Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

INVERSI GEOFISIKA TG 3004

MODUL KE – 4

INVERSI NON LINIER

Oleh:
Syifa Khoirinnisa (119120060)

Asisten :

1. Yudha Styawan, S.T (Koordinator)


2. Rizki Dinata (118120007)
3. Limwan Sihombing (118120014)
4. Sapruddin Pulungan (118120064)
5. Petrus Elvindo (118120083)
6. Olvi Anggi Oloani (118120109)
7. Prastowo Adhi Irwanto (118120111)
8. M Rafly Abdillah (118120168)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021/2022
I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum modul ini yaitu:
a. Mampu menyelesaikan persamaan inversi dalam bidang geofisika yang
menggunakan metode inversi non linear dengan pendekatan linear, Gradien
dan Newton.
b. Mampu menganalisa fungsi dari inversi non linear dengan pendekatan linear,
Gradien dan Newton.

II. Teori Dasar


2.1 Inverse Modelling
Proses inversi adalah suatu proses pengolahan data lapangan yang
melibatkan teknik penyelesaian matematika dan statistik untuk mendapatkan
informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis bawah permukaan. Di
dalam proses inversi, kita melakukan analisis terhadap data lapangan dengan
cara melakukan curve fitting (pencocokan kurva) antara model matematika dan
data lapangan. Contoh problem inversi dalam bidang geofisika adalah:
1. Penentuan struktur bawah tanah
2. Estimasi parameter-parameter bahan tambang
3. Estimasi parameter-parameter akumulasi sumber energi
4. Penentuan lokasi gempa bumi berdasarkan waktu gelombang datang
5. Pemodelan respon lithospere untuk mengamati proses sedimentasi
6. Analisis sumur bor pada hidrogeologi.

2.2 Inversi Linier dengan Pendekatan Non Linier


Permasalahan inversi non-linear berupa regresi fungsi eksponensial dapat
diselesaikan menggunakan metode inversi linear setelah melalui transformasi
variable. Secara umum, transformasi variable tidak selalu dapat digunakan
untuk memformulasikan kembali suatu permasalahan inversi sehingga dapat
diselesaikan secara lebih mudah. Karena itu diperlukan metode yang secara
khusus dikembangkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan inversi non-
linear.Pada prinsipnya semua formulasi yang telah digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan inversi linear dapat diperluas untuk memperoleh
solusi inversi non-linear. Secara umum sebagian besar permasalahan inversi
dalam geofisika adalah inversi non-linear. Meskipun pada beberapa kasus
permasalahan inversi dapat dipilih atau dibuat menjadi linear ataupun non-
linear bergantung pada parameterisasi model yang dipilih.Hubungan antara
data dengan parameter model dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:

d = g(m)………………..(1)
2.3 Inversi Linier dengan Pendekatan Newton
Model ini menyatakan bahwa model pada iterasi ke (k+1) adalah model
pada iterasi sebelumnya (iterasi ke-k) yang di-update dengan suatu faktor
koreksi. Faktor koreksi beroperasi pada selisih antara data pengamatan dengan
data perhitungan pada iterasi ke-k. Solusi inversi non-linier menggunakan
metode Gauss-Newton adalah sebagai berikut:

……………….(2)
Dan yang terakhir solusi inversi untuk metode Levenber-Marquard dapat
ditulis sebagai berikut:

………………………….(3)
I menyatakan matriks identitas dan  merupakan parameter peredam yang
berfungsi meredam ketidakstabilan pada proses inversi dan Fn. (Srigutomo,
2016)

III. Langkah Kerja


3.1 Problem 1 Penentuan Lokasi Hiposenter Gempa dengan Inversi Non
Linear Pendekatan Linear)
3.1.1 Langkah Kerja Penentuan lokasi hiposenter gempa dengan inversi
non linear pendekatan linear
1. Input data kecepatan gelombang pada google collab terdapat tiga
komponen yaitu waktu, kecepatan gelombang, dann jarak.
2. Buat fungsi meshgrid untuk membuat grid pada bidang x-y yang
diatasnya terdapat permukaan fungsi.
3. Input data initial station dan hiposenter
4. Lakukan persamaan forward modelling dan tambahkan data noise
pada posisi hiposenter
5. Buat persamaan inversi dan model pertubasi
6. Hitung nilai RMSE dan lakukan plotting
7. Output nilai persebaran data
3.1.2 Diagram Alir

START

Siapkan Google Collab

Import numpy dan matplotlib

Input data posisi stasiun,


hiposenter sebenarnya,
dan kecepatan gelombang
Buat persamaan forward modeling

Tambahkan data noise dan posisi


hiposenter

Buat matriks bobot, persamaan inversi,


dan model pertubasi

Hitung nilai RMSE

Output nilai misfit dan


persebaran data

END

3.2 Problem 2 (Penentuan Lokasi Hiposenter Gempa dengan Inversi Non


Linear Gradien)
3.2.1 Langkah Kerja
1. Input data kecepatan gelombang pada google collab terdapat tiga
komponen yaitu waktu, kecepatan gelombang, dann jarak.
2. Buat fungsi meshgrid untuk membuat grid pada bidang x-y yang
diatasnya terdapat permukaan fungsi.
3. Input data initial station dan hiposenter.
4. Lakukan persamaan forward modelling dan tambahkan data noise
pada posisi hiposenter.
5. Buat persamaan inversi dan model pertubasi.
6. Hitung nilai RMSE dan lakukan plotting.
7. Output nilai persebaran data.

3.2.2 Diagram Alir


START

Siapkan Google Collab

Import numpy dan matplotlib

Input data posisi stasiun,


hiposenter sebenarnya,
dan kecepatan gelombang

Buat persamaan forward modeling

Tambahkan data noise dan posisi


hiposenter

Buat matriks bobot, persamaan inversi,


dan model pertubasi

Hitung nilai RMSE

Output nilai misfit dan


persebaran data

END

3.3 Problem 3 Penentuan Lokasi Hiposenter Gempa dengan Inversi Non


Linier Newton
3.3.1 Langkah Kerja
1. Buat forward modelling kemudian mencari grid search untuk plot
minimum eror.
2. Lakukan plot iterasi.
3. Selanjutnya Lakukan perhitungan random search.
4. Lakukan perhitungan Tcall dan eror
5. Plot titik hiposenter dan eror.
3.3.2 Diagram Alir

START

Siapkan Google collab

Import numpy dan matplotlib

Input data posisi stasiun,


hiposenter sebenarnya,
dan kecepatan gelombang

Buat persamaan forward modeling

Lakukan Plot iterasi

Lakukan Perhitungan Random search

Hitung Tcall dan eror

Plot titik hiposenter dan eror

Output nilai misfit dan


persebaran data

END
IV. Hasil
4.1 Problem 1
 Iterasi 4 posisi 15,30

Gambar 1. Hiposenter determination weighted Iterasi 4 m=15,30

 Iterasi 4 posisi 50,40

Gambar 2. Hiposenter determination weighted Iterasi 4 m=50,40

 Iterasi 7 posisi 15,30

Gambar 3. Hiposenter determination weighted iterasi 7 posisi 15,30


 Iterasi 7 posisi 50,40

Gambar 4. Gambar 3. Hiposenter determination weighted iterasi 7 posisi 30,40

4.2 Problem 2
 Posisi 50,40 iterasi 4 epsilon 1

Gambar 5. Inversi non linier gradien Posisi 50,40 iterasi 4 epsilon 1

 Posisi 50,40 Iterasi 4 Epsilon 0.5

Gambar 6. Inversi non linier gradien Posisi 50,40 iterasi 4 epsilon 0.5
 Posisi 50,40 Iterasi 7 Epsilon 0.5

Gambar 7. Inversi non linier gradien Posisi 50,40 iterasi 7 Epsilon 0.5

 Posisi 50,40 Iterasi 30 Epsilon 0.5

Gambar 7. Inversi non linier gradien Posisi 50,40 iterasi 30 Epsilon 0.5

4.3 Hasil Problem 3


 Iterasi 4

(a) (b)
Gambar 8. Inversi non linier Newton iterasi 4 Posisi 15,30 (a), posisi 50,40 (b)
(a) (b)
Gambar 9. Kurva RMS non linier Newton iterasi 4 Posisi 15,30 (a), posisi 50,40 (b)

 Iterasi 7

(a) (b)
Gambar 10. Inversi non linier Newton iterasi 7 Posisi 15,30 (a), posisi 50,40 (b)

Gambar 11. Kurva RMS non linier Newton iterasi 7 Posisi 15,30 (a), posisi 50,40 (b)

V. Pembahasan

Pada praktikum modul ini mengenai inversi non linier dengan melakukan
pendekatan linier dan penentuan lokasi hiposenter gempa dengan inversi non linier
gradien. Masing-masing permasalahan menggunakan nilai posisi 15,30 untuk
iterasi 4 dan posisi 50,40 untuk iterasi 7. Penyelesaian dengan melakukan
pendekatan linier dengan forward modelling untuk menghitung travel time dari
hiposenter ke station.

Saat menggunakan nilai position 15,30 untuk iterasi 4 terlihat hasil titik initial
position keluar dari garis hiposenter inversion dan terlihat jauh dari true hiposenter
namun jarak true hiposenter berdekatan dengan hiposenter inversion. Begitu juga
berlaku pada nilai position 15,30 untuk iterasi 7 yang membedakan hanya kurva
Erms dimana pada iterasi 4 lebih landai dibandingkan iterasi 7. Pada initial
position 50,40 iterasi 4 hasil titik initial position berada di garis hiposenter
inversion dan saling berjauhan antara hiposenter inversion dengan true hiposenter.
Begitu juga berlaku pada nilai position 50, 40 untuk iterasi 7, yang membedakan
hanya pada kurva Erms pada iterasi 7 lebih curam dan memiliki nilai yang tinggi.
Dari keempat gambar tersebut menggunakan nilai initial position yang sama hanya
iterasi yang berbeda bahwa dengan initial position 15,30 menghasilkan titik
hiposenter inversion lebih sedikit dibandingkan initial position 50,40. Kemudian
kurva Erms dipengaruhi dari nilai iterasi yang berbeda namun nilai initial position
sama, sehingga akan mempengaruhi bentuk model serta kurva erms.

Problem kedua ,menjelaskan penentuan lokasi hiposenter gempa dengan


inversi non linier gradien dengan menggunakan nilai epsilon yang berbeda-beda.
Pada gambar 5 menggunakan Posisi 50,40 iterasi 4 epsilon 1 menghasilkan titik
hiposenter inversion banyak dan jarak dengan true hiposenter juga berjauhan.
Begitu juga Posisi 50,40 iterasi 4 epsilon 0.5 hiposenter inversion berjauhan
dengan true hiposenter dan jumlah titik hiposenter inversion lebih sedikit. Hasil
kedua gambar pada menggunakan posisi 50,40 memiliki kesamaan yaitu titik
initial position tidak terlihat karena tidak berada dalam stasiun dan ketutupan
dengan model, pengaruh dari epsilon semakin banyak epsilon yang digunakan
maka jumlah titik hiposenter inversion semakin banyak juga. Tetapi tidak berlaku
bagi kurva Erms vs N iterasi, kurva dengan epsilon 1 lebih landai atau terlihat
melengkung. Kemudian percobaan dengan posisi dan epsilon yang sama yaitu
posisi 50,40 dan epsilon 0.5 dengan iterasi 7 dan 30. Bahwa semakin banyak
dilakukan iterasi maka akan mendekati dengan true hiposenter. Epsilon yang
digunakan untuk meminimumkan noise dan meredamkan ketidakstabilan solusi
yang ada di perhitungan karena keterbatasan data. Iterasi awal yang menggunakan
epsilon yang lumayan besar mempengaruhi bidang diagonal menjadi dominan.

Pada problem 3 dilakukan pencarian Inversi non linier dengan menggunakan


metode Newton. Pada percobaan ini menggunakan initial position 15,30 dan 50,40
dengan masing-masing nilai iterasi yang digunakan yaitu 4 dan 7. Pada hasil
gambar yang ditunjukkan problem 3 terlihat sama dengan hasil gambar problem 1
inversi non linier pendekatan linier. Namun perbedaannya terletak pada perumusan
model yang digunakan. Metode Newton menggunakan persamaan:
Mn+1 = Mn −[JnT Jn ]−1 JnT (g(mn ) − d)
Untuk metode Inversi linier menggunakan persamaan:

Mn+1 = Mn + [JnT Jn ]−1 JnT (d − g(mn ))


Ketiga model menggunakan initial position dan iterasi yang sama, namun titik
initial position tidak terlihat atau tertutup oleh inversion hypocentre. Hal tersebut
dikarenakan tertutup oleh initial model yang sudah ditentukan dan saat melakukan
plotting koordinat yang digunakan juga berbeda. Metode Gradien dan Newton
dalam penerapannya memiliki kesamaan berupa sensitivitas pemilihan modelnya.
Pemilihan model yang digunakan saat awal pemrosesan mempengaruhi hasil
solusi. Dari ketiga model tersebut yang paling baik digunakan adalah metode
gradien dikarenakan dalam pengolahannya menggunakan epsilon atau redaman
untuk meminimumkan noise dan melakukan stabilisasi terhadap solusi model.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum modul ini yaitu:
1. Bahwa semakin banyak dilakukan iterasi maka akan mendekati dengan true
hiposenter.
2. pengaruh dari epsilon semakin banyak epsilon yang digunakan maka jumlah
titik hiposenter inversion semakin banyak juga.
3. Epsilon yang digunakan untuk meminimumkan noise dan meredamkan
ketidakstabilan solusi yang ada di perhitungan karena keterbatasan data.
4. Metode Gradien dan Newton dalam penerapannya memiliki kesanaaan berupa
sensitivitas pemilihan modelnya.
5. Dari ketiga model tersebut yang paling baik digunakan adalah metode gradien
dikarenakan dalam pengolahannya menggunakan epsilon atau redaman untuk
meminimumkan noise dan melakukan stabilisasi terhadap splusi model.

Daftar Pustaka
Grandis, H. (2009). Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Jakarta: Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia (HAGI).
Modul 4 Praktikum Inversi. (2022). Inversi Non Linier. Institut Teknologi Sumatera
Srigutomo, F. d. (2016). erbandingan Inversi Non-Linier Untuk Interpretasi Anomali Self –
Potential Model Fixed Geometry: Metode Least-Square, Gauss-Newton, dan
Levenberg-Marquardt. PROSIDING SNIPS 2016, 3.

Lampiran
- Link Google collab
https://colab.research.google.com/drive/1huqNULhu_qK4MF2OxI3FlSl3erqxBPSj?usp=shari
ng

Anda mungkin juga menyukai