tarik maksimum ( ultimate strength)
 Reduksi penampang ( area reduction)
 Modulus elastisitas ( modulus of elasticity)
 Modulus of Thoughness
 Modulus of Resiliance

Standar spesimen yang digunakan untuk uji tensile telah ditentukan oleh
lembaga profesional seperti American Society of Testing and Materials (ASTM),
9

British standard, JIS standard, dan SNI, setiap standarisasi memiliki variasi yang
cocok untuk material, dimensi, dan sejarah pabrikan yang berbeda-beda. Untuk uji
tensile yang akan kita lakukan, kita menggunakan standar ASTM E8. ASTM E8
adalah metode standar pengujian tensile untuk material logam.

Beberapa hal yang perlu menjadi referensi dalam uji tarik antara lain :
 Sifat Elastis dan plastis
 Tegangan dan Regangan
 Kurva Tegangan dan Regangan Teknik
 Deformasi Elastis
 Deformasi Plastis
 Kekuatan Mulur
 Perpanjangan (Elongation)
 Reduksi Penampang
 Modulus Resilience
 Modulus Thoughness
 Persamaan tegangan dan regangan sebenarnya
 Uji tarik

Material dapat mengalami perubahan bentuk bila material tersebut


menerima gaya dari luar. ketahanan material untuk mempertahankan bentuk
awalnya setelah gaya atau beban luar dihilangkan disebut “Deformasi elastis”.
Selanjutnya material mengalami deformasi permanen (tidak kembali berbentuk
semula) setelah beban luar dihilangkan dikatan “deformasi plastis”.
Hukum hooke : apabila hasil pengujian hubungan antara tegangan dan
regangan material proposionis maka material masih dalam keadaam elastis.

Gaya penarikan dan perubahan panjang (F dan dl)


Pada mesin uji tarik data output yang ada adalah hubungan antara gaya
Penarikan (F) dan perubahan panjang spesimen (dl). Besarnya perubahan gaya
penarikan ini diterima “loadcells” sedangkan dl diukur dengan besar
extensiometer. Dari hubungan antara gaya penarikan dan perubahan panjag ini
10

selanjutnya diperoleh parameter lainnya seperti tegangan dan regangan teknis,


tegangan dan regangan sebenarnya dan juga faktor pengerasan regangan.

Tegangan dan Regangan Teknik


Tegangan dan regangan teknik lebih mengacu pada tegangan dan
regangan rata-rata, hal ini disebabkan karena pada saat terjadi penarikan diameter
spesimen diasumsuikan tidak mengalami perubahan, dalam kenyataan tidak
demikian gambar 2.1 diperlihatakan benda yang mengalami gaya tarik (p),dengan
panjang awal Lo dan perubahan panjang (dl).

Gambar 2.1 Gaya pada Spesimen

𝑃
Tegangan teknik (S) = (1)
𝐴0
dimana :
P = gaya maksimum (kg) pada skala gaya
𝑑0 = diamater awal spesimen
𝜋
𝐴0 = (𝐷0 )² (luas penampang spesimen)
4

Regangan teknik (e) = (𝐿1 − 𝐿0 )⁄𝐿0


= 𝑑𝑙 ⁄𝐿0 (2)
(Li – Lo) / Lo x 100 % menyatakan keuletan material.
Li = panjang spesimen setelah putus
11

Tegangan dan Regangan sebenarnya


Kurva tegangan dan regangan teknis bukanlah kurva tegangan dan
regangan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan bahwa selama pemeriksaan terjadi
pengecilan luas penampang, sehingga tegangan dan regangan sebenarnya
diperoleh dengan menghitung konstan sebagai berikut :

Tegangan sebenarnya
Apabila Al dan Ll adalah adalah sepanjang spesimen setelah putus Ao , Lo
adalah Panjang awal pengukuran maka selama penarikan berlangsung volume
Spesimen tetap sehingga berlaku :
𝐴𝑜.𝐿𝑜
𝐴1 . 𝐿1= 𝐴0 . 𝐿0 didapat 𝐴1 = (3)
𝐿1
𝑃
𝜎= 𝐴𝑙 dengan memasukan persamaan 6 didapatkan
𝑃.𝐿𝑙
𝜎 = 𝐴𝑜.𝐿𝑜 atau 𝜎 = S (e+1) (4)

Regangan sebenarnya
𝐿𝑙−𝐿𝑜 𝐿2−𝐿1 𝐿3−𝐿2
𝜺 = ∑𝑛1 + + 𝑑𝑠𝑡
𝐿𝑜 𝐿1 𝐿2

Atau
𝐿 𝑑𝑙 𝐿
𝜀 = ∫𝑙𝑜 = 𝐿𝑛 (5)
𝐿 𝐿𝑜

Sedangkan
∆𝑙 𝐿−𝐿𝑜 𝐿
𝑒= = = 𝐿𝑜 − 1
𝐿𝑜 𝐿𝑜
𝐿
e + 1 = 𝐿𝑜 (6)

diperoleh :
𝜀 = 𝐿𝑛 (𝑒 + 1) (7)
12

Perbedaan kurva tegangan dan regangan teknis terhadap tegangan dan


regangan sebenarnya dapat diliat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Perbandingan tegangan-regangan teknik dan tegangan-regangan


sebenarnya
Kekuatan luluh (𝝈 𝒚)
Kekuatan luluh material akan terjadi pada saat dimulainya deformasi
plastis, yang terindikasi adanya penyimpang kurva tegangan-regangan terhadap
batas proposional yakni pada daerah transisi batas elastis dan plastis, yaitu pada
titik p gambar 2.3a selanjutnya harga kekuatan luluh dilakukan dengan offset 0,2
% dan menarik garis sejajar dengan garis proposional maka didapat kekuatan
luluh (𝝈 𝒚), sedangkan pada gambar 2.3b terlihat adanya kekuatan luluh atas,
perpanjang luluh (yield point elongation) dan kekuatan luluh bawah. fenomena ini
biasanya terjadi pada logam logam yang mendekati murni.
13

Gambar 2.3 (A) Kurva Tegangan-Regangan dengan Batas Transisi Elastis-Plastis


(B) Menunjukkan Adanya Kekuatan Luluh Atas dan Bawah

Tegangan Alir (flow stress)


Kurva tegangan air material adalah kurva tegangan yang menyebabkan
terjadinya deformasi plastis pada saat mana spesimen mengalami necking.
Kondisi tegangan alir pada beban maksimum. Sedangkan regangan yang
terjadi masih dalam batas beraturan atau uniform. Persamaan kurva alir
dinyatakan sebagai berikut :
𝜎 = 𝐾 𝜀𝑛 (8)
Dimana K, konstanta tegangan pada 𝜀 = 1 dan n = faktor pengerasan
regang Kurva tegangan alir pada saat mana beban maksimum dan regangan
uniform dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini :
14

Gambar 2.4 Kurva Tegangan Rata-Rata Regangan Teknis


Pada kurva gambar 2.4 terlihat bahwa regangan uniform terjadi pada
beban maksimum dan pada saat itulah spesimen akan terjadi necking.

Phenomena Necking
Persamaaan kurva alir dimana 𝜎 = 𝐾 𝜀 𝑛 dapat diubah menjadi persamaan
logaritma sebagai berikut :
log 𝜀 = log K + log 𝜀
Kurva logaritmanya adalah :

Gambar 2.5 Kurva log𝜎 – log 𝜀


15

Dari kurva gambar 2.5 di atas dapat diperoleh harga persamaan faktor
regangan.
𝑑 (log 𝜎) 𝑑(𝑙𝑛𝜎)
n= 𝑑(log 𝜀) = 𝑑(𝑙𝑛𝜀)

𝜀 𝑑𝜎
n=𝜎 . 𝑑𝜀 (9)

𝑑𝜎 𝜎
=𝑛
𝑑𝜀 𝜀
Pada beban maksimum maka dp =0

P=𝜎. 𝑎− → 𝑑 𝑝 = 𝜎 𝑑𝐴 + 𝐴𝑑𝜎 = 0

Sehingga

𝑑𝜎 𝑑𝐴
=−
𝜎 𝐴
Volume konstan

𝑑𝑙 𝑑𝐴 𝑑𝜎
= = 𝑑𝜀 =
𝑙 𝐴 𝜎
𝑑𝜀 𝑙 𝑑𝜎
= 𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 =𝜎 (10)
𝑑𝜎 𝑑𝜀

Dengan memasukan pers 9 ke 10 diperoleh n =𝜀 Jadi necking spesimen


secara teoritis akan terjadi pada saat faktor pengerasan dengan n sama dengan
regangan uniformnya. Adapun bentuk necking pada spesimen yang bersifat ulet
dapat dilihat pada gambar 2.6 sedangkan harga n dan k untuk beberapa dapat
dilihat pada tabel 2.1.
16

Gambar 2.6 Necking pada Daerah Panjang Ukur

Tabel 2.1 Harga N dan K Dari Logam pada Temperatur Kamar

Spesimen Standar pengujian


Begitu banyak dan ragam standar spesimen yang digunakan pada
pengujian tarik antara lain :
1. ASTM (American society for Testing and Material)
2. JIS (Japan Industrial Standards Committee)
3. BS (British Standards)
4. DIN (Deutsches Intitut für Normung)
5. ISO (International Standart Organisation)
17

6. SNI (Standart Nasional Indonesia)


Dari berbagai standar pengujian, memiliki parameter ukuran spesimen
yang berbeda-beda tergantung dari konstruksi apa yang akan diuji, sehingga
bentuk dan arah pengambilan sampel akan berbeda-beda memperkecil diameter.

Gambar 2.7 Spesimen Uji Tarik Standar SNI 2052:2017

Untuk pengujian tarik misalnya menurut standar ASTM-E8. Dalam


ASTM-E8 akan dijelaskan berbagai jenis dimensi atau ukuran spesimen yang
dipersyaratkan sebagai contoh untuk pengujian batang pejal memiliki dimensi
seperti pada Gambar 2.7. Untuk selanjutnya mahasiswa dapat merujuk pada
standar yang akan digunakan.
18

Gambar 2.8 Spesimen uji tarik standar ASTM E-8


Untuk keperluan pengujian pelat dengan ukuran tebal 0,005 in sampai ¾
in, Pembuatan spesimen dan dimensi gambar 2.8.

Gambar 2.9 Spesimen Pelat Standar ASTM- E8


19

2.4 Alat dan Bahan


1. Alat
 Mesin Uji Tarik

Gambar 2.10 Mesin Uji Tarik

 Dial indicator

Gambar 2.11 Dial Indicator


20

 Jangka Sorong Digital

Gambar 2.12 Jangka Sorong Digital

 Spidol permanen untuk besi

Gambar 2.13 Spidol Permanen untuk Besi

 Palu plastik

Gambar 2.14 Palu


21

 Kunci pas

Gambar 2.15 Kunci Pas

2. Bahan
Baja Tulangan Beton

Gambar 2.16 Spesimen


22

2.5 Prosedur Percobaan


1. Persiapan
a. Menyiapkan Alat dan Bahan
b. Pasang beban bandul sesuai kebutuhan
c. Atur skala pada mesin uji tarik sesuai beban
d. Menghidupkan panel mesin
e. Memasang kertas grafik pada mesin uji tarik
f. Menghubungkan computer dengan mesin uji tarik
g. Menghidupkan computer

2. Pengoperasian
a. Mengukur dimensi specimen
b. Kosongkan tekanan udara dengan membuka katup unload valve
apabila selesai, tutup kembali.
c. Memasang specimen pada mesin uji tarik. Diawali dengan
memasang bagian atas specimen, lalu bagian bawah
d. Atur posisi cekam bawah dengan menekan tombol crusshead up
atau crusshead down untuk menyesuaikan posisi specimen.
e. Buka aplikasi UTM pada computer
f. Masuk menu PREPARATION untuk mengisi jenis pengujian,
bentuk, dimensi, dan jenis material. Lalu klik CLOSE
g. Masuk menu TESTING. Atur skala grafik, beban yang dipakai,
dan waktu per keluaran data
h. Hidupkan pompa mesin uji tarik dengan menekan tombol pump
on
i. Putar katup load vlave secara perlahan untuk memulai proses uji
tarik dan sesuaikan kecepatan tarik yang diinginkan. Dibarengi
dengan mengklik START pada computer
j. Apabila specimen telah putus, klik STOP, lalu klik SAVE
k. Tutup katup load valve
l. Matikan pompa dengan menekan tombol pump off
m. Buka katup unload valve secara perlahan untuk mengeluarkan
tekanan udara dan tutup kembali
23

3. Penyelesaian
a. Ambil kertas grafik yang telah dipasang agar menjadi bahan
perbandingan
b. Keluarkan specimen dari mesin uji tarik
c. Hitung pertambahan panjang specimen
d. Matikan komputer
e. Matikan panel mesin
24

DATA SHEET UJI TARIK


Universitas Departemen Teknik Mesin FT-USU Agenda No.:
Sumatera Utara LAB. MEKANIKA TEKNIK Record No.
Mechanical Engineering Dept. Faculty __ /DTM/LL/2018
of Engineering USU
Jl. Almamater Unit IV Lt. 2 Kampus Hal : dari:
USU Page: of:
Telp/Fax : (061) 8212050
MEDAN
Proyek : Tensile Test ( Uji Tarik ) Kontrak No.:
Project Order No.:
Pelanggan: Gambar No.: - Group No.: -
Client Drawing No. Heat Plate No.
Bahan Dasar : Bahan Tambahan : -
Base Material Filler Material
Prosedur Las : Dilas oleh : - Perlakuan Panas : ya /
Welding Procedure Welder tidak
Heat Treatment : yes /
no
o
Standar Uji Tarik : Temperatur Pengujian : C Persetujuan :
Tensile Test Heat Temperature Required acc.
Benda No.:
A1 A2 A3 B1 B2 B3
Speciment No.
Tebal / Diameter :
[mm]
Thickness
Lebar :
[mm]
Width
Luas :
[mm2]
Area
Kekerasan :
Hardness
Beban Yield :
[Kgf]
Yield Load
Tegangan Mulur :
[Kgf/mm2]
Yield Stress
Beban Maks.:
[Kgf]
Max. Load
Tegangan Tarik :
[Kgf/mm2]
Tensile Strength
Lo : [mm]
Lo+ΔL : [mm]
Penguluran :
[%]
Elongation Strain
Beban Patah :
[Kgf]
Fracture Load
Tegangan Patah :
[Kgf/mm2]
Fracture Stress
25

Universitas Departemen Teknik Mesin FT-USU Agenda No.:


Sumatera Utara LAB. MEKANIKA TEKNIK Record No.
Mechanical Engineering Dept. Faculty __ /DTM/LL/2018
of Engineering USU
Jl. Almamater Unit IV Lt. 2 Kampus Hal : dari:
USU Page: of:
Telp/Fax : (061) 8212050
MEDAN
Proyek : Tensile Test ( Uji Tarik ) Kontrak No.:
Project Order No.:
Pelanggan: Gambar No.: - Group No.: -
Client Drawing No. Heat Plate No.
Bahan Dasar : Bahan Tambahan : -
Base Material Filler Material
Prosedur Las : Dilas oleh : - Perlakuan Panas : ya /
Welding Procedure Welder tidak
Heat Treatment : yes /
no
o
Standar Uji Tarik : Temperatur Pengujian : C Persetujuan :
Tensile Test Heat Temperature Required acc.

Grafik Percobaan
26

MODUL 2
TORSIN TEST (UJI PUNTIR)

3.1 Maksud dan Tujuan


3.1.1 Maksud
Maksud dari percobaan puntir (Torsion Test) ini untuk mengetahui
karakteristik atau sifat-sifat terutama sifat mekanis dari suatu material akibat
adanya beban puntiran terhadap material tersebut.
Pada percobaan ini memberikan ukuran yang lebih mendasar mengenai
plasticity dibandingkan dengan percobaan tarik.Pada percobaan puntir Strain
dapat diperbesar tanpa mengakibatkan adanya pengurangan seperti pada
percobaan tarik.
3.1.2 Tujuan
Pengujian torsi yang dilakukan terhadap bahan-bahan teknik untuk
menentukan sifat-sifat mekanis bahan, seperti modulus elastisitas geser (modulus
elasticity in shear), kekuatan mengalah puntiran (torsional yield strength), dan
modulus patah (modulus of rupture).
Adapun tujuan dari pelaksanaan Torsion Test ini adalah:
a. Agar praktikum mengetahui proses torsion test
b. Untuk mengetahui kegunaan alat-alat yang digunakan untuk percobaan
c. Melakukan pengujian puntir
d. Membaca torsi dan sudut puntir
e. Menghitung regangan geser
f. Menghitung tegangan geser
g. Menghitung modulus geser
h. Untuk Mengetahui Sifat-Sifat Bahan Seperti:
Proportional Limit
Yield Point
Ultimate Point.
27

3.2 Petunjuk K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


 Pakaian laboratorium
 Sepatu kerja
3.3 Tinjauan Pustaka
Suatu benda dikatakan mengalami beban torsi bila terhadap beban tersebut
bekerja, Gaya- gaya yang paralel dan berlawanan arahnya, namun gaya – gaya
tersebut tidak terletak pada sumbu longitudinal benda. Kombinasi gaya seperti itu
dinamakan kopel. Kopel yang timbul akan menghasilkan geseran (twist)
disepanjang sumbu longitudinal. Aksi tegangan dari bagian benda terhadap bagian
terdekatnya dinamakan torsi.
Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh
kopel-kopel ( couples ) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu
longitudinalnya. Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang
disebut momen putar ( torque ) atau momen puntir ( twisting moment ). Momen
sebuah kopel sama dengan hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini
dengan jarak antara garis kerja dari masing-masing gaya.

Gambar 3.1 Diagram Momen Kopel pada Batang

Contoh beban torsi yang sering dijumpai adalah poros yang menghantarkan
daya melalui pulley, roda gigi, ataupun dengan sistem lainnya.Jika tirsi yang
dialami benda makin besar, maka benda akan melewati batas elastisitasnya. Jika
torsi yang diberikan terus bertambah akan menyebabkan benda tersebut akan
putus.
28

Bila suatu batang silinder dikenai momen puntir pada salah satu ujungnya
maka momen puntir akan dilawan oleh tegangan – tegangan geser yang terbentuk
pada penampang melintang batang. Tegangan geser pada berharga nol dan
bertambah besar secara linier terhadap jari-jari batang. Tegangan geser maksimum
di lapisan benda terluar.

Tegangan dan Regangan Akibat Momen Puntir


a) Tegangan Geser
Tegangan geser adalah intesitas gaya yang bekerja sejajar dengan
bidang dari luas permukaan. Persamaan umum tegangan geser pada sebarang
titik dengan jarak r dari pusat penampang adalah:
Tr
τ ma ks = —
J
b) Regangan Geser
Regangan geser adalah perbandingan tegangan geser yang terjadi
dengan modulus elastisitasnya.

Dimana: G = modulus elastisitas geser,


τ = tegangan geser
29

Bahan logam seperti : drill, poros, baut dll, harus memiliki ketahanan
terhadap tegangan geser dan regangan geser. Mekanisme terjadinya tegangan dan
regangan geser dapat dijelaskan Gambar 2.16 berikut :

Gambar 3.2 Batang Menerima Tegangan Geser

Momen Puntir ( MT )
Dihitung dengan persamaan
𝑟=1
MT = π . ∫𝑟=0 . 𝑑𝐴
𝜏 𝑎
= . ∫0 𝑟 2 𝑑𝐴
𝑟

∫ 𝑟 2 . 𝑑𝐴 = 𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝐼𝑛𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 = 𝜋𝐷4 /32

𝑀𝑇 = τ. J/r τ = [ 𝑀𝑇 .r ]/ J ; r = jari-jari spesimen (1/2.D)

τ = [ 𝑀𝑇 .D/2] / π 𝐷4 / 32

τ = [16𝑀𝑇 ]/ π𝐷3

Sudut Puntir ( φ )

Regangan geser ( γ ) = tan φ = [r.ϴ] / L

ϴ = dibaca pada alat ukur

L = diukur panjang spesimen sehingga regangan geser dapat dihitung.

Dengan menghitung regangan geser, dan hasil pembacaan torsimeter akan


diperoleh hubungan antara Momen Puntir ( 𝑀𝑇 ) dan Regangan Geser (γ)
selanjutnya dibuat kurva seperti pada Gambar 2.18 berikut ini.
30

Gambar 3.3 Grafik Torsi vs Sudut Puntir

Dalam beberapa masalah analis menunjukkan bahwa “ Daya rencana “


menjadi faktor utama dalam menentukan pemilihan bahan. Untuk menentukan
Modulus Geser (G) dihitung berdasarkan :
Τ = G.γ

G = ( 𝑀𝑇 .L ) / J. ϴ

Dalam uji puntir parameter yang akan didapat adalah :

1. Tegangan Geser ( τ )
2. Regangan Geser ( γ )
3. Modulus geser ( G )

Hubungan modulus geser ( G ) dan modulus elastisitas ( E ) bahan


dinyatakan dalam persamaan.

𝐸
G=
2 ( 1+𝑣 )

dimana

Apabila diperhatikan persamaan ( 2.5 ) terlihat bahwa harga G lebih kecil


dari angka Modulus Elastisitas ( E ).

Data Spesimen

Spesimen untuk pengujian puntir menggunakan standar ASTM E-143,


dapat dilihat pada gambar 2.20 :
31

Gambar 3.4 Standar Spesimen ASTM E-143

Panjang daerah ukur dan diameter spesimen dilakukan dengan mengukur


langsung spesimen, hal ini disebabkan belum ada rujukan untuk BS 1452. Pada
Gambar 2.20 diberikan informasi pengukuran yang dilakukan sebelum pratikum
berlangsung.

Gambar 3.5 Standar Spesimen BS 1452

 Panjang daerah ukur ( L ) dalam ( mm ) dan r = radius ( mm )


 Diameter Spesimen ( datau r )
32

3.4 Alat dan Bahan


1. Alat
 Mesin uji puntir

Gambar 3.6 Mesin Uji Torsi Universal

Gambar 3.7 Mesin Uji Torsi Manual


33

 Jangka sorong digital

Gambar 3.8 Jangka Sorong Digital

 Torsi Meter

Gambar 3.9 Torsi Meter

 Spidol Permanen untuk besi

Gambar 3.10 Spidol Permanen Besi


34

 Kunci Sok 13 in dua buah

Gambar 3.11 Kunci Sok

 Obeng (-)

Gambar 3.12 Obeng Minus

2. Bahan
Spesimen (benda kerja) yang digunakan adalah Kuningan

Gambar 3.13 Benda Kerja


35

3.5 Prosedur Percobaan


1. Persiapan
a. Menyiapkan Alat dan Bahan
b. Menghidupkan panel mesin
c. Menghidupkan mesin
d. Menghubungkan computer dengan mesin uji puntir
e. Menghidupkan computer

2. Pengoperasian
a. Mengukur dimensi specimen
b. Memasang specimen pada mesin uji punter
c. Tandai specmen dengan spidol atau tipe x
d. Buka aplikasi PLX-DAQ pada computer
e. Reset data dan time pada software PLX-DAQ
f. Atur arah puntiran ke kiri atau ke kanan
g. Menjalankan mesin uji puntir dan dibarengi dengan mengklik
CONNECT pada computer
h. Atur putaran mesin hingga 1000 rpm
i. Apabila specimen telah putus, klik DISCONNECT, lalu SAVE
j. Setelah patah hentikan proses pemuntiran secepatnya

3. Penyelesaian
a. Ambil specimen dan ukur pertambahan panjang
b. Buat grafik Torsi vs Putaran
c. Matikan computer
d. Matikan mesin
e. Matikan panel mesin
36

DATA SHEET UJI PUNTIR


Universitas Departemen Teknik Mesin FT-USU GROUP: Halaman:
Sumatera Utara LAB. MEKANIKA TEKNIK Page :
Mechanical Engineering Dept. Faculty of
Engineering USU
Jl. Almamater Unit IV Lt. 2 Kampus USU
Telp/Fax : (061) 8212050 TORSION dari:
MEDAN TEST of :

Univ/Inst : Gambar No : Group No :


Client : Drawing No : Heat-Plate no :

Bahan Dasar : Bahan Tambahan :


Base material : Filler material :

Prosedur Las : Dilas oleh : Perlakuan Panas :


Welding procedure : Welder : Heat treatment :

Standar Uji Tarik : Temperatur Pengujian : Persetujuan:


Welding procedure : Testing temperature :

Benda No.:
1 2 3 4 5
Speciment No.
Tebal / Diameter :
[mm]
Thickness/Diameter
Lebar :
[mm]
Width
Luas :
[mm2]
Area
Sudut Puntir:
(0)
Shearing Degree
Puntiran Max :
[Kgf.cm]
Max Moment
Lo :
[mm]
Lo+ΔL :
[mm]
Penguluran :
[%]
Elongation Strain
Diameter Setelah
Diuji: [mm]
37

Dikerjakan oleh Tanggal Diperiksa oleh Tanggal


Prepared by Date hecked by Date

Universitas Departemen Teknik Mesin FT-USU GROUP: Halaman:


Sumatera Utara LAB. MEKANIKA TEKNIK Page :
Mechanical Engineering Dept. Faculty of
Engineering USU
Jl. Almamater Unit IV Lt. 2 Kampus USU
Telp/Fax : (061) 8212050 TORSION dari:
MEDAN TEST of :

GRAFIK PERCOBAAN

TORSION TEST

Dikerjakan oleh Tanggal Diperiksa oleh Tanggal


Prepared by Date Checked by Date
38

MODUL 3
DEFLEKSI TEST (UJI LENDUTAN)

4.1 Maksud dan Tujuan


4.1.1 Maksud
Maksud dari percobaan defleksi ini adalah untuk menguji kebenaran dari
prinsip superposisi dan teori Maxwell, dimana defleksi akan dibandingkan antara
teori dan prakteknya di laboratorium, yang selisih dari keduanya merupakan suatu
galat atau kesalahan yang dibuat oleh praktikan atau disebabkan kurang akuratnya
peralatan yang digunakan dan kondisi benda kerja yang kurang baik.
4.1.2 Tujuan
Tujuan dari uji defleksi ini adalah untuk melihat, menganalisa dan
menghitung defleksi yang terjadi antara beberapa tumpuan pada suatu batang
(beam) baik secara teoritis maupun percobaan yang dilakukan di laboratorium
mekanika teknik. Harga-harga defleksi batang secara akurat dapat dilakukan
dengan terus – menerus diselediki dalam banyak kasus permesinan. Elemen-
elemen dari mesin haruslah cukup kuat untuk mencegah ketidakserasian dan
mepertahankan ketelitian dimensi terhadap pengaruh pembebanan.
Selain itu, uji defleksi ini bertujuan agar mahasiswa mampu menggunakan
peralatan uji defleksi yang ada di laboratorium Departemen Teknik Mesin,
sekaligus dapat menghasilkan data yang memiliki galat sekecil mungkin.
Praktikum ini juga bertujuan agar dapat menghitung besar defleksi dari suatu
batang (beam) yang nilainya tidak jauh berbeda dari besar defleksi yang diperoleh
dari pengujian.

4.2 Tinjauan Pustaka


Momen lentur pada batang menyebabkan perubahan bentuk batang yaitu
berupa lendutan atau defleksi yang kemudian menyebabkan timbulnya tegangan
lentur. Pengetahuan tentang defleksi sangat penting untuk dapat menganalisa sifat
mekanis dari suatu bahan atau material. Khususnya mengenai besarnya lenturan
(defleksi) pada suatu material. Pada percobaan ini defleksi yang akan diukur
adalah defleksi yang terjadi pada suatu beam atau batang.
39

Dalam mekanika rekayasa defleksi merupakan istilah yang digunakan


untuk menggambarkan sejauh mana elemen structural dipindahkan di bawah
beban. Defleksi suatu balok di sembarang titik di sepanjang sumbunya merupakan
peralihan titik tersebut dari posisi semula, diukur dalam arah y.
Ketika beban bekerja di suatu balok, sumbu longitudinal balok tersebut
akan berubah bentuk menjadi lengkungan. Regangan dan tegangan dibalok ini
sebanding dengan kelengkungan (curvature) dari kurva defleksi.

Gambar 4.1 Defleksi Pada Beam

Untuk menentukan defleksi dapat dilakukan dengan beberapa metode,


antara lain

- Metode Superposisi
- Teorema Maxwell
- Metode Integrasi Ganda
- Metode Luasan Momen
- Metode Energy Regangan Lentur
- Teorema Castigliano
Dalam percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode superposisi
dan metode mawell, serta aplikasi dari kedua metode tersebut
a) Metode Superposisi
Metode Superposisi merupakan metode yang praktis dan umum digunakan
untuk mendapatkan defleksi dan sudut rotasi pada balok. Konsep yang
mendasarinya cukup sederhana dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Defleksi suatu balok yang dihasikan oleh beberapa beban yang bekerja
secara simultan dapat diperoleh dengan mensuperposisikan defleksi yang
dihasilkan oleh beban yang sama yang bekerja secara terpisah.
40

Metode Superposisi untuk mencari defleksi balok merupakan contoh dari


konsep yang lebih umum dikenal dalam mekanika sebagai Prinsip Superposisi.
Prinisp ini berlaku apabila besaran yang dicari merupakan fungsi linear dari beban
yang bekerja. Apabila demikian, besaran yang dicari dapat diperoleh sebagai
akibat masing-masing beban yang bekerja secara terpisah, dan hasil-hasil ini dapat
disuperposisikan untuk mendapatkan besaran yang dicari akibat semua beban
yang bekerja secara simultan. Dalam struktur biasa, prinsip ini biasanya berlaku
untuk tegangan, regangan, momen lentur dan benyak besaran lain selain defleksi.

Gambar 4.2 Sistem Pembebanan untuk Prinsip Superposisi

b) Aplikasi Prinsip Superposisi


Aplikasi Prinsip Superposisi merupakan pengembangan perhitungan
selanjutnya untuk mencari nilai defleksi akibat beberapa beban. Defleksi yang
terjadi pada beam akibat beban yang bekerja secara bersama-sama dapat dihitung
dengan menggunakan prinsip superposisi terhadap masing-masing beban yang
bekerja secara tunggal. Hal ini mengandung arti bahwa bahwa jika suatu batang
41

diberi beban yang bekerja sekaligus pada sebuah beam, maka besarnya defleksi
dapat dihitung akibat beban – beban tersebut.
c) Teorema Maxwell
James clerk Maxwell atau lebih dikenal di dunia mekanika dengan nama
Maxwell merupakan seorang fisikawan asal Skotlandia. Dalam teorinya, Maxwell
menyatakan bahwa pada sebuah batang yang ditumpu pada kedua ujungnya diberi
satu beban, maka defleksi yang timbul pada satu titik (keadaaan) akibat beban
tersebut adalah sama dengan defleksi yang terjadi pada daerah pembebanan
pertama akibat beban sama yang bekerja pada titik pengukuran defleksi pertama.

Gambar 4.3 Sistem pembebanan pada teoti Maxwell

Besarnya defleksi pada titik A akibat beban Pa adalah sama dengan


besarnya defleksi pada titik B akibat beban Pb atau dapat ditulis Ya = Yb.
d) Aplikasi Teori Maxwell
Dari teori Maxwell yang menyatakan bahwa defleksi yang terjadi di titik
A pada beban P akan sama hasilnya bila beban P diletakkan di titik A dan defleksi
diukur pada titik pembebanan P pertama. Hal ini berarti bahwa jika suatu beban
diletakkan pada batang yang ditumpu dengan sembarang, selama beban diletakkan
masi di dalam daerah tumpuan, maka dapat dihitung defleksi pada titik –titik
lainnya.
42

e) Aplikasi Kedua Prinsip


Aplikasi kedua prinsip ini dipakai untuk menghitung lendutan yang akan
tejadi pada tengah – tengah batang. Jika ditumpu sederhana pada beberapa titik
tertentu sepanjang batang maka kedua prinsip dapat ditentukan.

4.3 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Dial Indicator
Digunakan untuk mengukur besarnya defleksi pada spesimen baik oleh
berat spesimen itu sendiri maupun akibat pembebanan yang diberikan pada
spesimen tersebut.
spesifikasi : range = 25 mm, ketelitian = 0,01, merk = Tech. equipment

Gambar 4.4 Dial Indicator

 Tumpuan
Digunakan untuk menumpu spesimen dan tumpuan ini dapat dilepas atau
dipasang beberapa buah sesuai dengan banyaknya tumpuan yang digunakan serta
dapat digeser-geser.
43

(a) (b)

Gambar 4.5 (a).Tumpuan Geser (b). Tumpuan Tetap

 Beban
Digunakan untuk membebani spesimen, sehingga terjadi defleksi pada
spesimen tersebut. Terdiri dari beberapa nilai pembebanan yaitu 50 gram, 100
gram dan 200 gram.

Gambar 4.6 Beban


44

 Frame Gelegar
Digunakan untuk tempat pemasangan peralatan uji serta spesimen yang
akan diuji.

Gambar 4.7 Frame gelegar

 Penggantung beban
Digunakan untuk tempat meletakkan beban.

Gambar 4.8 Penggantung Beban

2. Bahan :
 Beam atau batang
Digunakan sebagai bahan yang akan di uji defleksinya
45

Spesifikasi :
Panjang (L) = 1200 mm
Lebar (B) = 25,44 mm
Tinggi (H) = 5,14 mm

Gambar 4.9 Beam

4.4 Prosedur Percobaan


Sebelum percobaan dimulai, lebih dahulu dilakukan pengukuran dimensi
spesimen pada titik tertentu sepanjang batnag. Dalam hal ini yang diukur adalah
lebar (b) dan tebal (h) pada jarak tertentu dari ujun batang.
1. Prinsip Superposisi
Spesimen dipasang di atas dua tumpuan dan diberikan pembebanan
terpusat dititik A, B, C secara bergantian dan besarnya beban terpusat tidak sama
pada tiap titik. Besarnya defleksi diukur dengan mengunakan alat pengukur
defleksi, di mana alat ini diletakkan pada titik yang akan diukur. Dalam percobaan
ini alat pengukur diletakkan di tengah-tengah batang. Kemudian proses di atas
diulangi dengan memberikan ketiga beban terpusat sekaligus lalu diiukur berapa
besar defleksi di tengah-tengah batang.
2. Aplikasi Prinsip Superposisi
Spesimen diletakkan di atas tiga tumpuan (I, II, III). Tumpuan letakknya
tidak tepat di tengah-tengah batang. Pasang alat ukur defleksi pada tumpuan dua.
Letakkan beban PA di titik A dan PB di titik B, pilih titik A dan B sedemikian rupa
sehingga tidak terletak di tengah antara dua tumpuan. Kemudian besarnya
lendutan di titik A, B, dan C. Lepaskan beban di A dan B lalu pasang beban di
titik C yaitu PC dan ukur berapa lendutannya.
3. Teori Maxwell
Spesimen diletakkan di atas dia tumpuan dan dipilih dua titik A dan B
yang letaknya tidak simetris, letakkan di A dan ukur berapa lendutan di titik B.
46

Kemudian beban yang sama di titik B dan ukur berapa lendutan di titik A.
Posedur ini diulang dengan memilih titik A dan B yang lain dengan beban
berbeda.

4. Aplikasi Teori Maxwell


Spesimen diletakkan di atas dua tumpuan dan dipilih dua titik A dan B
yangletakknya tidak simetris, letakkan di A dan ukur berapa lendutan di titik B.
Kemudian beban diganti dengan beban yang berbeda lalu diukur lendutan yang
terjadi pada batang tersebut.
5. Aplikasi Kedua Prinsip
Spesimen diletakkkan di atas dua tumpuan dan diberi beban di tengah
batnag atau titik A, diukur lendutan yan gterjadi pada titik B, C, dan D. Diukur
juga lendutan yang terjadi di titik A, lepaskan beban di A dan letakkan beban
yang berlainan besarnya pada titik B, C dan D. Lalu besar lendutan diukur di titik
A.

4.5 ANALISA HASIL PERCOBAAN


Bahan specimen yang digunakan dalam percobaan ini adalah dari jenis
baja karbon rendah dengan data-data sebagai berikut:
Panjang : L = 1200 mm
Lebar : b = 25,44 mm
Tebal : h = 5,25 mm
𝑏ℎ3 25,44(5,253 )
Momen Inersia : 𝐼= = = 287,89 𝑚𝑚4
12 12

Modulus Elastisitas : E = 190.103 N/mm2


E.I : E.I = (287,89)x(190.103 ) = 54,7.106 N.mm2
Density (𝜌) : 7,695.103 kg/m3
Volume : l.b.h = (1200).(25,44).(5,14) = 156.913,92
mm3
Berat batang (w) : 𝜌. ℊ. 𝒱
= 7,695.103.(9,81).( 143.837,76.10-9)
= 11,845 N
47

𝒲 11,845
Berat per satuan panjang : (ℒ) = = 0,00987 𝑁/𝑚𝑚
1200

Dari persamaan defleksi untuk mencari nilai dari suatu defleksi akibat
beban batang itu sendiri dan beban terpusat adalah:

𝓆𝓍
𝒴= [(ℓ2 + 𝑥 4 − 2𝑙𝑥 2 )]
24𝐸𝐼

Sedangkan untuk besar defleksi dengan beban terpusat, dengan jarak dari
titik defleksi yang ingin dicari lebih kecil dari titik beban terhadap tumpuan
engsel, (perhatikan gambar di bawah)

Gambar 4.10 Pembebanan Dengan Jarak yang Lebih Kecil


maka dapat digunakan persamaan:
1 𝑃𝑏𝑥
𝒴 = 𝐸𝐼 [ (ℓ2 − 𝒷 2 − 𝓍 2 )] untuk x ≤ a
6𝑙

Sedangkan untuk besar defleksi dengan beban terpusat, dengan jarak dari
titik defleksi yang ingin dicari lebih besar dari titik beban terhadap tumpuan
engsel, (perhatikan gambar di bawah)

Gambar 4.11 Pembebanan Dengan Jarak yang Lebih Besar

Maka persamaan yang digunakan adalah:


48

1 𝑃𝑏𝑥 𝑃(𝑥−𝑎)3
𝒴 = 𝐸𝐼 [ (ℓ2 − 𝒷 2 − 𝓍 2 ) + ] untuk x ≥ a
6𝑙 6

Maka dengan data yang diperoleh, dapat dihitung besar defleksi.

Anda mungkin juga menyukai