Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA BAHAN 2

PROFIL PROYEKTOR

Disusun oleh:
Akhmad Firdaus (MS 2A)
Cahya Ramdhan Kusuma (MS 2A)
Chandra Wahyu Setiawan (MS 2A)
Andryana Dwiandara W. (MS 2B)
Arvian Aditya Prasetyo (MS 2B)

PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Profil Proyektor

Pelaksana Praktikum :

1. Akhmad Firdaus
2. Cahya Ramdhan Kusuma
3. Chandra Wahyu Setiawan
4. Andryana Dwiandara W.
5. Arvian Aditya P.

Waktu Pelaksanaan :

Hari, tanggal : Jumat, 9 dan 16 Oktober 2019

Tempat : Laboratorium Fenomena Bahan

Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Dengan ini telah melakukan praktikum dan pengamatan pada setiap percobaan
sesuai dengan prosedur mata kuliah Praktikum Fenomena Bahan 2 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat.

Semarang, …................................2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Nanang Budi Sriyanto, S. T., M. Eng.

NIP 19650530 199003 1 001


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan praktikum dengan
baik.

Laporan yang berjudul “Laporan Praktikum Fenomena Bahan 2 – Profil Proyektor”


berisi tentang teori-teori profil proyektor. Faktor yang mempengaruhi hasil analisis data
digunakan untuk membandingkan teori dengan hasil praktikum.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Nanang Budi Sriyanto, S. T., M. Eng. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Fenomena Bahan 2.
2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan secara moral
maupun materil dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman kelas MS 2A dan MS 2B yang telah memberikan dukungan dan
semangat tiada hentinya.
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
ini, baik dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun data-data yang dilaporkan. Oleh karena
itu, penulis memohon saran dan kritik yang membangun guna melengkapi dan
menyempurnakan Laporan Praktikum ini.

Atas semua perhatian dari segala pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun Laporan Praktikum ini, penulis ucapkan terima kasih.

Semarang, Oktober 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB 2 DASAR TEORI

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.2 Langkah-langkah Pengujian

BAB 4 DATA PRAKTIKUM

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metrologi pengukuran sangat dibutuhkan dalam dunia industri guna
mendapatkan dimensi yang baik dari komponan yang akan dibuat. Berbagai jenis
komponen yang dihasilkan oleh alat perkakas sangat beragam, dari jenis material,
bentuk profil, serta ukuran. (Dian Haryanto, 2015).
Ukuran benda yang sangat kecil, sangat sulit untuk diukur dengan alat ukur
jarak seperti jangka sorong, mikrometer, dan lainnya. Demikian pula untuk ukuran
bentuk sudut yang sangat kecil, sangat sulit diukur dengan alat ukur sudut seperti
universal bevel protector dengan teliti, sehingga diperlukan alat ukur yang mampu
mengukur benda dengan dimensi yang sangat kecil. Profil proyektor adalah alat ukur
yang mampu mengukur dimensi yang sangat kecil. (Dian Haryanto, 2015).
Profil proyektor memiliki prinsip kerja optik mekanik yang berguna untuk
melakukan pantulan cahaya ini akan tampak besar pada layar, dengan demikian
apanila ada benda yang menghalangi cahaya, maka sebagian cahaya akan tidak
tampak pada layar buram. Dan itu adalah bayangan dari benda tersebut. Bayangan
yang besar tersebut dapat dengan mudah diukur dengan perbandingan yang sesuai
dengan benda aslinya. (Dian Haryanto, 2015).
Pada profil proyektor ini besar pembesaran bayangan yang ditampilkan pada
layar tergantung pada lensa yang digunakan. Lensa dari profil proyektor ini ada
beberapa jenis pembesaran, diantaranya adalah lensa dengan pembesaran 10X, 25X,
50X, dan 100X. (Dian Haryanto, 2015).

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur jarak suatu benda kerja yang kecil.
2. Mahasiswa mampu mengukur besar sudut pada benda kerja yang kecil.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk permukaan suatu benda.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui jarak suatu bentuk benda kerja yang kecil.
2. Mengetahui besar sudut pada benda kerja yang kecil.
3. Mengetahui bentuk permukaan suatu benda.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Profil Proyektor


Profile Projector adalah perangkat pengukuran optikal yang memperbesar
permukaan objek kerja dan diproyeksikan dalam skala linier/ sirkular. Profile projector
memperbesar profil benda kerja ke dalam sebuah layar menggunakan tipe pencahayaan
diascopic illumination. Dimension benda kerja dapat diukur langsung dari layar atau
dibandingkan dengan referensi standar perbesaran. Agar akurat, saat pengukuran jangan
mengubah sudut pandang (perspektif) objek. (Isya Prakoso, 2014).
Pada layar profil proyektor terdapat dua garis sumbu koordinat x dan y yang
digunakan sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri pengukuran dengan
menggeser letak substrat yang diukur dengan menggunakan alat penggeser yang
terdapat pada profil proyektor. Pengukuran dimulai dengan menentukan titik awal dari
panjang/lebar benda yang diukur dan menekan tombol reset alat ukur kemudian
dilakukan pergeseran dari titik awal panjang/lebar benda yang diukur sesuai dengan
sumbu koordinat pergeserannya sampai dengan titik akhir panjang/lebar benda. (Raden
Arief, 2014).
Selanjutnya nilai hasil pengukuran akan ditampilkan pada lcd yang terdapat pada
profil proyektor. Hasilnya dinyatakan dalam satuan mm. (Raden Arief, 2014).

2.2 Penentuan Sudut Tepi Bayangan


Sudut diantara dua permukaan objek ukur dapat diukur melalui bayangan yang
terbentuk melalui kaca buram pada proyektor profil. Setelah bayangan difokuskan
(diperjelas garis tepinya) dengan cara mengatur letak benda ukur didepan lensa
kondensor proyektor profil. Sudut kedua tepi bayangan yang akan ditentukan besarnya
dapat diukur dengan memilih salah satu dari dua cara berikut ini : (Rochim, 2006)
 Cara Pertama
Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat berhimpit dengan salah satu
tepi bayangan, dengan cara menggerakkan meja (dimana benda ukur dilatakkan)
kekiri atau kekanan, keatas atau kebawah. Dan dengan memutar piringan kaca
buram (garis silang). Setelah garis berhimpit pada tepi bayangan, kemiringan garis
silang dibaca pada skala piringan dengan bantuan skala nonius. Kemudian proses
diulang sampai garis bersangkutan berhimpit dengan tepi bayangan yang lain.
Pembacaan skala piringan dilakukan lagi. Dengan demikian sudut yang dicari adalah
merupakan selisih dari pembacaan yang pertama dan yang kedua. (Rochim, 2006)
 Cara Kedua
Dengan memakai pola atau gambar beberapa harga sudut. Suatu pola
transparan berupa kumpulan beberapa sudut dengan harga tertentu dapat dipasang
pada kaca buram. Besar sudut objek ukur (kedua tepi bayangan) dapat ditentukan
dengan membandingkan pada gambar sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang
paling cocok. (Rochim, 2006).

Biasanya cara yang pertama lebih mudah dilaksanakan sedangkan cara kedua lebih
sering dipakai untuk memeriksa toleransi sudut, yaitu dengan membuat gambar
transparan dari sudut beserta daerah toleransinya. (daerah toleransi dapat diperjelas
karena bayangan benda ukur telah diperbesar sesuai dengan pembesaran yang
dikehendaki, Misalnya : 25x, 50x, 100x).

Untuk melihat lebih jelas mengenai profil proyektor, dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 2.1 Profil Proyektor


2.3 Prinsip Kerja Profil Proyektor
Profil proyektor memiliki prinsip kerja pengubah opto-mekanik (gabungan sistem
optik dan sistem mekanik). Sistem mekanik pada profil proyektor terdapat pada meja
ukur. Gerakan dari X axis fine motion assembly bergerak meja searah sumbu X
(horizontal), dan gerakan Y axis fine motion assembly menggerakkan meja searah
sumbu Y (vertikal). Sistem optik yang terdapat pada profil proyektor terdapat pada
lampu yang memberi bayangan pada kaca buram. Cara kerja optik pada profil
proyektor ialah berkas cahaya dari lampu diarahkan oleh kondensor menuju objek
yang diletakkan diantara kondensor dan proyektor. Karena benda ukur tidak tembus
cahaya, jadi hanya sebagian berkas cahaya yang diteruskan dan diproyeksikan kelayar
buram. Sehingga bayangan benda ukur yang gelap dengan latar belakang yang terang.
(Raden Arief, 2014)

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Profil Proyektor

Pemeriksaan bayangan benda ukur (pengukuran atau perbandingan dengan


contoh bentuk standar) Dilakukan dari balik layar yang terbuat dari kaca buram.
Seperti halnya pada mikroskop , benda ukur dicekam pada meja geser (Koordinat X-
Y) sehingga bayangan benda ukur dapat digerakkan relatif terhadap garis silang yang
terdapat pada layar. Jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan dapat dibaca pada
skala kepala micrometer dengan meja posisi di gerakkan ; arah x dan/atau y. (Raden
Arief, 2014).
Alat ukur proyector profil jenis CNC dilengkapi system kontrol gerakan meja.
Bayangan digerakkan digerakkan secara otomatik sesuai dengan program pengukuran
yang dibuat khusus untuk suatu benda ukur. Serupa dengan mesin ukur CNC (CMM;
coordinate measuring machine) atau mesin perkakas CNC, system kontrol gerakan
meja memanfaatkan motor servo dan alat ukur jarak ( inductocyn atau encoder).
Dalam hal ini sensor jenis fotosel ditempelkan pada kaca buram untuk mendeteksi
saat pemulaian dan/atau pengakhiran perhitungan jarak gerak bayangan. (Raden
Arief, 2014).

2.4 Bagian – Bagian Profil Proyektor


Pada profil proyektor terdapat beberapa komponen penting yang digunakan
dalam pengukuran, yaitu :
1) Lampu (lamp)
Lampu diposisikan dibagian depan profil proyektor yang mengarah ke
proyektor. Dan terdapat kondensor agar cahaya dapat diarahkan ke
proyektor. Lampu digunakan sebagai sumber cahaya pada sistem optiknya.
(Raden Arief, 2014).

Gambar 1. Lampu

2) Proyektor (Projector)
Proyektor digunakan untuk memproyeksikan cahaya kecermin lalu diteruskan
kelayar. Proyektor memiliki pembesaran yang beragam, yaitu 10x, 25x, 50x,
dan 100x. (Raden Arief, 2014).
Gambar 2. Proyektor

3) Layar (screen)
Layar adalah penerima cahaya yang telah diproyeksikan oleh proyektor. Pada
layar terdapat garis silang untuk memposisikan bayangan benda ukur. piringan
layar dapat diputar 360o untuk dapat membaca sudut bayangan. (Raden Arief,
2014).

Gambar 3. Layar

4) Eretan X,Y, dan Meja

Eretan ini terdapat pada meja, digunakan untuk menggerakkan meja searah
vertikal untuk eretan X, dan searah horizontal untuk eretan Y. Meja digunakan
sebagai dudukan benda ukur. meja diposisikan di antara kondensor dengan
proyektor. (Raden Arief, 2014).
Gambar 4. Eretan X

Gambar 5. Eretan Y

Gambar 6. Meja

5) Alat ukur
Pada profil proyektor digunakan tiga alat ukur yang berjenis vernier digital
untuk membaca panjang, lebar, tinggi, dan sudut. Ketiga alat ukur ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini : (Raden Arief, 2014).
Gambar 7. Alat Ukur Sudut

Gambar 8. Alat Ukur Vertikal

Gambar 9. Alat Ukur Horisontal

6) Switch
Terdapat tiga switch pada profil proyektor, yaitu : switch lampu utama, switch
angle vernier, dan switch lampu sorot fleksibel. Yang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini : (Raden Arief, 2014).

Gambar 10. Switch Angle Vernier


Gambar 11. Switch Lampu Utama

Gambar 12. Switch Lampu Sorot

7) Alat bantu
Apabila pengukuran memiliki dimensi yang sangat kecil maka benda ukur akan
di klem yang berupa cermin dengan klem pada sisinya. (Raden Arief, 2014).

Gambar 13. Lampu Sorot


BAB 3
METODOLOGI

4.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum profil proyektor
adalah sebagai berikut.
1. Alat
a) Profil proyektor.

b) Lensa proyeksi 20x.


c) Digital display.

d) Jangka Sorong.

2. Bahan
a) Gear A
b) Gear B

c) Gear C

d) Baut A
e) Baut B

4.2 Langkah-langkah Pengujian


a. Pengukuran sudut ulir luar
1. Pasang micro head.
2. Pasang lensa proyeksi.
3. Hubungkan kabel ke power listrik.
4. Letakkan benda kerja d atas stage glass.
5. Hidupkan profil proyektor dengan mengatur posisi panel pada posisi ON.
6. Atur panel pada posisi counter.
7. Fokuskan benda kerja sehingga hasil bayangan bentuk didapat gambar yang
paling jelas.
8. Luruskan salah satu kaki sudut dengan salah satu garis silang (b) pada layar
proyeksi gambar (1)
Gambar 1 : awal pengukuran

9. Catat angka pembacaan (derajat,menit ) pada layar proyeksi sebagai angka


patokan awal pengukuran (bila angka tidak tepat pada posisi nol)
10. Putar layar proyeksi untuk mendapatkan garis silang (b) sejajar dengan kaki
sumbu yang lain (gambar 2)

Gambar 2 : Posisi memutar

11. Gerakkan meja pemutar sehingga kaki sudut segaris dengan sumbu (b)
Gambar 3 : Posisi akhir pengukuran

12. Hasil pengukuran dapat dibaca pada angka (derajat) disekeliling layar
proyeksi

b. Pengukuran jarak
1. Ulangi langkah 1 sampai 5 seperti percobaan pertama.
2. Atur panel pada posisi kontrol.
3. Fokuskan benda kerja sehingga hasil bayangan bentuk didapat gambar yang
paling jelas.
4. Luruskan salah satu garis silang dengan salah satu titik puncak ulir yang akan
diukur.

Gambar 4 : Langkah awal pengukuran


5. Catat angka pembacaan pada micro head sebagai angka patokan awal
pengukuran (bila angka tidak tepat pada posisi nol).

Gambar 5 : Micro head

6. Gerakkan micro stage ke arah sumbu x (ke kiri/ ke kanan) atau sumbu y (arah
maju/ mundur) sesuai arah jarak yang diukur (gambar 6).
7. Hasil pengukuran jarak dapat dibaca dari angka pada micro head.

Gambar 6 : Posisi akhir pengukuran

c. Pengukuran jarak dengan digital counter untuk jarak puncak ulir


1. Pasang digit metic.
2. Ulangi langkah 2 sampai 5 seperti percobaan pertama,atur posisi ON pada
kode “MAIN”.
3. Atur panel pada posisi “COUNTER “.
4. Hidupkan digital counter dengan menekan knob “POWER”.
5. Fokuskan benda kerja sehingga didapaat bayangan yang paling jelas pada
layar proyeksi.
6. Luruskan salah satu garis silang pada layar proyeksi dengan salah satu titik
puncak yang akan diukur (gambar 4).
7. Tekan knob “ZERO” untuk mendapatkan angka pembacaan nol (0,000) pada
digital display.
8. Gerakkan stage kesumbu x kearah jarak yang akan diukur ,sampai garis
silang tersebut tepat pada titik puncak ulir yang diukur (gambar 6).
9. Hasil pengukuran jarak dapat langsung dibaca pada digital counter.

d. Melihat permukaan benda


1. Pasang lensa proyeksi (10x atau 20 x).
2. Ulangi langkah 2 hingga 5 seperti percobaan pertama.
3. Atur panel pada posisi “surface”.
4. Atur lampu penerang permukaan hingga menerangi cermin reflektor.
5. Fokuskan benda kerja didapat bayangan yang paling jelas pada layar
proyeksi.
6. Amati bentuk permukaan yang terlihat.
BAB 4
DATA PRAKTIKUM

Berikut adalah data hasil pengukuran dengan menggunakan profil proyektor :

No Nama Benda Diameter Diameter Kisar Sudut ulir Panjang


Kerja luar (mm) dalam (mm) (mm) (°) (mm)
1 Gear A 14,435 12,995 1,225 73° -
2 Gear B 19,906 17,711 1,644 25° -
3 Gear C 18,378 17,265 0,685 3° -
4 Baut A - - 0,496 40° 7,660
5 Baut B - - 0,528 70° 6,152

Berikut adalah data hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong :

No Nama Benda Diameter Panjang


Kerja luar (mm) (mm)
1 Gear A 15,20 -
2 Gear B 20,30 -
3 Gear C 18,80 -
4 Baut A - 8,10
5 Baut B - 6,50
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kita tahu bahwa profil
proyektor memang sangat cocok untuk mengukur benda yang berdimensi kecil.

Pada gear A, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan profil proyektor didapatkan


hasil bahwa diameter luarnya 14,435 mm, diameter dalamnya 12,995 mm, dengan kisar
sebesar 1,225 mm, dan sudut ulir sebesar 73°.

Pada gear B, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan profil proyektor didapatkan


hasil bahwa diameter luarnya 19,906 mm, diameter dalamnya 17,711 mm, dengan kisar
sebesar 1,644 mm, dan sudut ulir sebesar 25°.

Pada gear C, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan profil proyektor didapatkan


hasil bahwa diameter luarnya 18,378 mm, diameter dalamnya 17,265 mm, dengan kisar
sebesar 0,685 mm, dan sudut ulir sebesar 3°.

Pada baut A, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan profil proyektor didapatkan


hasil bahwa panjangnya 7,66 mm, dengan kisar sebesar 0,496 mm, dan sudut ulir sebesar
40°.

Pada baut B, berdasarkan pengukuran dengan menggunakan profil proyektor didapatkan


hasil bahwa panjangnya 6,152 mm, dengan kisar sebesar 0,528 mm, dan sudut ulir sebesar
70°.

Profil proyektor dapat memperbesar profil yang sangat kecil dan rumit sedangkan
kelemahannya adalah tidak dapat mengukur dimensi kedalaman. Pembacaan dari profil
proyektor jika di ambil standarisasi dari jangka sorong ideal, maka jangka sorong dianggap
sebagai Patokan yang benar. Berikut adalah tabel perbandingan hasil pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong dengan hasil pengukuran dengan jangka sorong :
 Hasil pegukuran diameter luar
No Nama Benda Jangka Sorong Profil Proyektor
Kerja (mm) (mm)
1 Gear A 15,20 14,435
2 Gear B 20,30 19,906
3 Gear C 18,80 18,378

 Hasil pengukuran panjang


No Nama Benda Jangka Sorong Profil Proyektor
Kerja (mm) (mm)
4 Baut A 8,10 7,660
5 Baut B 6,50 6,152

Nilai dari teori akan dibaca di skala jangka sorong. Kesalahan error pada praktikum
kemungkinan disebabkan banyak hal, seperti sifat umum alat ukur, dan factor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan pada pengukuran. Jika jangka sorong sebagai standar
maka selisih dari standar dengan profil proyektor merupakan harga penyimpangan , sebagai
berikut :

Dalam profil proyektor ini kita tidak dapat menentukan dimensi dalam seperti
diameter profil atau kedalaman celah, maka diperlukan alat ukur lainnya. Banyaknya
penyebab / factor penyebab kesalahan juga mempengaruhi hasil pengukuran, seperti kaca
buramnya tidak focus, dll. Parameter teori dari profil projector adalah nilai skala vernier
caliper pada profil projector. Berikut adalah diagram perbedaan pengukuran antara
pengukuran dengan jangka sorong dan profil proyektor.
Gear A
15,4
15,2
15,2

Diameter Luar (mm)


15
14,8
14,6 14,435
14,4
14,2
14
Jangka sorong Profil proyektor
Pengukuran

Gear B
20,4
20,3
20,3
Diameter Luar (mm)

20,2
20,1
20
19,906
19,9
19,8
19,7
Jangka sorong Profil proyektor
Pengukuran

Gear C
18,9 18,8
18,8
Diameter Luar (mm)

18,7
18,6
18,5
18,378
18,4
18,3
18,2
18,1
Jangka sorong Profil proyektor
Pengukuran
Baut A
8,2 8,1
8,1
8

Panjang (mm)
7,9
7,8
7,7 7,66
7,6
7,5
7,4
Jangka sorong Profil proyektor
Pengukuran

Baut B
6,6
6,5
6,5
Panjang (mm)

6,4
6,3
6,2 6,152
6,1
6
5,9
Jangka sorong Profil proyektor
Pengukuran

Diameter Luar (mm) Panjang (mm)


Nama Benda
No Jangka Profil Jangka Profil % Erorr
Kerja
sorong proyektor sorong proyektor

1 Gear A 15,2 14,435 - - 0,050

2 Gear B 20,3 19,906 - - 0,019

3 Gear C 18,8 18,378 - - 0,022

4 Baut A - - 8,1 7,66 0,054

5 Baut B - - 6,5 6,152 0,054


Terdapat perbedaan hasil pengukuran antara dengan jangka sorong dan dengan profil
proyektor. Hasil pengukuran dengan jangka sorong lebih besar daripada dengan
menggunakan profil proyektor. Hal ini disebabkan karena profil proyektor dapat
memperbesar profil yang sangat kecil dan rumit. Ketelitian profil proyektor sangat tinggi.
Lebih tinggi daripada jangka sorong. Namun, profil proyektor memiliki kelemahan yaitu
tidak dapat mengukur dimensi kedalaman. Kesalahan error pada praktikum kemungkinan
disebabkan banyak hal, seperti sifat umum alat ukur, dan factor-faktor penyebeb terjadinya
penyimpangan pada pengukuran.
Pada gear A erorr sebesar 0,050%. Pada gear B erorr sebesar 0,019%. Pada gear C
erorr sebesar 0,022%. Pada baut A erorr sebesar 0,054%. Pada baut B erorr sebesar 0,054%.
Pembacaan hasil pengukuran di ambil dari sebuah standarisasi dari alat ukur lain, seperti
mistar ingsut. Kemungkinan kesalahan saat melakukan profile projector sangat kecil jika
alatnya tidak rusak, karena ketelitiannya sangat tinggi. Faktor yang mungkin sebagai
penyebab keslahan adalah lingkungan dan dari operatornya sendiri.
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari benda uji yang telah diuji, ditemukan bahwa
pada pengujian tersebut Pengukuran profil proyektor dilakukan pada benda ukur
yang berdimensi kecil. Profil proyektor memberikan cara termudah dalam
mengukur benda kerja yang berdimensi kecil dengan menyorotkan cahaya ke
benda ukur dan menampilkan bayangan benda ukur yang telah diperbesar oleh
proyektor ke layar. Pengukuran menggunakan alat ukur vernier jenis digital
yang memiliki tingkat ketelitian yang baik. Profil proyektor menggunakan
beberapa pembesaran yang berbeda tetapi hasil dari semua pengukuran akan
memberikan hasil yang sama. Kesalahan pada proses pengukuran yang terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Kondisi atau bentuk benda ukur.
2. Kondisi alat ukur.
3. Pengambilan posisi pengukuran pada setiap titik.
4. Kecermatan operator dalam melakukan gerakan meja atau pengambilan
data.

6.2 Saran
1. Pahami langkah kerja terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
2. Praktikan selanjutnya harus lebih teliti dalam menggunakan alat supaya
mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

A.Hald. 1952. Statistical Theory With Engineering Application. Jhon Willey & Sons. Inc :
New York.

A.J.D. Duncan. 1974. Quality Control and Industrial Static. Ricard D. Irwin, Inc : Illionis.

Haryanto, Dian. 2015. Penggunaan Profil Proyektor. Riau : Universitas Riau.

Isya Prakoso. 2014. Analisa Pengaruh Kecepatan Feeding Terhadap Kekasaran Permukaan
Draw Bar Mesin Milling Aciera dengan Proses CNC Turning. Jurnal Teknik
Mesin. 3(2) : 1 – 6. ISSN 2089 – 7235x

Raden Arief, dkk. 2014. Karakteristik Tcr dan Vcr Resistor Pasta Resistor Pada Substrat
Alumina dengan Teknologi Film Tebal. Jurnal Mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Brawijaya. 1(2) : 1 – 8.

Rochim, Taufiq. 2006. Spesifikasi Metrologi dan Control Kualitas Geometrik 2. Bandung :
ITB.

Anda mungkin juga menyukai