MODUL KE – 02
Spiking Deconvolution
Oleh:
Adi Eka Nanda 118120045
Asisten :
Lestari Sukma Apriliana 12117009
Laila Esa Muharani 118120007
Kirana Hikmah Sakina 118120012
Desta Aulia Rasada 118120020
Prastowo Adhi Irwanto 118120111
Muhammad Rafly Abdillah 118120168
Saiqoh Dianah 118120160
B. Analisis
Pada praktikum kali ini dilakukan spiking deconvolution yang bertujuan
untuk mengkompresi wavelet sumber w(t) menjadi zero-phase spike dengan
lebar nol atau dengan kata lain fungsi impuls δ(t). Hal ini berarti efek dari
wavelet sumber dieliminasi dan hanya menyisakan efek dari reflektivitas bumi
pada seismogram. Pada display data tersebut diambil tiga shot point (4-6)
dengan jumlah trace pada display 99. Setelah itu dilakukan autokorelasi dengan
dirinya sendiri hal tersebut bertujuan untuk menentukan zona transien. Setelah
itu konvolusikan data yang sudah dilakukan autokorelasi, koreksi silang, dan
operator filter untuk mendapatkan hasil spiking deconvolution. Dapat dilihat
perbedaan antara raw data yang belum dilakukan spiking deconvolution dan
sesudah dilakukan spiking deconvolution dimana raw data yang belum
dilakukan spiking deconvolution pada data yang memiliki ampitude tinggi
kurang membentuk dan membuat keambiguitasan lapisan, berbeda dengan yang
telah dilakukan spiking deconvolution data yang lapisan sudah mulai terlihat
jelas sehingga dapat lebih mudah melihat perbedaan batas lapisan. Pada hasil
power spectral density dapat dilihat pada gambar yang ditandai dengan warna
merah sebagai hasil setelah spiking deconvolution memiliki energi yang lebih
besar dibandingkan dengan hasil sebelum spiking deconvolution yang di tandai
dengan warna biru. Hal itu yang menyebabkan hasil raw data yang telah
dilakukan spiking deconvolution menjadi lebih terbentuk dan sudah mulai
terlihat jelas batas antar lapisan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat
kekurangan spiking deconvolution yaitu dapat menimbulkan noise berfrekuensi
tinggi.