Anda di halaman 1dari 25

UJIAN AKHIR SEMESTER

COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Dosen Pengampu:
Ir. Ali Mokhtar, M.T., IPM, ASEAN Eng.

Disusun oleh:
Fauzan Ammar Putra
201710120311038

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
1. DASAR TEORI
1.1 CFD
Komputasi Dinamika Fluida atau Computational Fluid Dynamics (CFD)
adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi pola aliran fluida,
perpindahan panas, reaksi kimia dan fenomena lainnya dengan menyelesaikan
persamaan-persamaan matematika atau model matematika.
CFD adalah suatu analisa system yang melibatkan aliran fluida,
perpindahan kalor dan fenomena-fenomena yang terkait di dalamnya seperti
reaksi kimia yang dilakukan dengan simulasi berbasis computer. Dengan
menggunakan CFD, hasil penelitian mengenai aliran fluida dan perpindahan
kalor tidak perlu dilakukan pengujian actual, melainkan dapat terlebih dahulu
membuat model untuk selanjutnya dilakukan simulasi. Beberapa keuntungan
menggunakan CFD antara lain:
a. Mereduksi waktu dan biaya pada sebuah perancangan.
b. Dapat dilakukan penelitian terhadap system yang dalam keadaan nyata
susah untuk dilakukan.
c. Dapat dilakukan penelitian terhdapat system yang dalam kenyataan
nyata terlalu berbahaya untuk dilakukan.
Berdasarkan sedikit penjabaran diatas mengenai CFD, maka CFD dapat
digunakan untuk menganalisa pola aliran fluida (udara), temperature, tekanan,
dll.
Pada dasarnya CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial
dari kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar.
Persamaan yang asalnya kontinum (memiliki jumlah sel tak terhingga)
dirubah menjadi model diskrit (jumlah sel terhingga).
Untuk dapat melakukan analisa seperti yang telah dijelaskan diatas,
metode CFD memiliki 3 elemen utama, yaitu:
a. Pre-Processing
Tahap preprocessing merupakan tahap awal dari proses CFD, pada
tahap ini akan dilakukan beberapa proses sebagai berikut:
1. Definisi Geometri dari Benda Kerja
Pada proses ini akan dilakukan proses pemodelan dari
benda kerja. Proses pemodelan bisa langsung menggunakan
software CFD, tetapi untuk benda kerja yang rumit bentuknya
sebaiknya menggunakan software assembly seperti SolidWork.
2. Pembuatan Mesh
Meshing adalah proses membagi komponen yang akan
dianalisis menjadi elemen-elemen kecil atau diskrit. Semakin baik
kualitas mesh maka akan semakin tinggi tingkat konvergensinya.
Secara umum bentuk sel dari proses meshing dibagi
menjadi dua jenis, yaitu dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk sel
dua dimensi terdapat dua jenis bentuk sel yaitu Triangle dan
Quadrilateral.

Bentuk sel tiga dimensi terbagi kedalam empat jenis, yaitu


Tetrahedron, Pyramid, Triangular Prism, Hexahedron.
Dalam proses meshing terdapat klasifikasi mesh yang terbagi
kedalam tiga jenis, yaitu:
 Structured Mesh
Structured mesh adalah meshing terstruktur,dapat dikenali
dari konektivitas mesh yang teratur dan rapi. Adapun mesh yang
biasa menggunakan structured mesh adalah Quadrilateral di 2D
dan Hexahedra di 3D.

 Unstructured Mesh
Unstructured mesh merupakan mesh yang konektivitas
meshnya tidak beraturan. Mesh ini biasanya menggunakan
triangle pada 2D dan tetrahedra pada 3D.

 Hybrid Mesh
Struktur mesh yang ketiga adalah Hybrid mesh yang
merupakan kombinasi dari Unstructured mesh dan Structured
mesh.
b. Processing
Processing merupakan proses kedua dari CFD, didalam tahap ini
akan dilakukan penentuan kondisi batas (boundary condition) dan
pemilihan metode inisiasi. Dalam penentuan kondisi batas akan
dimasukkan nilai dari parameterparameter yang dibutuhkan, adapun
parameter yang termasuk kondisi batas adalah:
 Velocity Inlet
Digunakan untuk mendefinisikan kecepatan aliran dan besaran
skalar lainnya pada sisi masuk aliran. Kondisi batas ini hanya
digunakan untuk aliran inkompresibel.
 Mass Flow Inlet
Pada kondisi batas ini harus dimasukkan data laju aliran massa atau
fluks massa, temperature fluida (apabila mengaktifkan persamaan
energi), tekanan gauge pada sisi masuk, arah aliran, dan besaran
turbulensi.
 Pressure Inlet
Pada Pressure inlet akan dimasukkan data tekanan total (absolute),
tekanan gauge, temperatur, arah aliran, dan besaran turbulen.
 Pressure Outlet
Pada Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida dan data
tekanan pada sisi keluar diketahui atau minimal dapat diperkirakan
mendekati sebenarnya. Pada kondisi batas ini harus dimasukkan nilai
tekanan statik, temperatur aliran balik (backflow), dan besaran
turbulen aliran balik.
 Outflow
Kondisi batas ini digunakan apabila data aliran pada sisi keluar
tidak diketahui. Data pada sisi keluar diekstrapolasi dari data yang ada
pada alran sebelum mencapai sisi keluar.
 Pressure Far-Field
Kondisi batas ini digunakan untuk memodelkan aliran
kompresibel, besaran yang harus dimasukkan nilainya adalah tekanan
gauge, bilangan March, temperatur aliran, arah aliran dan besaran
turbulensi pada sisi keluar
 Inlet Vent and Outlet Vent
Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk/keluar
aliran dimana terdapat peralatan ventilasi di sisi luar saluran
masuk/keluar yang dapat menimbulkan kerugian tekanan pada aliran.
Data yang harus dimasukkan pada kondisi batas ini sama dengan data
pada kondisi batas pressure inlet/pressure outlet, hanya terdapat
tambahan data untuk kerugian tekanan.
 Intake Fan dan Exhaoust Fan
Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk/keluar
aliran dimana terdapat fan/blower di sisi luar saluran masuk/keluar
untuk menghembus/menghisap fluida di dalam saluran.
Data yang harus dimasukkan pada kondisi batas ini sama dengan
data pada kondisi batas pressure inlet/pressure outlet, hanya terdapat
tambahan data untuk kenaikan tekanan setelah melewati fan/blower
(pressure-jump).
 Wall
Kondisi batas ini digunakan sebagai dinding untuk aliran fluida
dalam saluran atau dapat disebut juga sebagai dinding saluran. Kondisi
batas ini digunakan juga sebagai pembatas antara daerah fluida (cair
dan gas) dan padatan.
 Symmetry and Axis
Kondisi batas simetri digunakan apabila model geometri kasus
yang bersangkutan dan pola aliran pada model tersebut simetri.
Kondisi batas ini juga dapat digunakan untuk memodelkan dinding
tanpa gesekan pada aliran viskos. Sedangkan kondisi batas axis
digunakan sebagai garis tengah (centerline) untuk kasus 2D
axisymmetry
 Periodic
Kondisi batas periodik digunakan untuk mengurangi daya
komputasi pada kasus tertentu. Kondisi batas ini hanya dapat
digunakan pada kasus yang mempunyai medan aliran dan geometri
yang periodic, baik secara translasi atau rotasi.
 Cell Zone Fluid
Kondisi batas ini digunakan pada bidang model yang didefinisikan
sebagai fluida. Data yang dimasukkan hanya material fluida. Dapat
didefinisikan sebagai media berpori.
 Cell Zone Solid
Kondisi batas ini digunakan pada bidang model yang didefinisikan
sebagai padatan. Data yang harus dimasukkan hanya material padatan.
Dapat didefinisikan heat generation rate pada kontinum solid
(opsional).
 Porous Media
Porous zone merupakan pemodelan khusus dari zona fluida selain
padatan dan fluida. Kondisi batas ini digunakan dengan cara
mengaktifkan pilihan porous zone pada panel fluida. Digunakan untuk
memodelkan aliran yang melewati media berpori dan tahanan yang
terdistribusi, misalnya: packed beds, filter papers, perforated plates,
flow distributors, tube banks.
 Kondisi Batas Internal
Selain kondisi batas yang telah disebutkan di atas, masih terdapat
beberapa kondisi batas lagi yang dapat dikelompokkan menjadi
kelompok kondisi batas internal. Yang termasuk dalam kondisi batas
internal adalah: fan, radiator, porous jump, interior. Kondisi batas ini
digunakan untuk bidang yang berada di tengah medan aliran dan tidak
mempunyai ketebalan.
Kondisi batas fan, radiator, dan porous jump digunakan untuk
memodelkan adanya fan, radiator, atau media berpori di tengah-tengah
aliran, sehingga tidak perlu dibuat model fan atau radiator, cukup
dengan menentukan kenaikan tekanan yang terjadi setelah melewati
alat tersebut. Sedangkan kondisi batas interior digunakan untuk bidang
yang kedua sisinya dilewati oleh fluida.
Proses selanjutnya adalah pemilihan metode inisiasi, dalam metode
inisiasi terdapat beberapa metode solusi, adapun jenis dari metode
solusi adalah sebagai berikut:
 SIMPLE
SIMPLE (Semi-Implicit Method for Pressure Linked Equation)
merupakan metode yang menggunakan hubungan antara kecepatan
dan tekanan untuk mendapatkan nilai konservasi massa dan nilai
bidang tekan (Ansys User Guide, 2013)
Dalam metode ini persamaan kecepatan dikoreksi untuk
menghitung satu set baru fluks konservatif. Persamaan momentum
yang telah terdiskritisasi dan koreksi kecepatan diselesaikan secara
implisit dan koreksi kecepatan diselesaikan secara eksplisit, hal ini
adalah alasan disebutnya “Semi-Implisit Metode”
 SIMPLEC
SIMPLEC (Semi-Implicit Method for Pressure Linked
EquationConsistent). Metode ini pada dasarnya merupakan modifikasi
dari metode SIMPLE, metode ini merupakan prosedur numerik yang
biasa digunakan dalam CFD untuk memecahkan persamaan Navier
Stokes.
Pada metode SIMPLEC metode SIMPLE sedikit dilakukan variasi
dimana persamaan momentum dimanipulasi untuk memungkinkan
koreksi kecepatan SIMPLEC dihilangkan untuk menghilangkan nilai
yang kurang penting, pada dasarnya SIMPLEC mencoba untuk
mencegah efek dropping velocity dan faktor koreksi lainnya.
 PISO
PISO (The Pressure-Implicit with Splitting of Operators),
merupakan persamaan yang berguna untuk aliran transient atau untuk
mesh yang mengandung cells dengan skewness yang lebih tinggi dari
rata-rata. Metode ini didasarkan pada tingkatan yang lebih tinggi dari
hubungan pendekatan antara faktor koreksi tekanan dan kecepatan.
Untuk meningkatkan efisiensi perhitungan, metode piso menggunakan
dua faktor koreksi tambahan, yaitu neighbor correcion dan skewness
correction
Neighbor correction adalah proses iterasi yang disebut sebagai
koreksi momentum atau neighbor correction. Dengan tambahan
neighbor correction maka Control Processing Unit (CPU) pada
komputer mengalami penambahan waktu untuk melakukan proses
solver iterasi, akan tetapi akan menurunkan nomor iterasi yang
dibutuhkan untuk mencapai konvergensi. Skewness correction adalah
proses penghitungan ulang untuk gradien koreksi tekanan yang
digunakan untuk memperbarui koreksi fluks massa.

c. Post-Processor
Post processing merupakan tahapan terakhir dari proses CFD, pada
tahapan ini akan ditampilkan hasil proses perhitungan dari kondisi
batas dan metode solver yang digunakan. Dalam post processing dapat
memberikan tampilan grafis yang menunjukkan mesh, kontur, vektor
dan pathline.
1. Displaying Mesh
Displaying Mesh digunakan untuk menampilkan mesh pada model
yang sedang dikerjakan pada saat setup kondisi batas atau pada saat
memeriksa solution.
2. Displaying Contours and Profiles
Pada menu display ini akan ditampilkan bentuk kontur dan profil
dari model yang sedang diteliti. Kontur dan profil yang ditampilkan
dapat berupa tekanan, temperatur ataupun kecepatan.
3. Displaying Vectors
Pada menu display ini akan ditampilkan bentuk vektor dari model
yang sedang diteliti. vektor yang ditampilkan dapat berupa tekanan,
temperatur ataupun kecepatan.
4. Displaying Pathlines
Pathlines digunakan untuk memvisualisasikan aliran partikel tak
bermassa yang menjadi domain permasalahan.

1.2 Fluida

Dalam konsep mekanika fluida semua bahan nampak berada dalam dua
keadaan, yaitu sebagai zat padat dan cair (fluida). Kebanyakan bahan bisa
disebut entah sebagai zat padat, zat cair, atau gas. Walaupun sebahagian
diantaranya mempunyai sifat-sifat yang memungkinkan diperolehnya sebutan
ganda. Sebuah zat padat umumnya mempunyai bentuk yang tertentu,
sedangkan zat cair dan gas mempunyai bentuk yang ditetapkan oleh wadahnya
sendiri (masing-masing). Perbedaan dasar antara zat cair dan gas (keduanya
digolongkan sebagai fluida) adalah bahwa gas akan menyebar dan mengisi
seluruh wadah yang ditempatinya.
Defenisi yang lebih tepat untuk membedakan zat padat dengan fluida
adalah dari krateristik deformasi bahan tersebut. Zat padat dianggap sebagai
bahan yang menunjukkan reaksi deformasi yang terbatas ketika menerima
suatu gaya geser (shear). Fluida dapat didefenisikan sebagai suatu zat yang
terus menerus berubah bentuk apabila mengalami tegangan gesar fluida tidak
mampu menahan tegangan geser tanpa berubah bentuk. Kendatipun demikian
ada bahan-bahan seperti oli, cat, ter dan larutan polimer yang menunjukkan
karakteristik entah zat padat atau fluida tergantung dari tegangan geser yang
dialami. (White, M.Frank, 1988)

1.3 Aliran Fluida

Ditinjau dari jenis aliran,dapat diklasifikasikan menjadi aliran laminar


dan aliran turbulen. Aliran fliuida dikatakan laminar jika lapisan fluida
bergerak dengan kecepatan yang sama dan dengan lintasan partikel yang
tidak memotong atau menyilang, atau dapat dikatakan bahwa aliran laminar
di tandai dengan tidak adanya ketidak beraturan atau fluktuasi di dalam
aliran fluida. Karena aliran fluida pada aliran laminar bergerak dalam
lintasan yang sama tetap maka aliran laminar dapat diamati. Partikel fluida
pada aliran laminar jarang dijumpai dalam praktek hidrolika.
Sedangkan aliran dikatakan turbulen, jika gerakan fluida tidak lagi tenang
dan tunak (berlapis atau laminar) melainkan menjadi bergolak dan bergejolak
(bergolak atau turbulen). Pada aliran turbulen partikel fluida tidak membuat
fluktuasi tertentu dan tidak memperlihatkan pola gerakan yang dapat diamati.
Aliran turbulen hampir dapat dijumpai pada praktek hidrolika. Dan diantara
aliran laminar dan turbulen terdapat daerah yang dikenal dengan daerah
transisi.

1.4 Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo
1996 : 25). Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas
dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer.

Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk
dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan
tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam
pengaliran terbuka. Fluida yang mengalir ini memiliki temperature dan
tekanan yang berbeda-beda. Pipa biasanya ditentukan berdasarkan
nominalnya sedangkan ‘TUBE’ adalah salah satu jenis pipa yang ditetapkan
berdasarkan diameter luarnya.
Berdasarkan zat yang dialirkan,jenis pipa dapat diklasifikasikan,yaitu:

 Pipa Air
 Pipa Minyak
 Pipa Gas
 Pipa Uap
 Pipa Udara
 Pipa Lumpur

1.5 Persamaan Kontinuitas


Konsep awal mengenai fluida dinamis adalah tentang debit air. Apa
yang dimaksud dengan debit air? Sama halnya saat kita menabung uang
disebut debit, yang membedakan uang diganti dengan air. Jadi Debit air
adalah jumlah air yang mengalir setiap waktu atau boleh diartikan banyaknya
volume air yang mengalir setiap waktu. Fluida dinamis merupakan fluida
dalam keadaan bergerak. Seperti halnya yang sering kita lihat air kran yang
mengisi bak mandi, atau air terjun, dan banyak lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas, rumus empiris dari debit air adalah:

Q = V/t

Ket:
Q = Debit Air (m3/s)
V = Volume (m3)
t = waktu (s)

Jika kita hubungkan dengan kecepatan aliran air dan luas penampang pipa dan
mulut kran maka persamaan diatas dapat dirubah menjadi:

Karena volume V = A .h, maka


Q = A . h/t
Q = A.v

Ket:
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran air (m/s)

Saat air keran mengisi bak mandi, air mengalir dari pipa besar menuju
mulut keran yang lebih kecil. Terdapat perbedaan luas antara mulut kran
dengan pipa, sehingga kecepatan alitran air pun berbeda. Akan tetapi debit air
yang mengalir tetap sama. Itulah yang disebut asas kontinuitas. Perhatikan
gambar berikut:
 

Rumus Asas Kontinuitas


Q1= Q2
A1 v1 = A2 v2

1.6 Aliran Multifasa


Aliran multifase adalah aliran yang fasenya (padat, cair dan gas) saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan setiap hubungan antar fase
pergerakannya saling mempengaruhi.Sedangkan aliran dua fase adalah aliran
yang terdiri dari dua fase yang berbeda, dan merupakan bagian aliran
multiphase. Aplikasi aliran multiphase misalnya kavitasi pompa dan turbin,
electrophotographic printer di proses aliran efektif toner untuk menghasilkan
kualitas gambar dan kecepatan pencetakan, ketel uap, proses reaktor nuklir di
sistem pembangkit tenaga nuklir, proses destilasi, industri perminyakan dan
pertambangan, bidang medis untuk aliran darah dan sperma, sehingga akan
menjadi sangat berharga untuk memikirkan aplikasi aliran multiphase
2. PENYELESAIAN MASALAH SECARA ANALITIS
Penjelasan
Pada simulasi kali ini adalah simulasi dari aliran fluida multi spesies yang
menggunakan 3 jenis fluida yang berbeda yaitu oksigen, hidrogen, dan karbon
monoksida yang melalui suatu saluran dengan bentuk seperti dibawah:

Inlet 1 adalah saluran masuknya fluida oksigen, Inlet 2 adalah saluran masuknya
fluida hidrogen, dan Inlet 3 adalah saluran masuknya fluida karbon monoksida.
Dengan asumsi aliran masuknya laminar dan temperatur fluidanya 35 derajat
celcius.
Untuk ketiga fluida ini memiliki massa jenis, viskositas, dan laju aliran yang
berbeda-beda:
FLUIDA MASSA JENIS VISKOSITAS LAJU
(kg/m3) (kg/ms) ALIRAN (m/s)
Oksigen (O2) 1.2999 1.919 x 10-5 20
Hidrogen (H2) 0.08189 0.8411 x 10-5 10
Karbon Monoksida (CO) 1.1233 1.75 x 10-5 12

Apabila kita analisa, maka oksigen yang memiliki massa jenis paling besar
sehingga dapat dibayangkan apabila didalam saluran nanti ketiga gas tersebut
tidak bercampur dan hidrogen yang memiliki massa jenis paling kecil alirannya
akan terhambat oleh oksigen yang memiliki msasa jenis jauh lebih besar.
Hal lain yang dapat kita analisa adalah dari bentuk salurannya yang menyempit
pada bagian OUTLET sehingga menyerupai nozel. Maka dapat dianalisa bahwa
laju aliran akan mengalami peningkatan pada bagian outlet.
3. PERMASALAHAN
1. Pengaruh massa jenis terhadap aliran fluida multi spesies
2. Apa yang terjadi apabila fluida multi spesies mengalir pada saluran yang sama
3. Perubahan kecepatan disepanjang saluran yang dialiri fluida multi spesies
4. Perubahan tekanan disepanjang saluran yang dialiri fluida multi spesies
5. Distribusi massa jenis dalam aliran fluida multi spesies
4. PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH
Dalam simulasi kali ini, software yang digunakan adalah ANSYS FLUENT 2019
R2.
Langkah 1: Membuka Workbench ANSYS 2019 R2 dan buka program Fluid
Flow (FLUENT)

Buka software ANSYS 2019 R2 dan pada interface awal drag Fluent ke bagian
project schematic

Langkah 2: Membuat desain saluran


Dengan cara klik kanan pada bagian geometry dan klik bisa menggunakan
SpaceClaim ataupun DesignModeler. Pada kotak Properties of Schematics A2
Geometry cari Analysys Type dan Klik 2D.

Setelah itu, buat desain saluran dengan dimensi menyesuaikan sendiri.

Langkah 3: Mengubah desain menjadi penampang padat


Setelah selesai mendesain saluran, berikutnya klik Concept pada Toolbars lalu
Surfaces from Sketches.
Kemudian klik GENERATE yang berlogo petir

Langkah 4: Proses Meshing


1. Buka Mesh pada Workbench
2. Klik di setiap sisi dari geometri dan beri nama dengan cara klik kanan lalu
Create Named Selection untuk memberi nama setiap bagian saluran seperti
inlet, outlet, dinding, dll
3. Lalu klik kanan pada Mesh, klik Generate Mesh
4. Pada Details of “Mesh” kolom Sizing sesuaikan seperti gambar dibawah
5. Klik Update Mesh

Langkah 5: Proses Setup


1. Pada Workbench, klik Setup
2. Centang Double Precision pada kolom Options, lalu OK
3. Edit bagian Multiphase menjadi Volume of Fluid dan ubah Eulerian Phase
menjadi 4 seperti digambar bawah ini
4. Pada bagian Materials, klik New lalu Fluent Database dan tambahkan fluida
Oksigen, Hidrogen, dan Karbon Monoksida

5. Pada Boundary Condition, masukkan laju aliran pada inlet 1, 2, dan 3


kemudian atur Volume Fraction dari tiap inlet. Inlet 1 bernilai 1 untuk Volume
Fraction Oksigen dan 0 untuk Hidrogen dan Karbon Monoksida, dan
seterusnya.
6. Atur temperatur fluida dengan klik Reference Value lalu ubah temperatur
menjadi 308.15 Kelvin (35 derajat Celcius)

Langkah 6: Proses Komputasi


1. Pada bagian Solution, klik Methods lalu ganti Scheme nya menjadi PISO
2. Pada bagian Solution, klik Initialization dan pilih Hybrid Initialization, lalu
Initialize
3. Apabila ingin membuat aplikasi, klik pada Solution Animations lalu pilih
Record after every time-step.
4. Klik Run Calculation, tentukan jumlah time-step/iterasi lalu klik Calculate
5. PENYELESAIAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD
Kecepatan

Dari hasil simulasi CFD dapat kita lihat untuk kecepatannya mengalami
pertambahan kecepatan seiring menuju ke Outlet. Hal ini sesuai dengan
persamaan kontinuitas aliran fluida apabila luas penampang outlet mengalami
pengecilan maka laju aliran fluida akan bertambah.
Kemudian jika kita melihat kontur kecepatan maka dapat dilihat terjadi turbulensi
yang sangat besar di titik awal pertemuan ketiga fluida. Dan yang terbesar antara
Oksigen dan Hidrogen. Hal ini juga disebabkan karena perbedaan massa jenis
yang begitu besar diantara keduanya.

Massa Jenis

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa Oksigen yang memiliki massa jenis paling
tinggi terlihat memadati ruang aliran dari Hidrogen yang memiliki massa jenis
paling kecil, dan gap antara Oksigen dan Karbon Monoksida cenderung besar
karena massa jenis mereka tidak jauh berbeda

Tekanan
Dari hasil simulasi pada tekanan statis terjadi penurunan karena bertambahnya
kecepatan aliran fluida. Hal ini sesuai dengan hukum Bernoulli.
Sedangkan untuk tekanan dinamis nya terjadi peningkatan karena adanya
energi kinetik yang semakin besar akibat laju aliran fluida yang bertambah
6. ANALISIS PEMBAHASAN

Tabel Distribusi Tekanan dan Kecepatan

TEKANAN (Pa) KECEPATAN (m/s)


-751 477 0 51.8
-547 682 8.63 60.4
-342 887 17.3 69
-137 1090 25.9 77.6
67.7 1300 34.5 86.3
372 43.1
7. KESIMPULAN
1. Pada aliran multi spesies, fluida yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan
lebih memadati saluran dan antar fluida tidak saling bercampur melainkan ada
gap yang membatasi antara fluida dengan massa jenis yang lebih tinggi dan
lebih rendah
2. Pada saluran yang mengalami penyempitan pada outlet akan terjadi
penambahan laju aliran
3. Dari hasil simulasi, didapat kecepatan aliran fluida saat keluar paling besar
sebesar 86.3 m/s
Terjadi penurunan pada tekanan statis karena bertambahnya kecepatan aliran
fluida. Hal ini sesuai dengan hukum Bernoulli.
4. Sedangkan untuk tekanan dinamis nya terjadi peningkatan karena adanya
energi kinetik yang semakin besar akibat laju aliran fluida yang bertambah

Anda mungkin juga menyukai