Anda di halaman 1dari 11

METODE NUMERIK 2017

BAB VII
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

7.1. Pendahuluan

Banyak permasalahan di bidang teknik seperti mekanika teknik, teori getaran, mekanika fluida,
perpindahan panas, dan sebagainya dapat diformulasikan ke dalam bentuk persamaan diferensial.
Persamaan diferensial merupakan persamaan yang mengandung suatu turunan fungsi. Jadi untuk
diferensial biasa (ordinary), persamaan tersebut mengandung hanya satu variabel bebas. Diferensial
biasa orde satu mempunyai turunan tertingginya adalah turunan pertama.
dy
x + y=0
dx
Sedangkan diferensial biasa orde dua mempunyai turunan tertingginya adalah turunan kedua.
d 2 y dy
+ + y =0
dx 2 dx
Dalam bidang teknik sering dijumpai problem nilai awal (initial value problem), sebagai ilustrasi
perhatikan gambar suatu batang cantilever berikut ini.
Suatu batang cantilever, dimana intensitas pembebanan sebagai fungsi displacement x, demikian
pula momen bending yang terjadi di sepanjang batang juga sebagai fungsi x. Persamaan diferensial
dari kur va elastis batang dengan penampang seragam (uniform) adalah sebagai berikut.
d 2 y M ( x)
=
dx 2 EI
Dimana kondisi awal batang cantilever:
y=0 deplection
x=0|y =0 slope
,

Sehingga secara umum persamaan diferensial biasa berorde tinggi adalah:


n dn y
y=
dx n
Persamaan diferensial biasa dapat diselesaikan dengan metode-metode berikut ini:
1. Metode satu langkah, diantaranya:
a. Metode Euler
b. Metode Euler Modifikasi
c. Metode Runge-Kutta
2. Metode multi langkah, diantaranya:
a. Metode Heun
b. Metode Milne’s
c. Metode Hamming

Disamping problem nilai awal, sering juga dijumpai problem nilai batas pada penyelesaian problem-
problem teknik. Dimana kondisi nilai batas biasanya adalah:

97
METODE NUMERIK 2017

y=a
x=a|y =a ,

Untuk menyelesaikan problem nilai batas dapat menggunakan metode:


1. Metode trial and error
2. Metode persamaan simultan

7.2. Metode Euler


Metode Euler dikembangkan dari persamaan Taylor, dimana persamaannya adalah:

'
y '(x' ) h2
y (x +h) = y( x )+ y h+ 0
+⋯
0 0 (x 0)
2!
Jika pergeseran Δx = h yang diambil cukup kecil, maka h 2 akan menjadi sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Dengan demikian persamaan di atas akan menjadi:
y (x +h) = y( x )+ y(x' ) h
0 0 0

atau:
y 1= y 0 + y '0 h
dimana:
y '0=f ( x 0 , y 0 )
maka:
y 1= y 0 +h f ( x 0 , y 0 )

Penyelesaian numerik biasanya menyebabkan terjadinya kesalahan, dimana kesalahan yang timbul
biasanya merupakan kesalahan pemotongan lokal dan kesalahan pemotongan menyebar.
Kesalahan pemotongan lokal timbul akibat penyelesaian yang digunakan untuk memperkirakan nilai
y pada langkah awal. Sedangkan kesalahan pemotongan menyebar timbul akibat perkiraan nilai y
pada langkah berikutnya. Besarnya kesalahan tersebut dapat diperbaiki dengan memperhitungkan
suku deret Taylor yang lebih tinggi.
Sehingga persamaannya adalah:
h2 '
y 1= y 0 +h f ( x 0 , y 0 ) + f ( x 0 , y 0 )
2

Contoh:
Tentukan harga y antara x = 1,0 dan x = 2,0 dengan Δx = 0,25 dari persamaan berikut ini:
dy
=f ( x , y ) =2 x 2 y+ 3 y 2 x+ x2 +3
dx
Kondisi awal xo = 1 dan yo = 1

Penyelesaian:
f ( x 0 , y 0 )=2 x 2 y +3 y 2 x + x 2 +3
f ( x 0 , y 0 )=2 ( 1 )2 ( 1 ) +3 ( 1 )2 ( 1 ) + ( 1 )2 +3=9,00
f ' ( x 0 , y 0 ) =4 xy+ 3 y2 +2 x

98
METODE NUMERIK 2017

f ' ( x 0 , y 0 ) =4 ( 1 )( 1 ) +3 ( 1 )2+ 2 ( 1 )=9,00


h2 '
y 1= y 0 +h f ( x 0 , y 0 ) + f ( x 0 , y 0 )
2
( 0,25 )2
y 1=1+ ( 0,25 )( 9,00 ) + ( 9,00 )=3,53125
2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

xi yi f(xi,yi) f’(xi,yi)
1,00 1,00 9,00 9,00
1,25 3,53125 62,3591 57,5654
1,50 20,9199 20,69.102 14,41.102
1,75 517,1948 14,08.105 80,81.104
2,00 3,78.105

7.3. Metode Euler Modifikasi


Disebut sebagai metode Euler modifikasi karena metode ini menggunakan metode Euler untuk
mengestimasi harga y pada titik tengah-tengah interval. Berdasarkan harga y pada titik tengah ini
kemudian dapat diestimasi harga kemiringan dari titik tersebut. Selanjutnya harga kemiringan ini
digunakan untuk menentukan harga y dari xi hingga xi+1 dengan metode Euler.
Harga y pada titik tengah berdasarkan metode Euler adalah:
h
y 0+ 1/ 2= y 0 + y '0
2
dimana:
y '0=f ( x o , y o )
Sedangkan harga kemiringan (slope) pada titik tengahnya adalah:
y '0+ 1/ 2=f ( x 0+1 /2 , y 0+1 /2 )
Sehingga harga y pada xi+1 dapat ditentukan dengan memasukkan persamaan di atas ke dalam
persamaan Euler sebelumnya.
y i= y o+ f ( x 0+1 /2 , y 0+1/ 2 ) h

Contoh:
Tentukan harga y untuk setiap pergeseran sebesar 0,1 dari persamaan berikut ini.
dy x
=e + x
dx
Kondisi awal xo = 0 dan yo = 1,0

Penyelesaian:
h
x 0+1 /2=x 0 +
2

99
METODE NUMERIK 2017

0,1
x 0+1 /2=0+ =0,05
2
h
y 0+ 1/ 2= y 0 + f ( x 0 , y 0 )
2
0,1 0
y 0+ 1/ 2=1,0+ {( ) }
2
( e + 0 ) =1,05
y '0+ 1/ 2=f ( x 0+1 /2 , y 0+1 /2 )
y '0+ 1/ 2=e 0,05+ 0,05=1,1013
y 1= y 0 + y '0 +1/ 2 . h
y 1=1,0+ ( 1,1013 )( 0,1 )=1,11013

Perhitungan untuk setiap pergeseran yang lain sebesar h dapat dilakukan dengan cara yang sama dan
hasilnya seperti tabel berikut ini.

xi xi+1/2 yi y0+1/2 y’0+1/2


0 1,00
0,05 1,05 1,1013
0,1 1,11013
0,15 1,17039 1,31183
0,2 1,24131
0,25 1,31238 1,53403
0,3 1,39471
0,35 1,47720 1,76907
0,4 1,57162
0,45 1,66621 2,01831
0,5 1,77345

7.4. Metode Runge-Kutta

Seperti telah diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti diperlukan suku (order)
yang lebih tinggi dari persamaan deret Taylor. Untuk estimasi nilai y pada metode Runge-Kutta
dapat menggunakan prinsip tersebut. Selain itu metode ini tidak memerlukan fungsi turunan dari
pesamaannya.
Bentuk umum dari metode Runge-Kutta adalah:
y i+1 = y i+ a1 k 1+ a2 k 2 +⋯+ an k n
dimana:
dy
= y ' =f ( x i , yi )
dx
k 1=h f ( x i , y i )
k 2=h f ( x i + p 1 h , y i +q 11 k 1 )
k 3=h f ( x i + p2 h , y i +q 21 k 1 +q 22 k 2)

100
METODE NUMERIK 2017

k n=h f ( x i + pn−1 h , y i +q n−1,1 k 1+ qn−2,2 k 2 + ⋯+q n−1 ,n−1 k n−1 )


Sehingga:
n
y i+1 = y i+ ∑ a j k j
j=1

dimana:
j−1

(
k j=h f x i + p j−1 h , y i+ ∑ q j−1, l k l
l −1
)
untuk: j = 1
po = 0
j−1

∑ q j−1 , l k l=0
l−1

1. Metode Runge-Kutta Orde Dua

Pada metode ini menggunakan persamaan deret Taylor sampai orde ke dua dengan bentuk umum
persamaannya:
y i+1 = y i+ a1 k 1+ a2 k 2
dimana:
k 1=h f ( x i , y i )
k 2=h f ( x i + p 1 h , y i +q 11 k 1 )
jika:
a1 = a2 = ½
p1 = q11 = 1
y i+1 = y i+ ½ ( k 1 +k 2 )
dimana:
k 1=h f ( x i , y i )
k 2=h f ( x i +h , y i+ k 1 )

Contoh:
Carilah harga y untuk setiap pergeseran sebesar 0,1 dari persamaan berikut:
dy x
=e +2 xy
dx
Kondisi awal xo = 0 dan yo = 1,0

Penyelesaian:
untuk: xo = 0
yo = 1,0
h = 0,1
k 1=h f ( x o , y o )
k 1=0,1 {e 0+ ( 2 )( 0 )( 1,0 ) }=0,1
101
METODE NUMERIK 2017

xo + h = 0 + 0,1 = 0,1
yo + k1 = 1,0 + 0,1 = 1,1
k 2=h f ( x o +h , y o +k 1)
k 2=0,1 {e 0,1+(2)(0,1)(1,1) }=0,13252
y 1= y o + ½ ( k 1 +k 2 )
y 1=0,1+ ½ ( 0,1+ 0,13252 )=1,11626
untuk: x1 = 0,1
y1 = 1,11626
h = 0,1
k 1=h f ( x 1 , y 1 )
k 1=0,1 {e 0,1+ ( 2 )( 0 )( 1,11626 ) }=0,13284
x1 + h = 0,1 + 0,1 = 0,2
y1 + k1 = 1,11626 + 0,13284 = 1,24910
k 2=h f ( x 1 +h , y 1+ k 1 )
k 2=0,1 {e 0,2+(2)(0,2)(1,24910) }=0,17210
y 2= y 1 +½ ( k 1+ k 2 )
y 1=0,11626 +½ ( 0,13284+ 0,17210 )=1,26873
Perhitungan dapat diteruskan dengan cara yang sama seperti diatas sampai pada interval yang
ditentukan.

2. Metode Runge-Kutta Orde Tiga

Pada metode Runge-Kutta orde tiga suatu turunan yang sama dengan penurunan pada orde dua
dapat dilaksanakan. Dari turunan ini ada enam persamaan dengan delapan bilangan yang tidak
diketahui, oleh karena itu dua bilangan yang tidak diketahui harus ditetapkan untuk mendapatkan
enam bilangan sisanya.
Dengan demikian akan diperoleh suatu bentuk persamaan umum berikut:
y i+1 = y i+1 /6 ( k 1 +4 k 2 +k 3 )
dimana:
k 1=h f ( x i , y i )
k 2=h f ( x i +h/2 , y i+ k 1 /2 )
k 3=h f ( x i +h , y i−k 1 +2 k 2 )

Contoh:
Carilah harga y untuk setiap pergeseran sebesar 0,1 dari persamaan berikut:
dy
=x 2+2 xy
dx
Kondisi awal xo = 0 dan yo = 1,0
102
METODE NUMERIK 2017

Penyelesaian:
untuk: xo = 0
yo = 1,0
h = 0,1
k 1=h f ( x o , y o )
k 1=0,1 {02 + ( 2 ) ( 0 )( 1,0 ) }=0,1
xo + h/2 = 0 + (0,1/2) = 0,05
yo + k1/2 = 1,0 + (0,1/2) = 1,05
k 2=h f ( x o +h /2 , y o +k 1 /2 )
k 2=0,1 {0,052 +(2)(0,05)(1,05) }=0,01075
xo + h = 0 + 0,1 = 0,1
yo – k1 + 2k2 = 1,0 – 0,1 + (2)(0,01075) = 0,9215
k 3=h f ( x 0 +h , y 0−k 1+ 2k 2 )
k 3=0,1 {( 0,1)2 +(2)(0,1)(0,9215) }=0,01943
y 1= y o +1 /6 ( k 1 +4 k 2+ k 3 )
y 1=1,0+1 /6 ¿

untuk: x1 = 0,1
y1 = 1,02707
h = 0,1
k 1=h f ( x 1 , y 1 )
k 1=0,1 {(0,1)2 + ( 2 )( 0,1 ) ( 1,02707 ) }=0,02154
x1 + h/2 = 0,1 + (0,1/2) = 0,15
y1 + k1/2 = 1,02707 + (0,02154/2) = 1,03784
k 2=h f ( x 1 +h/2 , y 1+ k 1 /2 )
k 2=0,1 {(0,15)2 +(2)(0,15)(1,03784) }=0,03339
x1 + h = 0,1 + 0,1 = 0,2
y1 – k1 + 2k2 = 1,02707 – 0,02154 + (2)(0,03339) = 1,07231
k 3=h f ( x 1 +h , y 1−k 1 +2 k 2 )
k 3=0,1 {( 0,2)2 +(2)(0,2)(1,07231) }=0,04689
y 2= y 1 +1/6 ( k 1+ 4 k 2+ k 3 )
y 2=1,02707+1 /6 { 0,02154+ ( 4 ) ( 0,03339 ) +0,04689 } =1,06074
Perhitungan dapat diteruskan dengan cara yang sama seperti diatas sampai pada interval yang
ditentukan.

103
METODE NUMERIK 2017

3. Metode Runge-Kutta Orde Empat

Metode Runge-Kutta yang paling populer adalah orde empat. Seperti halnya pada metode
sebelumnya, maka pada metode orde empat ini mempunyai beberapa bilangan yang tidak diketahui.
Bentuk umum persamaan metode Runge-Kutta orde empat adalah:
y i+1 = y i+1 /6 ( k 1 +2 k 2 +2 k 3 +k 4 )
dimana:
k 1=h f ( x i , y i )
k 2=h f ( x i +½ h , y i+ ½ k 1 )
k 3=h f ( x i +½ h , y i+ ½ k 2 )
k 4=h f ( xi + h , y i +k 3 )
Contoh:
Carilah harga y untuk setiap pergeseran sebesar 0,1 dari persamaan berikut ini:
dy
=2 x 2 +4 xy+ 3
dx
Kondisi awal xo = 1,0 dan yo = 1,0

Penyelesaian:
untuk: xo = 1,0
yo = 1,0
h = 0,1 k 1=h f ( x o , y o )
k 1=0,1 {2(1)2 + ( 4 ) ( 1 )( 1 ) +3 }=0,9
xo + ½ h = 1,0 + ½(0,1) = 1,05
yo + ½ k1 = 1,0 + ½(0,9) = 1,45
k 2=h f ( x o +½ h , y o +½ k 1)
k 2=0,1 {2(1,05)2+ 4 ( 1,05 ) ( 1,45 ) +3 }=1,1295
xo + ½ h = 1,0 + ½(0,1) = 1,05
yo + ½ k2 = 1,0 + ½(1,1295) = 1,56475
k 3=h f ( x o +½ h , y o +½ k 2 )
k 3=0,1 {2(1,05)2+ 4 ( 1,05 ) ( 1,56475¿+3 ) }=1,1777
xo + h = 1,0 + 0,1 = 1,1
yo + k3 = 1,0 + 1,1777 = 2,1777
k 4=h f ( x o+ h , y o+ k 3 )
k 4=0,1 {2(1,1)2 +4 (1,1 ) ( 2,1777 ) +3 }=1,5002
y 1= y o +1 /6 ( k 1 +2 k 2+ 2 k 3+ k 4 )
y 1=1,0+1 /6 { 0,9+ 2 ( 1,1295 ) +2 ( 1,1777 ) +1,5002 }=2,1691

untuk: x1 = 1,1
y1 = 2,1691
104
METODE NUMERIK 2017

h = 0,1 k 1=h f ( x 1 , y 1 )
k 1=0,1 {2(1,1)2 + ( 4 ) ( 1,1 )( 2,1691 ) +3 }=1,4964
x1 + ½ h = 1,1 + ½(0,1) = 1,15
y1 + ½ k1 = 2,1691 + ½(1,4964) = 2,9173
k 2=h f ( x 1 +½ h , y 1+ ½ k 1 )
k 2=0,1 {2(1,15)2+ 4 ( 1,15 ) ( 2,9173 ) +3 }=1,9065
x1 + ½ h = 1,1 + ½(0,1) = 1,15
y1 + ½ k2 = 2,1691 + ½(1,9065) = 3,12235
k 3=h f ( x 1 +½ h , y 1+ ½ k 2 )
k 3=0,1 {2(1,15)2+ 4 ( 1,15 ) ( 3,12235¿+3 ) }=2,0008
x1 + h = 1,1 + 0,1 = 1,2
y1 + k3 = 2,1691 + 2,0008 = 4,1699
k 4=h f ( x1 +h , y 1 +k 3 )
k 4=0,1 {2(1,2)2 +4 (1,2 ) ( 4,1699 )+3 }=2,5896
y 2= y 1 +1/6 ( k 1+2 k 2+2 k 3 + k 4 )
y 2=2,1691+1/6 { 1,4964+ 2 ( 1,9085 ) +2 ( 2,0008 ) +2,5896 } =4,1525

Perhitungan dapat diteruskan dengan cara yang sama seperti diatas sampai pada interval yang
ditentukan.

4. Penyelesaian Dua Persamaan Diferensial

Persamaan simultan diferensial biasa orde pertama sering dijumpai dalam penyelesaian sistim
teknik. Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan metode Runge-Kutta orde empat.
Bentuk umum dua persamaan diferensial orde satu:
dy
=f ( x , y ( x ) ,u( x) )
dx
du
=f ( x , y ( x ) ,u ( x) )
dx
Jika kondisi awal: x = xo ; maka y = yo
u = uo
Penyelesaian persamaan di atas dengan metode Runge-Kutta orde empat akan menghasilkan
persamaan berikut ini.
y i+1 = y i+1 /6 ( k 1 +2 k 2 +2 k 3 +k 4 )
ui +1=ui +1/6 ( l 1+ 2l 2 +2 l3 +l 4 )
dimana:
k 1=h f ( x i , y i , ui )

105
METODE NUMERIK 2017

l 1=h g ( x i , y i ,u i )
k 2=h f ( x i +½ h , y i+ ½ k 1 ,u i+ ½l 1 )
l 2=h g ( x i+ ½ h , y i+ ½ k 1 ,ui +½ l 1 )
k 3=h f ( x i +½ h , y i+ ½ k 2 ,u i+ ½l 2 )
l 3=h g ( x i +½ h , y i+ ½ k 2 ,ui + ½l 2 )
k 4=h f ( xi + h , y i +k 3 , ui +l 3 )
l 4 =h g ( xi +h , y i +k 3 , ui +l 3 )

5. Penyelesaian Persamaan Diferensial Orde Dua

Persamaan diferensial orde ke n dapat diselesaikan dengan mentransformasikan persamaan tersebut


ke dalam bentuk persamaan diferensial orde ke satu. Dengan demikian persamaan diferensial orde
dua dapat diselesaikan dengan metode Runge-Kutta.
Bentuk umum persamaan diferensial orde dua adalah:
d2 x dx
dt 2 (
=f t , x ,
dt )
dengan kondisi awal: t = to ; maka x = xo
v = vo
Persamaan di atas terlebih dahulu dirubah menjadi persamaan diferensial orde satu.
Misalkan:
dx dv
=v ; maka =f ( t , x , v )
dt dt
Selanjutnya penyelesaian dapat menggunakan metode Runga-Kutta orde empat.
vi +1=vi +1 /6 ( k 1+ 2 k 2+ 2 k 3+ k 4 )
dimana:
k 1=h f ( t i , x i , v i )
k 2=h f ( t i+ ½ h , x i +½ l 1 , v i+ ½ k 1 )
k 3=h f ( t i +½ h , xi +½ l 2 , v i +½ k 2 )
k 4=h f ( t i +h , x i+ l 3 , vi + k 3 )
x i+1=x i +1/6 ( l 1+ 2l 2 +2 l 3+l 4 )
dimana:
l 1=h g ( vi ) =h ( vi )
l 2=h g ( vi + ½ k 1 )=h ( v i+ ½ k 1 )
l 3=h g ( v i+ ½ k 2 )=h ( v i +½ k 2 )
l 4 =h g ( v i +k 3 ) =h ( vi + k 3 )
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai li di atas ke dalam persamaan sebelumnya, maka diperoleh
bentuk persamaan berikut.
h
x i+1=x i +h v i + ( k 1 +k 2 +k 3 )
6
106
METODE NUMERIK 2017

1
vi +1=vi + ( k 1 +2 k 2 +2 k 3 +k 4 )
6
dimana:
k 1=h f ( t i , x i , v i )
k 2=h f ( t i+ ½ h , x i +½ h v i , v i +½ k 1 )
k 3=h f ( t i +½ h , xi +½ h v i+ ¼ h k 1 , vi + ½ k 2 )
k 4=h f ( t i +h , x i+ h v i +½ h k 2 , v i +k 3 )

7.5. Metode Heun

107

Anda mungkin juga menyukai