MODUL KE – 2
Formulasi Inversi Linier
Oleh:
Syifa Khoirinnisa 119120060
Asisten :
1. Yudha Styawan, S.T (Koordinator)
2. Rizki Dinata (118120007)
3. Limwan Sihombing (118120014)
4. Sapruddin Pulungan (118120064)
5. Petrus Elvindo (118120083)
6. Olvi Anggi Oloani (118120109)
7. Prastowo Adhi Irwanto (118120111)
8. M Rafly Abdillah (118120168)
dimana N = 4 dan i = 1, 2, 3, 4.
Mulai
Mulai
Input Data
Menjelaskan outlier
Hitung misfit
Hasil plot data menggunakan
bobot dan tanpa bobot
Selesai
Mulai
Mulai
Input Data
Selesai
Mulai
Mulai
Input Data
Hasil Kecepatan
V1 dan V2
Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Problem 1
Gambar 1. Kurva Hasil Inversi Problem 1 dengan bobot dan tanpa bobot
4.4 PEMBAHASAN
Pada praktikum modul ini membahas mengenai Inversi linier
menggunakan bobot dengan tujuan Mampu mendemonstrasikan pengaruh ketidak
pastian data pada solusi inversi linier dan ketidak pastian solusi pada inversi linier.
Problem 1 menjelaskan mengenai inversi linier Berbobot sederhana, Problem 2
mengenai data outlier pada data observasi travel time pada inversi penentuan
hiposenter, dan problem 3 mengenai aplikasi inversi linier berbobot pada tomografi
seismik.
Problem 1 menjelaskan bagaimana melakukan perhitungan inversi linier
menggunakan bobot sederhana pada temperatur dibeberapa kedalaman yaitu sampai
10. Kemudian nilai misfit pada data menggunakan bobot 46.846 sedangkan tanpa
bobot 417.308. Nilai tersebut didapatkan dari data outlier yang diberi bobot 0.1, dari
nilai data tersebut terlihat semakin kecil setelah diberikan pembobotan sehingga
meningkatkan akurasi dari inversi linier. Data outlier ini dihasilkan dari kesalahan
saat melakukan pengukuran atau observasi di lapangan sehingga diperlukan
penambahan bobot, untuk Grafik orange menunjukkan kurva tanpa bobot sedangkan
kurva berwarna biru menunjukkan kurva menggunakan bobot.
Pada problem 2 mengenai inversi linier penentuan hiposenter menghasilkan dua
kurva yang berbeda. Kurva yang berwarna merah menunjukkan hasil tanpa
menggunakan bobot terlihat data inversi menyebar dan lebih jauh posisinya dengan
true hiposenter. Berbeda dengan kurva berwarna orange menunjukkan hasil
menggunakan bobot lebih dekat jaraknya dengan true hiposenter. Hal ini
menunjukkan penggunaan bobot menghasilkan data yang lebih akurat. Hal ini juga
berpengaruh dengan misfit yang dimiliki kedua kurva, bahwa setelah ditambahkan
pembobotan nilai misfit lebih kecil.
Problem 3 membahas mengenai inversi linier berbobot pada tomografi seismik
untuk mengetahui nilai V1 dan V2 menggunakan inversi linier metode pembobotan.
Tidak hanya melakukan perhitungan menggunakan google collab tetapi juga
menggunakan perhitungan manual. Data yang digunakan pada koordinat hiposenter
yaitu stasiun R1(2000 m, -1000 m) serta R2 (0 m, -1000 m), R1b setengah R1R2.
Waktu tempuh masing-masing kejadian gempa yaitu t1= 1.560s, t2=1.460, dan t3=
0.760 + 0.360 = 1.12s sedangkan untuk pembobotan digunakan 0.360. Untuk
mendapatkan nilai Kecepatan setiap lapisan diperlukan menghitung nilai panjang
raypath, menghitung model untuk mendapatkan nilai waktu tempuh kalkulasi setiap
kotak ray. Kemudian mencari nilai delay time dan setelah itu menghitung matriks
tomografi. Pada Hasil perhitungan menggunakan google collab didapatkan nilai V1 =
32.3095 dan V2= 55.1128. Hasil ini berbeda dengan perhitungan manual yang
dikerjakan oleh praktikan. Pada perhitungan manual didapatkan hasil V1= 1.341,64
dan V2= 1.341,6144. Dari kedua hasil terdapat perbedaan hal ini dikarenakan kurang
teliti yang dilakukan oleh praktikan saat perhitungan, terlihat pada hasil perhitungan
manual nilai V1 lebih besar daripada V2 sedangkan perhitungan menggunakan google
collab sebaliknya.
V. KESIMPULAN
Pada praktikum modul ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan bobot pada perhitungan inversi linier mempengaruhi kurva garis
linier pada data.
2. Problem 1 menghasilkan nilai misfit data terlihat semakin kecil setelah
diberikan pembobotan sehingga meningkatkan akurasi dari inversi linier.
3. Problem 2 kurva yang menggunakan pembobotan memiliki jarak lebih dekat
dengan true hiposenter dibandingkan tanpa pembobotan hal ini menunjukkan
penggunaan bobot menghasilkan data yang lebih akurat.
4. Problem 3 mencari nilai V1 dan V2 menggunakan perhitungan manual dan
perhitungan inversi dengan google collab yang berbeda. Hal ini dikarenakan
kesalahan praktikan saat melakukan perhitungan manual.
5. Hasil Tomografi menggunakan google collab nilai V1 leboh kecil dari V2,
berbeda dengan perhitungan manual yang mana V1 lebih besar dari V2
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Eng. Supriyanto, M. (2007). Analisis Data Geofisika:Memahami Teori Inversi. Depok:
Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia.
Grandis, D. H. (2009). Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Bandung: Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia.
Hendra, G. (2009). Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. bandung: Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia (HAGI).
Meju, A Max. Geophysical Data Analysis: Understanding Inverse Problem Theory
andPractice, (1994), Society of Exploration Geophysicsts (SEG)
LAMPIRAN
- Link Google Collab
https://colab.research.google.com/drive/1JPB3eWnN00UtVYrpYSPoL59
KgdawS65c?usp=sharing