1 Uji Jominy
2.1.1 Pengertian Uji Jominy
Metode jominy test merupakan suatu metode yang mencakup keseluruhan
prosedur dalam perhitungan hardenability baja. Pengujian ini meliputi water
quenching pada salah satu ujung baja st60 berbentuk silinder dengan diameter 1,0
in dan mengukur efek pengerasan sebagai fungsi jarak terhadap quenched end.
Jominy test bertujuan untuk Mengetahui kemampuan pengerasan logam (baja)
dengan menentukan ketebalan dan distribusi kekerasan yang dicapai bila
diberikan perlakuan panas tertentu dan dilakukan pendinginan yang bervariasi
yaitu secara quenching dan normalizing.Adapun gambar alat pengujian jominy
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Proses ini dilakukan dengan cara logam yang sudah dipanaskan hingga suhu
austenite dan setelah itu logam didinginkan dengan cara mencelupkan logam
tersebut ke dalam media pendingin cair, seperti air, oli, air garam dan lain-
lain.Pada percobaan Jominy, kecepatan pendinginan tidak merata. Hal tersebut
disebabkan karena hanya satu bagian/ujung (bagian bawah) dari benda uji
diquench dengan semprotan air sehingga kecepatan pendinginan yang terjadi
menurun sepanjang benda uji, dimulai dari ujung yang disemprot air, permukaan
maupun sisi dari spesimen pengujian jominy yang lain tidak boleh terjadi proses
pendingian melalui semprotan air.Penyemprotan air untuk melakukan
pendinginan spesimen pengujian ini dilakukan secara konstan sampai mencapai
suhu kesetimbangan pada spesimen pengujian.Perlu dibedakan pengertian
kekerasan dengan kemampukerasan.Kekerasan adalah kemampuan dari suatu
material untuk menahan beban samapai deformasi plastis.Sedangkan pengertian
kemampukerasan adalah kemampuan suatu material untuk dikeraskan.
Pada percobaan ini pelaksanaannya menggunakan dua metode, dimana cara
pendinginan untuk ujung yang bawah dengan cara menyemprotkan air langsung
yaitu quenching sedangkan untuk ujung yang lain dilakukan dengan cara
normalizing.Pendinginan di ujung yang disemprotkan dengan air pendinginannya
terjadi dengan lebih cepat daripada ujung yang satunyayang melakukan proses
pendinginan dengan bantuan udara/suhu ruangan (still air) atau yang dapat disebut
dengan metode pendinginan normalizing. Jadi laju pendinginan terbesar terjadi di
ujung benda uji yang disemprot air karena merupakan proses pendinginan dengan
metode quenching.Laju pendinginan ini mempengaruhi nilai kekerasan
disepanjang permukaan spesimen pengujian jominy. Perbedaan Nilai kekerasan
ini dapat terlihat setelah spesimen pengujian melakukan proses pengujian jominy
dan dilanjutkan dengan proses pengujian nilai kekerasan spesimen
pengujian.Perbedaan pendinginan pada ujung spesimen ini untuk mengetahui
perbedaan distribusi kekerasan di sepanjang permukaan spesimen pengujian
jominy. Berikut ini merupakan proses pendinginan spesimen dengan metode
quenching dan normalizing dalam proses pengujian jominy dapat ditunjukkan
pada gambar 2.3.
2.2 Baja
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon.Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar
antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada
dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,
nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel,
krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.[1] Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice)
atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam,
banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Besi dapat ditemukan pada bagian kerak bumi hanya dalam bentuk bijih, biasanya
dalam bentuk besi oksida seperti magnetit dan hematit.besi diekstraksi dari bijih
besi dengan menghilangkan atom oksigen dan kemudian menggabungkannya
kembali dengan atom lain seperti karbon. Proses ini disebut smelting.[2] Ada
sejumlah kecil besi yang sudah melalui proses ini pada masa lampau dengan cara
memanaskan bijih yang ditanam pada bara api dan kemudian menggabungkan
kedua logam dengan menempanya palu. Kandungan karbon yang terkandung juga
dapat dikontrol.
Temperatur tinggi pada proses smelting dapat dicapai dengan metode kuno
yang sudah dipakai sejak zaman Tembaga. Karena tingkat oksidasi besi
meningkat sangat cepat diatas suhu 800 C (1,470 F), maka harus diperhatikan
bahwa proses smelting harus dilaksanakan pada lingkungan dengan tingkat
oksigen rendah. Proses peleburan akan menghasilkan paduan yang dinamakan
baja.[2] Kelebihan karbon dan pengotor lainnya dapat dihilangkan dengan
beberapa proses bertahap.
Beberapa material juga ditambahkan ke campuran besi/karbon untuk
mendapatkan baja dengan karakteristik yang diinginkan.Nikel dan mangan
ditambahkan untuk menambah kekuatan, krom ditambahkan untuk meningkatkan
kekerasan dan titik didih, serta penambahan vanadium juga menambah kekerasan
serta mengurangi dampak kelelahan logam.[3]
Untuk mencegah korosi, ditambahkan kromium paling sedikit 11% wt sehingga
membentuk oksida yang keras pada permukaan baja; baja ini dikenal dengan
stainless steel (baja anti noda). Tungsten ditambahkan pada pembentukan
cementit, sehingga pada kecepatan quench yang lebih rendah akan membentuk
martensit. Di sisi lain, sulfur, nitrogen, dan fosfor membuat baja menjadi getas,
sehingga elemen ini harus dipisahkan ketika pemrosesan.[3]
Densitas baja bervariasi tergantung dari unsur pembentuknya, namun umumnya
berada di antara 7,750 and 8,050 kg/m3 (484 and 503 lb/cu ft), atau 7.75 and
8.05 g/cm3 (4.48 and 4.65 oz/cu in).[4]
Meski dalam rentang konsentrasi campuran yang rendah besi dan karbon
membentuk baja, namun dapat terbentuk berbagai macam struktur metalurgi yang
berbeda dengan sifat yang sangat berbeda pula.Memahami sifat-sifat ini sangat
penting dalam produksi baja.Pada suhu ruangan, bentuk besi yang paling stabil
adalah struktur body-centered cubic (BCC) yang disebut ferrit atau besi-. Besi ini
merupakan logam lunak yang hanya dapat melarutkan karbon dalam konsentrasi
kecil, tidak lebih dari 0.021 wt% pada 723 C (1,333 F), dan hanya 0.005% pada
0 C (32 F). Pada 910 C besi murni berubah menjadi struktur face-centered
cubic (FCC), yang disebut austenit atau besi-. Struktur FCC austenit dapat
melarutkan karbon lebih banyak, sampai 2.1%[5] (karbonnya 38 kali ferrit) pada
1,148 C (2,098 F), yang disebut besi tuang (cast iron).[6]
Ketika baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,8% dipanaskan, maka fase
austenitic (FCC) campuran mencoba berubah menjadi fase ferrit (BCC),
menghasilkan kelebihan karbon. Berikut ini merupakan gambar diagram Fasa
Besi Karbon yang dapat dilihat pada gambar 2.4.
Baja dikelompokkan secara umum menjadi dua jenis yaitu Baja karbon dan
baja paduan.Adapun macam-macam jenis baja adalah sebagai berikut.
1. Baja Karbon
Baja karbon adalah material logam yang Baja karbon adalah material
logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan unsur kedua yang berpengaruh
pada sifat-sifatnya kedua yang berpengaruh pada sifat sifatnya adalah karbon,
sedangkan unsur yang lain berpengaruh menurut prosesntasenya berpengaruh
menurut prosesntasenya.Baja Karbon terbagi menjadi sebagai berikut.
Baja karbon rendah (low carbon steel)
Baja karbon yang memiliki machine, machinery dan mild steel (0,05 %
0,30% C) Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Baja karbon rendah
digunakan untuk body otomotif, sekrup,paku, pipa, rantai, bangunan, paku
keeling dengan kandungan 0.05%-0.2%C. Sedangkan penggunaan lainnya
sebagai gear, poros, baut, jembatan, bangunan dengan kandungan 0.2%-
0.3%C. adapun gambar dari baja karbon rendah dapat dilihat pada gambar
2.5.
2.3.2 Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas dimana proses pemanasan
mencapai temperatur austenisasi (temperatur eutectoid), dan kemuadian
didinginkan perlahan pada udara (still air atau slightly agitated air). Pada
umumnya, proses normalizing dilakukan pada temperatur 55oC diatas upper
critical line pada diagram fasa Fe Fe3C, seperti pada gambar 2.17
dibawah.Untuk baja hypoeutectoid temperatur pemanasan dilakukan diatas garis
Ac3 sedangkan untuk baja Hypereutectoid temperatur pemanasan dilakukan diatas
garis Acm. Proses pemanasan harus menghasilkan fasa austenit dengan stuktur
kristal FCC secara homogen, dan dilanjutkan dengan proses pendinginan yang
benar. Berikut ini merupakan gambar dari proses normalizing dapat dilihat pada
gambar 2.9.
2.3.4 Tempering
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari
kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan
sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering
(di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang
telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses
tempering kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi
persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang
keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini
menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil
(annealing) karena di sini sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Pada
suhu 200C sampai 300C laju difusi lambat hanya sebagian kecil.karbon
dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan
kerapuhannya. Di antara suhu 500C dan 600C difusi berlangsung lebih cepat,
dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk sementit.
2.3.5 Diagram TTT dan TTC
Adapun fungsi dari diagram TTT dan TTC adalah sebagai berikut:
1. Diagram TTT (Time Temperature Transformation)
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan
pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan
struktur mikro yang berbeda. Berikut ini merupakan gambar diagram isothermal
transformation diagram dapat dilihat pada gambar 2.12.
Keterangan:
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell
skala dan range uji dalam skala Rockwell dapat dilihat pada table 2.1.