Anda di halaman 1dari 15

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada

Kilang Minyak Lepas Pantai

Disusun oleh :

Nusrat Numeiri

1506768791

Pembimbing :

DR. dr. Sajidi Hadipoetra, Sp.KL, MSc

Magister Kedokteran Kerja


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
Universitas Indonesia
2015

0
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko
tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu
pada sektor hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko
yang hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial,
kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak
lingkungan. Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki
resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran.

Selain itu pada sektor hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga
memiliki resiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek
finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan
dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu manajemen yang
berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri
perminyakan. Indonesia telah memiliki undang – undang mengenai keselamatan
kerja yaitu Undang – Undang No. 1 Tahun 1970. Selain itu terdapat pula beberapa
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen
yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil menurunkan
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada berbagai industri di dunia. Selain
bidang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan, juga diperlukan aspek Lindung
Lingkungan. K3 dan Lindung Lingkungan merupakan aspek organisasi bisnis yang
tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata
cara pelaksanaannya, tetapi juga bagaimana perusahaan menaati peraturan
yangberkaitan dengan K3 dan Lindung Lingkungan. Pemahaman K3 dan Lindung
Lingkungan ini berawal dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku
(behaviour). Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku manusia dalam hal yang
berkaitan dengan K3 dan Lindung Lingkungan adalah persepsinya terhadap K3 dan
Lindung Lingkungan serta pelaksanaannya dalam perusahaan yang bersangkutan.
Persepsi ini dipengaruhi oleh aspek internal dan aspek eksternal.

1
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

Aspek internal merupakan aspek yang berkaitan dengan sifa atau karakter
individu karyawan serta motivasi karyawan. Sedangkan aspek eksternal meruapak
aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan serta pengelolaan aspek K3 dan
Lindung Lingkungan seperti komitmen pimpinan dan karyawan terhadap
pelaksanaan, kebijakan yang diberlakukan, program dan penerapan program K3 dan
Lindung Lingkungan. Persepsi atau bagaimana pandangan penilaian karyawan
terhadap K3 dan Lindung Lingkungan dalam perusahaan menjadi semakin penting
dalam mewujudkan budaya yang mendukung K3 dan Lindung Lingkungan yang
akan memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan performance dan citra
perusahaan secara keseluruhan. Perkembangan bidang keselamatan dan
kesehatan lingkungan mengikuti upaya pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah
upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber
daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini diperlukan suatu
sistem politik yang menjamin partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan
keputusan, sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus dan berdasarkan
kemampuan sendiri yang berlanjut, sistem sosial yang memberikan penyelesaian
terhadap ketegangan akibat pembangunan yang tidak selaras, sistem produksi yang
menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi, sistem teknologi yang dapat
menemukan jawaban terhadap permasalahan lingkungan yang ada secara terus
menerus.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP-


186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, pengurus
atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Termasuk dalam
kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ini adalah
pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja dan
menyelenggarakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.

2
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

BAB II

PEMBAHASAN

1. Anjungan Lepas Pantai

Anjungan lepas pantai adalah struktur atau bangunan yang di bangun di lepas
pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang.
Biasanya anjungan lepas pantai memiliki sebuah rig pengeboran yang berfungsi
untuk menganalisa sifatgeologis reservoir maupun untuk membuat lubang yang
memungkinkan pengambilan cadangan minyak bumi atau gas alam dari reservoir
tersebut.

Kebanyakan anjungan tersebut terletak di lepas pantai dari landas kontinen,


meskipun dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya harga minyak mentah,
pengeboran dan produksi di perairan yang lebih dalam telah menjadi lebih baik,
layak dan ekonomis. Sebuah anjungan yang khas mungkin memiliki sekitar tiga
puluh mata bor, pengeboran yang terarah memungkinkan sumur bor dapat diakses
pada dua kedalaman yang berbeda dan juga pada posisi terpencil sampai 5 mil (8
kilometer) dari platform. Sumur bawah laut yang jauh juga dapat dihubungkan ke
anjungan dengan garis aliran dan koneksi pusar. Solusi bawah laut dapat terdiri dari
sumur tunggal ataupun dengan pusat manifold (pipa dengan mulut lubang yg
banyak) untuk digunakan pada beberapa pengeboran.

3
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

2. Struktur Anjungan

Banyak sekali jenis/tipe dari bangunan lepas pantai. Penentuan dari tipe yang
digunakan tidaklah baku/serupa untuk semua lokasi. Hal tersebut ditentukan oleh
banyak faktor baik dari kedalaman perairan, gelombang, arus, angin, pasang surut,
lama waktu operasi, dan juga keekonomisan dari struktur yang digunakan.

Berikut ini beberapa tipe dari bangunan lepas pantai yang umum digunakan di
beberapa belahan dunia.

 Rangka baja permanen (Jacket Platform), struktur yang berfungsi untuk


mensupport deck/ lantai kerja yang terbuat dari baja yang dipancang di dasar
laut. Struktur ini didesain untuk digunakan dalam jangka waktu yang sangat
lama.
 Concrete gravity base, memiliki pondasi struktur yang terbuat dari beton yang
duduk di permukaan laut. Fasilitas produksi terletak diatasnya ditopang oleh
kolom-kolom yang menyambung dengan pondasi. Struktur tipe ini sangat
cocok pada lokasi yang memiliki kedalamanan tanah keras yang tidak telalu
jauh dari dasar laut.
 Tension leg platform, fasilitas produksi terletak pada struktur yang terapung di
permukaan laut, dengan struktur yang terikat melalui kabel baja pada pile
yang dipanjang dibawahnya. Struktur ini biasanya digunakan pada perairan
yang dalam.
 Caisson/Monopod, merupakan struktur yang sangat minimalis biasanya
digunakan pada perairan dangkal. Struktur ini berupa batang tubular yang
dipancang di dasar laut. Fasilitas produksi yang terdapat pada struktur ini pun
minimalis tidak sekompleks fasilitas pada tipe struktur yang lain.
 Semi-submersible vessel
 Sistem produksi terapung
 Self elevating jack-up
 Single point mooring

4
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

3. Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Lepas Pantai

Seiring dengan semakin berkurangnya cadangan minyak dan gas di daratan


(on-shore); maka perusahaan-perusahaan migas mulai agresif mengembangkan
aktivitas operasinya ke kawasan lepas pantai. Jika ditinjau dari sudut proses
sistemnya, aktifitas ekplorasi serta produksi minyak dan gas di darat maupun di
lepas pantai tidak jauh berbeda, kecuali lingkungan kerja yang menuntut perbedaan
infrastrukur (bangunan) penunjang. Seperti yang kita ketahui, kegiatan eksplorasi
dan produksi migas termasuk ke dalam kategori aktivitas dengan tingkat bahaya
tinggi; sementara itu lingkungan operasi di lautan lepas juga mengandung potensi
bahaya yang juga tergolong tinggi. Dengan dua sumber bahaya sekaligus, yaitu
proses sistem dan marine hazards, boleh disimpulkan bahwa operasi minyak lepas
pantai, merupakan operasi dengan resiko yang sangat tinggi.
Marine hazard (bahaya laut) adalah bahaya yang timbul atau berpotensi
timbul akibat kerasnya lingkungan laut seperti korosif atmosfir, kondisi laut, cuaca
buruk (badai, angin topan, dll.), gempa bumi atau bencana alam lain serta bahaya
terkait transportasi air dan udara. Sementara bahaya sistem proses contohnya
adalah bahaya yang terkait peralatan, proses, cara penanganan material, serta
kegiatan yang berulang-ulang. Resiko yang timbul dari bahaya-bahaya tersebut
diatas bervariasi menurut keadaan lingkungan lautnya; baik itu dangkal, dalam
maupun jenis aktivitas operasinya seperti pengeboran, instalasi lepas pantai, operasi
produksi, operasi pendukung, dan kegiatan transportasi produk.

5
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

Variabel-variabel lain yang menentukan dalam proses penilaian risiko adalah


jenis struktur lepas pantainya; apakah tipe struktur yang tetap, struktur
mengambang, ataupun struktur bawah laut. Dari kegiatan up-stream hingga down
stream, semua aktivitas lepas pantai melibatkan pekerjaan-pekerjaan dengan resiko
yang sangat tinggi. Dengan demikian maka tuntutan pengelolaan resiko dengan baik
adalah keharusan yang bertujuan untuk mencapai kesalahan fatal di angka nol, tidak
ada kecelakaan, tingkat kerusakan kecil terhadap aset, maupun minimnya angka
polusi. Pengelolaan resiko harus dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan mulai dari
studi kelayakan, Front End Engineering Design (FEED), Engineering (E), Pembelian
(P), Konstruksi (K), Instalasi (I), maupun pada proses pengeboran, produksi,
perbaikan and maintenance, transportasi hasil produksi maupun kegiatan-kegiatan
penunjang laninnya seperti mobilisasi staf, peralatan dan material.

Pekerjaan migas lepas pantai tidak hanya diperankan oleh perusahaan


minyak dan gas nya sendiri, melainkan oleh semua kontraktor dan vendor yang
terlibat dalam seluruh tahapan rantai-pasoknya (supply chain) dari hulu ke hilir; hal
ini menunjukkan bahwa komitmen akan pengelolaan resiko dengan baik adalah
komitmen semua pihak yang terlibat, bukan hanya perusahaan minyak dan gas
buminya saja. Hanya dengan pengelolaan resiko yang baik, maka tujuan-tujuan

6
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

operasi tersebut dapat dicapai yang akhirnya bermuara pada keberlanjutan


perusahaan itu sendiri. Menggunakan standar Internasional, seperti OHSAS 18001 :
2007 sangat membantu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam semua rantai
pasok kegiatan migas lepas pantai dalam hal mengelola resiko-resiko Keselamatan
& Kesehatan Kerja secara konsisten dan efektif yang muaranya adalah juga untuk
meningkatkan nilai keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjangnya. Dengan
sedikit usaha dan pengeluaran, maka kita akan mendapatkan Return on
Investment yang baik untuk perusahaan kita dimasa depan. Dengan komitmen
manajemen yang tinggi, perencanaan yang matang, dukungan sumber daya
memadai, implementasi yang efektif, pengendalian yang teliti serta perbaikan yang
terus-menerus maka tujuan-tujuan pengelolaan resiko dapat dicapai dan secara
berkelanjutan dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu.

4. Resiko Lingkungan Kerja Kilang Minyak


Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu
saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui,
maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad
kecelakaan tersebut.

Penyebab utama kecelakaan adalah :

1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)


Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga
dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, seperti
penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan maupun instalasi yang
kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode / proses
produksi yang kurang baik.

7
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

2. Tindakan tidak aman (unsafe action)


Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara
lain: menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja,
tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa
wewenang.

3. Kelemahan sistem manajemen


Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur
kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi
acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerja nya.

Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada


lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Bagi para pekerja sendiri
tentunya akan berakibat cedera jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan
bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan keseimbangan ekosistem bahkan
penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya
disebabkan oleh adanya bahan sisa proses produksi yang masih mengandung zat
kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan
industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah
industri yang tidak baik.

Suatu lingkungan kerja meliputi :

1. Faktor Mekanis
2. Faktor Fisik
3. Faktor Kimia
4. Faktor Biologi
5. Faktor Ergonomi
Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan dan
kesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya produktivitas kerja
yang tinggi. Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik disamping faktor-
faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum / hidup yang terjamin
secara komprehensif.

8
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

5. Bahaya kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam eksplorasi lepas pantai
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan
roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu
terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam
kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi
ledakan yang diiringi oleh kebakaran.

Bahaya kebakran ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar,
tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar
ditentukan oleh :

 Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.


 Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut
LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat
dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar
bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
 Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04 /MEN/1980 kebakaran


diklasifikasikan menjadi 4 kelas penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran

9
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam
kebakaran yang sesuai. dapat dilihat dalam tabel berikut :

6. Pengaturan Keselamatan Kebakaran pada kegiatan lepas pantai


Usaha untuk menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan terutama yang
berkaitan dengan bahan – bahan kimia berbahaya pada eksplorasi lepas pantai
dilakukan mulai dari persiapan personal yang menggunakan bahan kimia tersebut
hingga perlakuan pada bahan kimia selama proses produksi. Hal pertama yang
perlu dilakukan secara umum :

1. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,


jas atau pakaian khusus penambang
2. Gunakan helm proyek
3. Gunakan sepatu proyek

10
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

Kerangka Kerja Tanggap Darurat untuk Instalasi Lepas Pantai

Kerangka kerja yang efektif untuk kegiatan Menangani Tanggap Darurat


membutuhkan kejelasan peran dan tanggung jawab dari semua personel di atas
instalasi. Peran harus didefinisikan dan kerangka kerja harus dikembangkan yang
menjelaskan bagaimana semua peran berhubungan dengan yang lain, sebagai
contoh :

Manajer Instalasi Lepas Pantai (OIM) Menangani


Keadaan
Darurat
Operator Ruang Koordinator
Kontrol Muster
Mengoordinasik
an tanggapan
Pengemudi Sekoci Pemimpin Tim terhadap
Tanggap keadaan darurat
Peran Penolong Lepas
Darurat/
Ahli Pantai
Kebakaran
Anggota Tim
Pemeriksaan Muster Tanggap Menanggapi
Darurat/Kebaka instruksi
ran untuk
Petugas mengendalika
Pendaratan n keadaan
Anggota Tim
Helikopter/Pemimp darurat
Tanggap Darurat
in Tim TD Dek Heli Dek Heli

Pelatihan H2S Dasar

Pelatihan Keselamatan Industri Minimun Menanggap


(MIST) i instruksi
Semua
Personel
Pelatihan Dasar Keselamatan dan
Pengenalan serta Keadaan Darurat di
Lepas Pantai di Daerah Tropis (T/BOSIET)

Sistem Pernapasan Tropis/Keadaan


Darurat dan Perjalanan Aman dengan
Kapal

11
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

7. Pencegahan Dan Pengendalian Bahaya Pada Kilang Minyak

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi


bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti
sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah
analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat
resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko.
Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi,
penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang
bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk
tindakan pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang
bahaya atau resiko.

Dan juga melakukan beberapa langkah seperti berikut :

1. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan industri


2. Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan alat
pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan agar tidak
mengganggu kualitas lingkungan
3. Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber, misalnya hubungan listrik.
Pencegahan ini harus dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran
yang memadai.
4. Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis
5. Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik
disamping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk
penyediaan fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan
pernafasan.
6. Mematuhi peratran K3
7. Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk
masing – masing, termasuk didalamnya emergency drill.

12
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

BAB III

KESIMPULAN

Keselamatan kerja tambang minyak adalah suatu hal yang harus diciptakan.
Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi
upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-
hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Sistem manajemen Resiko Pertambangan minyak lepas pantai adalah suatu


proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna
mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, gas beracun, suhu yang
ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan
secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk
manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari
perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .

13
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Kilang Minyak Lepas pantai

DAFTAR PUSTAKA

Mather, Angus (1995). “Offshore Engineering”, Witherby & Company Ltd.

Olishifski, Julian B, and Mc Elroy, Frank E, Fundamentals of Industrial Hygiene,


National Safety Council, Chicagi, Illinois,1971

OPITO Internasional. Panduan OPITO Internasional Manajemen Kompetensi dan


Pelatihan dalam Tanggap Darurat di Industri Minyak dan Gas. Dubai,UAE.
November 2010.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan
dankesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma’mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma’mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung


Agung, 1985

14

Anda mungkin juga menyukai