Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Destructive Test & Non Desctructive Test.
Disusun oleh :
Farras Mudrikah
40040418060063
Dosen pengampu :
Dr. Ir. Bambang Sri Waluyo, M.Si
Puji dan Syukur sudah sepantasnya selalu kita sampaikan ke Hadirat Yang Maha Kuasa
karena rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Jenis Cacat Las
dan Cara Mengatasinya untuk memenuhi tugas mata kuliah Destructive Test & Non Desctructive
Test.
Harapan penulis semoga hasil makalah ini dapat berguna bagi banyak orang dan dapat
meningkatkan minat dan ketertarikan pembaca mengenai materi tersebut.Penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha
melakukan yang terbaik untuk tugas ini,oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran dan
kritik dari dosen pembimbing mata kuliah Destructive Test & Non Desctructive Test. yang
berguna dan membangun penulis untuk menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah
kedepannya.
Penulis
PASSWORD
1. Al Fatihah
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
2. Ruku’
“ Maha Suci dan Agung Engkau ya Allah hamba (Farras Mudrikah) memuji-Mu.”
3. I’tidal
“ Ya Allah Engkau Maha Mendengar hamba (Farras Mudrikah) memuji-Mu seluruh
langit, bumi, dan seluruh benda – benda yang Engkau kehendaki setelah itu.”
4. Sujud
“ Maha Suci dan Tinggi Engkau Ya Allah hamba (Farras Mudrikah) memuji-Mu.
5. Duduk Diantara Dua Sujud
“Ya Tuhanku ampunilah aku, kasihanilah aku, dan cukupkan segala kekuranganku,
angkatlah derajatku, berilah rezeki kepadaku, berilah aku petunjuk, berikan juga
kesehatan padaku, serta berilah ampunan kepadaku (atas dosa-dosa).”
6. Duduk Tahiyat Akhir
“Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah.
Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan
dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh.“Aku bersaksi tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.
“Ya Allah, limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad.Seperti rahmat yang
Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Jenis Cacat Las dan Penyebabnya Serta Cara Mengatasinya:
1. Cacat Las Undercut.
2. Porosity (Porositas).
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang lubang kecil pada
weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya.
Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
( Gambar Porositas )
Penyebab Cacat Las Porositas:
a. Elektroda yang digunakan masih lembab atau terkena air.
b. Busur las terlalu panjang.
c. Arus pengelasan terlalu rendah.
d. Travel Speed terlalu tinggi.
e. Adanya zat pengotor pada benda kerja (karat, minyak, air dll).
f. Gas Hidrogen tercipta karena panas las.
Cara Mengatasi Cacat Las Porositas:
a. Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan), jangan sampai kawat
las terkena air atau lembab.
b. Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las.
c. Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari produsen elektroda.
d. Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor dalam benda kerja.
e. Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu perlakukan panas.
Pencegahan yang dapat dilakukan supaya tidak terjadi porositas antara lain:
a. Jaga arc length selalu tepat.
b. Bersihkan benda kerja dari minyak, oli, cat, debu, lapisan, slag, embun, dan kotoran
sebelum melakukan pengelasan.
c. Gunakan elektroda yang kering.
3. Slag Inclusion.
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil lasan.
Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering terjadi pada
daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus
melakukan pengujian radiografi atau bending.
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh mencairnya
tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur menjadi satu dengan weld metal,
cacat ini hampir sama dengan slag inclusion namun saat diuji radiografi tungsten inclusion
berwana sangat terang. Untuk jenis cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan GTAW.
Penyebab Tungsten Inclusion:
a. Tungsten sudah tumpul saat proses pengelasan.
b. Jarak tungsten terlalu dekat.
c. Ampere terlalu tinggi.
Cara Mencegah Cacat Las Tungsten Inclusion:
a. Tungsten harus diruncingkan sebelum digunakan untuk mengelas.
b. Jarak harus disesuaikan.
c. Ampere mengikuti range yang ada di prosedur.
5. Incomplete Penetration.
c. Deformasi awal (pre-deformation) yang bertujuan agar ketikat terjadi deformasi setelah
pengelasan,maka dimensi akhir adalah dimensi yang diinginkan
d. Menggunakan penahan (clamping)untuk menghalangi pergerakan distorsi pada material.
Jenis jenis cacat pengelasan dan penyebabnya di atas dapat terjadi pada las listrik (SMAW),
GMAW, GTAW, SAW, FCAW, OAW. Namun untuk tungsten inclusion hanya terjadi pada
GTAW, karena hanya pengelasan tersebut yang menggunakan logam tungsten.
Pemeriksaan dan Pengujian cacat las pada Las
Pemeriksaan proses pengelasan dilakukan untuk menjamin kualitas hasil lasan yang
dibuat sesuai dengan ketentuan, dan standard yang digunakan. Pemeriksaan tersebut dilakukan
selama proses pengelasan (sebelum pengelasan, selama pengelasan dan setelah pengelasan).
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan diantaranya:
1. Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik, aksesoris yang
diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
2. Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan digunakan sudah sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS, termasuk memastikan kesesuaian gas
selubung yang akan digunakan pada proses pengelasan apabila akan melakukan
pengelasan menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas selubung.
3. Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening, root face), kebersihan atau
kehalusan permukaan benda kerja, welding fitup.
4. Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti pemanasan mula, pemanasan
akhir, dan perlakuan panas setelah las yang akan dilakukan.
5. Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan melakukan proses pengelasan.
Pemeriksaan ini termasuk pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman juru las.
Kesesuaian penerapan proses pengelasan terhadap variabel WPS seperti perlakuan panas,
parameter las (arus, tegangan, kecepatan pengelasan, tahapan jalur las, dan posisi
pengelasan) pengerjaan pengelasan.
Dilakukan observasi pada tiap lapisan jalur las untuk melihat tampilan hasil lasan dan
memeriksa kemungkinan munculnya distorsi pada lasan.
Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah dengan
pemeriksaan visual (VT). Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengobservasi hasil tampilan
dan bentuk lasan. Pemeriksaan tersebut diantaranya pada bentuk manik las, bentuk dan
kedalaman penetrasi las, cacat yang mungkin terbentuk, dan kesempurnaan fusi.
Uji Tarik (Tensile Test); Pengujian untuk mengukur kekuatan akhir dari sambungan las
kampuh.
Uji Tekan (Bend Test); Dilakukan untuk mengukur tingkat kebaikan struktur dan
elastisitas sambungan las kampuh.
Uji Kekerasan (Hardness Test); Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kekerasan, baik
ketahanan terhadap pemakaian mekanis maupun keelastisan material. Terdapat empat
jenis metode untuk mengukur kekerasan, yaitu : Brinell, Rockwell, Vickers, and Shore.
Uji Tumbuk (Impact Test); Kekuatan logam las untuk mencapai titik rusaknya dapat
diketahui dengan melakukan uji tumbuk. Pengujian yang umum digunakan yaitu dengan
metode Charpy V-notch.
Pengujian Struktural (Struktural Tests) : Pengujian struktural pada benda uji dilakukan untuk
mengetahui struktur yang terbentuk pada benda uji.
Pengujian Non-Destruktif : Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa
“merusak” produk hasil lasan.
Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sifat-
sifat dari sebuah bahan uji, sehingga penggunaan semaksimal dan seaman mungkin bisa
dilakukan, dan kerusakan yang mengakibatkan kerugian di dalam bidang teknologi dan ekonomi
bisa dihindarkan. Hasil pengujian sebagai informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu
diberikan kepada industri sebagai pemakai bahan, sehingga penulisan hasil pengujian harus
disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar industri dari masing-
masing negara atau standar industri internasional, yang kita kenal dengan ISO.
1. DT (Destructive Test)
Adalah pengujian suatu bahan, tapi hasil akhir bahan tersebut akan cacat/rusak. Pengujian
dengan merusak dilakukan dengan cara merusak benda uji dengan cara pembebanan/ penekanan
sampai benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan
dan sifat mekanik bahan
Tensile test adalah pengujian kekuatan suatu material dengan menarik suatu bahan
sampai putus. Pada tensile test suatu material akan mengalami kerusakan, karena tensile test
adalah pengujian kekuatan material dengan menarik suatu material sampai putus. Jadi material
yang ditest kekuatannya akan rusak. Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa
dilakukan karena pengujian tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan.
Pada uji tarik , benda uji diberi beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari metode
pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian tersebut.
Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan mengetahui reaksi dari material
tersebut terhadap pembebanan yang diberikan dan seberapa panjang material tersebut bertahan
sampai akhirnya putus.
Alat pengujian ini dapat menguji kekuatan bahan seperti semen, beton, batu bata dari
berbagai bahan, berbagai komponen metal dan lain-lain. Compressed Test menggunakan metode
kompresi/penekanan bahan yang akan diuji dengan cara bahan akan diuji diambil sampelnya lalu
sampel tersebut dikompresi/ditekan sampai sampel tersebut retak, maka dari penekanan ini akan
diketahui berapa hasil kekuatan bahan yang didapatkan. Hasil dari Compressed Test sangatlah
penting saat membuat suatu konstruksi.
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang diletakkan
terhadap specimen dan bahan, baik bahan yang akan digunakan pada kontraksi atau komponen
yang akan menerima pembebanan terhadap suatu bahan pada satu titik tengah dari bahan yang
ditahan diatas dua tumpuan.
Uji bengkok ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan
mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan
material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las di weld metal. Dalam
pemberian beban ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan Tarik (Tensile Test)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh ( yield ).
Torsion Test ini adalah salah satu pengujian yang merusak dan akan membuat material uji
terjadinya patah. Pengujian Puntir ini dilakukan pada bahan – bahan yang getas, Contoh baja
untuk dalam perkakas, sering juga digunakan sebagai uji plintir suhu tinggi agar dapat
mengetahui kemampuan tempaan suatu bahan.
2. Menentukan batas luluh geser serta modulus elastisitas geser pada material
Penentuan dilakukan dengan menggunakan perpindahan sudut, suatu titik di dekat salah satu
ujung benda uji. Dibandingkan terhadap suatu titik pada elemen memanjang, yang sama pada
arah berlawanan.
Radiography Test
Radiography adalah bagian dari Non Destructive Test (NDT) yang menggunakan sinar x atau
sinar gamma yang dapat menembus hampir semua logam kecuali timbal dan beberapa material
padat sehingga dapat digunakan untuk mengungkap cacat atau ketidaksesuain dibalik dinding
metal atau di dalam bahan itu sendiri.
Prinsip Kerja Radiography Test
Intensitas Radiasi akan berubah tergantung dari tebal material dan Density Material
sehingga akan menghasilkan bayangan yang berbeda pada film hasil Radiography Test.
Kelebihan :
Kekurangan :
Pengujian ini digunakan untuk mendeteksi cacat yang terletak di permukaan atau sedikit di
bawah permukaan, pada benda yang bersifat ferromagnetic (memiliki sifat kemagnetan tinggi).
Prinsip Kerja
Mendeteksi adanya pembentukkan medan magnet baru (medan bocoran) akibat garis gaya
magnet yang terpotong oleh discontinuity sehingga akan menarik partikel magnetic untuk
berkumpul di sekitar medan bocoran.
Kelebihan :
Kekurangan :
Adanya kemungkinan cacat yang tidak terdeteksi akibat orientasi cacat searah dengan
garis gaya medan magnet
Dye Penetrant Test
Dye Penetrant merupakan metode NDT untuk mengetahui ada tidaknya crack pada weld
(hasil lasan). Test ini sangat mudah dilakukan dan pelaksanaannya juga sangat singkat.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari metode Dye Penetrent Test adalah menggunakan cairan penetrant
dengan memanfaatkan kemampuannya yang bisa meleweati celah discontinouity serta kerja
developer untuk mengangkat kembali cairan yang meresap pada retakan, dengan begitu cacat
pada material dapat terdeteksi
Kelebihan :
Mudah Diaplikasikan
Kekurangan :
Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk powder metallurgy. Hal
tersebut akan menyebabkan terserapnya cairan penetrant secara berlebihan sehingga
dapat mengindikasikan cacat palsu.
Ultrasonic Flaw Detector adalah yang tertua dan yang paling umum. Sejak tahun 1940-
an, hukum-hukum fisika yang mengatur propagasi gelombang suara melalui bahan padat telah
digunakan untuk mendeteksi retakan tersembunyi, void, porositas, dan diskontinuitas
internal lainnya dalam logam, komposit, plastik, dan keramik.
Prinsip Kerja Ultrasonic Flaw Detector
Gelombang yang diterima ini dapat diukur intensitasnya, waktu perambatan atau
resonansi yang ditimbulkan sehingga pada umumnya pemeriksaan ultrasonik ini didasarkan pada
perbedaan intensitas gelombang yang diterima serta waktu perambatannya.
Kelebihan :
Kekurangan :
Permukaan harus dapat dijangkau oleh probe dan couplant
Vacuum Test
Vacuum Test merupakan pengujian yang dilakukan pada jalur yang sudah dilas (welding
seams) untuk mendeteksi adanya kebocoran atau crack. Vacuum Test ini dilakukan hanya
pada welding seams yang ditemukan pada pelat yang datar ( tidak melungkung ) dan bukan pada
pipa.
Prinsip Kerja Vacuum Test
Prinsip dasar dari Vacuum Test ini adalah mendeteksi kebocoran pengelasan dengan cara
membuat udara disekitar benda yang akan diuji menjadi hampa udara dengan menggunakan
media semacam tabung dari bahan yang tembus pandang, kebocoran akan terdeteksi lewat alat
ukur yang terpasang atau terlihat langsung dengan adanya busa / gelembung dari cairan air sabun
yang tampak di dalam tabung. Prinsip kerja dari Vacuum Test adalah kebalikan dari prinsip kerja
Air pressure Test.
Kelebihan :
Power supply yang mudah didapatkan karena hanya berupa udara yang dipampatkan
pada mesin kompresor
Kekurangan :
Bentuk alat yang akan diuji disesuaikan dengan vacuum yang ada
Untuk pengujian pada tempat-tempat dengan posisi vertikal dan over head diperlukan
sedikit tenaga ekstra untuk menahan berat dari alat vacuum yang digunakan.
Vacuum test tidak dapat dilakukan pada pelat yang melengkung apalagi pipa
KESIMPULAN
Pengelasan adalah proses penyambungan Antara dua logam atau lebih dengan
menggunakan energy panas sebagai medianya.pengelasan merupakan hal yang penting dan harus
diperhatikan dalam kegiatan industry yang mengaitkan baja atau besi.khususnya pada
perindustrian kapal baja,pengelasan ini sangat penting karena tanpa adanya pengelasan maka
baja yang digunakan sebagai bahan pembuatan kapal tidak akan tersambung.
DAFTAR PUSTAKA
Hendroprasetyo, Wing, ”Handout Inspeksi Las”, jurusan Teknik Perkapalan, ITS, Surabaya,
2006
Frank R. Scell, Bill Matlock. 1979. Industrial Welding Procedures, Van Nostrand Reinhold Co,
New York. Josepeh W.
Giachino, William Weeks. 1976, Welding Skillsand Practice, American Technical Society,
Chicagowww.teknik-otomotif.com
Unwan.2009.”Penggunaan Baja Penahan Dalam Pengendalian Distorsi Pada Pengelasan Swing
Arm”.Depok
pojok-welder.blogspot.com
www.pengelasan.net