UJI MIKROSTRUKTUR
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh
LEMBAR ASISTENSI
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mikrostruktur
Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik mikrostruktur
suatu logam dan panduannya serta hubungannya dengan sifat-sifat logam dan
panduannya. Terdapat beberapa metode yang digunakan yaitu, mikroskop (
Optik maupun electron), difraksi ( Sinar, electron, dan neutron), analisis ( x-ray
flirorensis, electron miikroprobe) dan juga Stereo metric metalografi.[1] Pada
praktikum metalografi ini digunakan metode mikroskop sehingga pemahaman
akan cara kerja mikroskop, baik optic maupun electron perlu dketahui.
Pengamatan metalografi dengan mikroskop umunya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Metalografi makro, yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10-
100 kali.
b. Metalografi mikro, yaitu pengamatan dengan perbesaran diatas 100 kali.
Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka
diperlukan proses-proses persiapan sample.
2.2 Besar Butir
Terdapat 3 metode yang digunakan umtuk menghitung besar butir yang
direkomendasikan oleh ASTM, yaitu :
2.1.1 Metode Perbandingan
Foto mikrostruktur bahan dengan perbesaran 100 x dapat
dibandingkan dengan grafik ASTM E112 – 63 dapat ditentukan
besar besar butir. Nomor besar butir ditentukan oleh rumus :
N . 2 n-1
PL = p.m / LT
2
L3 = 1 / FL
P = Jumlah titik potong batas butir dengan lingkaran
LT = Panjang garis total
M = Perbesaran
Dari LT atau L3, sehingga rumus empiris
Pembesaran F
1 0.002
25 0.25
30 0.5
75 1.125
100 2.0
200 8.0
300 18.0
500 50.0
1000 200.0
3
2.3 Mikrostruktur Baja Karbon
Baja didefinisikan sebagai material feros dengan karbon kurang dari 2,14%,
baja karbon dibagi menjadi 2 yaitu baja hypoletektoid dan baja hupereutectoid
dengan kadar karbon 0,8% sebagai batas. Pada karbon 0,8% akan terbentuk baja
perkit yaitu fasa yang terbentuk lumel-lumel yang merupakan paduan fasa
sementif merupakan fasa yang terbentuk dengan kadar karbon maksimum
6,67% sementite perlite dengan 0,02%.[2]
4
2.7 Mikrosturktur Paduan Tembaga
Paduan tembaga yang akan dibahas disini adalah paduan tembaga dengan
elemen dasar seng kuningan merupakan paduan seng tembaga yang menjadi
tunggal.[5] Timah + alumunium pada diagram fasa dan meningkatkan dan
mengikat dari 32,5% pada temperature 9030C ke 309% ke 39% pada temperature
4540C. Fasa yang terbentuk FCC dan fasa bejma terbentuk BCC. [4]
Diagram Fe3C
1. Ferite (Besi 𝜶)
Komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan
karbon 0.025% C pada temperatur 7230C dengan struktur kristal
BCC.[6]
2. Perlite
Merupakan Euctectoid mixture dari ferite dan cementite (𝜶 + Fe3C),
terjadi pada temperature 7230C dan mengandung 0.8%C.[7]
5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
• Jangka Sorong
• Dapur Listrik (Furnace)
• Mikroskop Metalurgi
• Mesin Poles
• Media Pendingin
3.1.2 Bahan
• Spesimen Uji Mikrostruktur
• Cairan Etsa
• Alkohol
• Kapas
6
3.2.2 Saat Heat Treatment
1. Membesihkan specimen uji dari kotoran dan minyak.
2. Menentukan tipe Heat Treatment yang akan dilakukan :
a. Proses Hardening
b. Proses Tempering.
c. Annealing.
d. Normalizing.
3. Memasukkan specimen ke dalam dapur listrik (Furnace).
4. Menentukan (Setting) temperature pemanasan dan holding time
yang telah ditentukan pada dapur listrik.
5. Melakukan pemanasan specimen sampai mencapai temperature
dan holding time yang telah ditentukan.
6. Mengeluarkan specimen dari dapur listrik dan melakukan
pendinginan dengan media yang telah ditentukan.
7
7. Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja.
8. Menganalisa data hasil pengujian, meliputi :
- Nilai rata-rata jenis mikrostruktur sebelum
maupun setelah heat treatment.
- Nilai simpangan yang terjadi
- Nilai kesalahan relatifnya
9. Menuliskan hasil analisa yang diperoleh baik sebelum maupun
sesudah heat treatment.
10. Membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil pengujian
yang dilakukan.
8
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Sebelum Heat Treatment
NO. GAMBAR FERRITE (X%) PERLITE (Y%)
294 106
× 100% = 73,5% × 100% = 26,5%
400 400
1
269 131
× 100% = 67,25% × 100% = 32,75%
400 400
2
302 98
× 100% = 75,5% × 100% = 24,5%
400 400
3
284 116
× 100% = 71% × 100% = 29%
400 400
4
326 74
5 × 100% = 81,5% × 100% = 19,5%
400 400
9
4.1.2 Setelah Heat Treatment
NO. GAMBAR FERRITE (X%) PERLITE (Y%)
132 268
× 100% = 33% × 100% = 67%
400 400
1
84 316
× 100% = 21% × 100% = 79%
400 400
2
63 337
× 100% = 15,75% × 100% = 84,25%
400 400
3
187 213
× 100% = 46,75% × 100% = 53,25%
400 400
4
195 205
5 × 100% = 48,75% × 100% = 51,25%
400 400
10
4.2 Tabel dan Perhitungan Data
4.2.1 Sebelum Heat Treatment
(𝑿 − 𝑿) (𝑿 − 𝑿)𝟐 (𝒀 − 𝒀) 𝒀 − 𝒀)𝟐
NO FERRITE (X) PERLITE (Y)
1 73,5 26,5 -0,25 0,0625 0,25 0,0625
2 67,25 32,75 -6,5 42,25 6,5 42,25
3 75,5 24,5 1,75 3,0625 -1,75 3,0625
4 71 29 -2,75 7,5625 2,75 7,5625
5 81,5 18,5 7,75 60,0625 -7,75 60,0625
TOTAL 368,75 131,25 0 113 0 113
RATA" 73,75 26,25 0 22,6 0 22,6
2. Standart Deviasi
Ferrite Perite
∑(𝑿−𝑿)𝟐 ) ∑(𝒀−𝒀)𝟐 )
SDX = √ SDY= √
𝑛−1 𝑛−1
113 113
= √ = 5,31 =√ = 5,31
4 4
3. Simpangan Rata-Rata
Ferrite Perite
∑(𝑿−𝑿)𝟐 ) ∑(𝒀−𝒀)𝟐 )
SRX=√ = SRY=√
𝑛(𝑛−1) 𝑛(𝑛−1)
113 113
√ = 2,376 = √ = 2,376
5(4) 5(4)
11
4. Kesalahan Relatif
Ferrite Perite
̅̅̅̅̅̅
𝑆𝐷𝑥 ̅̅̅̅̅̅
𝑆𝐷𝑦
KRx= 𝑥 100% KRy = 𝑥 100%
𝑋̅ 𝑌̅
5,31 5,31
= 73,5 𝑥 100% = 26,5 𝑥 100%
= 0,722% = 0,200%
5. Keseksamaan
Ferrite Perite
Kx= 100% - Krx Ky = 100% - Kr
= 100% - 0,722% = 100% - 0,200%
= 99,278% = 99,8%
6. Hasil Perhitungan
Ferrite Perite
12
4.2.2 Setelah Heat Treatment
(𝑿 − 𝑿) (𝑿 − 𝑿)𝟐 (𝒀 − 𝒀) 𝒀 − 𝒀)𝟐
NO FERRITE (X) PERLITE (Y)
1 33 67 -0,05 0,0025 0,05 0,0025
2 21 79 -12,05 145,2025 12,05 145,2025
3 15,75 84,25 -17,3 299,29 17,3 299,29
4 46,75 53,25 13,7 187,69 -13,7 187,69
5 48,75 51,25 15,7 246,49 -15,7 246,49
TOTAL 165,25 334,75 0 878,675 0 878,675
RATA" 33,05 66,95 0 175,735 0 175,735
2. Standart Deviasi
Ferrite Perite
∑(𝑿−𝑿)𝟐 ) ∑(𝒀−𝒀)𝟐 )
SDX = √ SDY= √
𝑛−1 𝑛−1
878,675 878,675
= √ = 14,821 =√ = 14,821
4 4
3. Simpangan Rata-Rata
Ferrite Perite
∑(𝑿−𝑿)𝟐 ) ∑(𝒀−𝒀)𝟐 )
SRX=√ = SRY=√
𝑛(𝑛−1) 𝑛(𝑛−1)
878,821 878,821
√ = 6,629 = √ = 6,629
5(4) 5(4)
13
4. Kesalahan Relatif
Ferrite Perite
̅̅̅̅̅̅
𝑆𝐷𝑥 ̅̅̅̅̅̅
𝑆𝐷𝑦
KRx= 𝑥 100% KRy = 𝑥 100%
𝑋̅ 𝑌̅
14,821 14,821
= 𝑥 100% = 𝑥 100%
33,05 66,95
= 0,448% = 0,221%
5. Keseksamaan
Ferrite Perite
Kx= 100% - Krx Ky = 100% - Kr
= 100% - 0,448% = 100% - 0,221%
= 99,552% = 99,779%
6. Hasil Perhitungan
Ferrite Perite
14
4.3 Grafik dan Pembahasan
4.3.1 Ferrite
Ferrite
60
Sesudah Heat Treatment 50
40 46.75 48.75
30
33
20
10 21
15.75
0
73.5 67.25 75.5 71 81.5
Sebelum Heat Treatment
15
4.3.2 Perlite
Perlite
90
Sesudah Heat Treatment 80
84.25
70 79
60 67
50
53.25 51.25
40
30
20
10
0
26.5 32.75 24.5 29 18.5
Sebelum Heat Treatment
Pada perlite ukuran diameter butir juga akan berubah setelah dilakukan
pemanasan. Hal ini ditunjukan oleh hasil perhitungan butir perlite dengan
metode Intercept Heyn sesuai dengan ASTM E-112. Setelah dilakukan
perhitungan diameter butir sebanyak 5 kali maka dapat diperoleh diameter
butir rata-rata. [8]
Setelah specimen Baja ST 42 mendapatkan perlakuan panas pada
suhu 800°C, butir perlite Baja ST 42 akan menunjukan pembesaran ukuran
butirannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan sebelum heat
treatment memiliki nilai 26,25 ± 5,31 μm dan setelah heat treatment
memiliki nilai besar butir 66,95 ± 14,821 μm. Ini berarti pada specimen
baja ST 42 mengalami perubahan morfologi butir perlite menjadi besar. [8]
Dari perbandingan antara sample yang berada pada temperature
ruang dan pada temperature 800°C terjadi pembesaran ukuran butir perlite,
hal ini karena adanya peningkatan suhu dari suhu ruang menuju suhu 800°C.
hal tersebut dikarenakan adanya pertumbuhan butir lainnya sehingga terjadi
perubahan batas butir. Peningkatan temperature akan mempercepat proses
difusi tersebut karena bertambahnya energy yang diberikan butir sehingga
semakin meningkat temperature maka akan diperoleh butir yang relative
lebih besar.[8]
16
4.3.3 Hubungan Antara Besar Butir Sebelum dan Setelah Heat Treatment
50
40 32.75
2926.5
30 24.5
18.5
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
FERRITE (X)
Pada grafik diatas dapat dilihat pada fase sebelum heat treatment
berada dibawah fase sesudah heat treatment. Ini berarti diameter butir
pada saat sebelum heat treatment menghasilkan ukuran butir ferrite lebih
kecil dibandingkan dengan sesudah heat treatment. [9]
Hal ini dipengaruhi oleh perubahan temperature dari temperature
ruang menuju temperature 800°C yang menyebabkan perubahan ukuran
butir menjadi lebih besar. Waktu penahan dan media pendingin (air) juga
mempengaruhi perubahan morfologi, karena dengan waktu tahan yang
lama sekitar 25 menit didalam air, butir pada sample ini telah mengalami
proses rekristalisasi dan mengalami pertumbuhan butir, sehingga butir
yang terekristalisasi semakin membesar ukurannya. Sehingga waktu
tahan dan media pendingin akan memberikan pengaruh terhadap ukuran
butir yang terekristalisasi.[10]
17
4.4 Pengamatan Metalografi
Struktur mikro suatu material sangat mempengaruhi sifat material tersebut.
Dalam suatu struktur mikro material ada fasa yang terbentuk. Pada baja ST 42
fasa yang biasanya terbentuk yaitu fasa ferrite dan fasa perlite. Selain itu bentuk
dan ukuran butir juga mempengaruhi sifat mekanis dari material. Perubahan
bentuk dan ukuran butir dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah melalui proses perlakuan panas. Hasil penelitian dari pengujian struktur
mikro yang meliputi perubahan bentuk dan ukuran butir setelah proses
rekristalisasi dapat dilihat secara lengkap pada pembahasan berikut.[8]
Pada gambar diatas mengilustrasikan struktur mikro dari baja karbon rendah
yang tidak mengalami perlakuan panas, terlihat bentuk butir kecil dan tidak
beraturan karena menggunakan perbesaran 400X pada mikroskop optic. Dari
gambar tersebut butir yang kecil memiliki kekuatan yang lebih kecil
dibandingkan dengan butiran yang lebih besar.[7]
Struktur mikro dari specimen yang mengalami heat treatment menunjukan
ukuran butir yang dapat dilihat pada gambar yang menunjukan dimana struktur
mikro fasa ferrite memiliki ukuran yang lebih besar dan bentuk bulat yang besar.
Hal tersebut dikarenakan setelah proses rekristalisasi butiran mengalami
pertumbuhan butir karena waktu tahan dan media pendingin air yang cukup lama
yaitu 25 menit. Hal ini dikarenakan energy yang semakin besar dan waktu yang
cukup lama yang menyebabkan pertumbuhan butir pada butir-butir kecil yang
baru muncul pada batas butir akibat proses pengintian.[7]
18
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pengolahan data, serta grafik, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Mikrostruktur dari baja ST 42 terdiri dari fasa ferrite dan fasa perlite
yang membuat baja ST 42 ini lunak dan kekuatannya lemah, tetapi
memiliki keuletan dan ketangguhan yang sangat baik sehingga sifatnya
mampu mesin dan mamou lasnya menjadi baik.
2. Proses pengambilan foto mikrostruktur meliputi tahapan pemotongan
specimen, pengamplasan, pemolesan, etsa, hingga akhirnya
pengambilan foto mikro menggunakan mikroskop optic dengan
perbesaran 400X.
3. Pada praktikum ini kami menggunakan metode intercept (heyne) untuk
perhitungan besar butir. Prinsip perhitungan besar butir metode Heyne
yaitu dengan menempelkan kertas atau plastic transparent dengan grid
(bergaris kotak-kotak) dan diletakan diatas foto. Kemudian dihitung
semua butir yang berpotongan dengan satu atau dua garis, sedangkan
butir yang hanya berpotongan pada garis akhir dianggap setengah. Nilai
diameter rata rata ditentukan dengan membagi jumlah butir yang
berpotongan dengan panjang garis.
4. Hasil perhitungan besar butir diameter rata-rata diperoleh sebagai
berikut:
a. Sebelum Heat Treatment
Ferit : 73,75 ± 5,31 μm
Perlit : 26,25 ± 5,31 μm
b. Setelah Heat Treatment
Ferit : 33,05 ± 14,821 μm
Perlit : 66,95 ± 14,821 μm
5. Pada grafik hubungan antara ferrite dan perlite didapatkan bahwa nilai
ferlite lebih banyak pada saat heat treatment sedangkan nilai perlite
sebaliknya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur mikro pada
suatu material adalah perlakuan panas dan kecepatan pendinginan.
Semakin tinggi temperature maka akan semakin besar diameter butir,
dan semakin lama waktu pendinginan maka akan semakin banyak butir
yang terbentuk
5.2 Saran
Proses Heat Treatment seharusnya dilakukan oleh peserta praktikum, dan
alat yang digunakan segera diperbaiki, sehingga data yang dihasilkan akurat
19
DAFTAR PUSTAKA
[1] B. E. Kurniawan, Y. Setiyorini, and A. P. Spesimen, “Pengaruh variasi
Holding Time Pada Perlakuan Panas Quench Annealing Terhadap Sifat
mekanik dan Mikro Struktur Pada Baja mangan,” vol. 3, no. 1, pp. 1–4,
2014.
[2] B. A. B. Iv, “Hasil pengujian yang telah dilakukan dari hasil pengelasan
oxy-acetylene dengan variabel nyala torch oksidasi terhadap baja karbon
rendah. Adapun 43,” pp. 43–56.
[3] A. Azhari, “Pengaruh Proses Tempering dan Proses Pengerolan Di bawah
dan Di atas Temperatur Rekristalisasi pada baja karbon Sedang Terhadap
Kekerasan dan Ketangguhan Serta Struktur Mikro untuk Mata Pisau
Pemanen Sawit,” J. Tek. Mesin, vol. 2, no. 2, pp. 10–22, 2012.
[4] M. H. A. I. Hasa, P. Teknologi, and B. Bakar, “Formasi fasa dan
mikrostruktur bahan struk- tur paduan aluminium fero-nikel hasil proses
sintesis,” pp. 37–44, 2007.
[5] “No Title,” pp. 1–33.
[6] K. Material, “Instrumentasi Analisis Mikrostruktur 1 . Optical
Microscope,” no. 62 21.
[7] M. Pramudia and A. S. Romadhon, “PENGARUH VARIASI UKURAN
BOLA BAJA PADA PROSES DRY SHOT PEENING TERHADAP
MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASANMATERIAL IMPLAN AISI
316L,” vol. 9, no. 3, pp. 169–172, 2018.
[8] F. T. Ui, “Studi pengaruh..., Amri Kiswara, FT UI, 2010,” 2010.
[9] D. Untuk, M. Sebagian, M. Derajat, and A. Madya, “KEKERASAN
PROPELLER KAPAL NELAYAN DENGAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MURIA KUDUS,”
2012.
[10] U. Tarik and U. Mikrografi, “Pengaruh Normalizing dengan Variasi Waktu
Penahanan Panas (Holding Time) Baja ST 46 terhadap Uji Kekerasan, Uji
Tarik, dan Uji Mikrografi,” J. Tek. Perkapalan, vol. 6, no. 1, pp. 142–149,
2018.
20