Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA BAHAN II

UJI CETAK PLASTIK VACUUM

Disusun Oleh :

Kelompok / Kelas : III / MS 3A

1. Ananda Rizky Pratama 4.21.18.0.07


1. Ananta Baharudin 4.21.18.0.08
3. Berlian Febria Nugraheni 4.21.18.0.09

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plastic merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, sebagai bahan yang mudah didapat, ringan dan tentu saja modern. Hampir di
segala sector atau bidang selalu dijumpai barang-barang yang terbuat dari bahan plastic,
misalnya sebagai bahan pembungkus/kemasan baik untuk makanan maupun minuman,
alat-alat rumah tangga, elektronik, kimia, bahkan salam industry otomotif.
Terlepas dari kesulitan mendaur ulang atau mencetak material plastic agar lebih
ramah lingkungan, plastic merupakan material konstruksi yang cukup mempunyai banyak
kelebihan sehingga plastic sampai saat ini banyak dipelajari mengenai sifat-sifatnya,
struktur materialnya, kekuatan untuk menahan gaya, panas dan sifat-sifat kimia lainnya.
Begitu pula terus diusahakan mencari atau menemuka material baru dengan mengadakan
penelitian-penelitian untuk memenuhi kebutuhan tuntuta terhadap bahan kosntruksi
alternatif yang lebih baik dan lebih kompetitif (Darsono, 2009).
Untuk membentuk plastic dengan bentuk tertentu sebagian besar menggunakan
metode thermoforming dan menggunakan metode injection molding. Pada umumnya
produk yang berbahan dasar dari materia plastic diproduksi masal menggunakan mesin
injection molding karena mampu memproduksi produk dengan jumlah banyak, namun
mesin injection molding itu sendiri memiliki biaya investasi yang tinggi sehingga enjadi
keterbatasan untuk kalangan tertentu (Cohen A, 2008).
Penggunaan material plastic bisa dikatakan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Akan tetapi industry kecil dan menengah masih terkedala soal biaya dalam
pengunaan mesin pembentuk material palstik khususnya injection molding. Maka dari itu
penulis merancang mesin vacuum forming untuk kebutuhan produksi yang tidak
menekankan pada jumlah produksi atau pembuatan produk yang relatif sedikit dan bisa
digunakan oleh pelaku usaha industry kecil dan menengah, pada dasarnya metode ini
dilakukan dengan memberikan perlakuan panas pada lembaran plastic hingga plastic
menjadi lunak (tidak mencapai titik leleh) kemudian dibentuk pada cetakan sesuai yang
dikehendaki dengan memberikan tekanan vacuum. Ada beberapa parameter yang
menentukan kualiats dari hasil cetakan plastic pada proses vacuum forming antara lain jenis
plastic dan ketebalan plastic yang digunakan, temperature pemanasan dan tekanan vacuum
yang digunakan (Klein. P.W., 2006).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Mahasiswa dapat melakukan pencetakan material plastic jenis PP menggunakan mesin
cetak palstik vacuum.
b. Mahasiswa dapat menentukan parameter operasi terbaik dalam proses pembentukan
cetak plastic vacuum.
c. Mahasiswa dapat menganalisis cacat serta kegagalan produk berdasarkan parameter
yang digunakan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
a. Mampu menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pencetakan thermoforming
dengan menggunakan mesin cetak vacuum.
b. Mahasiswa mampu mengoperasikan mesin cetak vacuum dengan baik dan benar.
c. Mahasiswa mampu membuat hasil dari proses vacuum forming / cetak vacuum tidak
terdapat lipatan atau sobekan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Plastik

Plastik adalah suatu bahan polimer (biasanya bahan organic) yang memiliki berat
molekul besar, bentuk padat, menjadi lunak jika dipanaskan secara perlahan-lahan dan
kemudian dapat dibentuk dan dicetak menjadi bentuk yang di inginkan (Nusyirwan, 2007).
Meskipun istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara sinonim, namun tidak
berarti semua polimer adalah plastik. Pada dasarnya polimer secara umum digolongkan ke
dalam 3 (tiga) macam, yakni : (Stevens, 2001).

1. Bahan Termoplastik (Thermoplastic), yaitu akan melunak bila dipanaskan dan


setelah didinginkan akan dapat mengeras. Thermoplastik disebut juga plastic
komoditi dan sering dipakai dalam bentuk barang yang bersifat pakai–buang
(disposable) seperti lapisan pengemas (Stevens, 2001, hal 33). Contoh bahan
thermoplastic adalah : polistiren, polietilen, polipropilen, nilon, plastik Akrilat
(flexiglass) dan teflon.
2. Bahan Termoseting (Thermosetting), yaitu plastik dalam bentuk cair dan dapat
dicetak sesuai yang diinginkan serta akan mengeras jika dipanaskan dan tetap tidak
dapat dibuat menjadi plastik lagi. Thermosetting disebut juga plastic teknik,
memiliki sifat mekanik yang unggul, dan daya tahan yang lebih baik (Stevens,
2001, hal 33). Contoh bahan thermosetting adalah : bakelit, silikon dan epoksi.
3. Karet (Elastomer) yaitu polimer yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau
kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat (Stevens,
2001, hal 36). Contoh elastomer, yaitu : karet sintetis.

2.2 Polypropylene (PP)

Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerasi


gas propilena. Propilena mempunyai spesifik grafity rendah dibandingkan jenis plastic
lain. Polypropylene melunak pada suhu 140˚C. Jenis plastic ini fleksibel, kuat, permukaan
berlilin, tidak jernih tetapi tembus cahaya, tahan terhadap kimia, panas dan minyak.

Polypropylene digunakan untuk peralatan medis, kotak makanan, botol minuman,


mainanan anak-anak, sedotan, pembungkus biscuit dan lain-lain. Pada produk tertera logo
daur ulang dengan angka di tengahnya, serta tulisan PP (Polypropylene) (Budiyantoro,
2010).

Keuntungan dan kerugian dari Polypropylane (PP) adalah sebagai berikut :

a. Keuntungan
• Polypropylene sudah tersedia dan relative murah.
• Polypropylene memiliki kekuatan lentur yang tinggi karena sifat semi
kristalinnya.
• Polypropylene memiliki permukaan yang relative licin.
• Polypropylene sangat tahan terhadap kelembaban.
• Polypropylene memiliki ketahanan kimia yang baik atas berbagai macam
basa dan asam.
• Polypropylene memiliki ketahanan leleh yang baik.
• Polypropylene memiliki kekuatan impact yang baik.
• Polypropylene adalah isolator listrik yang baik.
b. Kerugian
• Polypropylene memiliki koefisien ekspansi termal tinggi yang membatasi
aplikasi suhu tinggi.
• Polypropylene rentan terhadap degredasi UV.
• Polypropylene memiliki ketahanan yang buruk terhadap pelarut dan
aromatic terklorinasi.
• Polypropylene dikenal sulit untuk dicat karena memiliki sifat ikatan yang
buruk.
• Polypropylene sangat mudah terbakar.
• Polypropylene rentan terhadap oksidasi.

Terlepas dari kekurangannya, Polypropylene adalah bahan yan bagus secara


keseluruhan. Ini memiliki perpaduan yang unik dari kualitas yang tidak ditemukan di
material lain yang membuatnya menjadi pilihan ideal untuk banyak proyek.

2.3 Proses Pembentukan Lembaran Plastik

Secara umum teknologi pemprosesan plastic banyak melibatkan operasi yang sama
seperti proses produksi logam. Plastik dapat dicetak, dituang, dan dibentuk serta diproses
permesinan (machining) dan disambung (joining). (Mervat, 2010). Bahan baku plastik
banyak dijumpai dalam bentuk pellet atau serbuk. Plastik juga tersedia dalam bentuk
lembaran, plat, batangan dan pipa. (Firdaus dan Soejono, 2002). Plastic Molding
merupakan metode proses produksi massal yang cenderung menjadi pilihan untuk
digunakan dalam menghasilkan atau memproses komponen-komponen yang kecil dan
berbentuk rumit. Ada dua proses pencetakan dasar, yaitu cetak injeksi dan cetak kompresi.
Dalam cetak injeksi, polimer leburan dikompresi ke dalam suatu ruang cetakan tertutup.
Cetak kompresi menggunakan panas dan tekanan untuk menekan polimer cair, yang
dimasukkan antara permukaan cetakan, sehingga membentuk pola yang sesuai. Cetak
injeksi umumnya lebih cepat dari pada cetak kompresi. (Stevens, 2001).

2.4 Thermoforming

Thermoforming adalah proses pembentukan lembaran plastik dengan cara


dilakukan pemanasan terlebih dahulu terhadap lembaran plastik yang kemudian dilakukan
pembentukan lembaran plastik dengan cara vacuum (penghisapan) atau pressure
(penekanan) ke cetakan sesuai dengan produk yang ingin diproduksi.

1. Thermoforming Pressure
Thermoforming pressure adalah proses manufaktur dimana lembaran plastik yang
sudah dipanaskan kemudian ditekan kedalam rongga cetakan dan ditahan beberapa
saat sampai lembaran plastik membentuk sempurna rongga cetakan.
2. Thermoforming Vacuum
Thermoforming vacuum adalah proses manufaktur dimana lembaran plastik yang
sudah dipanaskan kemudian diisap ke dalam rongga cetakan. Pengisapan dilakukan
dengan cara membuat kondisi vakum (hampa udara) di dalam rongga cetakan.
Pengisapan udara dilakukan melalui lubang-lubang kecil yang terdapat dalam
rongga cetakan dengan bantuan mesin sehingga proses tersebut bisa dilakukan
dengan cepat.
3. Mechanical Thermoforming
Mechanical Thermoforming adalah cetakan positif yang dalam penggunaannya
berpasangan dengan cetakan negative yang bersama-sama bergerak berlawanan
arah menghantam lembaran plastic yang telah dianaskan sehingga membentuk
seperti kedua cetakan tersebut. Dalam metode mechanical thermoforming murni,
tekanan udara (positif/tiup atau negatif/hisap) tidak digunakan sama sekali
(Groover. M.P.,2002).
Proses pembentukannya dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti: temperatur
pemanasan, jenis dan ketebalan lembaran plastik, dan tekanan vakum yang digunakan.
Pada proses thermoforming vacuum ini memiliki beberapa keuntungan :

a. Tidak perlu tekanan tinggi.


b. Kekuatan cetakan tidak terlalu tinggi.
c. Mudah mencetak berbagai bentuk, dari bentuk sederhana sampai yang berbentuk rumit
d. Mudah di Automasi.
e. Produksi dapat dilakukan dengan amat cepat.
f. Produk yang dihasilkan relatif amat seragam.

2.5 Cacat Thermoforming

Cacat yang biasa terjadi pada proses thermoforming adalah sebagai berikut :

a. Bubbles : gelembung yang terjadi pada plastic karena plastic terlalu panas.
b. Webbing : permukaan plastic menjadi mengkerut atau kusut. Hal ini terjadi karena
pemanasan yang terlalu tinggi dan tidak merata serta daya hisap (vacuum) yang
masih lemah.
c. Postforming distortion : penyusutan pada cetakan karena mold diambil pada saat
plastic masih dalam keadaan panas.
d. Plastic gosong : hal ini terjadi karena temperatur yang terlalu tinggi atau waktu
pemanasan yang terlalu lama.
e. Permukaan kurang detail : hal ini terjadi karena pemanasan yang tidak merata dan
daya hisapnya (vacuum) masih lemah.
f. Tebal plastic cetakan tidak merata : hal ini terjadi karena pemanasan yang tidak
merata.
g. Perubahan warna pada plastic : hal ini terjadi karena pemanasan yang terlalu lama
(Deguusa, 2001).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
• Pompa vakum
• Cetakan kemasan satu
• Cetakan kemasan dua
• Blower pemanas
• Meja cetakan
• Gunting atau cutter
• Cincin penindih
• Stopwatch
• Roll kabel
• Thermometer digital
3.1.2 Bahan
• Lembar Polypropylene

3.2 Langkah Kerja


a. Hubungkan pompa vacuum dan blower pemanas dengan stop kontak atau
jaringan listrik yang tersedia
b. Hubungkan selang karet pompa vacuum dengan meja cetakan.
c. Letakkan cetakan kemasan satu pada meja cetakan yang beralaskan karet
lembaran. Pastikan lubang pada karet tepat dengan lubang hisap.
d. Letakkan plastic lembaran yang telah digunting/dipotong sesuai dengan ukuran
kemasan pada cetakan.
e. Tindihlah plastic lembaran yang telah dipotong dengan menggunakan cincin
penindih yang bentuknya sesuai dengan kemasan satu.
f. Hidupkan blower pemanas dan aturlah suhu pemanas secara bertahap
kemudian panaskan plastic lembarannya hingga tingkat plastisitas tertentu.
g. Jika pada Langkah keenam sudah tercapai kemudian hidupkan pompa vacuum
agar terjadi proses penghisapan. Lakukan hingga lembaran menempel pada
dinding rongga cetakan.
h. Ambillah blower pemanas untuk proses pendinginan. Kemudian matikan
blower pemanas jika sudah selesai.
i. Matikan pompa vacuum.
j. Lakukan cara yang sama untuk kemasan dua.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

4.1.1 Cetakan Agar-agar

NO SUHU WAKTU WAKTU HASIL / KETERANGAN


(˚C) PEMANASAN HISAP (s)
(s)
1. 74 15 4 Tebal plastic tidak merata
2. 70 7 2 Tidak memenuhi cetakan
3. 75 10 4 Tebal plastic tidak merata
4. 80 10 6 Bentuk sudah mendekati baik
5. 80 11 4 Webbing (permukaan mengkerut)

4.1.2 Cetakan Obat

NO SUHU WAKTU WAKTU HASIL / KETERANGAN


(˚C) PEMANASAN HISAP (s)
(s)
1. 80 60 30 Tidak memenuhi cetakan
2. 90 50 20 Tidak memenuhi cetakan
3. 100 65 15 Permukaan tidak merata
4. 110 70 25 Ada bagian yang berlubang/bolong
5. 100 62 16 Bagian ujung tidak terbentuk

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum cetak plastic vacuum dapat dilihat bahwa, untuk
cetakan agar-agar terdapat beberapa data yaitu pada percobaan pertama dengan
temperature sebesar 74˚C, waktu pemanasan selama 15 detik dan wahtu hisap (vacuum)
selama 4 detik didapatkan hasil plastic dengan tebal yang tidak merata. Hal tersebut terjadi
karena pemanasan yang dilakukan oleh praktikkan tidak merata sehingga tebal dari plastic
tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian pada percobaan kedua dengan
temperature sebesar 70˚C, lama waktu pemanasan yaitu 7 detik, dan waktu hisap yaitu
selama2 menit mendapatkan hasil plastic tidak memenuhi cetakan. Hal tersebut terjadi
karena pemanasan yag tidak merata dan daya hisap (vacuum) nya masih lemah. Lalu pada
percobaan ketiga dengan temperature sebesar 75˚C dengan lama waktu pemanasan yaitu
selama 10 detik, dan waktu hisap yaitu selama 4 menit dengan hasil tebal plastic tidak
merata. Hal tersebut terjadi karena pemanasan yang dilakukan oleh praktikkan tidak
merata sehingga tebal dari palstik tidak sesuai denga apa yang diharapkan. Selanjutnya
pada percobaan keempat dengan menggunakan temperature pemanasan yaitu 80˚C, waktu
pemanasan selama 10 detik dan waktu hisap (vacuum) selama 6 detik didapatkan hasil
dengan bentuk yang mendekati baik. Sedangkan pada percobaan terakhir dengan
menggunakan temperature pemanasan sebesar 80˚C, lama waktu pemanasan yaitu 11 detik
dan waktu hisap (vacuum) yaitu selama 4 detik dengan hasil plastic mengalami webbing
(permukaan mengkerut). Hal tersebut terjadi karena pemanasan yang terlalu tinggi dan
tidak merata serta daya hisap (vacuum) yang masih lemah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa untuk parameter pada praktikum cetak plastic dengan cetakan agar-agar adalah
parameter pada percobaan keempat. Dengan parameter temperature yaitu 80˚C, waktu
pemanasan selama 10 detik dan waktu hisap (vacuum) selama 6 detik.

Sedangkan untuk praktikum cetak plastic vacuum dengan cetakan obat dapat
dilihat bahwa. Untuk percobaan pertama dengan temperature pemanasan yaiu sebesar
80˚C, waktu pemanasan selama 60 detik dan waktu hisap (vacuum) yaitu 30 detik
didapatkan hasil yaitu plastic tidak memenuhi cetakan. Hal tersebut terjadi karena
pemanasan yag tidak merata dan daya hisap (vacuum) nya masih lemah. Sama halnya
dengan percobaan pertama, pada percobaan kedua dengan meenggunakan temperature
pemanasan yaitu sebesar 90˚C, waktu pemanasan selama 50 detik dan waktu hisap
(vacuum) selama 20 detik didapatkan hasil yaitu plastic tidak memenuhi cetakan. Hal
tersebut terjadi karena pemanasan yag tidak merata dan daya hisap (vacuum) nya masih
lemah. Kemudian pada percobaan ketiga dengan menggunakan temperatur 100˚C sebagai
temperature pemanasannya, waktu pemanasan selama 65 detik dan waktu hisap (vacuum)
selama 15 detik didapatkan hasil yaitu permukaan plastic tidak merata hal tersebut terjadi
karena pemanasan yang dilakukan oleh praktikkan tidak merata sehingga tebal dari palstik
tidak sesuai denga apa yang diharapkan. Selanjutnya pada percobaan keempat dengan
menggunakan temperature pemanasan yaitu sebesar 110˚C, waktu pemanasan selama 70
detik dan waktu hisap selama 25 detik didapatkan hasil adanya bagian yang
berlubang/bolong. Hal tersebut terjadi karena pemanasan yang tidak merata dan daya
hisapnya (vacuum) masih lemah. Sedangkan untuk percobaan yang terakhir dengan
temperature pemanasan sebesar 100˚C, waktu pemanasan selama 62 detik dan waktu hisap
(vacuumnya) yaitu 16 detik didapatkan hasil adanya bagian yang tidak terbentuk. Hal
tersebut terjadi karena pemanasan yang tidak merata dan daya hisapnya (vacuum) masih
lemah.

Bedasarkan hasil yang telah didapatkan, terdapat beberapa factor/parameter yang


dapat mempegaruhi hasil/produk dari cetak plastic vacuum. Beberapa faktor/parameter
tersebut yaitu temperature pemanasan, waktu pemanasan, waktu hisap (vacuum) dan tebal
material. Untuk beberapa faktor tersebut dalam penerapannya harus sesuai. Sesuai yang
dimaksud yaitu dalam penerapannya tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum cetak plastic vacuum dapat disimpulkan bahwa

a. Thermoforming vacuum adalah adalah proses manufaktur dimana lembaran plastik


yang sudah dipanaskan kemudian diisap ke dalam rongga cetakan. Pengisapan
dilakukan dengan cara membuat kondisi vakum (hampa udara) di dalam rongga
cetakan. Pengisapan udara dilakukan melalui lubang-lubang kecil yang terdapat dalam
rongga cetakan dengan bantuan mesin sehingga proses tersebut bisa dilakukan dengan
cepat.
b. Faktor atau parameter yang mempengaruhi hasil / produk dari thermoforming vacuum
yaitu suhu/temperature pemanasan, waktu pemanasan, waktu hisap (vacuum), dan lebar
material.
c. Berdasarkan hasil praktikum, parameter yang mneghasilkan produk kemasan terbaik
dari cetakan agar-agar yaitu pada temperature pemanasan sebesar 80˚C, waktu
pemanasan selama 10 detik sedangkan waktu hisap (vacuum) yaitu 6 detik. Sedangkan
untuk cetakan kedua atau cetakan kemasan obat, parameter terbaik belum didapatkan.

5.2 Saran

a. Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan mempelajari dan memahami topik


yang akan dipraktikkan agar saat praktikum berlangsung tidak mengalami kebingungan
dan hasil dari praktikum dapat maksimal.
b. Dalam proses memanaskan lembaran plastic sebaiknya dilakukan secara merata agar
plastic dapat terbentuk dengan sempurna pada saat penghisapan (vacuum).
c. Lembaran plastic harus disipakan dengan ukuran yang lebih besar daripada ukuran
cetakan, agar saat proses penghisapan (vacuum) semua cetaka dapat terpenuhi dan hasil
dari cetakan merata.
d. Pada saat melakukan penekanan terhadap lembara plastic di cetakan menggunakan alat
penindih , sebaiknya harus dilakukan dengan tepat agar hasilnya bisa sesuai dengan
cetakan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyantoro. 2010. Thermoplastic dalam Industri. Yogyakarta : Teknika Media.

Degussa. 2001. Extrusion and Therforming pf Polymer and Cyrolite. Cyro Industries : USA.

Firdaus dan Soejono Tjitro. (2002). Jurnal Teknik Mesin : Cacat Penyusutan Pada Pneumatics
Holder. Palembang : Teknik Mesin Politeknik Sriwijaya.

Groover. M.P. 2002. Fundamental of Modern Manufacturing. New York : John Wiley and
Sons.

Irwansyah, Diki, dkk. 2017. Jurnal Material dan Proses Manufaktur : Perancangan Mesin
Vacuum Forming untuk Material Plastik Polystyrene (PS) dengan Ukuran Maksimal Cetakan
400×300×150 (mm3). Yogyakarta : Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Mervat. et al. (2010). Plastic Injection Technology. Shoubra : Faculty of Engineering, Benha
University.

Nusyirwan. (2007). Rekayasa Mesin Thermoforming Vaccum. Padang: Politeknik Negeri


Padang.

Rais, Irvan Usman Nur, dkk. 2018. Jurnal Mer-C : Analisa Vacuum Forming Cetakan Agar-
agar Berbahan Baku Polyethylene Terephthalate (PET). Magelang : Universitas Tidar.

Stevens, M. P. (2001). Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta: Pradya
Paramita.

Suryo, Darsono Adhi. 2009. Tugas Akhir : Analisis Akurasi Dimensi Hasil Proses Vacuum
Thermoforming dengn Variasi Ketinggian Mold Aluminium. Surakarta : Universitas
Muhmmadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai