PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
NIM : 2017.02.1.0047
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Tanda Tangan
1. . ……….…...………….
2. …………....………….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perkapalan
DOSEN PEMBIMBING:
ABSTRAK
Masalah yang timbul akibat proses pengelasan adalah terjadinya tegangan sisa
berlebih akibat panas yang dihasilkan pada proses pengelasan, sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan atau cacat pada hasil las. Preheating yang
dilakukan sebelum proses pengelasan bertujuan untuk mengurangi perbedaan
temperatur spesimen agar tidak terjadi cacat las karena panas yang timbul pada
saat pengelasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu
preheating 200°C pada hasil pengelasan SMAW berbeda elektroda terhadap sifat
fisik dan mekanik serta untuk mengetahui elektroda tipe berapa yang sesuai
diberikan pada baja ASTM A36. Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan
oleh peneliti adalah pengelasan dengan suhu preheating 200°C. Pengelasan
dilakukan dengan metode SMAW pada baja ASTM A36 dengan kampuh V 60°.
Variasi elektrodanya adalah Merek Kobelco Tipe E 7016, Tipe E 7018 dan
perpaduan keduannya dengan suhu preheating 200°C. dari hasil pengelasan
SMAW dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Tarik, uji Tekan, dan uji
struktur makro.
Kata kunci: Preheating, Pengelasan SMAW, Sifat Mekanik.
iv
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................3
1.5. Batasan Masalah ...........................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................5
2.1.Teori Dasar ....................................................................................................5
2.1.1. Pengelasan........................................................................................................ 5
2.1.2 Klasifikasi Las ................................................................................................... 6
2.1.3 Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) ......................................... 7
2.1.3. Prinsip Kerja Las SMAW ................................................................................. 8
2.1.4. Elektroda (Bahan Pengisi Sambungan Las) ...................................................... 9
2.1.5. Baja ASTM A36 ............................................................................................. 10
2.1.6. Daerah Pengaruh Panas ................................................................................... 10
2.1.7. Preheating ....................................................................................................... 12
2.1.8 Pengujian Tarik ................................................................................................ 14
2.1.9 Pengujian Tekuk .............................................................................................. 15
2.1.10 Pengujian Makro ............................................................................................ 15
BAB III ..................................................................................................................16
METODE PENELITIAN ....................................................................................16
3.2 Studi Literatur dan Identifikasi Masalah .....................................................17
3.3 Persiapan Material ........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.5.Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu melebar dari tujuan
yang ingin dicapai, maka perlu ditentukan batasan masalah, adapun batasan
permasalahannya adalah :
1. Teknik pengelasan yang digunakan hanya pengelasan dengan busur listrik
Shield Metal Arc Welding (SMAW)
2. Jenis sambungan yang digunakan adalah single V
3. Menggunakan posisi pengelasan 1G sesuai dengan standar AWS D1.1.
4. Material yang digunakan adalah baja karbon ASTM A36 dengan ketebalan
10 mm.
5. Elektroda yang digunakan yaitu E-7016 dengan diameter 3,2 mm dan E-
7018 dengan diameter 3,2 mm dengan merek Kobelco.
6.Temperatur Preheating yang digunakan yaitu 2000C
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Dasar
2.1.1. Pengelasan
konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua hal
yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Proses produksi pengelasan yang
dimaksud adalah proses pembuatan alat dan bahan yang diperlukan, urutan
pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan
juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh).
Menurut victor (2019) klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las
cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua
membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las
mekanik dan seterusnya. Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas
kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu
pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja.
Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :
pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
1. Las gas
2. Las listrik terak
3. Las listrik gas
4. Las listrik termis
5. Las listrik elektron
6. Las busur plasma
3. Las penampang
4. Las busur tekan
5. Las tekan
6. Las tumpul tekan
7. Las tekan gas
8. Las tempa
9. Las gesek
10. Las ledakan
11. Las induksi
12. Las ultrasonic
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual
Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses
penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang
tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi
berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda terbungkus, busur api
listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam induk/benda kerja(base
metal) akan menghasilkan panas. Busur listrik yang terjadi di antara ujung
elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan
dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencairkan dan menhasilkan gas
yang melindungi ujung elektroda dan kawah las, melindungi busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi
permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar
(Irzal dkk, 2016).
8
Menurut Farel, dkk (2019) Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
merupakan merupakan proses penyambungan 2 buah logam yang sejenis atau
lebih dengan menggunakan sumber panas listrik dengan menggunakan elektroda
terbungkus sebagai bahan tambahan atau pengisi sehingga akan membuat
sambungan tetap, metode ini sangat banyak digunakan dalam pembangunan kapal
dan reparasi kapal, disamping harganya terjangkau, juga dikarenakan pengelasan
9
Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk
melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan
menimbulkan busur nyala. Kawat elektroda dari dua bagian yaitu bagian yang
berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk
menjepitkan tang las, sedangkan fungsi fluks sendiri adalah mencegah
terbentuknya oksida-oksida dan nitride logam sewaktu proses pengelasan
10
Kawat Las atau sebutan lain elektroda bisa dibedakan menjadi elektroda
untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non fero.
Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam.
Klasifikasi kawat las elektroda diatur berdasarkan American Welding
Society (AWS). Menurut standar AWS penomoran kawat elektroda dengan kode
EXXYZ adalah sebagai berikut :
1. E : Kawat elektroda untuk las busur listrik.
2. XX : Menyatakan nilai tegangan tarik minmum hasil pengelasan dikalikan
dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2.
3. Y : Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk
pengelasan semua posisi.
4. Z : Jenis selaput elektroda rutil-kalium dan pengelasan arus AC atau DC.
Gambar 2.3. Daerah pengaruh las pada sambungan las (Ahmad dan Hasman,
1994)
Keterangan :
1. Logam Las (Weld Metal) adalah daerah dimana terjadi pencairan logam
dan dengan cepat kemudian membeku.
2. Fusion Line Merupakan daerah perbatasan antara daerah yang mengalami
peleburan dan yang tidak melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga
dinamakan garis gabungan antara weld metal dan HAZ.
3. HAZ (Heat Affected Zone) merupakan daerah yang dipengaruhi panas dan
juga logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses
pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat,
sehingga terjadi perubahan struktur akibat pemanasan tersebut disebabkan
daerah yang mengalami pemanasan yang cukup tinggi .
4. Logam Induk (Parent Metal) merupakan logam dasar dimana panas dan
suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
struktur dan sifat.
12
2.1.7. Preheating
Definisi preheat menurut AWS (American Welding Society) adalah panas
yang diberikan kepada logam yang akan dilas untuk mendapatkan dan memelihara
preheat temperature. Sedangkan preheat temperature sendiri definisinya adalah
suhu dari logam induk (base metal) disekitar area yang akan dilas, sebelum
pengelasan itu dimulai. Pada multipass weld definisi preheat temperature adalah
suhu sesaat sebelum pengelasan pada pass (celah) selanjutnya dimulai. Pada
multipass weld disebut juga sebagai interpass temperature (suhu antar pass
(celah).
Berdasarkan sifat metalurgi dan atau sifat mekanis yang diinginkan dari
komponen pengelasan, preheat dan interpass tempearture bisa dievalusi untuk
alasan yang berbeda. Prosedur (WPS) pengelasan untuk baja lunak (mild steel)
13
yang mempunyai kandungan karbon rendah, hardenability yang relatif rendah bisa
saja dipertimbangkan untuk tidak menggunakan preheat dan interpass temperature
tergantung dari ketebalan material. Prosedur (WPS) yang digunakan untuk
pengelasan heat-treatable low alloy steel dan Chromium-Molybdenum (cromoly)
stell akan memerlukan preheat dan interpass temperature minimum dan
maksimum. Material alloy tersebut bisa mempunyai hardenability yang tinggi dan
rentan terhadap hydrogen cracking. Apabila material tersebut didinginkan terlalu
cepat atau terjadi overheating maka dapat mengakibatkan efek yang serius
terhadap performance yang diinginkan. Sewaktu pengelasan nickel alloy perlu
diperhatikan heat input selama proses pengelasan. Heat input dari proses
pengelasan, dan preheat serta interpass temperature dapat mnegakibatkan efek
yang serius kepada metrial tersebut. Heat input yang tinggi dapat mengakibatkan
kelebihan leburan logam induk, presipitasi karbida, dan fenomena metalurgi yang
berbahaya lainnya. Perubahan sifat metalurgikal tersebut dapat menyebabkan
tumbuhnya cracking atau kehilangan ketahanan terhadap korosi. Prosedur (WPS)
untuk pengelasan aluminum alloy seperti tipe heat-treatable 2xxx, 6xxx, dan 7xxx
sangat memperhatikan dengan pengurangan heat input keseluruhan. Untuk
material jenis ini suhu maksimum preheat dan interpass temperature dikontrol
untuk meminimalkan annealing dan pengaruh over-aging terhadap Heat Affected
Zone (HAZ) dan hilang atau berkurangnya tensile strength.
tidak terlalu tinggi, hanya sedikit diatas titik didih air. Hal tersebut akan
mengeringkan permukaan dan mengghilangkan kontaminan yang tidak
diinginkan yang mungkin bisa menyebabkan porosity, hydrogen
embrittlement, atau cracking karena hydrogen selama proses pengelasan.
2. Untuk menurunkan gradient temperatur. Semua pengelasan busur
menggunakan sumber panas temperatur tinggi. Pada material yang dilas
akan terjadi perbedaan temperatur antara sumber panas lokal dan material
induk yang lebih dingin ketika pengelasan berlangsung. Perbedaan
temperatur tersebut menyebabkan perbedaan pemuaian panas dan
kontraksi serta tegangan yang tinggi disekitar area yang dilas. Preheating
akan mengurangi perbedaan temperatur dari material induk sehingga akan
meminimalkan masalah yang terjadi seperti distrosi dan tegangan sisa
yang berlebih. Apabila tidak dilakaukan preheating maka maka bisa terjadi
perbedaan temperatur yang besar antara area las-lasan dengan logam
induk. Hal ini dapat mengakibatkan pendinginan yang terlalu cepat
sehingga menyebabkan terbentuknya martensit dan pada beberapa material
dengan hardenability yang tinggi mungkin terjadi cracking.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Latar Belakang
Studi Literatur
1. Survey Lapangan
2. Pengelasan SMAW
Pembuatan Spesiment
Preheat
200˚
Pengambilan Data
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
17
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui
data-data terkait dengan skripsi yang diperoleh dari data hasil penelitian.
Data penelitian dilakukan dengan melakukan prosedur kerja,
memvariasikan parameter dan proses uji material dengan proses Shielded
Metal Arc Welding (SMAW).
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber
dari literatur maupun referensi-referensi serta teori yang terkait dengan
skripsi ini bisa didapatkan melalui jurnal, buku dan lainnya.
material. Sampel yang akan diteliti adalah material dari bahan baja ASTM A 36
serta model penyambungan lurus (butt joint). Material baja astm A 36 sebagai
bahan pokok penelitian mempunyai dimensi (300 x 150 x 10) mm, sebanyak 3
sampel.
19
DAFTAR PUSTAKA
AWS, 1996, ANSI/AWS D1.1-96, Structural Welding Code: Steel, The American
Welding Society.
Farel, dkk. (2019). Analisa Pengaruh Variasi Proses Preheating Pada Pengelasan
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur
Mikro Baja ST 60, Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. 7, No. 4.
Habibi, dkk. (2015). Perlakuan Pemanasan Awal Elektroda Terhadap Sifat
Mekanik Dan Fisik Pada Daerah Haz Hasil Pengelasan Baja Karbon St 41,
Jurnal Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Hadi, (2015). Analisis Pengaruh Variasi Suhu Preheat terhadap Distorsi, Lebar
HAZ, dan Struktur Mikro pada Sambungan Butt Joint Single V dengan Metode
Pengelasan FCAW dan SMAW, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Irzal, dkk. (2016). pengaruh posisi pengelasan dan jenis elektroda e 7016 dan e
7018 terhadap kekuatan tarik hasil las baja karbon rendah trs 400, Universitas
Negeri Padang, Padang.
Naharuddin, dkk. (2015). Kekuatan Tarik dan bending sambungan las pada
material baja SM 490 dengan metode pengelasan SMAW dan SAW, jurnal
mekanikal, vol. 6, no. 1.
Primazda Victor, (2019). Sifat Fisik dan Mekanik Pengelasan SMAW Pada Baja
Astm A 36 Terhadap Variasi Preheating. Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan
Universitas Hang Tuah Surabay, Surabaya.
Santoso, Joko, (2006). Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Ketangguhan Las SMAW Dengan Elektroda E7018. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Wirarchi, Dipo, Dkk. (2010). Analisa Pengaruh Multiple Repair Welding Pada
Material Properties Weld Joint Material Pipa ASTM A106 GR.B SCH 80,
Institute Teknologi Surabaya, Surabaya.
Wiryosumarto, 2000, Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya Paramita, Jakarta.