Anda di halaman 1dari 18

2.

1 Uji Jominy
2.1.1 Pengertian Uji Jominy
Metode jominy test merupakan suatu metode yang mencakup keseluruhan
prosedur dalam perhitungan hardenability baja. Pengujian ini meliputi water
quenching pada salah satu ujung baja st60 berbentuk silinder dengan diameter 1,0
in dan mengukur efek pengerasan sebagai fungsi jarak terhadap quenched end.
Jominy test bertujuan untuk Mengetahui kemampuan pengerasan logam (baja)
dengan menentukan ketebalan dan distribusi kekerasan yang dicapai bila
diberikan perlakuan panas tertentu dan dilakukan pendinginan yang bervariasi
yaitu secara quenching dan normalizing.Adapun gambar alat pengujian jominy
dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jominy End Quench Test

Hardenability adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan


membentuk martensit ". Hardenability menggambarkan dalamnya pengerasan
yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik
di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit. Untuk itu
perlu dilakukan pengujian Jominy agar dapat diketahui sifat mampu keras dari
baja tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat bertindak tepat dalam pengolahannya
sehingga dapat menurunkan biaya dalam proses produksi tapi tetap
mempertahankan kualitas yang diinginkan.Percobaan Jominy merupakan suatu
standar yang banyak digunakan untuk mengetahui sifat mampu keras suatu baja.
Melalui prosedur ini, semua factor yang berpengaruh terhadap kekerasannya
(seperti bentuk specimen , ukuran specimen dan quenching treatment) dijaga agar
tetap sama/konstan. Hal ini ditentukan menurut standar pengujuan jominy yang
ditunjukkan pada gambar 2.2 sebagai berikut.

Gambar 2.2 Jominy Test

2.1.2 Proses Pendinginan Pengujian Jominy

Proses ini dilakukan dengan cara logam yang sudah dipanaskan hingga suhu
austenite dan setelah itu logam didinginkan dengan cara mencelupkan logam
tersebut ke dalam media pendingin cair, seperti air, oli, air garam dan lain-
lain.Pada percobaan Jominy, kecepatan pendinginan tidak merata. Hal tersebut
disebabkan karena hanya satu bagian/ujung (bagian bawah) dari benda uji
diquench dengan semprotan air sehingga kecepatan pendinginan yang terjadi
menurun sepanjang benda uji, dimulai dari ujung yang disemprot air, permukaan
maupun sisi dari spesimen pengujian jominy yang lain tidak boleh terjadi proses
pendingian melalui semprotan air.Penyemprotan air untuk melakukan
pendinginan spesimen pengujian ini dilakukan secara konstan sampai mencapai
suhu kesetimbangan pada spesimen pengujian.Perlu dibedakan pengertian
kekerasan dengan kemampukerasan.Kekerasan adalah kemampuan dari suatu
material untuk menahan beban samapai deformasi plastis.Sedangkan pengertian
kemampukerasan adalah kemampuan suatu material untuk dikeraskan.
Pada percobaan ini pelaksanaannya menggunakan dua metode, dimana cara
pendinginan untuk ujung yang bawah dengan cara menyemprotkan air langsung
yaitu quenching sedangkan untuk ujung yang lain dilakukan dengan cara
normalizing.Pendinginan di ujung yang disemprotkan dengan air pendinginannya
terjadi dengan lebih cepat daripada ujung yang satunyayang melakukan proses
pendinginan dengan bantuan udara/suhu ruangan (still air) atau yang dapat disebut
dengan metode pendinginan normalizing. Jadi laju pendinginan terbesar terjadi di
ujung benda uji yang disemprot air karena merupakan proses pendinginan dengan
metode quenching.Laju pendinginan ini mempengaruhi nilai kekerasan
disepanjang permukaan spesimen pengujian jominy. Perbedaan Nilai kekerasan
ini dapat terlihat setelah spesimen pengujian melakukan proses pengujian jominy
dan dilanjutkan dengan proses pengujian nilai kekerasan spesimen
pengujian.Perbedaan pendinginan pada ujung spesimen ini untuk mengetahui
perbedaan distribusi kekerasan di sepanjang permukaan spesimen pengujian
jominy. Berikut ini merupakan proses pendinginan spesimen dengan metode
quenching dan normalizing dalam proses pengujian jominy dapat ditunjukkan
pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pendinginan Spesimen Pengujian Jominy

2.2 Baja
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon.Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar
antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada
dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,
nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel,
krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.[1] Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice)
atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam,
banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Besi dapat ditemukan pada bagian kerak bumi hanya dalam bentuk bijih, biasanya
dalam bentuk besi oksida seperti magnetit dan hematit.besi diekstraksi dari bijih
besi dengan menghilangkan atom oksigen dan kemudian menggabungkannya
kembali dengan atom lain seperti karbon. Proses ini disebut smelting.[2] Ada
sejumlah kecil besi yang sudah melalui proses ini pada masa lampau dengan cara
memanaskan bijih yang ditanam pada bara api dan kemudian menggabungkan
kedua logam dengan menempanya palu. Kandungan karbon yang terkandung juga
dapat dikontrol.
Temperatur tinggi pada proses smelting dapat dicapai dengan metode kuno
yang sudah dipakai sejak zaman Tembaga. Karena tingkat oksidasi besi
meningkat sangat cepat diatas suhu 800 C (1,470 F), maka harus diperhatikan
bahwa proses smelting harus dilaksanakan pada lingkungan dengan tingkat
oksigen rendah. Proses peleburan akan menghasilkan paduan yang dinamakan
baja.[2] Kelebihan karbon dan pengotor lainnya dapat dihilangkan dengan
beberapa proses bertahap.
Beberapa material juga ditambahkan ke campuran besi/karbon untuk
mendapatkan baja dengan karakteristik yang diinginkan.Nikel dan mangan
ditambahkan untuk menambah kekuatan, krom ditambahkan untuk meningkatkan
kekerasan dan titik didih, serta penambahan vanadium juga menambah kekerasan
serta mengurangi dampak kelelahan logam.[3]
Untuk mencegah korosi, ditambahkan kromium paling sedikit 11% wt sehingga
membentuk oksida yang keras pada permukaan baja; baja ini dikenal dengan
stainless steel (baja anti noda). Tungsten ditambahkan pada pembentukan
cementit, sehingga pada kecepatan quench yang lebih rendah akan membentuk
martensit. Di sisi lain, sulfur, nitrogen, dan fosfor membuat baja menjadi getas,
sehingga elemen ini harus dipisahkan ketika pemrosesan.[3]
Densitas baja bervariasi tergantung dari unsur pembentuknya, namun umumnya
berada di antara 7,750 and 8,050 kg/m3 (484 and 503 lb/cu ft), atau 7.75 and
8.05 g/cm3 (4.48 and 4.65 oz/cu in).[4]
Meski dalam rentang konsentrasi campuran yang rendah besi dan karbon
membentuk baja, namun dapat terbentuk berbagai macam struktur metalurgi yang
berbeda dengan sifat yang sangat berbeda pula.Memahami sifat-sifat ini sangat
penting dalam produksi baja.Pada suhu ruangan, bentuk besi yang paling stabil
adalah struktur body-centered cubic (BCC) yang disebut ferrit atau besi-. Besi ini
merupakan logam lunak yang hanya dapat melarutkan karbon dalam konsentrasi
kecil, tidak lebih dari 0.021 wt% pada 723 C (1,333 F), dan hanya 0.005% pada
0 C (32 F). Pada 910 C besi murni berubah menjadi struktur face-centered
cubic (FCC), yang disebut austenit atau besi-. Struktur FCC austenit dapat
melarutkan karbon lebih banyak, sampai 2.1%[5] (karbonnya 38 kali ferrit) pada
1,148 C (2,098 F), yang disebut besi tuang (cast iron).[6]
Ketika baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,8% dipanaskan, maka fase
austenitic (FCC) campuran mencoba berubah menjadi fase ferrit (BCC),
menghasilkan kelebihan karbon. Berikut ini merupakan gambar diagram Fasa
Besi Karbon yang dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Diagram Fasa Fe-C

Baja dikelompokkan secara umum menjadi dua jenis yaitu Baja karbon dan
baja paduan.Adapun macam-macam jenis baja adalah sebagai berikut.
1. Baja Karbon
Baja karbon adalah material logam yang Baja karbon adalah material
logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan unsur kedua yang berpengaruh
pada sifat-sifatnya kedua yang berpengaruh pada sifat sifatnya adalah karbon,
sedangkan unsur yang lain berpengaruh menurut prosesntasenya berpengaruh
menurut prosesntasenya.Baja Karbon terbagi menjadi sebagai berikut.
Baja karbon rendah (low carbon steel)
Baja karbon yang memiliki machine, machinery dan mild steel (0,05 %
0,30% C) Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Baja karbon rendah
digunakan untuk body otomotif, sekrup,paku, pipa, rantai, bangunan, paku
keeling dengan kandungan 0.05%-0.2%C. Sedangkan penggunaan lainnya
sebagai gear, poros, baut, jembatan, bangunan dengan kandungan 0.2%-
0.3%C. adapun gambar dari baja karbon rendah dapat dilihat pada gambar
2.5.

Gambar 2.5 Baja Karbon Rendah


Baja karbon menengah (medium carbon steel )
Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.Sifatnya sulit untuk
dibengkokkan, dilas, dipotong.Baja karbon menengah digunakan sebagai
stang piston, pin engkol, dan as dengan kandungan 0.3-0.4%C. Penggunaan
lainnya baja karbon menengah digunakan sebagai as roda mobil, poros
engkol, rel kereta, pemanas, dan obeng dengan kandungan 0.3%-0.5%C.
Sedangkan baja karbon menengah digunakan sebagai palu dan eretan dengan
kandungan 0.5%-0.6%C. adapun gambar baja karbon menengah pada gambar
2.6 sebagai berikut.

Gambar 2.6 Baja Karbon Menengah

Baja karbon tinggi (high carbon steel)


Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan baja karbon
tinggi yaitu 0,60 % 1,50 % C.baja karbon tinggi digunakan sebagai obeng,
palu pandai besi, pisau dapur, sekrup, palu, rahang ragum, pisau, mata bor,
pembesar lubang, gergaji pemotong baja, kawat, pisau pemotong. Adapaun
gambar dari baja karbon tinggi dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Baja Karbon Tinggi


2. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang diperoleh dari pemaduan dua unsur atau lebih
untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu yang diinginkan. Baja paduan dengan
kandungan paduannya <2,5% disebut low alloy steel. Baja paduan dengan
kandungan paduannya 2.5-10% disebut medium alloy steel.Baja paduan dengan
kandungan paduannya >10% disebut high alloy steel. Adapun baja terbagi
menjadi 2 golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy steel) &highspeed
steel sebagai berikut:
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel,
chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan
menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan
merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat
dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters.
Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material
tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon
steel.Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada
carbon steel.

2.3 Perlakuan Panas


Perlakuan panas (heat treatment) adalah serangkaian perlakuan termal
terhadap logam untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu.Adapun proses
perlaukan panas betujuan untuk mengubah struktur logam dengan jalan
memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing
mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.Sifat-sifat logam yang
terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam
disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai
sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya
pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam
dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.Pemanasan dilakukan
sampai temperatur Austenit.Pada temperature ini ditahan beberapa saat untuk
meratakan pemanasan diseluruh bagian specimen. Temperatur pemanasan yang
umum dilakukan adalah T0 = A3 + 100 (0C).
Perubahan sifat yang dapat diperoleh dari perlakuan panas pada logam adalah
sifat mekanik seperti kekerasan, kekuatan, keuletan, ketangguhan, dll.Sifat-sifat
mekanik tersebut merupakan sifat yang sering dirubah dengan metode heat
treatment atau perlakuan panas. Sifat mekanik yang lain yang dapat dirubah
melalui proses heat treatment atau perlakuan panas adalah sifat teknologi seperti
sifat mampu bentuk, mampu las, dan mampu mesin.
2.3.1 Quenching
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam
sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan
kehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang cukup.Selanjutnya
secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada
kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja.Pada
waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi
ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah
larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementit
oleh karena itu terjadi fase mertensit, ini berupa fase yang sangat keras dan
bergantung pada keadaan karbon.
Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat, semua
unsur paduan masih larut dalam keadaan padat.Pemanasan harus dilakukan secara
bertahap (preheating) dan perlahan-lahan untuk memperkecil deformasi ataupun
resiko retak.Setelah temperatur pengerasan (austenitizing) tercapai, ditahan dalam
selang waktu tertentu (holding time) kemudian didinginkan cepat.Adapun media
pendingin quenching yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Air
Adapun penjelasan air sebagai media pendingin spesimen pengujian adalah
sebagai berikut:
Sangat umum digunakan sebagai quenching, dan juga mudah diperoleh
sehingga tidak ada
kesulitan dalam pengambilan dan penyimpanan.
Panas jenis dan konduktivitas termal tinggi, sehingga kemampuan
mendinginkannya tinggi.
Dapat mengakibatkan distorsi
Digunakan untuk bendabenda kerja yang simetris dan sederhana
2. Oli
Adapun penjelasan li sebagai media pendingin spesimen pengujian adalah
sebagai berikut:
Laju pendinginan lebih lambat dibandingkan air
Konduktivitas termal, panas laten penguapan rendah
Viskositas tinggi, laju pendinginan menjadi rendah(pendinginan lambat)
Viskositas yang rendah menyebabkan laju pendinginan tinggi dan menjadi
mudah terbakar.
Pada dasarnya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok
untuk digunakan. Melalui temper, kekerasan, dan kerapuhan dapat diturunkan
sampai memenuhi persyaratan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun,
sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Pada saat tempering proses
difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri dari martensit berarti
keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi kekuatan tarik, dan kekerasan
menurun. Sifat-sifat mekanik baja yang telah dicelup, dan di-temper dapat diubah
dengan cara mengubah temperatur tempering. Berikut ini merupakan gambar
diagram proses quenching dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Proses Quenching (T Vs t)

2.3.2 Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas dimana proses pemanasan
mencapai temperatur austenisasi (temperatur eutectoid), dan kemuadian
didinginkan perlahan pada udara (still air atau slightly agitated air). Pada
umumnya, proses normalizing dilakukan pada temperatur 55oC diatas upper
critical line pada diagram fasa Fe Fe3C, seperti pada gambar 2.17
dibawah.Untuk baja hypoeutectoid temperatur pemanasan dilakukan diatas garis
Ac3 sedangkan untuk baja Hypereutectoid temperatur pemanasan dilakukan diatas
garis Acm. Proses pemanasan harus menghasilkan fasa austenit dengan stuktur
kristal FCC secara homogen, dan dilanjutkan dengan proses pendinginan yang
benar. Berikut ini merupakan gambar dari proses normalizing dapat dilihat pada
gambar 2.9.

Gambar 2.9Temperatur Proses Normalizing


Tujuan dari proses normalizing sangat bervariasi. Normalizing dapat
meningkatkan atau menurunkan kekuatan dan kekerasan dari pada baja,
bergantung pada perlakuan panas dan sifat mekanik dari baja sebelum dilakukan
proses normalizing. Tetapi secara umum tujuan dari proses normalizing adalah
untuk meningkatkan mampu mesin (machinability), grain-structure refinement,
homogenisasi, dan mengatur atau memodifikasi residual stress yang ada pada
baja. Berikut ini merupakan gambar kurva prosedur proses normalizing dan
annealing dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10kurva prosedur proses normalizing dan annealing.


2.3.3 Annealing
Annealing merupakan proses perlakuan panas (heat treatment) yang
mengubah struktur mikro material yang menyebabkan perubahan sifat seperti
kekuatan, kekerasan, dan keuletan dengan dilakukan proses pemanasan baja di
atas temperature kritis ( 723 C ) selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai
temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil
dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh
struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara. Dalam
proses annealing terjadi mekanisme diffusi atau pergerakan atom-atom pada
struktur logam dalam keadaan padat yang akan menyebabkan penataan ulang
struktur atom pada logam sehingga material logam tersebut akan lebih ulet dan
mudah terdeformasi. Berikut adalah tujuan dari proses annealing yang dilakukan
pada material logam:
Membuat struktur material logam menjadi homogen (seragam).
Meningkatkan sifat kemampuan pengerjaan dingin (cold working) dari
material logam.
Menghilangkan tegangan sisa pada material logam yang telah mengalami
proses pengerjaan.
Refining struktur material logam.
Mempersiapkan material logam untuk proses pengerjaan lanjutan.
Meningkatkan keuletan dari material logam.
Memperlunak material logam.
Mengurangi kekerasan material logam.
Berikut ini merupakan gambar dari diagram annealing dapat dilihat pada
gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram Proses Annealing

2.3.4 Tempering
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari
kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan
sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering
(di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang
telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses
tempering kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi
persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang
keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini
menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil
(annealing) karena di sini sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Pada
suhu 200C sampai 300C laju difusi lambat hanya sebagian kecil.karbon
dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan
kerapuhannya. Di antara suhu 500C dan 600C difusi berlangsung lebih cepat,
dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk sementit.
2.3.5 Diagram TTT dan TTC
Adapun fungsi dari diagram TTT dan TTC adalah sebagai berikut:
1. Diagram TTT (Time Temperature Transformation)
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan
pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan
struktur mikro yang berbeda. Berikut ini merupakan gambar diagram isothermal
transformation diagram dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Isothermal Transformation Diagram

2. Diagram CCT (Continous Cooling Transformation)


Pengaruh kecepatan pendinginan secara menerus terhadap struktur mikro
yang terbentuk. Berikut ini merupakan gambar diagram continuous cooling
transformation dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Continous Cooling Transformation)


2.4 Uji Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan
(frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan
dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro
dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan).Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan
pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki
spesifikasi kualitas tertentu.Adapun salah satu metode dari uji kekerasan dapat
dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Pengujian Kekerasan

Adapun jenis-jenis metode pengujian kekerasan adalah sebagai berikut.

2.4.1 Metode Brinell (HB/BHN)


Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut
(spesimen).Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang
memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000
kgf.Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat
dari bahan Karbida Tungsten.
2.4.2 Metode Vickers (HV/VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan
yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti
ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil
dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000
gram.
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien)
dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari
indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136/2).

2.4.3 Metode Micro Hardness (Knoop Hardness)


Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai
kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang
getas seperti keramik.

2.4.4 Metode Rockwell (RH/HRN)


Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor
berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material
uji tersebut.Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode
Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh
indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban
mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil
sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor
ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat. Dibawah ini
merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan
metode Rockwell.
HR = E e

Keterangan:

F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)


F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness

Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell
skala dan range uji dalam skala Rockwell dapat dilihat pada table 2.1.

Tabel 2.1 Rockwell Hardness Scales

Anda mungkin juga menyukai