Anda di halaman 1dari 20

Praktikum Metalografi

Program Studi Teknik Mesin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan makin tingginya pemanfaatan material logam dalam kehidupan sehari –
hari terutama dunia industri, maka untuk memenuhi tuntutan. Suatu material logam
perlu suatu pengujian – pengujian terhadap material tersebut, sehingga di ketahui sifat
– sifat fisik maupun mekanik suatu material. Dengan mengetahui sifat – sifat material
maka kita dapat menentukan sifat – sifat mana yang harus dipetahankan ataupun di
hilangkan sesuai dengan fungsi material itu sendiri salah satu pengujian yang dapat di
lakukan adalah metallographic examination test.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan penggunaan ini adalah untuk mengetahui struktur mikro yang terbentuk
dari berbagai material yang mempunyai perlakuan panas yang berbeda dan unsur
paduan yang berbeda. Dengan mengetahui struktur mikro suatu material maka kita
dapat mengetahui atau membandingkan kekuatan material, hal ini di kerenakan setiap
struktur mikro mempunyai sifat – sifat yang berbeda.

1.3 Batasan Permasalahan


1. Membandingkan dengan teori yang ada, khususnya teori dan praktik
langsung dilaboratorium.
2. Laporan ini dipusatkan pada penelitian jenis bahan Baja, Baja
(Normalizing), Baja (Quenching)..

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Struktur Butir
Meskipun dimungkinkan untuk menghasilkan logam tanpa struktur kristal bahan
yang kini di gunakan dalam bidang rekayasa adalah logam kristalin. Akan tetapi
struktur kristal bahan ini tidak continue dan mengandung diskontunitas yang disebut
batas butir.

Gambar 2.1 Struktur mikro besi cor

Pada gambar 2.1 tampak struktur mikro besi cor setelah permukaann dipoles
dengan bahan kimia khusus yang menyerat batas butir, dibawah mikroskop akan
tampak batas butir (sebagai garis). Fasa yang berlainan akan memberi pantulan yang
berbeda dan memberikan efek warna sebetulnya, butir dan batas butir berdemensi tiga
dari gambar hanyalah menampilkan penampang tertentu. Gelembung bolihedial yang
terbentuk bila.
larutan sabun kita kocok merupakan model tiga dimensi dari kristal dengan
batas butirnya.
Butir kristal tak sepenuhnya berbentuk polihedial tetapi dapat mempunyai
bentuk yang berbeda, tergantung pada riwayat termal dan mekanik bahan utuh.
Terjadinya berbagai struktur di bahas pada bab – bab berikutnya sifat mekanik turut
ditentukan oleh ukuran butir makin halus butir, makin keras bahan dan kekuatan luluh
ketangguhan bahan juga makin tinggi.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 2


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

Kualitas suatu material sangat ditentukan oleh komposisi kimia dan


mikrostrukturnya. Mikro struktur merupakan struktur logam dalam reduksi
mikroskopik (1 – 100 μm). Dalam mikro struktur terdiri dari beberapa konstituen
seperti fasa butir kristal, cacat kristal segresi. Berikut ini gambar struktur
mikrostruktur.

Gambar 2.2 Skematis Mikrostruktur

2.2 Kandungan Atom/Unsur dan Struktur Baja, Baja (Normalizing), dan


Baja (Quenching).
2.2.1 Kandungan Atom/Unsur Besi
Pada baja ada berbagai macam fasa yang mungkin terbentuk akibat suatu proses
heat treatment. Dimana setiap fasa yang terbentuk memiliki sifat – sifat khusus. Ferit
mempunyai sel satuan kubus pusat badan atau Body Centered Cubus (BCC).
Menunjukkan molar yang jelas dan menjadi getas pada temperatur rendah. Austenit
mempunyai sel satuan kubus pusat muka atau Fase Centered Cubus (FCC).
Menunjukkan titik molar yang jelas tanpa kegetasan pada keadaan dingin. Akan tetapi
kalau berupa fasa menstabil bias berubah menjadi α1 pada temperature rendah dengan
pengerjaan matensit adalah fasa larutan padat lewat jenuh dari carbon.
Dalam sel satuan tetragonal pusat badan atau Body Centered Tetragonal (BET)
makin tinggi derajat kelewat jenuhan carbon makin besar perbandingan satuan sumbu

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 3


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

sel satuannya matensit tersebut, bainit mempunyai sifat – sifat antara lain martensit
dan ferit.
Sesuai dengan keaneka ragaman strukturnya maka dapat diperoleh berbagai sifat
baja termasuk kekuatan dan keuletan, faktor – faktor yang menentukan sifat – sifat
mekanik adalah macam fasa adalah unsur paduan dalam fasa banyak fasa ukuran dan
bentuk senyawa untuk mendapatkan sifat–sifat mekanik yang didinginkan perlu
mendapat struktur yang cocok dengan komponen kimia dan perlakuan panas yang
tepat. Sepeti di tunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Fasa Yang ada Pada Baja
Fasa dan Simbol Stuktur Penjelasan

Menurut Austenit ( γ ) FCC Fasa magnetic dan Stabil pada


Kristal temperatur tinggi
Ferit ( α ) BCC Stabil pada temperatur rendah
kelarutan padat terbatas dapat
berada bersama Fe3C ( simentit )
atau lainnya
Bainit (α ) BCC Austenit metastabil di dinginkan
dengan laju pendinginan cepat
tertentu terjadi hanya presipitasi
Fe3C unsur paduan lainnya tetap
larut
Martensit (α1 ) BET Fasa metastabil terbentuk dengan
laju pendinginan cepat semua
unsur paduan masih larut
Menurut Perlit Lapisan ferit dan Fe3C
Keadaan
Widmanstaetten Y dan X dalam orientasi pada
persipitasi ferit

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 4


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

Dendrit Berbentuk cabang – cabang


seperti pohon struktur ini
terbentuk karena segregasi carbon
pada pembekuan
Sorbit Sorbit adalah perlit

Trostit Trostit adalah bainit nama ini


tidak banyak dipakai

2.2.2 Baja Tahan Karat


Salah satu cacat pada penggunaan baja adalah terjadinya korosi, yang biasanya
di cegah dengan mempergunakan pelapisan atau pengecatan. Baja tahan karat adalah
semua baja yang tidak dapat berkarat, banyak diantara baja ini yang di pergunakan
secara metalurgi menjadi baja tahan karat austenit, baja tahan karat ferit, baja tahan
karat matensit dan baja tahan karat tipe pengelasan presipitasi.
Kalau Cr dipadukan pada besi di atas 12 – 13 % karat yang berwarna merah
tidak terbentuk, karena oleh adanya oksigen di udara terjadi permukaan yang stabil
(permukaan pasif) oleh karena itu baja yang mengandung unsur tersebut di namakan
baja tahan karat. Kalau baja mengandung lebih dari 17% Cr akan terbentuk suatu
lapisan yang stabil karat pada permukaan dari baja tahan karat 17% Cr sering terjadi
di sebabkan karena presipitasi carbide Cr pada batas butir dan oksidasi Cr di
permukaan karenanya lapisan permukaan menjadi kekurangan Cr yang mengurangi
ketahanan korosinya.
Kalau ini di padukan pada besi kehilangan karat yang di sebabkan korosi di
dalam asam berkurang dan ketahanan karosi bias di perbaiki.
Baja tahan karat adalah baja paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur
paduan tersebut seperti Cr dab Ni dan dapat di bagi menjadi sistim Fe – Cr dan Fe –
Cr – Ni yang pertama termasuk baja tahan karat martensit dan ferit dan yang terakhir
baja tahan karat austenit biasanya Mo, Cu, dsb di tambahkan kepada baja ini untuk
memenuhi maksud tertentu pada penggunaan.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 5


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

2.2.3 Kandungan Atom/Unsur dan Struktur Besi Cor


Seperti telah di ketahui dari diagram kesetimbangan Fe – C, kalau besi cor cair
dari eutektik atau hiper eutektik di dinginkan, akan membeku menjadi kristal berupa
austenit primer atau grafit primer setelah sampai garis cair seperti di tunjukkan secara
skematis oleh gambar .

Gambar 2.3 Ilustrasi skematis dari pembekuan logam.

Setelah sampai temperature eutektik fasa berupa grafit – austenit menginti dan
tumbuh di sekitar kristal primer pada saat ini grafit tumbuh ke segala arah yang
menyentuh cairan dan membentuk cabang–cabang sesuai dengan laju
pertumbuhannya dan sebagai akibatnya akan terbentuk kumpulan eutektik yang
hampir menyerupai bentuk baja
Ini dinamakan sel eutektik dalam batas sel eutektik ini berkumpul cairan yang
mempunyai titik cair rendah yang mengandung unsur – unsur lain yang kemudian
beku jadi selanjutnya pembekuan berakhir, sehingga struktur dari besi cor terdiri dari
grafit yang terbentuk serpih – serpih berada pada matrik besi.
Pada umumnya patahan besi cor mempunyai warna kelabu yang di sebabkan
oleh grafit yang terjadi pada waktu pembekuan jadi besi cor demikian dinamakan besi
cor kelabu kalau laju pendinginan pada pembekuan tinggi Fe3C – austenit dari
eutektoit mengkristal yang menunjukkan patahan berwarna putih oleh karena itu besi
cor ini di namakan besi cor putih.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 6


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

Dalam besi cor apakah terbentuk grafit atau sementit, tergantung pada laju
pendinginan tetapi juga sangat di pengaruhi oleh komposit lain pada umumnya unsur
– unsur bertanggung jawaban terhadap percepatan penggrafitan pada waktu
pembekuan besi cor dan unsur – unsur yang bertanggung jawab keadaan sebaliknya di
sebut dalam urutan menurut kemampuannya sebagai berikut:
 Unsur – unsur yang mempercepat penggrafitan
Si, Ti, Ni, Co, Au, Pt
 Unsur – unsur memperlambat penggrafitan
Cr, Te, S, Y, Mn, Nc, P, W, Mg, B, C, H, N

2.2.4 Besi Cor Nodular


Kalau Mg atau Ce di tambahkan pada cairan besi cor maka pada grafit pada
cairan akan terbentuk bulatan dibandingkan dengan grafit yang mempunyai bentuk
serpih seperti daun grafit yang terbentuk bulat atau nodular mempunyai derajat
konsentrasi tegangan yang sangat kecil maka kekuatan besi cor menjadi lebih baik
unsur – unsur lain yang dapat membulatkan grafit yaitu Ca, Na, K, Li, Ba, Sr,
Zn,dsb.Telah dikenal, tetapi di pasarkan atas masalah harga maka dipilih unsur Mg
yang paling menguntungkan besi cor nodular mempunyai keuletan yang baik,
mempunyai ketahanan korosi dan ketahanan panas yang baik pula.
Sejak berhasilnya pembuatan grafit dalam besi cor berbagai bentuk grafit mulai
di amati antara bentuk serpih dengan bentuk bulat maka pada konggres pengecoran
internasional pada tahun 1962 bentuk – bentuk grafit tersebut diklasifikasikan seperti
gambar di bawah.
Besi cor bergrafit bulat mempunyai komponen kimia yang memudahkan
penggantian dan sifat – sifat mekaniknya terutama di tentukan oleh matriks dan
perlakuan panas P adalah unsur yang merusak sifat mekanik oleh karena itu kadar
fosfor dibuat maximum 0,1% untuk penggunaan pada temperatur kamar atau 0,05%
untuk penggunaan pada temperatur lebih rendah.
2.2.5 Kandungan Atom/Unsur dan Struktur Baja (Normalizing)
Normalizing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginannya
diudara terbuka. Tujuannormalizing antara lain untuk memperbaiki sifat mampu

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 7


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

mesin, memperhalus butir dan lain sebagainya. Temperatur pemanasan normalizing,


untuk baja hypoeutektoid dipanaskan pada temperatur 30 oC sampai dengan 40 C
diatas garis A3 agar diperoleh Austenit yang homogen.
Daerah temperatur pemanasan untuk proses Annealing dan Normalizing dari
diagram fasa Fe-C, dapat dilihat pada Gbr

Gambar. Temperatur pemanasan untuk Annealing, Normalizing, Hot Working dan


Homogenizing pada diagram Fe-Fe3C
Setelah waktu penahanan pada temperatur austenisasi selesai, kemudian baja
didinginkan di udara sampai mencapai temperatur kamar (27 oC). Struktur Metalurgi
baja HypoEutektoid yang dihasilkan terdiri dari ferit danperlit.Sifat mekanik baja
yang dihasilkan setelah proses annealing dan normalizing, tergantung pada laju
pendinginan diudara. Laju pendinginan yang agak cepat akan menghasilkan kekuatan
dan kekerasan yang lebih tinggi.Siklus dari temperatur pemanasan dan kecepatan
pendinginan dari proses annealing dan normalizing, dapat dilihat pada Gbr

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 8


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

Gambar. Skematik siklus temperatur – waktu dari annealing dan normalizing


2.2.6 Kandungan Atom/Unsur dan Struktur Baja (Quenching)
System pendinginan produk baja secara cepat dengan cara penyemprotan air
pada pencelupan serta perendaman produk yang masih panas kedalam media air atau
oli. Sistem pendinginan ini seperti garis-c diagram diatas. Selain dari ketiga system
heat treatment diatas ada juga heat treatment tahap kedua pada rentang suhu dibawah
austenit yang dinamakan Tempering. Pemanasan ulang produk baja ini biasa
dilakukan untuk produk yang sebelumnya di quenching. Setelah di temper, maka
diharapkan produk tersebut akan lebih ulet dan liat.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 9


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

2.3 Diagram Fasa


2.3.1 Diagram Fasa Baja

2.3.2 Diagram Fasa Baja (Normalizing)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 10


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

2.3.3 Diagram Fase Baja (Quenching)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 11


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

BAB III
SISTEMATIKA PENELITIAN
3.1. Alat-Alat yang Digunakan
1. Grinding belt.
2. Sandpaper dan pemegangnya.
3. Metallographic polishing table.
4. Metallographic polishing cloths.
5. Metallographic polishing obrasives.
6. Bejana untuk etching reagents.
7. Etching reagents.
8. Mikroskop metallorgi.
9. Kamera.
10. Film.
11. Printing paper dan alat-alat cetak foto.
12. Benda kerja.

3.2. Langkah – Langkah Kerja


3. Untuk memperoleh permukaan benda uji yang memenuhi syarat agar dapat
di teliti dibawah mikroskop maka di perlukan kegiatan – kegiatan persiapan
benda uji. Terdapat 3 benda yang akan diteliti yaitu Baja, Baja
(Normalizing), Baja (Quenching) berukuran 4-5 mm. Pengujiannya
dilakukan pada temperature suhu kamar 24ºC.
a. Membuat tempat untuk meneliti bahan yaitu dengan menggunakan
resin dan katalis.
b. Resin, katalis dicampur lalu dituang ke paralon yang telah
dibawahnya sudah dilapisi malam dan tengahnya sudah diberi
bahan (Baja, Baja Normalizing, Baja Quenching). Setelah itu
ditunggu hingga padat.
c. Lalu setelah padat baru dilakukan pekerjaan mengikir bahan.
d. Menggosok kasar dengan amplas no 3 dalam satu arah permukaan
benda kerja yang di teliti.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 12


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

e. Menggosok kasar lanjutan dengan kertas amplas no 400 dengan


arah lurus pergerakan pertama.
f. Penggosokan halus permukaan tersebut dengan kertas amplas no
800 dengan arah yang sama.
g. Penggsokan halus lanjutan dengan kertas amplas no 1000 dengan
arah yang sama.
h. Memoles permukaan tersebut pada piringan pertama dan dilapisi
dengan polishing clath fuighat. kehalusan pertama memakai obat
poles yang sama dilakukan pada metallographic polishing table.
i. Melanjutkan polshing tersebut pada piringan kedua yang berputar
cepat tetapi dengan lapisan polishing cloth dengan tingkat
kehalusan kedua.
j. Melanjutkan polishing pada piringan ketiga dan berakhir di lapisi
dengan polishing cloth fughat kehalusan ketiga( paling halus).
k. Memeriksa permukaan tersebut sampai licin di bawah mikroskop
untuk memastikan apakah pekerjaan – pekerjaan sebelumnya telah
di lakukan dengan benar sehingga permukaan logam benar – benar
telah memenuhi syarat untuk di etsa yang harus dinyatakan siap
oleh asisten.
2. Mengseketsa permukaan yang telah memenuhi syarat dengan bahan etsa
(etching reagents ) yaitu menggunakan HNO3 , HCL dan Audest.
a. Baja diberi cairan HNO3 sebanyak satu tetes selama 5 detik, lalu
Baja dimasukkan ke dalam cairan Audest selama 20 detik.
b. Baja (Normallizing) diberi cairan HNO3 sebanyak satu tetes selama
5 detik, lalu Besi dimasukkan ke dalam cairan Audest selama 20
detik.
c. Baja (Quenching) diberi cairan HCL sebanyak satu tetes selama 3
detik, lalu Alumunium dimasukkan ke dalam cairan Audest selama
20 detik.
Bila semua bahan telah selesai dietsa lalu dikeringkan menggunakan
alat pengering.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 13


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

3. Meletakkan permukaan yang telah dietsa tersebut di bawah microskop


optic dengan pembesaran 100X.
4. Memotret struktur mikro.
5. Film hasil pemotretan dicuci dan di cetak.

3.3. Tujuan dan Pengertian Metallographic Examination


Metallographic adalah suatu pengetahuan yang khusus mempelajari struktur
logam dan paduan sehubungan dengan sifat – sifat fisik dan mekanis. Dalam
metalografi dikenal ada penelitian mikroskopik dan makroskopik.
Penelitian mikroskopik menggunakan mikroskop optik bahkan mikroskop
electron (SEM, EDS)
Pembesaran dengan cara pertama biasanya 10 kali sedangkan dengan cara ke
dua sampai ribuan kali. Praktikan harus melakukan penelitian mikroskopis dari baja
dan besi yang telah mengalami heat treatment memakai mikroskop optic sehingga di
peroleh gambar – gambar struktur baja dan besi yang bersangkutan untuk kemudian
diteliti lebih lanjut hubungan gambar mikrostruktur tersebut dengan sifat–sifat baja
dan besi sehingga setiap praktikan wajib memberikan hasil pengujian beserta
kesimpulan.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 14


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

3.4. Data Praktikum


Data yang diperoleh dari praktikum adalah berupa foto-foto struktur mikro
beberapa material:
1. Foto 1 Baja
Disajikan dengan menggunakan pembesaran 100X.

Gambar 3.1 Struktur mikro Baja

2. Foto 2 Baja (Normallizing)


Disajikan dengan menggunakan pembesaran 100X.

Gambar 3.2 Struktur mikro Baja (Normalizing)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 15


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

3. Foto 3 Baja (Quenching)


Disajikan dengan menggunakan pembesaran 100X.

Gambar 3.3 Struktur mikro Baja (Quenching).

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 16


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Data Dari Hasil Foto Struktur mikro
Dari hasil pengamatan mikroskopic diperoleh foto-foto dari struktur mikro
beberapa material :
1. Foto 1 Baja
a. Pada foto tampak butirannya yang halus, dikarenakan butirannya yang halus
maka menunjukan bahwa kekuatan dan kekerasannya cukup baik tetapi agak
getas.
b. Dengan kekuatannya yang cukup baik biasanya material ini dimanfaatkan
sebagai bahan untuk poros roda gigi, baut, mur dan batang torak.
c. Namun Baja terlihat tidak tahan terhadap cairan Asam.

2. Foto 2 Baja (Normalizing)


a. Dilihat dari strukturnya foto 2 merupakan struktur mikro paduan Fe-C.
b. Pada foto tampak warna putih adalah Fe (Besi), sedangkan titik hitam
menunjukkan unsur Carbon (C).
c. Besi tidak tahan terhadap cairan Asam.

3. Foto 3 Baja (Quenching)


a. Terlihat dari strukturnya bahwa Alumunium memiliki keuletan yang baik.
b. Alumunium tersebut tidak tahan terhadap garam, Namun tahan terhadap Asam
sehingga Alumunium lebih banyak digunakan untuk bahan pembuatan
material.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 17


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

4.2 Pembahasan
Ferit adalah larut padat C dalam Fe dan perlit yaitu komposisi eutectoid di
mana Fe berlapis – lapis dengan Fe3C (Sadino, Teknik Cor,Diktat ITS, 1997). Besi
cor paling banyak dipakai sebagai bahan industri yang merupakan sumber sangat
besar, dimana sebagian ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang paling penting
karena sifat – sifatnya yang berfariasi missal baja yang belum dipanaskan dan baja
yang sudah dipanaskan:
1. Untuk penjelasan foto struktur mikro baja ST 37 diatas adalah bagian yang
berwarna hitam ialah perlit dan bagian putih ialah ferit dengan kadar karbon
2% baja ini termasuk baja baja kekuatan tarik rendah tapi pada umumnya
masanya bertambah besar bagian tengahnya mempunyai kekuatan dan
keuletan yang lebih buruk disbanding kulitnya hal ini di sebabkan oleh
perbedaan dan perbandingan pembekuan. Kalau masa menjadi lebih besar di
bagian yang lebih dekat ke tengah pembekuannya menjadi lebih lambat dan
strukturnya menjadi lebih lemah karena struktur butirnya halus sehingga bahan
ini agak getas tetapi kekuatan dan
kekerasan baik (Tata Surdia, Teknik Pengecoran Logam, 1986).
2. Untuk foto 2 adalah paduan ini yang mengandung fasa perlit sekitar 73%
mempunyai sifat yang ulet. Pada foto tampak warna putih adalah Fe
(Besi/Ferit), sedangkan titik hitam menunjukkan unsur carbon (C) (Tata
Surdia, Teknik Pengecoran Logam, 1986).

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 18


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat kita ambil beberapa kesimpulan:
1. Ukuran butir sangat menentukan sifat kekerasan pada suatu bahan makin kecil
butirannya maka material akan semakin keras namun getas. Namun sifat getas itu
dapat diperbaiki dengan proses temper.
2. Jenis fasa yang terbentuk juga sangat mempengaruhi sifat mekanik material,
misal:ferit memiliki sifat tegangan yang tinggi namun getas pada temperatur
rendah.
3. Kesempurnaan dalam mengahaluskan spesimen sangat mempengaruhi foto yang
di dapatkan, selain itu pemfokusan lensa yang kurang tepat di hasilkan foto yang
kurang jelas

5.2 Saran
1. Diharapkan praktikum yang akan datang, alat-alat yang di gunakan seperti pada
buku panduan.
2. Tujuan dari praktikum agar lebih jelas.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 19


Praktikum Metalografi
Program Studi Teknik Mesin

DAFTAR PUSTAKA

EJ.Bradbory,1999.”Dasar Metalurgi rekayasawan”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama.

Surdia, Tata dan Saito, Shinroku.,2000. ‘Pengetahuan Bahan Teknik‘,Jakarta,


Pradnya Paramita.

Surdia, Tata dan Chijiwa, Kenji,1986.”Teknik Pengecoran Logam”, Jakarta,Pradnya


Paramita.

Sadino,1997.“Teknik Cor”, Diktat ITS.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 20

Anda mungkin juga menyukai