Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai langkah-langkah penelitian yang

dilakukan.

3.1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Penyiapan Alat dan Bahan

Pengukuran kecepatan inlet Desain ruangan lift

Pembuatan Mesh A,
Ekperimen pengukuran B dan C
temperatur dan kecepatan
udara
Boundary conditions

Simulasi

Validasi simulasi dengan eksperimen

Diterima Tidak diterima


Validasi diterima

Mengadopsi mesh yang Analisa hasil


menghasilkan data paling akurat Simulasi simulasi

Variasi kecepatan inlet 0,8; Kesimpulan


1,3 dan 1,8 m/s
Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

1
3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Laptop

Dalam penelitian ini dilakukan desain geometri menggukanan Solidworks

2017 serta proses meshing sampai dengan simulasi menggunakan ANSYS 2020,

untuk melakukan langkah-langkah tersebut digunakan laptop dengan spesifikasi

sebagai berikut :

- Processor : AMD A8-6410 (4CPU) 2.0 GHz

- Memori VGA : 1005 MB

- RAM : 8192 MB

- VGA : AMD Radeon (TM) R5 Graphics

- Operating System : Windows 10 Pro 64-bit

3.2.2. Anemometer

Anemometer adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran

udara. Pada penelitian ini, anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan

aliran udara pada celah pintu lift dan kecepatan aliran udara di dalam lift.

Gambar 3.2 Anemometer

2
3.2.3. Thermocouple

Thermocouple merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur temperatur

udara. Pada penelitian ini thermocouple digunakan untuk mengukut temperatur

udara masuk dari celah pintu, di dalam ruangan lift dan aliran udara yang keluar

menuju kipas buang.

Gambar 3.3 Thermocouple

3.2.4. Lift Penumpang

Lift penumpang yang digunakan adalah lift pada gedung sekolah

pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pada lift tersebut

dilakukan penukuran dimensi ruangan serta variabel yang dibutuhkan dalam

simulasi.

Gambar 3.4 Lift Sekolah pascasarjana UMS

3
3.2.5. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur dimensi ruangan lift penumpang dan

juga untuk mengukur jarak dan ketinggian zona serta bidang pengamatan.

Gambar 3.5 Meteran

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Pre-processing

Model Geometri

Detail lift penumpang Geometri domain fluida

Gambar 3.6 Model geometri

4
Dari hasil pengukuran ruangan lift kemudian dilakukan pembuatan desain

geometri untuk simulasi menggunakan Solidworks 2017. Model geometri yang

dibuat berupa ruangan lift dalam keadaan kosong tanpa penumpang dengan

menyederhanakan bentuk kipas buang sehingga tidak terdapat bagian yang

bergerak (impeller dan backdraft) serta menghilangkan sumber panas tambahan.

Dimensi dari geometri ruangan lift yang digunakan adalah 2,125 m (p) x 1,5 m (l)

x 2,125 m (t) dengan volume 6,773 m 3. Model geometri yang sudah dibuat

kemudian disimpan dengan format IGES untuk dimasukkan ke ANSYS.

Meshing

Meshing merupakan suatu proses pembagian objek komputaso menjadi

bagian atau pecahan yang lebih kecil, singkatnya adalah elemen-elemen kecil

yang membagi domain komputasi. Bentuk mesh ada beberapa macam antara lain

tetrahedral, hexahedra dan polyhedra. Berdasarkan bentuk dan strukturnya,

meshing memiliki 2 jenis yaitu unstructured mesh dan structured mesh. Pada

unstructured mesh bentuk dan susunan elemennya acak, bisa terdiri dari beberapa

bentuk. Structured mesh memiliki bentuk san susunan elemen yang rapi dan

seragam.

Pada penelitian ini proses meshing dilakukan menggunakan fitur yang

sudah terdapat pada software ANSYS yaitu meshing (with fluent meshing). Fitur

ini memang digunakan untuk proses meshing pada simulasi CFD, sehingga bisa

diperoleh hasil meshing yang sesuai untuk dilakukan simulasi. Jenis meshing

yang dipilih untuk penelitian ini adalah poly-hexacore, jenis ini menggabungkan

5
antara bentuk polyhedral dengan bentuk hexahedral. Pemilihan jenis poly-

hexacore bertujuan untuk mendapatkan hasil simulasi yang akurat namun dengan

waktu yang lebih singkat, sehingga didapatkan hasil komputasi yang akurat

dengan waktu simulasi yang singkat.

Pada tahap validasi dibuat tiga macam variasi mesh, yaitu mesh A, mesh B

dan mesh C. Ketiga mesh ini memiliki kerapatan yang berbeda dimana mesh C

memiliki kerapatan yang paling tinggi. Dengan ketiga variasi mesh tersebut

kemudian dibandingkan keakuratan dari hasil komputasi. Berikut ini adalah

gambar dan tabel karakteristik mesh A, mesh B dan mesh C.

Gambar 3.7 Mesh A

6
Gambar 3.8 Potongan mesh A

Gambar 3.9 Mesh B

7
Gambar 3.10 Potongan mesh B

Gambar 3.11 Mesh C

8
Gambar 3.12 Potongan mesh C

Tabel 3.1 Karakteristik Mesh

Tipe Mesh Mesh A Mesh B Mesh C


Nodes 480.231 666.184 989.377
Elements 172.610 251.947 353.404
+
y Dinding 4,056444 3,329990 2,604365
+
y Lantai 4,032594 3,370069 2,608516
+
y Pintu 2,236229 1,971977 1,766334

3.3.2. Processing

Model turbulensi yang digunakan untuk simulasi ini adalah k-epsilon

standard dengan fluid properties berupa udara dengan spesifikasi seperti yang

ditunjukkan pada tabel 3.2. Model radiasi pada simulasi ini dipilih Discrete

Ordinate (DO), model ini dipilih karena memiliki keakuratan yang tinggi. Kondisi

operasi (operating condition) digunakan tekanan sebesar 101.325 Pa (1 atm),

9
kondisi operasi merupakan perkiraan kondisi daerah operasi yang biasanya

merupakan perkiraan besar dari tekanan. Pada proses komputasi boundary

condition (kondisi batas) perlu ditentukan parameternya. Boundary condition

berguna untuk memberikan spesifikasi dari kondisi fluida pada fluid domain.

Terdapat beberapa tipe dari boundary condition yang digunakan pada penelitian

ini, antara lain exhaust fan, velocity inlet dan wall.

Tabel 3.2 Fluid properties

Fluid properties Nilai


Density (ρ) 1,225 kg/m 3
Specific heat (Cp) 1.006,43 J/kg.K
Thermal conductivity 0,0242 W/m.K
Viscosity 1,7894e-05 kg/m.s

Tabel 3.3 Boundary condition

Boundary
Model Keterangan
condition
V = 0,8; 1,3 dan 1,8 m/s
Celah pintu Velocity inlet
T = 28,7°C
P = 0 Pa (gauge)
Kipas buang Exhaust fan
T = 27,9°C
Pintu Wall T = 28,5°C
Dinding depan Wall T = 28,5°C
Dinding kanan Wall T = 28,1°C
Dinding kiri Wall T = 28,1°C
Dinding belakang Wall T = 28,7°C
Lantai Wall T = 29,4°C
Atap Wall Heat flux = 0

10
Pada solution methods di bagian pressure velocity coupling dipilih coupled

dengan diskritisasi standar tanpa ada yang diubah. Kreiteria residual pada

monitoring solutions parameter energy dan do-intensity sebesar 10-6 sedangkan

untuk parameter yang lain sebesar 10-3 . Kemudian dilakukan running calculation

dan proses running dikatakan selesai apabila simulasi telah konvergen.

Gambar 3.13 Simulasi konvergen

3.3.3. Post-processinng

Post-processing merupakan tahap terakhir dari simulasi yang telah

dilakukan. Pada tahap ini ditampilkan data hasil dari simulasi, data-data tersebut

dapat berupa grafik, kontur temperatur, kontur tekanan, vektor kecepatan,

streamline dan lain sebagainya. Hasil yang ditampilkan ditahap post-processing

pada simulasi ini adalah grafik temperatur dan kecepatan udara. vektor kecepatan

udara, serta kontur temperatur dan kecepatan udara. Data yang ditampilkan

adalah data yang terdapat pada garis merah seperti pada gambar 3.12.

11
Gambar 3.14 Garis pengambilan data hasil simulasi

3.4. Penelitian Kasus

Setelah melakukan simulasi dari variasi mesh, kemudian dilakukan

validasi data. Validasi data dilakukan dengan cara membandingkan dengan data

hasil eksperimen pengukuran secara langsung yang telah dilakukan. Validasi

dapat diterima apabila perbedaan temperatur hasil simulasi dengan hasil

eksperimen tidak melebihi 2,27%, setelah validasi data diterima, langkah

selanjutnya adalah melakukan variasi kecepatan udara yang masuk ke melalui

celah pintu (inlet) dengan variasi 0,8 m/s; 1,3m/s dan 1,8 m/s. Mesh yang

digunakan pada langkah tersebut adalah mesh yang telah dipilih berdasarkan hasil

yang paling akurat. Kemudian dari hasil simulasi variasi kecepatan inlet disajikan

data-data berupa grafik, kontur dan vektor. Langkah selanjutnya adalah analisa

kesetimbangan massa dan energi.

12

Anda mungkin juga menyukai