Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA BAHAN II

UJI BENDING

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Danis Alfalfa 4.21.17.0.05 (MS – 3A)


Deandra Tavania Dewi 4.21.17.0.06 (MS – 3A)
Chesar Hari Yulianto 4.21.17.0.05 (MS – 3B)
Danang Apriyandoko 4.21.17.1.06 (MS – 3B)
Dhurotul Yatimah 4.21.17.1.07 (MS – 3B)

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat dan karunia-
Nya, penulis bisa menyusun laporan dengan judul “Laporang Praktikum Fenomena
Bahan II Uji Lentur”.
Tujuan Membuat Laporan ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah Praktek Fenomena Bahan II. Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Drs. Poedji Haryanto.,SST.,M.T. sebagai dosen pengampu. Pembuatan laporan ini kami
sekaligus juga berterima kasih kepada segenap pihak yang memberikan bantuan.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada laporan ini. Kami mohon
maaf kesalahan dalam penulisan. Dengan demikian, kami mengharapkan kritik dan
saran.

Semarang, 20 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB 1 ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4

BAB 2 ........................................................................................................................................ 6

DASAR TEORI ..................................................................................................................... 6

BAB 3 ...................................................................................................................................... 13

METODE PERCOBAAN .................................................................................................... 13

BAB 4 ...................................................................................................................................... 15

DATA PERCOBAAN ......................................................................................................... 15

BAB 6 ...................................................................................................................................... 18

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

LAMPIRAN FOTO PENGUJIAN .......................................................................................... 20


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi produksi dan bahan baku logam tidak dapat dipisahkan dari
pemanfaatan teknologi pengelasan. Hampir tidak ada logam yang tidak dapat dilas. Pengelasan
adalah salah satu teknik penyambungan logan dengan cara mencairkan sebagian logam induk
dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan
menghasilkan sambungan yang kontinu. (Sam, et al., 2015)
Penyambungan dengan cara mengelas merupakan salah satu metode penyambungan yang
luas penggunaannya pada kontruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Metode
penyambungan lain yang digunakan pada sambungan logam adalah baut dan keling. Teknologi
pengelasan, selain dapat dipakai untuk menyambung dan memotong logam, juga dapat dipakai
untuk mengisi lubang – lubang ada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal
bagian-bagian yang sudah aus, dan macam-macam reparasi lainnya. (Sam, et al., 2015)
Nilai kekuatan sambungan las sangat penting untuk diketahui. Kekuatan sambungan las
dapat ditentukan melaui sebuah pengujian. Pengujian tersebut adalah uji bending.Uji bending
dapat menentukan kualitas dari material sambungan las sehingga dapat diketahui sifat sifat dan
kualitas sambungan las seperti kekuatan, keuletan, ketangguahan.
Terdapat beberepa standart pengujian bending yang diakui oleh dunia seperi ASTM E 190
– 12, ASTM E 290 – 14, dan lain lain.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami cara dan prosedur pengujian bending dengan prosedur yang
benar.
2. Mengetahui kekuatan sambungan las dan nilai defleksi material uji
3. Mengetahui Parameter yang terukur setelah penujian
4. Menegtahui Faktor faktor yang mempenagruhi Pengujian

4.3 Manfaat
Manfaat dari pembuaatn laporan ini adalah :
1. Dapat mengetahui cara dan prosedur pengujian bending dengan prosedur yang benar.
2. Dapat mengetahui cacat material spesimen uji
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Las SMAW
Las SMAW (shielded metal arc welding) adalah jenis las listrik dengan elektroda berselaput
sebagai bahan tambah. Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar
akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistrik
dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda
yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
pengaruh luar. (Prasmayobi, 2014)

Sumber : (Prasmayobi, 2014)


2.1.1 Kekuatan Sambunagan Las
Kekuatan sambungan las dihitung berdasarkan tegangan boleh dengan anggapan bahwa
hubungan antara tegangan dengan regangan mengikuti hukum Hooke dengan syarat bahwa
tegangan terbesar yang terjadi tidak melebihi tegangan boleh yang telah ditentukan. (Pujo & ,
2008)
Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan dimana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara
teliti. Tegangan luluh, biasanya didefinisikan sebagai tegangan luluh offset, adalah tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
Tegangan luluh offset ditentukan dengan mengukur perpotongan antara kurva tegangan –
regangan dengan garis sejajar denga elastis offset regangan tertentu, pada umumnya garis offset
diambil sebesar 0,2 % atau 0,1 %. (Pujo & , 2008)

2.2 Jenis Kampuh


1. Kampuh tertutup
Disebut tertutup jika sisi kedua plat saling menyentuh. Tebal plat maksimum yang disarankan
adalah 2 mm, sehingga pengelasan cukup padasatu sisi. Untuk ketebalan plat lebih dari 2 mm,
sambungan akan empurna jika dilas di kedua sisi plat. (Prasmayobi, 2014)
2. Kampuh terbuka
Pada sambungan ini terdapat celah antara plat yang aakan dilas. Lebah celah tergantung pada
ketebalan plat. Tebal plat yang biasa digunakan pada sambungan ini adalah 3-6 mm.
(Prasmayobi, 2014)
3. Sambungan ini dapat juga dibuat tertutup dan terbuka. Sambungan ini lebih kuat dari pada
sambungan persegi dan dapat dipakai untuk menerima gaya tekan yang besar, serta lebih tahan
terhadap kondisi beban statis. Pada tebal plat dengan tebal 5-20 mm. (Prasmayobi, 2014)

2.3 Cacat Las


Cacat las secara aktual sering kali terjadi dalam penyambungan las,diantaranya adalah :
1. Crack
crack ( retak ) yaitu cacat las yang disebabkan oleh goncangan pada waktu proses pengelasan
sehingga terjadi retak pada daerah las-lasan. Crack dapat juga terjadi karena kualitas las yang
buruk sehingga las tidak mampu menahan pembenbanan kritis pada material.
2. Crater
Crater yaitu cacat las yang disebabkan karena mengkerutnya metal las pada akhir perjalanan
proses pengelasan ( akibat panas las berkurang ).
3. Porosity
Porosity yaitu cacat las yang disebabkan oleh udara atau gas yang terkurung oleh las, sehingga
dalam las terjadi ronggarongga besar ataupun kecil.
4. Slag
Salag yaitu cacat las yang disebabkan karena tertinggalnya slag atau metal lain dalam las.
5. Incomplete penetration
cacat las yang disebabkan karena ketidaksempurnaan pengisian las pada kaki las.
6. Undercut
cacat las yang disebabkan karena termakannya metal induk pada waktu proses pengelasan
sehingga menjadi lekukan pada kaki pinggiran metal induk.
7. Worm hole
cacat las yang disebabkan karena tertangkapnya gas pada proses pengelasan, sehingga
berbentuk rongga memanjang seperti tabung.
2.4 Pengujian Las
Pengujian mutu hasil las Ada 2 cara dalam pengujian mutu hasil las :
1. Pengujian tanpa merusak
Pengujian tanpa merusak Pengujian dengan cara ini, bahan atau specimen tidak mengalami
kerusakan. Peralatan yang digunakan adalah menggunakan komponen gelombang
elektromagnetik, gelombang suara, penyinaran dengan sinar tertentu dan cairan tertentu.
Pengujian ini untuk mengetahui cacat luar maupun cacat dalam
2. Pengujian dengan merusak
Pengujian dengan cara ini, bahan atau specimen dirusak dengan alat tertentu untuk
mendapatkan data yang dikehendaki. Pengujian ini terdiri dari pengujian tarik, tekuk, charpy,
hardness, dan Bending. (Pujo & , 2008)

2.5 Uji Bending


Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk mendapatkan
hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu material yang di uji. Pengujian
bending menggunakan Alat uji bending yang digunakan adalah universal testingmachine yang
dapat dilihat pada. Nilai kekuatan bending dapat diketahui dari persamaan 1.

(Sam, et al., 2015)


(Sayed, 2016)

2.6 Standart Pengujian Bending


1. ASTM E 290-14
Metode pengujian ini adalah pengujian lengkung untuk menguji ductility (keuletan) material.
Lengkungan yang terjadi setelah diuji menyebabkan permukaan cembung dari tikungan
diperiksa untuk bukti adanya retakan atau ketidakteraturan permukaan. Spesimen patah, bahan
telah gagal dalam tes, tetapi jika benda tidak mengalami patah, kriteria untuk kegagalan adalah
jumlah dan ukuran retakan atau ketidakteraturan permukaan yang terlihat oleh mata tanpa
bantuan yang terjadi pada permukaan cembung spesimen setelah ditekuk. Retakan dalam satu
ketebalan ujung spesimen tidak dianggap sebagai kegagalan uji tekuk. Keretakan yang terjadi
di sudut bagian yang bengkok tidak akan dianggap signifikan kecuali melebihi ukuran yang
ditentukan untuk keretakan sudut pada standar produk. (ASTM International)
Terdapat dua tipe pengujian bending, yaitu U – Bem\nding dan V – bending, sebagai berikut
(ASTM International)

2. ASTM E 190 – 92
Metode pengujian ini mencakup uji tekuk terarah untuk menentukan tingkat kekuatan dan
keuletan las dalam produk ferro dan nonferro. Cacat yang tidak ditunjukkan oleh sinar X, dapat
muncul di permukaan spesimen saat mengalami tekanan berlebih yang terlokalisasi secara
progresif. Tes lengkung terpandu ini telah dikembangkan terutama untuk pelat dan tidak
dimaksudkan untuk diganti dengan metode pengujian lengkung lainnya.
Spesimen dibengkokkan dalam cetakan berbentuk U dengan menggunakan gaya yang terpusat
pada pengelasan pada spesimen rata yang didukung pada dua posisi yang berjarak sama dari
garis aplikasi gaya. Spesimen dipaksa masuk ke cetakan oleh pendorong yang memiliki bentuk
yang diperlukan untuk menghasilkan kontur yang diinginkan. Permukaan cembung spesimen
bengkok diperiksa untuk retakan atau cacat terbuka lainnya. (ASTM International)
(ASTM international)
BAB 3
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Alat uji bending universal
b. Gerinda
c. Las SMAW
d. Tang
e. Kacamata
f. Ragum
g. Mistar
h. Sarung tangan
i. Kunci Pas
j. Kunci L
3.1.2 Bahan
a. 5 Pasang spesimen
3.2 Langkah Percobaan
1. Menyiapkan benda spesimen uji ( Sepasang sebanyak 4 buah dengan ukuran sesuai )
dengan ukuran seperti berikut :

3,81
mm

10,16 mm

Tebal plat maksimal 0,635 mm


2. Mengelas bahan dengan las SMAW
3. Menunggu hingga benda dingin, dilanjutkan menggerinda permukaan las.
4. Menguji di mesin UTM salah satu benda uji dengan root weld ada di bagian atas (
sebagai iji root bend ), dan ditekan kebawah samapi kelengkungan lebih dari 900.
Mencatat beban maksimal untuk uji bending (N), kemudian mengamati tingkat
kerusakannya.
5. Memguji di Mesin UTM salah satu benda uji dengan Face weld ada di bagian atas
(sebagai uji Face bend) dan ditekan kebawah (Kelengkungan > 900 ). Mencatat beban
maksimal dan mengamati tingkat kerusakannya.
BAB 4
DATA PERCOBAAN

4.1 Tabel Data Percobaan


Sudut Pembebanan Pembebanan Kondisi Panjang
Benda Uji Defleksi
terbentuk awal akhir Spesimen Spesimen
1 80 mm 9,2 cm 15,4 cm Crack 20,3 cm
2 35 mm 9,6 cm 13,1 cm Crack 20,2 cm
3 27 mm 9,9 cm 12,6 cm Crack 20,3 cm
4 30 mm 9,8 cm 12,8 cm Crack 20,1 cm
5 85 mm 9,7 cm 16,0 cm Crack 20,3 cm

4.2 Gambar Hasil Pengujian


BAB 5
ANALIS

Pengujian Bending material dengan sambungan las diperoleh data dari lima spesimen uji.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menekan spesimen ujji pada mesin uji hingga diperoleh
beberapa parameter. Parameter yang didapat yaitu Sudut Spesimen uji, Pembebanan, Defleksi,
dan kondisi Las.
Spesimen uji pertama dihasilkan Sudut sebesar (**), nilai Defleksi 80 mm, dan benda uji
mengalami crack pada daerah ujung. Spesimen pertama diuji dua kali. Pengujian pertama
spesimen belum mengalami Crack sehingga perlu diuji kembali dengan lengkungan mendekati
900.
Spesimen uji kedua dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 35 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji ketiga dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 27 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji keempat dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 30 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji kelima dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 85 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji dua kali. Pengujian pertama spesimen
belum mengalami crack sehinga perlu diuji kembali dengan lengkungan mendekati 900.
Sudut pada spesimen material yang terbentuk sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan
keuletan sambungan las. Sudut terbesar diperoleh pada spesimen uji ke 5 yaitu sebesar (**)
diikuti Spesimen kedua (**). Semakin Besar Sudut yang terbentuk menunjukkan bahwa
kekuatan dan keuletan sambungan las jauh lebih tinggi dari pada yang lain. Sudut kecil
menujukkan bahwa kekuatan dan keuletan sambungan Las rendah.
Nilai Defleksi juga berpengaruh terhadap kekuatan sambungan las. Nilai Deflesi paling tinggi
diperoleh spesimen uji ke 5 yaitu 85 mm. Nilai Defleksi terkecil pada spesimen uji ke 3 dengan
nilai Defleksi 27 mm. Semakin tinngi nilai Defleksi maka semakin kuat dan ulet sambungan
lasnya. Semakin rendah nilai defleksi semakin rendah kekuatan dan keuletan sambungan
lasnya.
Semua Spesimen Uji memngalami Crack. Crack terjadi pada ujung Lasan. Crack terjadi pada
daerah ini karena pada daerah ini merupakan titik las / titik awal las. Titik awal las adalah yang
telemah keuletanya.
Perbedaan parameter dalam uji bending dipenagruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor
tersebut adalah kualitas pengelasan sambungan dan Pembebanan tidak tepat pada bagian las.
Pengelasan yang tidak tepat menyebabkan perbedaan parameter, jika terjadi cacat las maka
bisa dipastikan kekuatan dan keuletan sambungan las buruk. Pembebanan yang tidak tepat pada
bagian las saat pengujian juga berpengaruh terhadap parameter, jika pembebanan tidak tepat
maka lengkunagn akan terjadi diluar area sambungan las, sehingga parameter seperti defleksi,
sudut akan tidak valid atau menyimpang.
BAB 6

KESIMPULAN
Kesimpulan dari pengujian bending ini adalah :
1. Spesimen uji dengan kekerasan dan keuletan sambugan las terbaik dan defleksi terbesar
secara berurutan adalah spesimen ke 6, spesimen ke 5, spesimen ke 1, spesimen ke 4, spesimen
ke 3.
2. Parameter penting yang didapatkan dari pengujian ini adalah sudut meterial yang terbentuk
setelah pengujian, nilai defleksi, dan Pembebanan.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi data / parameter pengujian adalah kualitas pengelasan dan
posisi daerah pengelasan saat pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

ASTM, 1997. Standard Test Method for Guided Bend Test for Ductility of Welds. ASTM E190
- 92.
ASTM, 2015. Standard Test Methods for Bend Testing of Material for Ductility. ASTM E290
- 14.
N., Sam, A. & Nugraha, C., 2015. KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN
LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN
SAW. Jurnal Mekanikal, January, Volume Vol. 6 No. 1, pp. 550-555.
Prasmayobi, U., 2014. STUDI KEKUATAN BENDING DAN KEKERASAN PADA
PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN MENGGUNAKAN LAS SMAW (SHIELDED
METAL ARC WELING).
Pujo, I. & S., 2008. ANALISIS KEKUATAN SAMBUNGAN LAS SMAW ( SHIELDED
METAL ARC WELDING ) PADA MARINE PLATE ST 42 AKIBAT FAKTOR CACAT
POROSITAS DAN INCOMPLETE PENETRATION. Jurnal Perkapalan, Juni, Volume Voi.
5 No. 2, pp. 102-113.
Sayed, A. R., 2016. Experimental Analysis on variation of Bending Strength on Different Mild
Steel Weldments. International Journal for Scientific Research and Development, Vol. 5(01),
pp. 277-280.
LAMPIRAN FOTO PENGUJIAN

Anda mungkin juga menyukai