Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA SIFAT MEKANIS PANEL KOMPOSIT DARI


SERAT PISANG ABACA

Disusun Oleh

SEPTIAN MIRANDI
NIM : 1404102010036
Keahlian Proses Produksi

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2019
PROPOSAL TUGAS AKHIR

A. Judul Tugas Akhir

Analisa Sifat Mekanis Panel Komposit dari Serat Pisang Abaca.

B. Ruang Lingkup

Material Komposit, Pemilihan Bahan dan Proses, Teknik Pembentukan

C. Latar Belakang

Batang pisang merupakan limbah pertanian potensial yang belum banyak


dimanfaatkan. Dirjen Bina Produksi Hortikultura menyebutkan bahwa potensi
buah pisang mencapai 31,87% dari total produksi buah di Indonesia. Pada
tahun 2007 produksi buah pisang mencapai 5,454 juta ton Anonim (2010).
Rachmawati dalam (Rahman,2006) menyatakan bahwa perbandingan bobot
segar antara batang, daun, dan buah pisang berturut-turut adalah 63%, 14%, dan
23%. Dari perbandingan tersebut maka akan diperoleh batang segar sebanyak
14,939 juta ton pada tahun yang sama. Batang pisang memiliki berat jenis

0,29 g/cm3 dengan ukuran panjang serat 4,20 - 5,46 mm dan kandungan
lignin 33,51%, (Syafrudin, 2004). Dilihat dari anatomi seratnya, Batang
pisang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku produk
papan serat. Pernyataan ini juga didukung oleh (Lisnawati, 2000) yang
menyatakan bahwa batang pisang mempunyai potensi serat yang berkualitas
baik, sehingga merupakan salah satu alternatif bahan baku potensial untuk
pembuatan papan partikel dan papan serat.
Pisang Abaka adalah salah satu tanaman penghasil serat yang dapat digunakan
untuk pembuatan kerajinan rakyat seperti bahan pakaian, anyaman topi, tas,
peralatan makan, kertas rokok, sachet teh celup (Triyanto, 2012).

Serat pisang Abaca dinilai juga mempunyai daya apung, dan ketahanan
terhadap kerusakan dalam air garam. Saat ini sudah banyak pengembangan
produk partikel board dari bebagai bahan khususnya dari limbah tekstil,
namun masih sangat sedikit industri yang melihat kearah pengembangan
tersebut. Setidaknya dengan ketertarikan dan pengetahuan lebih tentang produk
partikel board, dunia industry akan semakin beragam dan tidak hanya konsen
mengolah produk dengan bahan yang sudah banyak beredar dan dipergunakan.
penggunaannya, namun cara terbaik untuk mengklasifikasikan papan partikel
adalah berdasarkan kerapatannya (Kollman dkk., 1975).

Papan partikel atau papan keras didefinisikan juga sebagai produk serat kayu
berkerapatan sedang sampai tinggi yang umumnya dibuat sampai berat jenis
mendekati 1,0. Produk tersebut dibuat dalam bentuk lembaran datar berkisar
dari 1/6-½ inchi (0,16-1,27 cm) tebalnya dan dapat dibuat menjadi bermacam-
macam bentuk. Pada dasarnya partikel board dapat dibuat dari berbagai serat
selulosa (Christian dkk., 2010). Semakin tinggi kerapatan partikel maka
semakin tinggi ketahanan papan tersebut.

Bahan komposit dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis, bergantung


pada eometri dan jenis seratnya. Secara garis besar, bahan komposit terdiri dari
dua macam yaitu bahan komposit partikel (particulate composite) dan
bahan komposit serat (fiber composite). Komposit serat merupakan jenis
komposit yang hanya terdiri dari satu laminat atau satu lapisan yang
menggunakan penguat berupa serat/fiber. Serat yang digunakan bisa
berupa glass fibers, carbon fibers, aramid fibers (polyaramid) dan sebagainya
(Sudarsono,dkk.2011)
Di dalam proses penelitian ini saya menggunakan serat pohon pisang abaca
sebagai bahan dasar panel komposit.Tanaman abaca atau umum dimaksud
abaka masuk dalam kelompok pisang (Musacease). Tanaman bernama latin
Musa textilis Nee ini dibudidayakan untuk di ambil serat dari sisi batangnya.

D. Perumusan Masalah

Bagaimana kita memanfaatkan serat pisang abaca ini untuk menjadi sebuah
material komposit dengan proses pencampuran serat pisang abaca yang telah di
bersihkan dan dikeringkan dengan epoxy kemudian di tuangkan kedalam
cetakan sehingga menjadi sebuah panel komposit yang dapat di manfaatkan
untuk keperluan perabotan dan untuk kebutuhan lainnya. Dengan adanya kita
melakukan penelitian tentang proses pembuatan panel komposit dari serat
pisang abaca ini kita bisa melihat ketahanan kekuatan dan kekerasannya
sehingga bisa menjadi sebuah material komposit yang dapat di pergunakan di
berbagai keperluan untuk menghasilkan sebuah produksi yang berkualitas.

E. Tujuan Tugas Akhir Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan panel komposit dari serat pisang abaca.


2. Untuk mengetahui pengaruh presentase berat terhadap kekuatan tarik,
impact, dan bending panel komposit terhadap serat pisang abaca.
3. Untuk presentase berat serat yang memberikan sifat mekanik terbaik.

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kita dapat membuat panel komposit dari serat pisang abaca dengan
merencanakan presentase pencampuran bahannya untuk sebuah panel
komposit yang satu dengan panel komposit lainnya dengan presentase
yang berbeda beda.
2. Dapat membedakan jenis kekuatan di setiap pengujian uji tarik, uji impact
dan uji bending. Dengan pencampuran bahan kompositnya dari prsentase
yang bebeda beda.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pohon Pisang Abaca

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak diambil buahnya tetapi
diambil seratnya untuk dimanfaatkan bahan pakaian. Karenanya pisang
ini dinamakan pisang Musa tekstilis. Batangnya merupakan batang semu
yang terbentuk dari upih-upih daun yang saling menutupi. Tingginya
mencapai 7 meter dengan daun berbentuk lanset warna hijau.

Pohon pisang yang bagus untuk ditenun adalah jenis pisang serat (pisang
manila / abaca) ini, dan pisang buah. Pisang buah hanya terbatas pada
pisang batu (Jawa: klutuk). “Serat pisang abaca merupakan bahan
baku utama kertas. Tanaman pisang abaca banyak dijumpai
dikepulauan Mindanau, Filipina. Awalnya dibawa dari spanyol tahun
1521. oleh karena itu, sampai saat ini, Filipina masih menjadi produsen
serat pisang abaca terbesar di dunia. Dari 300 ha tanaman pisang abaca di
dunia, 250 ha berada difilipina. (http://www.suarapembaruan.com/
news/2005/04/03/ekonomi/eko02.ht)
2. Serat Pohon Pisang Abaca

Serat merupakan ukuran panjang yang relatif jauh lebih besar dari pada
ukuran lebarnya, begitupun serat pisang. Serat pisang diperoleh dari
batang semu pisang. “Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun
panjang yang saling menelungkup dan menutupi dengan kuat dan kompak
sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu
berkisar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya.

Serat pisang sangat tipis dan lembut sehingga kekuatannya sangat rendah
dan mudah putus. “Serat dari pelepah pisang klutuk mempunyai kekuatan
yang terbaik. Serat pisang ini biasanya digunakan untuk benang pakan,
sedangkan lusinya digunakan serat lain untuk memperkuat hasil tenunan”
(Evi Yulianti Rufaida, dkk,1994:6)

3. Proses Pembuatan Serat dari Pohon Pisang Abaca

3.1. Pemilihan bahan baku

Serat untuk tekstil harus memenuhi kriteria maupun pertimbangan-


pertimbangan mengenai panjang serat, kekuatan serat dan fleksibilitas
serat. Pada serat-serat Alam hal-hal tersebut tergantung dari cara
pengerokannya dan penyambungannya, sehingga hasil dari tiap serat
berbeda-beda. Serat yang paling kuat dan ulet digunakan adalah serat abaka
dan serat pisang batu atau klutuk.

3.2. Pengerokan serat

Pengerokan serat alam menggunakan potongan bambu yang disebut hinis


atau sembilu, panjang dan lebarnya adalah 10 x 5 cm. Cara pengerokan
adalah hinis atau sembilu digosok-gosokkan pada bahan yang akan
dibuat serat dengan gerakan satu arah, setelah menjadi helaian serat dicuci,
baru dijemur atau diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung.

3.3. Penguraian dan penyambungan serat

Serat diuraikan atau dipisahkan perhelai, lalu disambung dengan teknik


mengikat serat. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu proses
pertenunannya karena terlalu sering terhenti menjadikan seratnya yang
pendek dan perlu disambung. Adapun cara penyambungan serat
adalah sebagai berikut:

a. Dua ujung serat dipegang oleh ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri bersilangan kira-kira satu centimeter.

b. Satu helai bagian bawah diangkat ke atas melewati ibu jari


dan serat bagian bawah menindih serat bagian atas.

c. Ujung serat bagian atas dimaksukkan ke lingkaran serat pada ibu


jari, lalu benang bagian bawah ditarik hingga mengikat satu sama
lain.

4. Panel Komposit

Pada dasarnya, komposit dapat diartikan sebagai kombinasi antara dua


material atau lebih yang berbeda sifat dan perbedaan itu dapat dilihat
secara mikroskopik yang tersusun dari dua komponen yakni matrik
(resin) dan penguat (reinforcement) atau sering disebut dengan filler
(Yudhanto, 2007; Sahari, dkk, 2009). Filler ini dapat berupa partikel atau
serat. Suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang,
membentuk jaringan memanjang, yang berfungsi memperkuat matrik
disebut serat (Yudhanto,2007).

Karekteristik komposit ditentukan berdasarkan karekeristik material


penyusun dan dapat ditentukan secara teoritis dengan pendekatan
metode rule of mixture (ROM), sehingga akan berbanding secara
proporsional. Bentuk (dimensi) dan struktur (ikatan) penyusun komposit
juga akan mempengaruhi karekteristik komposit, begitu pula bila terjadi
interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari komposit
(Pramono, 2008).

Komposit dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu polymer Matrix Composite


(PMC), Metal metrix Composite (MMC) dan Ceramic Matrix Composite
(CMC). Polymer Matrix Composite (PMC) adalah salah satu jenis
komposit yang merupakan kombinasi antara dua material atau lebih
dengan matrik berupa polimer, yang memiliki kekakuan dan kekuatan
spesipik yang tinggi serta lebih ringan dari material konvensional. Metal
Matrix Composite (MMC) adalah salah satu jenis komposit dengan matrik
berupa logam, yang memiliki kuat tekan dan geser yang baik, tidak mudah
terbakar dan tidak menyerap kelembaban, tahan terhadap temperatur
tinggi, memiliki ketahanan arus dan muai termal yang baik serta transfer
tegangan dan regengan yang baik dibandingkan dengan Polymer Matrix
Composite (PMC). Sedangkan jenis komposit dengan matrik yang terbuat
dari bahan keramik disebur dengan Ceramic Matrix Composite (CMC).
keuntungan dari CMC adalah dimensinya stabil bahkan lebih stabil
dari pada logam, mempunyai karekteristik permukaan yang tahan arus,
daya tahan terhadap kimia yang tinggi dan tahan terhadap korosi (Lestari,
2008).
G. Metodologi

Untuk menyiapkan panel komposit dari serat pisang abaca, bahan yang
diperlukan ialah serat pisang abaca dan epoxy.

1. Persiapan Serat Pisang Abaca

Pohon pisang abaca yang sudah ditebang kemudian di potong di bagian


pelepahnya dan di ambil seratnya kemudian di lakukan proses penggerokan
menggunakan alat manual, seperti sisir. Setelah di lakukan proses
penggerekon kemudian diambil benangnya untuk di jemur di bawah sinar
matahari sampai kering. Kemudian di potong selebar 3 – 5 cm baru
dilakukan proses anyaman.

Komposit matriks epoksi adalah sebuah komposit yang terbuat dari resin
yang saling silang selama proses pengawetan. Cross-linking diinduksi baik
dengan penambahan agen pengawet atau dengan pemanasan. Sebagai
akibat dari cross-linking, epoxy biasanya memiliki kekuatan dan kekakuan
yang lebih baik dari pada matriks termoplastik. (elammaran jayamani,
2016 )

Epoksi juga merupakan sebuah polimer epoxide thermosetting yang akan


bertambah bagus apabila dicampur dengan sebuah agen katalis
(hardener). (Herry purnama, dkk, 2013 )

Alur proses pengujian dapat dilihat dalam floecaht pada gambar 1.

1. Bahan uji
Dalam peneliltian ini bahan uji yang digunakan adalah panel komposit dari
serat pisang abaca.

 Persiapan epoxy
Pada penelitian ini belum di ketahui presentase komposit epoxy
yang ingin digunakan, namun oleh karena itu dalam penelitian
sebelumya yang dilakukan oleh saudara Bodja suwanto, yang harus
di persiapkan ialah data data spesifikasi epoxy resin tersebut.
o
Diantara lain sebagai berikut, Viskositas pada tekanan berapa C,
Nomor epoxy, Ekuivalen epoxy, Nilai epoxy, Total kandungan
krolin, Kandungan krolin hidrolysiable, warna, Densitas pada
berapa o C misalnya. (Bodja suwanto).

 Cara pelaksanaan pembuatan panel komposit dengan metode


vacum.
Panel komposit dibuat dengan metode vacuum resin infusion.
Proses vacuum infusion merupakan teknik manufaktur
menggunakan tekanan vacuum untuk mengalirkan resin kedalam
laminate (lapisan-lapisan serat). Material serat diletakkan kedalam
cetakan dan dilakukan pemakuman sebelum resin dialirkan. Ketika
kondisi vacuum telah tercapai, resin dihisap kedalam laminate
lewat pipa yang terpasang pada area vacuum.(kosim abdurohman
dan aryandi marta, 2016 )
Mulai

Persiapan bahan

Panel komposit

Pembentukan benda uji

Uji impact Uji tarik Uji bending

Data dan hasil pengujian

Analisis Literatur

kesimpulan

Gambar 1. Alur proses penelitian

Gambar 2. Contoh benda uji dari panel composit pisang abaca


Benda pengujian tarik tahap pembentukan dibuat dengan cetakan yang terbuat dari
kaca dengan metode vakum.

2. Pengujian sifat mekanis

2.1 Uji tarik

Ukuran dari benda uji tarik dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Spesimen uji tarik

2.2 Uji impact

Pada pengujian uji impact ini ialah kita akan melihat pengaruh beban
terhadap sifat mekanik material.

Secara umum uji impact ini ada 2 metode yaitu :

 Metode charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah pembebanan
berlawananan dengan arah takikan. Ukuran dari benda uji impact
metode charpy dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Takik charpy jenis V

 Metode izod
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi, dan arah pembebanan searah dengan takikan.
Ukuran dari benda uji impact metode izod dapat dilihat pada gambar 5
di bawah ini.

Gambar 5. Takik izod jenis balok penompang


2.3 Uji Bending

Pada pengujian uji bending ini ialah kita akan mengetahui sifat kekakuan
bending pada spesimen. Contoh pengujian bending pada dilihat pada
gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Pembebanan lengkung dalam pengjujian lengkung ( bend test )


H. Jadwal Kegiatan

Bulan
Aktivitas 1 2 3 4 5
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pbt Panel komposit
Uji lab
Evaluasi
Menulis
Seminar

I. Daftar Pustaka

1. Lilis Nurrani 2013 PEMANFAATAN BATANG PISANG (Musa sp.)


SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT DENGAN
PERLAKUAN TERMO-MEKANIS(The Utilization of
Banana Stem (Musa sp.) As a Fiberboard Raw Material
with Thermo-mechanical Treatment) Balai Penelitian
Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas
Kecamatan Mapanget Kota Manado.

2. Rina Srilestari dan Ari Wijayani INDUKSI TUNAS PISANG ABAKA


SECARAIN VITRO DENGAN MENGGUNAKAN BAP
DAN THIAMIN Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta Jl. Lingkar Utara 104 Condongcatur Yogyakarta.

3. Dermawati Suantara, Endah Oktaviani 2015 PEMANFAATAN SERAT


KELAPA DAN SERAT ABAKA SEBAGAI BAHAN BAKU
PAPAN PARTIKEL UTILIZATION OF COCONUT FIBER
AND ABACA FIBER FOR PARTICLE BOARD’S RAW
MATERIAL Balai Besar Tekstil, Jalan Jenderal Ahmad Yani
No. 390 Bandung.
4. Navi Maimunah 2006 PEMANFAATAN SERAT PISANG SEBAGAI
BAHAN KERAJINAN TEKSTILDI PERUSAHAAN
TENUN DAN KERAJINAN KREATIF RIDAKA
PEKALONGAN skripsi Diajukan untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna melengkapi gelar sarjana Seni
jurusan Kriya Seni / Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret.surakarta
5. Elammaran Jayamani, Sinin Hamdan, Pushparaj Ezhumalai,
Muhammad Khusairy Bakri 2016 INVESTIGATION ON
DIELECTRIC AND SOUND ABSORPTION
PROPERTIES OF BANANA FIBERS REINFORCED
EPOXY COMPOSITES Faculty of Engineering,
Computing and Science, Swinburne University of
Technology Sarawak Campus, Jalan Simpang Tiga, 93350,
Kuching, Sarawak, Malaysia. Department of Mechanical
and Manufacturing Engineering, Universiti Malaysia
Sarawak, 93400, Kota Samarahan, Sarawak, Malaysia

6. Herry Purnama, Joko Purnomo, Tri Yogo Wibowo 2013 PENGARUH JENIS
SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN KUAT
BENTURAN PADA MATERIAL KOMPOSIT RESIN
EPOKSI Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos
1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417
ext. 224 Pusat Teknologi Agroindustri, Badan Pengkajian
Penerapan dan Teknologi.

7. Kosim Abdurohman dan Aryandi Marta 2016 KAJIAN EKSPERIMENTAL


TENSILE PROPERTIES KOMPOSIT POLIESTER
BERPENGUAT SERAT KARBON SEARAH HASIL
MANUFAKTUR VACUUM INFUSION SEBAGAI
MATERIAL STRUKTUR LSU (AN EXPERIMENTAL
STUDY OF POLYESTER COMPOSITE TENSILE
PROPERTIES REINFORCED UNIDIRECTIONAL
CARBON FIBER MANUFACTURED BY VACUUM
INFUSION FOR LSU MATERIAL)Pusat Teknologi
Penerbangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jl. Raya LAPAN, Sukamulya, Rumpin, Bogor 16350
Indonesia.

8. Bodja Suwanto PENGARUH TEMPERATUR POST-CURING


TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT
EPOKSI RESIN YANG DIPERKUAT WOVEN SERAT
PISANG Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
SemarangJalan Prof. H. Sudharto,S.H. Semarang

9. https://id.wikipedia.org/wiki/Pisang_abaka

10. http://www.klasifikasi.id/pengertian-abaka-kamus-biologi/

Anda mungkin juga menyukai